Abstrak: Asosiasi adalah keterkaitan antara obyek yang satu dengan yang lain, berdasarkan
asosiasi tersebut maka bila telah dikenali satu obyek tertentu maka dapat dijadikan petunjuk
bagi obyek yang lain. Disini saya menggunakan metode penelitian dari referensi jurnal-jurnal
dan data citra dari lembaga-lembaga yang berhubungan dengan asosiasi pengembangan
wilayah Gunung Merapi. Analisis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan analisis
spasial yang menekankan pada karakteristik ruang. Jurnal ini akan membahas asosiasi
keruangan tentang rusaknya pemukiman yang disebabkan erupsi Gunung Merapi.
Abstract: Association is the relationship between one object and another, based on the
association, if one particular object has been recognized, it can be used as a guide for other
objects. Here I use research methods from reference journals and image data from
institutions related to the association for the development of the Mount Merapi area. The
analysis in this study uses a spatial analysis approach that emphasizes the characteristics of
space. This journal will discuss spatial associations regarding the damage to settlements
caused by the eruption of Mount Merapi.
A. Latar Belakang
Pada Gunungapi Merapi, terdapat dua macam lahar yang masing masing
dipicu oleh dua proses utama yaitu ; (1) lahar primer (lahar erupsi) yang berasal
dari pyroclastic flows, bongkahan batu dan air, (2) lahar sekunder berasal dari
hujan lebat yang melarutkan hasil letusan Gunungapi Merapi (batu dan pasir),
biasanya terjadi pada musim hujan (November – April). Letusan Gunungapi
Merapi ada kalanya berlangsung bersamaan dengan hujan, sehingga
mengakibatkan lahar mengalir semakin besar, hal ini pernah terjadi pada 9 sungai
yang berada diantara Sungai Pabelan dan Sungai Woro pada 19 Desember 1930
dan 7 – 8 Januari 1969 (Schmidt, 1934; Asmanu, 1969; Hadikusumo, 1970;
Siswowidjojo, 1971 dalam Lavigne, 2000).
https://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/jgp/index | XX
Siti Halimatus Sa’diyah, Vol. X, No. X, November 2022: XX - XX
B. Pembahasan
Salah satu hasil muntahan material Gunungapi Merapi telah
mengakibatkan banjir lahar di Kabupaten Magelang yang berada di lereng
barat Gunungapi Merapi. Menurut Surono (2011), banjir lahar yang terjadi
di Magelang belum mencapai sepertiga dari jumlah material yang
dimuntahkan. Banjir lahar yang mengalir melalui sungai yang berhulu dari
Gunung Merapi. telah meluap hingga menggenangi permukiman warga dan
menimbulkan kerusakan yang luar biasa. Kerusakan ini diakibatkan oleh
material banjir lahar yang tak hanya berisi pasir namun juga berisi batu
dengan ukuran yang besar. Pada kejadian erupsi Gunungapi Merapi 2010,
tidak semua sungai yang berhulu di Gunungapi Merapi, terutama yang
berada di lereng sebelah barat dan dialiri banjir lahar mengakibatkan
kerusakan permukiman, melainkan hanya Kali Putih dan Pabelan saja.
Kedua sungai ini mengakibatkan kerusakan permukiman di Kecamatan
Salam, Ngluwar, Mungkid dan Muntilan. Berdasarkan hal itu, penelitian
dilakukan di keempat kecamatan tersebut.
Pemukiman yang paling parah terkena dampak akibat banjir lahar adalah
Desa Sirahan yaitu sebanyak 860 rumah. Sedangkan palig sedikit terkena
dampak adalah Desa Gulon yaitu sebanyak 7 rumah. Bisa kita lihat data dari
Journal penelitian yang dilakukan oleh Hasil pengolahan Analisi Banjir
Lahar 2012. Kumalawati, R., Rijal, S. S., Rijanta, R., Sartohadi, J., &
Pradiptyo, R. (2013).UNDIP.
https://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/jgp/index | XX
Siti Halimatus Sa’diyah, Vol. X, No. X, November 2022: XX - XX
Sumber: Hasil pengolahan Analisi Banjir Lahar 2012. Kumalawati, R., Rijal, S. S., Rijanta, R.,
Sartohadi, J., & Pradiptyo, R. (2013).UNDIP.
https://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/jgp/index | XX
Siti Halimatus Sa’diyah, Vol. X, No. X, November 2022: XX - XX
Setelah erupsi Gunung Merapi tahun 2010 dan banjir lahar dikota
Magelang. Upaya pemanfaatan ruang yang harus diperbaiki oleh pemerintah
daerah telah banhyak disiapkan. Pemerintah setempat dan juga daerah sedang
melakukan revisi mengenai Rt RW Kabupaten Magelang yang tercantumm
dalam peraturan daerah (PERDA) no 5 tahun 2011. Berbagai rencana-rencana
pembangunan sedang disiapkan untuk mengutamakan terjaminnya keterikatan
dan konsistensi antara perencanaan, pengangguran, dan pengawasan serta
masyrakat berhak dalam ikut serta memberi masukkan dalam perencanaan
pembangunan yang sedang direncanakan.
https://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/jgp/index | XX
Siti Halimatus Sa’diyah, Vol. X, No. X, November 2022: XX - XX
C. KESIMPULAN
Erupsi gunung merapi terparah terjadi pada bulan oktober 2010. Erupsi itu menjadi
letusan terparah setelah erupsi tahun 2006. Erupsi itulah yang meyebabkan bencana bajir
lahar yang menimpa Kabupaten Magelang. Banyaknya pemukiman warga yang rusak
akibat banjir lahar yang begitu parah dan cepat merusak infrastruktur karena tidak hanya
berisi pasir namun berisi bebatuan yang cukup besar yang merusak beberapa fasilitas
desa-desa yang ada di kabupaten Magelang.
Banyaknya upaya pemerintah yang sudah dilakukan untuk menangani perbaikan
kerusakan akibat banjir lahar seperti upaya pengembangan wilayah dengan menyusun
perencanaan ruang. Perencanaan ruang itu meliputi usaha dan pelestarian lingkungan
serta menjaga keseimbangan yang leih memahami tentang pembangunan keberlanjutan,
ada juga upaya pemerintah yang membahas tentang kemungkinan bahaya banjir lahar
yang bisa saja terjadi lagi jika erupsi Gunung Merapi terulang kembali.
https://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/jgp/index | XX
Siti Halimatus Sa’diyah, Vol. X, No. X, November 2022: XX - XX
DAFTAR PUSTAKA
Kumalawati, R., Rijal, S. S., Rijanta, R., Sartohadi, J., & Pradiptyo, R. (2013). Evaluasi
Pengembangan Wilayah Permukiman Berdasarkan Pemetaan Kerusakan Permukiman Akibat Banjir
Lahar di Kali Putih, Kabupaten Magelang. TATALOKA, 15(1), 13-27.
Rijal, S. S. (2012). Analisis Kerusakan Permukiman Akibat Banjir Lahar Pasca Erupsi Gunungapi
Merapi 2010 di Sebagian Kabupaten Magelang (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Surakarta).
https://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/jgp/index | XX