Anda di halaman 1dari 18

UJIAN AKHIR SEMESTER

MENGENAI KAPABILITAS PEMERINTAH LOKAL DAN PERAN SERTA


MASYARAKAT DAN INSTITUSI PENDIDIKAN DALAM MANAJEMEN
KEBENCANAAN DI INDONESIA

NAMA : DEBBI NATALIA GIRI


NIM : 2111080004
MATA KULIAH : MANAJEMEN KEBENCANAAN
SEMESTER : II (DUA)
PROGRAM STUDI : ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG


TAHUN 2022

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur patut kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya oleh
hikmat dan penyertaan-Nya saja, maka makalah tentang Kapabilitas Pemerintah Lokal Dan
Peran Serta Masyarakat Dan Institusi Pendidikan Dalam Manajemen Kebencanaan Di
Indonesia ini dapat diselesaikan. Makalah ini juga berisi gambaran singkat dari buku yang
berjudul Disaster Management Perspektif Kesehatan dan Kemanusiaan, yang ditulis oleh Dr.
Usiono, MA, Dr.Triniswati Utami,M.Kes, Fauziah Nasution, M.Psi, dan Meuthia
Nanda,M.Kes.
Makalah ini dibuat sebagai salah satu syarat tugas akhir semester untuk mata kuliah
Manajemen Kebencanaan semester II pada program studi Ilmu Kesehatan Masyarakat pada
Program Pasca Sarjana Universitas Nusa Cendana Kupang.
Penulis juga mengucapkan Terima kasih kepada Ibu Dr. Marlyn Junias, ST, M.Kes
sebagai dosen pengasuh mata kuliah yang telah memberikan kepada kami ilmu dan informasi
terkait Manajemen Bencana khususnya bagaimana peran pemerintah serta masyarakat terkait
penanggulangan bencana yang terjadi di Indonesia dan juga mengijinkan kami untuk
membuat makalah ini.
Makalah ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan, Namun untuk segala kritik dan
saran demi perbaikan makalah ini sangat diharapkan untuk perbaikan makalah ini.

Kupang, Juni 2022


Penulis

Debbi Natalia Giri

2
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Bencana merupakan kejadian yang disebabkan oleh alam maupun oleh


kelalaian manusia. Tanah longsor, gempa bumi, puting beliung, tsunami, banjir dan
tanah longsor, letusan gunung merapi, kekeringan serta gelombang pasang adalah
bencana yang disebabkan oleh alam. Sementara itu aksi teror, konflik, kecelakaan
industri, kecelakaan transportasi, dan kebakaran hutan merupakan bencana akibat
kelalaian manusia. Bencana yang disebabkan oleh alam dan kelalaian manusia sama-
sama menimbulkan kerugian terhadap lingkungan dan perekonomian.

Wilayah Indonesia secara geologi terletak pada pertemuan tiga lempeng


tektonik aktif yaitu lempeng Indo-Australia dibagian selatan, lempeng Eurasia
dibagian utara dan lempeng pasifik dibagian timur. Ketiga lempeng saling
berbenturan dan bergerak. Lempeng Indo-Australia bergerak ke utara dan lempeng
Eurasia ke selatan. Pergerakan ini menimbulkan jalur gempa, rangkaian gunung
merapi aktif dan patahan. Kondisi ini membuat kawasan Indonesia menjadi rawan
bencana. Gempa bumi dan letusan gunung merapi senantiasa dapat terjadi kapanpun.

Bencana yang terjadi mengakibatkan penderitaan bagi masyarakat. Bencana


tidak dapat hanya dilihat sebagai tanggung jawab pemerintah semata, tetapi harus
mendapatkan dukungan yang kuat dari masyarakat Penanggulangan bencana
merupakan seluruh upaya menyeluruh dan proaktif dimulai pada sebelum, saat dan
sesudah terjadi bencana.Peran serta masyarakat untuk terlibat dalam penanggulangan
bencana sangat penting.

Kerugian yang ditimbulkan dari bencana berbentuk materiil maupun non


meteriil. Dampak bencana secara meteriil adalah rusaknya sarana prasarana baik
pribadi maupun sarana umum, dan hilangnya harta benda. Dampak bencana secara
nonmateriil adalah banyaknya korban jiwa baik meninggal, luka-luka atau terdampak

3
secara psikis, dampak kerusakan lingkungan dan tumbulnya berbagai macam penyakit
yang menyertai.
Makalah ini berisi hasil review dari buku Disaster Management yang ditulis
oleh oleh Dr. Usiono, MA, Dr.Triniswati Utami,M.Kes, Fauziah Nasution, M.Psi, dan
Meuthia Nanda,M.Kes. hasil review berupa penjelasan singkat terkait manajemen
bencana yang ditulis oleh penulis, namun dalam buku ini juga terdapat beberapa
kelebihan dan kekurangan.

II. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :


1. Untuk mendeskripsikan secara singkat dari isi buku Disaster Management kepada
pembaca
2. Untuk mengetahui bagaimana langka-langkah dalam manajemen bencana secara
singkat
3. Sebagai salah satu syarat Ujian Akhir Semester (UAS) mata Kuliah Manajemen
Kebencanaan Di Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat Program PascaSarjana
Universitas Nusa Cendana Kupang

III. Manfaat

Makalah ini berisi pembahasan singkat mengenai manajemen bencana sehingga


diharapkan dapat berguna bagi para pembaca baik dari mahasiswa, pengajar maupun
masyarakat.

4
BAB II
ISI

REVIEW BUKU
MANAJEMEN KEBENCANAAN

Judul : Disaster Management Perspektif Kesehatan Dan Kemanusiaan


Penulis : Dr. Usiono, MA, Dr.Triniswati Utami,M.Kes, Fauziah Nasution, M.Psi,
dan Meuthia Nanda,M.Kes.
Penerbit : Perdana Publishing
Cetakan : Pertama
Jumlah Halaman : 157 Halaman
Tahun Terbit : September,2018

Buku dengan judul Disaster Management ini mendiskripsikan dengan baik dan rinci
tentang manajemen bencana, terkait hal-hal dasar mengenai penanganan dan penanggulangan
bencana yang akan terjadi. Pada bab pertama berisi tentang konsep dasar penaggulangan
bencana, dijelaskan mengenai pengertian bencana, dimana bencana menurut Asian Disaster
Reduction Center (2003) mendefinisikan arti bencana yaitu suatu gangguan serius terhadap
masyarakat yang menimbulkan kerugian secara meluas dan dirasakan baik oleh masyarakat
yang menimbulkan kerugian secara meluas dan dirasakan baik oleh masyarakat, berbagai
material dan lingkungan (alam) dimana dampak yang ditimbulkan melebihi kemampuan
manusia guna mengatasinya dengan sumber daya yang ada. Bencana yang terjadi dapat
menimbulkan kerugian. Kerugian bisa berupa materi dan non materi. Kerugian yang
dihasilkan tergantung pada kemampuan masyarakat maupun pemerintah setempat untuk
mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan manusia.
Bencana alam berdasarkan penyebabnya dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
jenis yaitu bencana alam geologis (berupa gempa bumi), Tsunami, Gunung Meletus, Tanah
longsor dan angin putting beliung, serta kekeringan. Sedangkan siklus penaggulangan
bencana dibagi menajdi 3 tahap yaitu tahap prabencana, saat terjadi bencana dan tahap pasca
bencana. Djelaskan juga mengenai kegaiatan-kegiatan yang dilakukan dalam manajemen
bencana adalah sebagai berikut ;

5
1. Pencegahan (Prevention)
Merupakan upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana, (jika
mungkin dengan meniadakan bahaya). Misalnya dengan melarang pembakaran
hutan dalam ladang, melarang membuang sampah sembarangan, melarang
menebang pohon sembarangan dan melarang penambangan batu di daerah yang
curam.
2. Mitigasi bencana (Mitigation)
Merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana ataupun upaya yang dilakukan untuk meminimalkan dampak
yang ditimbulkan oleh bencana.
3. Kesiapsiagaan (Preparedness)
Adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana
melalui pengorganisasian serta/melalui Langkah yang tepat guna dan berdaya
guna (UU No.24 tahun 2007). Misalnya, penyiapan saran komunikasi, pos
komando, penyiapan lokasi evakuasi, rencana kontijensi dan sosialisasi
peraturan/pedoman penaggulangan bencana.
4. Peringatan Dini (Early Warning)
Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera
mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu
tempat oleh Lembaga yang berwenang atau upaya untuk memberikan tanda
peringatan bahwa bencana kemungkinan akan segera terjadi. Tahap ini harus
memenuhi syarat dapat menjangkau masyarakat (Accessible), bersifat segera
(Immediate), tegas tidak membingungkan (Coherent) dan juga harus bersifat resmi
(Official).
5. Tanggap Darurat (Response)
Merupakan upaya yang filakukan segera pada saat kejadian bencana untuk
menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban
dan harta benda, evakuasi dan pengungsian.
6. Bantuan Darurat (Relief)
Bantuan darurat merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan dasar berupa pangan, sandang, tempat tinggal sementara,
Kesehatan, sanitasi dan air bersih
6
7. Pemulihan (Recovery)
Proses pemulihan pada kondisi darurat masyarakat yang terkena bencana dengan
memfungsikan Kembali prasarana dan saran pada keadaan semula. Upaya ini
dilakukan dengan memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar seperti jalan,
listrik, air bersih, pasar, puskesmas dan lain-lain.
8. Rehabilitasi (Rehabilitation)
Rehabilitasi adalah Langkah upaya yang diambil setelah kejadian bencana untuk
membantu masyarakat memperbaiki rumahnya, fasilitas umum, dan fasilitas social
penting serta untuk menghidupkan Kembali roda perekonomian.
9. Rekonstruksi (Reconstruction)
Tahap ini merupakan program jangka menengah dan jangka Panjang guna
perbaikan fisik, sosial dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat
pada kondisi yang sama atau lebih baik dari sebelumnya.

Selanjutnya pada bab kedua dijelaskan mengenai Perencanaan


Penanggulangan Bencana dan Praktik Rapid Health Assessment (RHA). Tahap
rencana berisi tentang berbagai ancaman, kerentanan serta sumber daya yang
dimiliki yang selanjutnya akan disusun sebagai suatu rencana dasar jika terjadinya
bencana. Sedangkan rencana kontijensi merupakan bagian dari kehidupan sehari-
hari. Hal ini diperlukan sebagai bentuk upaya dari mempertemukan antara
besarnya kejadian dengan tingkat dampak yang diakibatkan. Rencana kontijensi
merupakan faktor pendorong yang mengarah pada penindakan/pergerakan
masyarakat meskipun bencana belum tentu terjadi. Rencana kontijensi ini
memerlukan rencana dasar yang kuat.
Inti dari rencana ini merupakan suatu proses yang mengarah pada
kesiapan dan kemampuan untuk memperkirakan jika munculnya kemungkinan
sehingga dapat mencegah bencana itu sendiri, serta dapat mengurangi dampaknya
bagi masyarakat. Dalam buku ini juga dijelaskan bagaimana proses dari
penyususnan rencana kontijensi, serta pihak-pihak yang terkait dalam proses
penyusunannya. Selain itu juga dijelaskan mengenai Rapid Health Assessment
(RHA), dimana RHA itu sendiri merupakan kegiatan pengumpulan data dan
informasi dengan tujuan untuk menilai kerusakan dan mengidentifikasi kebutuhan
dasar yang diperlukan segera sebagai respons dalam suatu kejadian bencana. Jadi
7
RHA ini merupakan penilaian cepat Kesehatan dalam suatu rangkaian siklus
manajemen Kesehatan pada situasi bencana dan /pada peringatan dini terjadinya
bencana yang harus dilakukan sesaat setelah terjadi bencana dan dilakukan sesaat
setelah terjadi bencana dan dilakukan dengan cepat. Assessment dapat dilakukan
dengan pengamatan visual dengan cara melakukan observasi lapangan di daerah
bencana dan sekitarnya, dapat dilakukan juga wawancara, mengkaji data atau
informasi yang ada, dilakukan survei cepat maupun melalui pencatatan lainnya.
Hal ini dilakukan untuk menentukan Tindakan dan bantuan yang
diperlukan. Dengan adanya RHA ini diharapkan Tindakan dan bantuan dapat
terdistribusi dengan cepat dan tepat. RHA ini juga dijelaskan oleh penulis bahwa
memilki tujuan dan manfaat. Tujuannya adalah untuk menilai dampak bencana
dan potensi ancaman bidang Kesehatan, membuktikan adanya kedaruratan,
menilai kapasitas tanggap darurat yang ada serta untuk menetapkan jenis
kebutuhan yang diperlukan dengan segera. Sedangkan manfaatnya adalah untuk
mengidentifikasi fakta-fakta di lokasi bencana dan juga untuk mengidentifikasi
kebutuhan yang harus segera dipenuhi.
Tim RHA ini beranggotakan tim medis yang bertugas untuk menilai
dampak dan kebutuhan pelayanan medis bagi korban dan juga petugas
epidemiologi (surveilans) yang bertugas untuk menilai dampak dan kebutuhan
pengendalian masalah Kesehatan masyarakat korban bencana, terutama para
pengungsi dan juga beranggotakan sanitarian yang dimana bertugas untuk menilai
dampak dan kebutuhan terhadap komponen-komponen yang mempengaruhi
Kesehatan manusia. Proses penetapan RHA yaitu pertama pihak pemerintah
mempersiapkan RHA yang telah dibuat, hal-hal yang perlu dipersiapkan yaitu
informasi awal kejadian bencana yang terjadi, penetapan tim kerja, mencheklist
informasi yang diberikan dari lokasi kejadian bencana, kemudian tim RHA
melakukan komunikasi dan koordinasi dengan BPBD setempat dan pemerintah
kota/kabupaten/Provinsi untuk melaporkan hasil yang didapat dilapangan.
Laporan dapat berupa bencana/kejadian dan waktu terjadi, korban meninggal dan
luka, jumlah pengungsi, kerusakan sarana Kesehatan dan yang masig dapat
dimanfaatkan, tersedianya obat-obatan dan vaksin serta kemungkinan kemudaha
untuk menjangkau daerah yang terkena masalah.
Didalam buku ini juga dibahas mengenai tujuan secara umum
penanganan bencana. Dibahas juga mengenai berbagai tahapan mulai dari
8
dialakukannya riset, analisis kerawanan risiko, sosialisasi dan kesiapan
masyarakat, proses mitigasi atau persiapan mendekati terjadinya bencana atau
keadaan darurat, warning atau peringatan bencana, Tindakan penyelamatan,
komunikasi yang dilakukan antar pihak, keberlangsungan penanganan dan upaya
perbaikan. Disini juga dijelaskan mengenai pelatihan dan Pendidikan serta
simulasi yang hendaknya dilakukan oleh pemerintah terhadap masyarakat. Setelah
dibahas mengenai tahapan penangan bencana, buku ini menjelaskan bagaimana
tahapan penanganan korban massal. Dijelaskan bahwa ada beberapa tahapan
penatalaksanaan bencana korban massal yaitu :
1. Pencarian dan penyelamatan (SAR)
 Melokalisasi korban
 Memindahkan korban dari daerah berbahaya ke tempat
pengumpulan/penampungan
 Memeriksa status Kesehatan korban (triase di tempat
kejadian)
 Memberi pertolongan pertama jika diperlukan
 Memindahkan korban ke pos medis lanjutan jika diperlukan.
2. Perawatan di lapangan
 Triase
 Pertolongan pertama
 Pos medis lanjutan
 Pos penatalaksanaan evakuasi.
Yang menjadi unik dalam buku ini yaitu meskipun terlihat tidak terlalu tebal
namun isi dalam buku ini cukup jelas tapi disajikan secara singkat sehingga para
pembaca pun dapat memperoleh informasi terkait manajemen bencana. Selanjutnya
dalam buku ini juga memuat mengenai Langkah-langkah dalam mengidentifikasi
korban meninggal akibat bencana. Ini yang disebut dengan Disaster Victim
Identification (DVI) dalam penaggulangan bencana. DVI merupakan suatu
prosedur yang telah ditentukan untuk mengidentifikasi korban meninggal secara
ilmiah dari sebuah insiden atau bencana massal berdasarkan protokol interpol, dan
merupakan suatu prosedur yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan hasilnya
kepada masyarakat dan hukum.

9
Metode yang digunakan yaitu metode sederhana (cara visual, melalui
kepemilikan barang dan dokumentasi diri) dan metode ilmiah dapat berupa sidik
jari, serologi, odontology, antropologi dan biologi. Cara-cara ini sekarang
berkembang pesat. Dijelaskan juga mengenai Teknik identifikasi dengan metode
superimposisi. Metode ini merupakan suatu system pemeriksaan untuk menentukan
identitas seseorang dengan membandingkan korban semasa hidupnya dengan
tengkorak yang ditemukan. Namun Teknik ini juga terdapat kesulitan yaitu jika :
1. Korban tidak pernah membuat foto semasa hidupnya
2. Foto korban harus baik posisinya maupun kualitasnya
3. Tengkorak yang ditemukan sudah hancur dan tidak berbentuk lagi
4. Membutuhkan kamar gelap yang perlu biaya tersendiri.

Dalam buku ini juga dibahas bagaimana pencegahan penyakit menular dan
survey data penyakit pada wilayah darurat bencana. Upaya pemberantasan
penyakit menular pada umumnya diselenggarakan untuk mencegah KLB penyakit
menular pada periode pascabencana. Selain itu, upaya tersebut juga bertujuan
untuk mengidentifikasi penyakit menular yang perlu diwaspadai pada kejadian
bencana dan pengungsian, melaksanakan langkah-langkah upaya pemberantasan
penyakit menular, dan melaksanakan upaya pencegahan kejadian luar biasa (KLB)
penyakit menular.
Dibahas juga mengenai manajemen Kesehatan dasar, sanitasi, dalam air
bersih dalam penanggulangan bencana. Persediaan pangan yang tidak cukup juga
mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi seseorang serta akan memperberat
proses terjadinya penurunan daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit.
Pelayanan Kesehatan dasar yang diperlukan pengungsi meliputi :
1. Pelayanan Pengobatan
2. Pelayanan Imunisasi
3. Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Anak
4. Pelayanan Gizi
5. Pemberantasan Penyakit Menular Dan Pengendalian Vektor
6. Pelayanan Kesehatan Jiwa
7. Pelayanan Promosi Kesehatan

10
Pada bagian selanjutnya dibahas mengenai pertolongan pertama pada gawat
darurat / PPGD dalam kedaruratan bencana. PPGD merupakan singkatan dari
pertolongan pertama gawat darurat. PPGD merupakan salah satu tindakan untuk
memberikan pertolongan pertama pada korban yang mengalami kecelakaan dan
ditolong dengan secepat-cepatnya agar korban selamat. Dijelaskan juga bagaimana
prinsip dasar pertolongan pertama pada gawat darurat dalam kedaruratan bencana.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a) Danger (Bahaya)
b) Response (Kesadaran)
c) Circulation (Peredaran Darah)
d) Posisi Miring Mantap
e) Resusitasi Jantung Paru (RJP)
f) Airway Control (Penguasan Jalan Napas).

Pada bagian kesepuluh dibahas mengenai komunikasi risiko dalam


manajemen penaggulangan bencana. Komunikasi risiko merupakan pertukaran
informasi dan pandangan mengenai risiko dan faktor-faktor yang berkaitan dengan
risiko di antara pengkaji risiko, manajer risiko, konsumen dan berbagai pihak lain
yang berkepentingan.
Prinsip-prinsip komunikasi risiko yaitu mengenali audiensi, melibatkan pakar
ilmiah, menciptakan keahlian dalam berkomunikasi, menjadi sumber informasi
yang dapat dipercaya serta tanggung jawab Bersama. Dan pada bagian terakhir
penulis membahas tentang analisis dan penanganan bencana. Analisis risiko (Risk
Analysis) adalah proses yang meliputi pengidentifikasian ancaman yang paling
mungkin terjadi terhadap objek studi serta penganalisisan kerentanan yang terkait
dengan ancaman bencana tersebut. Penilaian risiko (risk assesment) adalah proses
yang meliputi pengevaluasian kondisi fisik dan lingkungan serta penilaian
kapasitas relatif terhadap ancaman bencana yang potensial.
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk melakukan analisis
risiko bencana, yaitu :
1) Analisis manfaat biaya (Cost Benefit Analysis)
2) Analisis dampak dan model kegagalan (Failure Modes And Effects
Analysis)
3) Analisis kuantitatif (Quantitative Analysis)
11
4) Pemetaan Risiko (Risk Mapping)
5) Pemetaan Ancaman Bencana (Hazard Mapping).

Peran pemerintah dalam penaggulangan bencana :

Peran Pemerintah Daerah Dalam Penanggulangan Bencana. Menurut Solway (2004),


tujuan pemerintah daerah dalam penanggulangan bencana melalui pembentukan BPBD
meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi orang dan wilayah yang rentan bencana dalam lingkup


kabupaten.
2. Memastikan bahwa semua anggota masyarakat menyadari potensi
dampak bencana alam.
3. Membagikan saran dan panduan praktik yang baik kepada masyarakat
untuk mitigasi bencana.
4. Menjaga hubungan dengan para pejabat yang bertanggung jawab dalam
perencanaan, kesehatan, dan kesejahteraan dengan mengeluarkan
peringatan atau sistem pengendalian massa dan kebakaran.
5. Memastikan bahwa anggota masyarakat menerima pelatihan first aid
atau pertolongan pertama yang sesuai.
6. Melaksanakan program pendidikan dan penyadaran masyarakat melalui
kegiatan yang bekerja sama dengan sekolah-sekolah setempat.
7. Mengidentifikasi rute evakuasi dan lokasi tempat yang aman serta lokasi
pengungsi.

Merujuk pada pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa pemerintah daerah


bertanggung jawab sekaligus mempunyai wewenang dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana di wilayahnya. Bupati/walikota merupakan penanggung
jawab utama dan gubernur berfungsi memberikan dukungan perkuatan. Beberapa
tanggung jawab yang diemban pemerintah daerah dalam penanggulangan bencana
antara lain yaitu: mengalokasikan dana penanggulangan bencana; memadukan
penanggulangan bencana dalam pembangunan daerah; melindungi masyarakat dari
ancaman bencana; melaksanakan tanggap darurat; serta melakukan pemulihan pasca
bencana.

12
Peran masyarakat dalam penaggulangan bencana :

Partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses


pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan
pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan
upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi
perubahan yang terjadi. Pentingnya partisipasi dikemukakan oleh Conyers (1991)
pertama, partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi
mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya
program pembangunan serta proyek- proyek akan gagal; kedua, bahwa masyarakat akan
lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam
proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk
proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut; ketiga,
bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan
masyarakat mereka sendiri.

Dapat disimpulkan bahwa masyarakat memegang peranan penting dalam upaya


mitigasi bencana. Masyarakat perlu mengetahui tentang kebencanaan dan potensi
ancaman bencana yang ada diwilayahnya. Selain itu, dalam kegiatan mitigasi dan
penanggulangan bencana, masyarakat bertanggung jawab memelihara keseimbangan,
keserasian, keselarasan dan kelestarian lingkungan. Contohnya adalah dengan tidak
membuang sampah ke sungai untuk mencegah bencana banjir, tidak membakar hutan,
dan lain-lain.

Peran pendidikan dalam Penanganan bencana di Indonesia :


Suatu pendidikan merupakan bagian penting dalam perkembangana suatu
negara. Melalui pendidikan yang baik tentu dapat meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia di dalamnya. Perhatian terhadap situasi kebencanaan juga perlu di perhatikan
dalam pendidikan. Hal ini untuk menanamkan kesadaran sejak dini akan pentingnya
kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Badan Nasional Penanngulangan Bencana
( BNPB) sering melakukan. Penyuluhan, pendidikan khusus penangana bencana,
membuat simulasi evakuasi hingga arahan penggunaan sirene, melalui direktorat
kesiapsiagaan ,mengegelar Talkshow webinar dengan tema “ Literasi kebencanaan dan
Implementasinyamelalui Penguatan Satuan Pendidikan. Aman bencana.menjelang Hari
13
Kesiapsiagaan Bencana ( HKB).perhatian khusus diberikan oleh kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan ( Kemendigbud) dengan mengeluarkan peraturan No.33 tahun 2019
yang didalamnya tercantum satuan pendidikan Aman Bencana (SPAB) yang akan
memberikan upaya pencegahan dan penanngulangan bencana baik dalam situasi
normal,tanggap darurat hingga pada pasca bencana.
Pendidikan di negara indonesia sudah banyak mengajarkan tentang bagaimana
menghadapi bencana,semuanya dikembalikan kepada pribadi masing – masing
diharapakan setiap lapisan masyarakat dapat mengetahui tanda bahaya dan jalur
evakuasi bencana sehingga ketika terjadi bencana dapat terhindar dari
bencana.pendidikan sedini mungkin yang sering diajarkan disekolah yaitu hidup bersih
dan rapi dengan tidak membuang sampah sembarangan, pada salah satu sekolah di
jakarta telah menetapkan hari bebas plastik dengan tidak membawa ,dan menggunakan
plastik di hari itu. Tentunya ini sangat membantu dalam upaya pencegahan sebelum
terjadi bencana,, diharapkan setiap lapisan masyarakat untuk meningkatkan kepedulian
terhadap kebencanaan.serta pentingnya peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah
dalam melakukan koordinasi membangun rencana kebencanaan,membuat keputusan
kebencanaan,hingga membangun lingkungan yang tangguh dalam menghadapi suatu
bencana.
Dari hasil mereview buku ini, terdapat kelebihan dan kelemahan yang saya lihat
yaitu :

a) Kelebihan dari buku Disaster Management yaitu :


1. Dalam buku ini menjelaskan tentang upaya-upaya penanggulangan dan
manajemen bencana yang dijelaskan poin per poin cukup rinci
2. Dalam buku ini juga penulis menggunakan Bahasa yang cukup sederhana
sehingga pembaca
3. Cukup banyak memberikan ilmu dan informasi megenai upaya
penanggulangan
b) Kekurangan dari buku Disaster Management yaitu :
1. Dalam buku ini tidak dijelaskan mengenai macam-macam bencana atau
pembagian bencana, namun secara khusus dijelaskan mengenai bencana
alam saja.
2. Tidak dijelaskan secara jelas mengenai peran pemerintah dalam
penanggulangan bencana
14
3. Dari sampul buku yang digunakan terlihat kurang menarik sehingga
kemungkinan minat baca terhadap buku ini cukup rendah.

15
BAB III
PENUTUP

I. KESIMPULAN
Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam yang
sulit dihindari dan seringkali meresahkan manusia. Selain dapat menimbulkan
kerugian, juga dapat mempengaruhi mental dari pihak yang mengalami bencana
namun mampu dikurangi resiko intensitasnya. Dalam buku “ Disaster management :
Perspektif Kesehatan dan Kemanusian “ telah banyak membahas tentang apa itu
bencana, jenis Ancaman bencana, Siklus Penanggulanngan Bencana, Pergeseran
Paradigma , perencanaan dan penanggulangan bencana dan praktik Rapid Health
Assesment ( RHA) menejemen penceganhan dan penanngulangan bencana,
penanganan korban masal, menejemen sarana dan logistik hingga pada risiko bencana
(analisis dan penangananya).
Tahap penanggulangan bencana secara umum yaitu sebelum bencana ( tahap
kesiap siagaan, tahap mitigasi), saat bencana (tahap penyelamatan dan evakuasi
korban maupun harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan dan
pengurusan pengungsi) dan pasca bencana ( recovery yaitu: tahap rehabilitasi dan
konstruksi . Pada dasarnya, masyarakat harus selalu waspada terhadap adanya
bencana yang sering kali terjadi tanpa bisa diprediksi terlebih dahulu. Oleh sebab itu,
diperlukan tindakan oleh masyarakat itu sendiri untuk mengurangi dampak dari
bencana yang terjadi. Tindakan untuk menanggulangi dampak dari bencana
dinamakan mitigasi bencana. Mitigasi bencana adalah upaya untuk mengurangi risiko
bencana. Hal ini ditempuh dengan, misalnya, melalui pembangunan fisik maupun
penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana dengan
pendidikan dasar sejak dini di sekolah-sekolah.
Manajemen risiko bencana di Indonesia dilaksanakan dengan pendekata
konvensional dan dilakukan dengan mekanisme eksternal. Rencana kegiatan
penaggulangan bencana (pada tahap-tahap prevensi, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap
darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi) yang tertuang pada keputusan Menko Kesra,
memposisikan masyarakat sebagai obyek. Kurang terlihat upaya penguatan
masyarakat guna mengurangi tingkat kerentanan. Pendukung pelaksanaan kegiatan
16
tidak melibatkan masyarakat local dan tidak memperhatikan potensi masyarakat
(korban).

Penanggulan bencana ini tidak hanya di lakukan oleh pemerintah saja tetapi
haruslah di dukung oleh masyarakat. Upaya upaya yang di tulis didalam buku
“Disaster Management “ ini sudah di aplikasikan oleh pemerintah dan masyarakat ,
mulai dari upaya prabencana, bencana sampai pasca bencana. Namun untuk semuanya
dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan perlunya koordinasi dan kerjasama
semua pihak mulai pemerintah pusat, pemerintah daerah hingga pada masyarakat.
Apabila starategi yang di sarankan dapat di patuhi oleh masyarakat seperti : tidak
membuang sampah sembarangan, tidak membagun rumah di bantaran sungai, rajin
menanam pohon, tidak melakukan pembakaran hutan, tidak menambang di darah
curan maka untuk meminimalir bencana terjadi dapat di kendalikan. Pemerintah
Pusat maupun Pemerintah Daerah memegang peran dalam sistem penanggulangan
bencana. Peran tersebut meliputi 5 (lima) aspek yaitu Aspek legislasi, aspek
kelembagaan, aspek perencanaan, aspek pendanaan dan pengembangan kapasitas.

II. SARAN

Disarankan kepada pemerintah agar pemerintah pusat maupun pemerintah daerah


dapat lebih tanggap dan mampu berkoordinasi dengan baik lagi sehingga bencana
yang terjadi dapat meminimalkan adanya korban bencana di suatu daerah serta Dapat
mengoptimalkan kerja sama yang baik antar organisasi kemasyaraktan, lembaga
terkait dan masyarakat guna meningkatan koordinasi untuk melakukan
penanggulangan bencana. Perencanaan yang baik dan matang misalnya dalam
pemberian bantuan bagi korban bencana harusnya disesuaikan dengan kemampuan
keuangan yang ada.

17
Daftar Pustaka

Dr. Usiono, MA, Dr.Triniswati Utami,M.Kes, Fauziah Nasution, M.Psi, dan Meuthia
Nanda,M.Kes.2018.Disaster Management .Perspektif Kesehatan Dan Kemanusiaan.Penerbit :
Perdana Publishing.Medan,Sumatera Utara.

18

Anda mungkin juga menyukai