KATA PENGANTAR
Puji dan syukur patut kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya oleh
hikmat dan penyertaan-Nya saja, maka makalah tentang Kapabilitas Pemerintah Lokal Dan
Peran Serta Masyarakat Dan Institusi Pendidikan Dalam Manajemen Kebencanaan Di
Indonesia ini dapat diselesaikan. Makalah ini juga berisi gambaran singkat dari buku yang
berjudul Disaster Management Perspektif Kesehatan dan Kemanusiaan, yang ditulis oleh Dr.
Usiono, MA, Dr.Triniswati Utami,M.Kes, Fauziah Nasution, M.Psi, dan Meuthia
Nanda,M.Kes.
Makalah ini dibuat sebagai salah satu syarat tugas akhir semester untuk mata kuliah
Manajemen Kebencanaan semester II pada program studi Ilmu Kesehatan Masyarakat pada
Program Pasca Sarjana Universitas Nusa Cendana Kupang.
Penulis juga mengucapkan Terima kasih kepada Ibu Dr. Marlyn Junias, ST, M.Kes
sebagai dosen pengasuh mata kuliah yang telah memberikan kepada kami ilmu dan informasi
terkait Manajemen Bencana khususnya bagaimana peran pemerintah serta masyarakat terkait
penanggulangan bencana yang terjadi di Indonesia dan juga mengijinkan kami untuk
membuat makalah ini.
Makalah ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan, Namun untuk segala kritik dan
saran demi perbaikan makalah ini sangat diharapkan untuk perbaikan makalah ini.
2
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
3
secara psikis, dampak kerusakan lingkungan dan tumbulnya berbagai macam penyakit
yang menyertai.
Makalah ini berisi hasil review dari buku Disaster Management yang ditulis
oleh oleh Dr. Usiono, MA, Dr.Triniswati Utami,M.Kes, Fauziah Nasution, M.Psi, dan
Meuthia Nanda,M.Kes. hasil review berupa penjelasan singkat terkait manajemen
bencana yang ditulis oleh penulis, namun dalam buku ini juga terdapat beberapa
kelebihan dan kekurangan.
II. Tujuan
III. Manfaat
4
BAB II
ISI
REVIEW BUKU
MANAJEMEN KEBENCANAAN
Buku dengan judul Disaster Management ini mendiskripsikan dengan baik dan rinci
tentang manajemen bencana, terkait hal-hal dasar mengenai penanganan dan penanggulangan
bencana yang akan terjadi. Pada bab pertama berisi tentang konsep dasar penaggulangan
bencana, dijelaskan mengenai pengertian bencana, dimana bencana menurut Asian Disaster
Reduction Center (2003) mendefinisikan arti bencana yaitu suatu gangguan serius terhadap
masyarakat yang menimbulkan kerugian secara meluas dan dirasakan baik oleh masyarakat
yang menimbulkan kerugian secara meluas dan dirasakan baik oleh masyarakat, berbagai
material dan lingkungan (alam) dimana dampak yang ditimbulkan melebihi kemampuan
manusia guna mengatasinya dengan sumber daya yang ada. Bencana yang terjadi dapat
menimbulkan kerugian. Kerugian bisa berupa materi dan non materi. Kerugian yang
dihasilkan tergantung pada kemampuan masyarakat maupun pemerintah setempat untuk
mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan manusia.
Bencana alam berdasarkan penyebabnya dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
jenis yaitu bencana alam geologis (berupa gempa bumi), Tsunami, Gunung Meletus, Tanah
longsor dan angin putting beliung, serta kekeringan. Sedangkan siklus penaggulangan
bencana dibagi menajdi 3 tahap yaitu tahap prabencana, saat terjadi bencana dan tahap pasca
bencana. Djelaskan juga mengenai kegaiatan-kegiatan yang dilakukan dalam manajemen
bencana adalah sebagai berikut ;
5
1. Pencegahan (Prevention)
Merupakan upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana, (jika
mungkin dengan meniadakan bahaya). Misalnya dengan melarang pembakaran
hutan dalam ladang, melarang membuang sampah sembarangan, melarang
menebang pohon sembarangan dan melarang penambangan batu di daerah yang
curam.
2. Mitigasi bencana (Mitigation)
Merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana ataupun upaya yang dilakukan untuk meminimalkan dampak
yang ditimbulkan oleh bencana.
3. Kesiapsiagaan (Preparedness)
Adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana
melalui pengorganisasian serta/melalui Langkah yang tepat guna dan berdaya
guna (UU No.24 tahun 2007). Misalnya, penyiapan saran komunikasi, pos
komando, penyiapan lokasi evakuasi, rencana kontijensi dan sosialisasi
peraturan/pedoman penaggulangan bencana.
4. Peringatan Dini (Early Warning)
Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera
mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu
tempat oleh Lembaga yang berwenang atau upaya untuk memberikan tanda
peringatan bahwa bencana kemungkinan akan segera terjadi. Tahap ini harus
memenuhi syarat dapat menjangkau masyarakat (Accessible), bersifat segera
(Immediate), tegas tidak membingungkan (Coherent) dan juga harus bersifat resmi
(Official).
5. Tanggap Darurat (Response)
Merupakan upaya yang filakukan segera pada saat kejadian bencana untuk
menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban
dan harta benda, evakuasi dan pengungsian.
6. Bantuan Darurat (Relief)
Bantuan darurat merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan dasar berupa pangan, sandang, tempat tinggal sementara,
Kesehatan, sanitasi dan air bersih
6
7. Pemulihan (Recovery)
Proses pemulihan pada kondisi darurat masyarakat yang terkena bencana dengan
memfungsikan Kembali prasarana dan saran pada keadaan semula. Upaya ini
dilakukan dengan memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar seperti jalan,
listrik, air bersih, pasar, puskesmas dan lain-lain.
8. Rehabilitasi (Rehabilitation)
Rehabilitasi adalah Langkah upaya yang diambil setelah kejadian bencana untuk
membantu masyarakat memperbaiki rumahnya, fasilitas umum, dan fasilitas social
penting serta untuk menghidupkan Kembali roda perekonomian.
9. Rekonstruksi (Reconstruction)
Tahap ini merupakan program jangka menengah dan jangka Panjang guna
perbaikan fisik, sosial dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat
pada kondisi yang sama atau lebih baik dari sebelumnya.
9
Metode yang digunakan yaitu metode sederhana (cara visual, melalui
kepemilikan barang dan dokumentasi diri) dan metode ilmiah dapat berupa sidik
jari, serologi, odontology, antropologi dan biologi. Cara-cara ini sekarang
berkembang pesat. Dijelaskan juga mengenai Teknik identifikasi dengan metode
superimposisi. Metode ini merupakan suatu system pemeriksaan untuk menentukan
identitas seseorang dengan membandingkan korban semasa hidupnya dengan
tengkorak yang ditemukan. Namun Teknik ini juga terdapat kesulitan yaitu jika :
1. Korban tidak pernah membuat foto semasa hidupnya
2. Foto korban harus baik posisinya maupun kualitasnya
3. Tengkorak yang ditemukan sudah hancur dan tidak berbentuk lagi
4. Membutuhkan kamar gelap yang perlu biaya tersendiri.
Dalam buku ini juga dibahas bagaimana pencegahan penyakit menular dan
survey data penyakit pada wilayah darurat bencana. Upaya pemberantasan
penyakit menular pada umumnya diselenggarakan untuk mencegah KLB penyakit
menular pada periode pascabencana. Selain itu, upaya tersebut juga bertujuan
untuk mengidentifikasi penyakit menular yang perlu diwaspadai pada kejadian
bencana dan pengungsian, melaksanakan langkah-langkah upaya pemberantasan
penyakit menular, dan melaksanakan upaya pencegahan kejadian luar biasa (KLB)
penyakit menular.
Dibahas juga mengenai manajemen Kesehatan dasar, sanitasi, dalam air
bersih dalam penanggulangan bencana. Persediaan pangan yang tidak cukup juga
mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi seseorang serta akan memperberat
proses terjadinya penurunan daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit.
Pelayanan Kesehatan dasar yang diperlukan pengungsi meliputi :
1. Pelayanan Pengobatan
2. Pelayanan Imunisasi
3. Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Anak
4. Pelayanan Gizi
5. Pemberantasan Penyakit Menular Dan Pengendalian Vektor
6. Pelayanan Kesehatan Jiwa
7. Pelayanan Promosi Kesehatan
10
Pada bagian selanjutnya dibahas mengenai pertolongan pertama pada gawat
darurat / PPGD dalam kedaruratan bencana. PPGD merupakan singkatan dari
pertolongan pertama gawat darurat. PPGD merupakan salah satu tindakan untuk
memberikan pertolongan pertama pada korban yang mengalami kecelakaan dan
ditolong dengan secepat-cepatnya agar korban selamat. Dijelaskan juga bagaimana
prinsip dasar pertolongan pertama pada gawat darurat dalam kedaruratan bencana.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a) Danger (Bahaya)
b) Response (Kesadaran)
c) Circulation (Peredaran Darah)
d) Posisi Miring Mantap
e) Resusitasi Jantung Paru (RJP)
f) Airway Control (Penguasan Jalan Napas).
12
Peran masyarakat dalam penaggulangan bencana :
15
BAB III
PENUTUP
I. KESIMPULAN
Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam yang
sulit dihindari dan seringkali meresahkan manusia. Selain dapat menimbulkan
kerugian, juga dapat mempengaruhi mental dari pihak yang mengalami bencana
namun mampu dikurangi resiko intensitasnya. Dalam buku “ Disaster management :
Perspektif Kesehatan dan Kemanusian “ telah banyak membahas tentang apa itu
bencana, jenis Ancaman bencana, Siklus Penanggulanngan Bencana, Pergeseran
Paradigma , perencanaan dan penanggulangan bencana dan praktik Rapid Health
Assesment ( RHA) menejemen penceganhan dan penanngulangan bencana,
penanganan korban masal, menejemen sarana dan logistik hingga pada risiko bencana
(analisis dan penangananya).
Tahap penanggulangan bencana secara umum yaitu sebelum bencana ( tahap
kesiap siagaan, tahap mitigasi), saat bencana (tahap penyelamatan dan evakuasi
korban maupun harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan dan
pengurusan pengungsi) dan pasca bencana ( recovery yaitu: tahap rehabilitasi dan
konstruksi . Pada dasarnya, masyarakat harus selalu waspada terhadap adanya
bencana yang sering kali terjadi tanpa bisa diprediksi terlebih dahulu. Oleh sebab itu,
diperlukan tindakan oleh masyarakat itu sendiri untuk mengurangi dampak dari
bencana yang terjadi. Tindakan untuk menanggulangi dampak dari bencana
dinamakan mitigasi bencana. Mitigasi bencana adalah upaya untuk mengurangi risiko
bencana. Hal ini ditempuh dengan, misalnya, melalui pembangunan fisik maupun
penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana dengan
pendidikan dasar sejak dini di sekolah-sekolah.
Manajemen risiko bencana di Indonesia dilaksanakan dengan pendekata
konvensional dan dilakukan dengan mekanisme eksternal. Rencana kegiatan
penaggulangan bencana (pada tahap-tahap prevensi, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap
darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi) yang tertuang pada keputusan Menko Kesra,
memposisikan masyarakat sebagai obyek. Kurang terlihat upaya penguatan
masyarakat guna mengurangi tingkat kerentanan. Pendukung pelaksanaan kegiatan
16
tidak melibatkan masyarakat local dan tidak memperhatikan potensi masyarakat
(korban).
Penanggulan bencana ini tidak hanya di lakukan oleh pemerintah saja tetapi
haruslah di dukung oleh masyarakat. Upaya upaya yang di tulis didalam buku
“Disaster Management “ ini sudah di aplikasikan oleh pemerintah dan masyarakat ,
mulai dari upaya prabencana, bencana sampai pasca bencana. Namun untuk semuanya
dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan perlunya koordinasi dan kerjasama
semua pihak mulai pemerintah pusat, pemerintah daerah hingga pada masyarakat.
Apabila starategi yang di sarankan dapat di patuhi oleh masyarakat seperti : tidak
membuang sampah sembarangan, tidak membagun rumah di bantaran sungai, rajin
menanam pohon, tidak melakukan pembakaran hutan, tidak menambang di darah
curan maka untuk meminimalir bencana terjadi dapat di kendalikan. Pemerintah
Pusat maupun Pemerintah Daerah memegang peran dalam sistem penanggulangan
bencana. Peran tersebut meliputi 5 (lima) aspek yaitu Aspek legislasi, aspek
kelembagaan, aspek perencanaan, aspek pendanaan dan pengembangan kapasitas.
II. SARAN
17
Daftar Pustaka
Dr. Usiono, MA, Dr.Triniswati Utami,M.Kes, Fauziah Nasution, M.Psi, dan Meuthia
Nanda,M.Kes.2018.Disaster Management .Perspektif Kesehatan Dan Kemanusiaan.Penerbit :
Perdana Publishing.Medan,Sumatera Utara.
18