Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN AKHIR

DOKUMEN PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)


REVITALISASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
KABUPATEN LUWU TIMUR

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu permasalahan pembangunan di perkotaan adalah munculnya


arus urbanisasi yang semakin deras diakibatkan ketimpangan laju
pembangunan di kota dibandingkan dengan di desa. Hal ini
ditunjukkan dengan kondisi sosial demografis di kawasan kumuh
seperti kepadatan penduduk yang tinggi, kondisi lingkungan yang tidak
layak huni dan tidak memenuhi syarat serta minimnya fasilitas umum
dan fasilitas sosial berupa fasilitas pendidikan, kesehatan dan sarana
prasarana sosial budaya. Secara sosiologis permukiman kumuh adalah
suatu permukiman yang tidak layak huni karena tidak memenuhi
persyaratan untuk hunian baik secara teknis maupun non teknis,
dengan gambaran dan kesan secara umum tentang masyarakat yang
hidup dengan sikap dan tingkah laku yang rendah dilihat dari standar
hidup dan penghasilan kelas menengah ke bawah. Hal tersebut menjadi
interpretasi umum bahwa masyarakat yang tinggal di kawasan
permukiman kumuh adalah pemukim yang tinggal atau berada didalam
suatu lingkungan yang rendah kualitasnya dengan belum terpenuhinya
standar pelayanan minimal manusia untuk hidup dengan layak.

Seiring dengan pertumbuhan penduduk di daerah perkotaan, maka


kebutuhan penyediaan akan prasarana dan sarana permukiman akan
meningkat pula, baik melalui peningkatan maupun pembangunan baru.
Selanjutnya pemenuhan akan kebutuhan prasarana dan sarana
permukiman baik dari segi perumahan maupun lingkungan
permukiman yang terjangkau dan layak huni belum sepenuhnya dapat
disediakan baik oleh masyarakat sendiri maupun pemerintah, sehingga
kapasitas daya dukung prasarana dan sarana lingkungan permukiman
yang ada mulai menurun yang pada gilirannya memberikan konstribusi
terjadinya lingkungan permukiman kumuh.Lingkungan permukiman

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN I-1


DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN
LAPORAN AKHIR
DOKUMEN PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
REVITALISASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
KABUPATEN LUWU TIMUR

kumuh digambarkan sebagai bagian yang terabaikan dari lingkungan


perkotaan dimana kondisi kehidupan dan penghidupan masyarakatnya
sangat memprihatinkan, yang diantaranya ditunjukkan dengan kondisi
lingkungan hunian yang tidak layak huni, tingkat kepadatan penduduk
yang tinggi, sarana dan prasarana lingkungan yang tidak memenuhi
syarat, tidak tersedianya fasilitas pendidikan, kesehatan maupun sarana
dan prasarana sosial budaya kemasyarakatan yang memadai,
kekumuhan lingkunganpermukiman cenderung bersifat paradoks, bagi
masyarakat yang tinggal di lingkungan tersebut, kekumuhan adalah
kenyataan sehari-hari yang tidak mereka masalahkan, sedangkan di
pihak lain yang berkeinginan untuk menanganinya, masalah kumuh
adalah suatu permasalahan yang perlu segera ditanggulangi
penanganannya.

Perkembangan permukiman di daerah perkotaan tidak terlepas dari


pesatnya laju pertumbuhan penduduk perkotaan baik karena faktor
pertumbuhan penduduk kota itu sendiri maupun karena faktor
urbanisasi. Dampak negatif urbanisasi yang telah berlangsung selama
ini lebih disebabkan oleh tidak seimbangnya peluang untuk mencari
nafkah di daerah perdesaan dan perkotaan. Beberapa pengamat
meyakini bahwa salah satu penyebab mengalirnya penduduk pedesaan
ke kota-kota akibat kekeliruan adopsi paradigma pembangunan yang
menekankan pada pembangunan industrialisasi besar-besaran yang
ditempatkan di kota-kota besar yang kemudian dikenal dengan istilah
AIDS (Accelerated Industrialization Development Strategy), sehingga
memunculkan adanya daya tarik yang sangat kuat untuk mengadu
nasibnya di kota yang dianggap mampu memberikan masa depan yang
lebih baik dengan penghasilan yang lebih tinggi, sementara pendidikan
dan ketrampilan yang mereka miliki kurang memadai untuk masuk
disektor formal.

Dilihat dari sisi pemanfaatan ruang permukiman, permukiman kumuh


diartikan sebagai permukiman yang tidak layak huni karena
ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi,
dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak
memenuhi syarat. Penggunaan ruang para permukiman kumuh
tersebut seringkali berada pada suatu ruang yang tidak sesuai dengan
fungsi aslinya sehingga berubah menjadi fungsi permukiman, seperti
muncul kantung-kantung permukiman pada daerah sempadan untuk

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN I-2


DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN
LAPORAN AKHIR
DOKUMEN PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
REVITALISASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
KABUPATEN LUWU TIMUR

kebutuhan ruang terbuka hijau atau lahan-lahan yang tidak sesuai


dengan peruntukkannya (squatters). Keadaan demikian yang
menunjukkan bahwa penghuninya kurang mampu untuk membeli dan
menyewa rumah di daerah perkotaan dengan harga lahan/ bangunan
yang tinggi, sedangkan lahan kosong di daerah perkotaan sudah tidak
ada. Permukiman tersebut muncul dengan sarana dan prasarana kurang
memadai, kondisi rumah yang kurang baik dengan kepadatan yang
tinggi serta mengancam kondisi kesehatan penghuni.

Permasalahan permukiman kumuh perkotaan sering kali menjadi salah


satu isu utama yang cukup menjadi polemik, sehingga seperti tidak
pernah terkejar oleh upaya penanganan yang dari waktu ke waktu
sudah dilakukan. Masalah yang sarat muatan sosial, budaya ekonomi
dan politik dengan serta merta mengancam kawasan-kawasan
permukiman perkotaan yang nyaris menjadi laten dan hampir tak
selesai ditangani dalam beberapa dekade. Secara khusus dampak
permukiman kumuh juga akan menimbulkan paradigma buruk
terhadap penyelenggaraan pemerintah, dengan memberikan dampak
citra negatif akan ketidakberdayaan dan ketidakmampuan pemerintah
dalam pengaturan pelayanan kehidupan hidup dan penghidupan
warganya. Dilain sisi dibidang tatanan sosial budaya kemasyarakatan,
komunitas yang bermukim di lingkungan permukiman kumuh secara
ekonomi pada umumnya termasuk golongan masyarakat miskin dan
berpenghasilan rendah, yang seringkali menjadi alasan penyebab
terjadinya degradasi kedisiplinan dan ketidaktertiban dalam berbagai
tatanan sosial masyarakat.

UU No. 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman


mengamanahkan bahwa Negara bertanggung jawab melindungi
segenap bangsa Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman agar masyarakat mampu bertempat tinggal serta
menghuni rumah yang layak, terjangkau di dalam lingkungan yang
sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia.
Dalam mewujudkan fungsi permukiman, pencegahan dan peningkatan
kualitas terhadap permukiman kumuh dilakukan guna meningkatkan
mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni serta menjaga
dan meningkatkan kualitas dan fungsi perumahan dan permukiman
berdasarkan pada kepastian bermukim dan menjamin hak bermukim
menurut ketentuan peraturan dan perundang-undangan.

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN I-3


DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN
LAPORAN AKHIR
DOKUMEN PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
REVITALISASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
KABUPATEN LUWU TIMUR

Upaya penanganan permukiman kumuh telah diatur dalam Undang-


undang No. 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan permukiman, yang
menyatakan bahwa untuk mendukung terwujudnya lingkungan
permukiman yang memenuhi persyarakatan keamanan, kesehatan,
kenyamanan dan keandalan bangunan, suatu lingkungan permukiman
yang tidak sesuai tataruang, kepadatan bangunan sangat tinggi, kualitas
bangunan sangat rendah, prasaranalingkungan tidak memenuhi syarat
dan rawan, yang dapat membahayakan kehidupan dan penghidupan
masyarakat penghuni, dapat ditetapkan oleh pemerintah kota yang
bersangkutan sebagai lingkungan permukiman kumuh yang tidak layak
huni dan perlu diremajakan.

Perwujudan permukiman perkotaan yang layak huni dimulai dengan


penanganan permukiman kumuh perkotaan yang komprehensif dan
kolaboratif. Keterpaduan antar berbagai aspek permukiman sangat
diperlukan untuk menjamin penanganan secara tuntas yang terintegrasi
dengan pengembangan skala kota. Sistem yang terintegrasi ini perlu
didukung oleh semua pelaku pembangunan secara kolaboratif.
Tanggung jawab pengembangan perkotaan harus ditopang oleh
kerjasama yang solid dari pemangku kepentingan sesuai dengan peran
masing-masing. Penanganan permukiman kumuh perkotaan
merupakan upaya bersama dalam kesetaraan pelaku pembangunan
untuk mencapai pertumbuhan ekonomi kota yang berkesinambungan.

Penyelenggaraan permukiman kumuh perkotaan memerlukan


perencanaan yang berkesinambungan dan terstruktur sebagai acuan
pelaksanaan pembangunan untuk mewujudkan kota tanpa permukiman
kumuh. Pemerintah kab/kota sebagai nahkoda harus didorong untuk
memiliki dokumen perencanaan sebagai dasar pengembangan kawasan
permukiman sehingga penyelenggaraan pembangunan permukiman
kumuh perkotaan berada pada arah yang tepat menuju permukiman
yang layak huni dan berkelanjutan. Produk dari dokumen perencanaan
penanganan permukiman kumuh perkotaan diharapkan memiliki
kualitas yang bermutu tinggi, baik dari segi konsep, strategi, kegiatan,
sampai dengan konsep desain dan desain teknis kawasan. Selain itu,
aspek non-fisik diharapkan juga menjadi perhatian dalam perencanaan
penanganan permukiman kumuh perkotaan untuk mendukung aspek
fisik yang dibangun.

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN I-4


DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN
LAPORAN AKHIR
DOKUMEN PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
REVITALISASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
KABUPATEN LUWU TIMUR

Penanganan permukiman kumuh ini sejalan pula dengan arahan


Presiden Republik Indonesia dan Rencana Strategis Direktorat Jenderal
Cipta Karya bahwa Indonesia bebas kumuh pada tahun 2020. Melalui
komitmen Pemerintah Daerah dan informasi kumuh yang memadai
maka tujuan dalam memastikan Indonesia bebas kumuh 2020 akan
dapat terealisasikan melalui tahapan–tahapan pelaksanaan peningkatan
kualitas perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang terukur,
efektif dan tepat sasaran.

Penanganan permasalahan permukiman kumuh di suatu wilayah


seharusnya dipandang secara holistik dan tidak parsial. Kegiatan
penanganan dan pencegahan permukiman kumuh semestinya
didukung oleh seluruh komponen dan anggota masyarakat yang
menjadi penyangga kehidupan di kawasan tersebut. Sementara itu,
setiap komponen dan masyarakat juga berkembang seiring dengan
kegiatan yang dilaksanakan. Menumbuhkan motivasi masyarakat
miskin untuk berpartisipasi bisa dilakukan melalui kebijakan yang
dapat mendorong masyarakat miskin untuk berpartisipasi dalam
penataan dan pembangunan kota.

Berdasarkan uraian tersebut maka Pemerintah Kabupaten Luwu Timur


melaksanakan kegiatan penyusunan dokumen Penyusunan Detail
Engineering Design (DED) Revitalisasi Kawasan Permukiman
Kumuh Kabupaten Luwu Timur melalui penganggaran tahun 2020
yang diharapkan mampu memberikan rekomendasi aksi dalam
mengatasi permasalahan permukiman kumuh di kawasan tersebut.

B. Maksud Kegiatan

Maksud pelaksanaan kegiatan adalah tercapainya kawasan


permukiman yang layak huni dan berkelanjutan yang diwujudkan
dengan tersusunnya dokumen Penyusunan Detail Engineering Design
(DED) Revitalisasi Kawasan Permukiman Kumuh Kabupaten Luwu
Timur yang akan melingkupi penyusunan kebijakan, program dan
rencana tindak berupa rencana detail engineering sesuai dengan
kerangka prosedur kegiatan.

C. Tujuan Kegiatan

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN I-5


DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN
LAPORAN AKHIR
DOKUMEN PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
REVITALISASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
KABUPATEN LUWU TIMUR

Tujuan pelaksanaan kegiatan Penyusunan Detail Engineering Design


(DED) Revitalisasi Kawasan Permukiman Kumuh Kabupaten Luwu
Timur mencakup :

1. Menjadi dasar penyusunan rencana tindak (action plan) dalam


mengatasi permukiman kumuh
2. Menjadi landasan perumusan rencana detail teknis (detail engineering
design) sesuai dengan kebutuhan penanganan
3. Menjadi pertimbangan penting penyusunan rencana anggaran
(budgeting plan) dari program yang akan dilaksanakan.

D. Sasaran Kegiatan

Sasaran pelaksanaan kegiatan Penyusunan Detail Engineering Design


(DED) Revitalisasi Kawasan Permukiman Kumuh Kabupaten Luwu
Timur mencakup :

1. Terlaksananya penataan perumahan kumuh dan permukiman


kumuh yang sesuai dengan fungsi kawasan dan struktur kota.
2. Tercapainya pengurangan luasan perumahan kumuh dan
permukiman kumuh.
3. Terwujudnya masyarakat yang secara mandiri dapat merencanakan
dan melaksanakan upaya peningkatan kualitas perumahan kumuh
dan permukiman kumuh serta memeliharanya.
4. Terintegrasinya berbagai rencana pembangunan dan peningkatan
kawasan perumahan dan permukiman berikut pengembangan
prasarana dan sarana penunjangnya
5. Tersedianya informasi pembangunan perumahan dan permukiman
di daerah, sebagai bahan masukan bagi : penyusunan kebajikan
pemerintah vertical, penyusunan rencana serta program oleh
berbagai pihak yang berkepentingan, berminat untuk ikut serta/
melibatkan diri sesuai ketentuan dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

E. Dasar Hukum

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN I-6


DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN
LAPORAN AKHIR
DOKUMEN PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
REVITALISASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
KABUPATEN LUWU TIMUR

Dasar hukum yang mendasari pelaksanaan kegiatan Penyusunan Detail


Engineering Design (DED) Revitalisasi Kawasan Permukiman Kumuh
Kabupaten Luwu Timur ini, sebagai berikut :

1. UU No. 4 Tahun 1992, tentang Perumahan dan Permukiman;


2. UU No. 28 Tahun 2002, tentang Bangunan Gedung;
3. UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional;
4. UU No. 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah;
5. UU No. 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah;
6. UU No. 24 Tahun 2007, tentang Penanggulangan Bencana;
7. UU No. 26 Tahun 2007, tentang Penataan Ruang;
8. UU No. 18 Tahun 2008, tentang Pengelolaan Sampah;
9. UU No. 32 Tahun 2009, tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
10. PP No. 69 Tahun 1996 Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta Bentuk
dan Tata cara Peran serta Masyarakat dalam Penataan Ruang;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1998 tentang Penertiban dan
Pendayagunaan Tanah;
12. Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaI No. 27 Tahun 1999
tentang AMDAL;
13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 80 Tahun 1999
tentang Kawasan Siap Bangun Dan Lingkungan Siap Bangun;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan
Tanah;
15. Inpres Nomor 5 Tahun 1990 tentang Peremajaan Permukiman
Kumuh yang Berada di atas Tanah Negara;
16. Keppres No. 8 Tahun 1985 tentang Badan Kebijakan Perumahan
Nasional
17. Keppres No. 32/1990, tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;
18. Keppres No. 75/1993, tentang Koordinasi Pengelolaan Tata Ruang
Nasional;
19. Keppres No. 37 Tahun 1994 tentang Badan Kebijakan dan
Pengendalian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Nasional
(BKP4N);
20. Keppres No. 63/2000, tentang Badan Kebijaksanaan dan
Pengendalian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Nasional
(BKP4N);

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN I-7


DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN
LAPORAN AKHIR
DOKUMEN PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
REVITALISASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
KABUPATEN LUWU TIMUR

21. KepMen KIMPRASWIL No.217/KPTS/M/2002 tentang Kebijakan


Dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman;
22. Permendagri No. 1/1987, tentang Penyerahan prasarana lingkungan
utilitas umum, dan fasilitas sosial kepada Pemda;
23. Rencana operasi Peningkatan Kualitas Lingkungan, Perumahan
Swadaya, Kasiba/Lisiba BS, Penyediaan RS bersubsidi, Rusunawa
dalam mendukung pengembangan satu juta rumah;
24. Rencana strategis (renstra) pengembangan perumahan dan
permukiman;
25. Petunjuk operasional proyek pengembangan perumahan dan
permukiman Provinsi Jawa Tengah.
26. Perda tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Perkotaan.

F. Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup yang mendasari pelaksanaan kegiatan Penyusunan


Detail Engineering Design (DED) Revitalisasi Kawasan Permukiman
Kumuh Kabupaten Luwu Timur ini, sebagai berikut :

1. Pelaksanaan Kegiatan

a. Persiapan
1) Persiapan awal pelaksanaan, meliputi penelaahan dan
pemahaman Kerangka Acuan Kerja (KAK);
2) Kajian awal data sekunder, mencakup review dokumen
penataan ruang yang telah ada dan kajian kebijakan terkait
lainnya;
3) Persiapan teknis pelaksanaan yang meliputi :
(a) Penyimpulan data awal;
(b) Penyiapan metodologi pendekatan pelaksanaan pekerjaan;
(c) Penyiapan rencana kerja rinci;
(d) Penyiapan perangkat survei (checklist data yang
dibutuhkan, panduan wawancara, kuesioner, panduan
observasi dan dokumentasi, dan lain-lain), serta mobilisasi
peralatan dan personil yang dibutuhkan.
b. Pengumpulan data
Untuk keperluan pengenalan karakteristik kawasan, harus
dilakukan pengumpulan data primer dan data sekunder.
Pengumpulan data primer dapat meliputi :

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN I-8


DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN
LAPORAN AKHIR
DOKUMEN PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
REVITALISASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
KABUPATEN LUWU TIMUR

4) Penjaringan aspirasi masyarakat yang dapat dilaksanakan


melalui penyebaran angket, temu wicara, wawancara orang
per orang dan lain sebagainya
5) Pengenalan kondisi fisik dan sosial ekonomi wilayah kota
secara langsung melalui kunjungan ke semua bagian wilayah
kota.
Sedangkan pengumpulan data sekunder yang merupakan bagian
penting dalam pelaksanaan lapangan dilakukan dengan
pengambilan data dari berbagai instansi. Data sekunder yang
harus dikumpulkan meliputi :
6) Peta dasar yang bersumber dari Bakosurtanal
7) Data dan informasi:
(a) Data dan informasi kebijakan penataan ruang terkait
(RTRW Kabupaten, RTRW Provinsi dan dokumen
penataan ruang yang lebih rinci yang telah ada).
(b) RPJP Kabupaten dan RPJM Kabupaten
(c) Data tentang kependudukan
(d) Data tentang prasarana, sarana, dan utilitas wilayah
(e) Data perekonomian wilayah
(f) Data tentang kemampuan keuangan pembangunan daerah
(g) Data kondisi fisik/lingkungan dan sumber daya alam
termasuk penggunaan lahan eksisting
(h) Data dan informasi tentang kelembagaan pembangunan
daerah
(i) Data dan informasi tentang kebijakan pembangunan
sektoral, terutama yang merupakan kebijakan pemerintah
pusat
(j) Peraturan-perundang undangan terkait

Tingkat akurasi data, sumber penyedia data, kewenangan sumber


atau instansi penyedia data, tingkat kesalahan, variabel
ketidakpastian, serta variabel-variabel lainnya yang mungkin ada,
perlu diperhatikan dalam pengumpulan data. Data dalam bentuk
data statistik dan peta, serta informasi yang dikumpulkan berupa
data tahunan (time series) minimal 5 (lima) tahun terakhir dengan
kedalaman data setingkat kelurahan/desa. Dengan data
berdasarkan kurun waktu tersebut diharapkan dapat memberikan
gambaran perubahan apa yang terjadi pada setiap kawasan kajian.

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN I-9


DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN
LAPORAN AKHIR
DOKUMEN PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
REVITALISASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
KABUPATEN LUWU TIMUR

c. Pengolahan dan analisa data


 Analisa kesesuaian pemanfaatan ruang
Analisa kesesuaian pemanfaatan ruang dilakukan untuk
mengetahui keberadaan pemanfaatan ruang kawasan kumuh
apakah telah sesuai atau tidak dengan arahan Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) yang telah ada saat ini di Kabupaten Luwu Timur.
 Identifikasi lokasi kawasan kumuh
Untuk melakukan identifikasi kawasan permukiman kumuh
digunakan kriteria. Penentuan kriteria kawasan permukiman
kumuh dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai aspek
atau dimensi seperti kesesuaian peruntukan lokasi dengan rencana
tata ruang, status (kepemilikan) tanah, letak/kedudukan lokasi,
tingkat kepadatan penduduk, tingkat kepadatan bangunan,
kondisi fisik, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat lokal. Untuk
menetapkan lokasi kawasan permukiman kumuh digunakan
kriteria-kriteria yang dikelompok kedalam kriteria :
a. Vitalitas non ekonomi
b. Vitalitas ekonomi kawasan
c. Status kepemilikan tanah
d. Keadaan prasarana dan sarana
e. Komitmen pemerintah kabupaten/kota
f. Prioritas penanganan

Kegiatan penilaian kawasan permukiman kumuh dilakukan


dengan sistem pembobotan pada masing-masing kriteria diatas.
Umumnya dimaksudkan bahwa setiap kriteria memiliki bobot
pengaruh yang berbeda-beda. Selanjutnya dalam penentuan bobot
kriteria bersifat relatif dan bergantung pada preferensi individu
atau kelompok masyarakat dalam melihat pengaruh masing-
masing kriteria.
 Analisa tingkat kekumuhan (tipologi)
Analisa tingkat kekumuhan dilakukan dengan penilaian
terhadap aspek fisik, ekonomi dan sosial untuk menentukan
tingkat kekumuhan (kumuh berat, sedang atau rigan).
2. Seminar/ Ekspose
Kegiatan seminar/ ekspose dilakukan untuk mensosialisasikan
dan mendiskusikan hasil pelaksanaan kegiatan Penyusunan
Detail Engineering Design (DED) Revitalisasi Kawasan

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN I-10


DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN
LAPORAN AKHIR
DOKUMEN PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
REVITALISASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
KABUPATEN LUWU TIMUR

Permukiman Kumuh Kabupaten Luwu Timur dihadapan


stakeholder (instansi terkait, pihak legislatif, masyarakat, LSM, dan
pihak-pihak lainnya). Pelaksanaan kegiatan ini sekaligus sebagai
forum untuk menguji apakah hasil pelaksanaan kegiatan telah
sesuai dengan kebutuhan dan harapan para stakeholder yang
terlibat dengan kajian ini.

G. Lokasi Kegiatan

Lokasi kegiatan Penyusunan Detail Engineering Design (DED)


Revitalisasi Kawasan Permukiman Kumuh Kabupaten Luwu Timur ini
berfokus di Kelurahan Tomoni Kecamatan Tomoni.

H. Jadwal Kegiatan

Kegiatan Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Revitalisasi


Kawasan Permukiman Kumuh Kabupaten Luwu Timur akan
dilaksanakan selama 1 bulan atau mencakup 30 hari kalender yang akan
meliputi tahap pra kegiatan, pelaksanaan kegiatan dan pasca kegiatan
yang diharapkans seluruh tahapan terlaksana sesuai dengan
perencanaan.

I. Hasil Kegiatan

Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan Penyusunan Detail


Engineering Design (DED) Revitalisasi Kawasan Permukiman Kumuh
Kabupaten Luwu Timur adalah tersusunnya laporan pendahuluan,
konsep laporan akhir dan laporan akhir, dimana setiap laporan secara
substantif memuat tentang :

1. Laporan Pendahuluan ; secara substantif terdiri dari sub materi :


a. Latar belakang, maksud, tujuan, sasaran, lokasi pekerjaan dan
ruang lingkup kegiatan.
b. Metodologi dan pendekatan pelaksanaan pekerjaan
c. Rencana kerja konsultan
2. Konsep Laporan Akhir ; secara substantif terdiri dari sub materi :
a. Deskripsi hasil penelusuran data primer dan data sekunder
b. Deskripsi kegiatan dan hasil analisis
c. Penetapan lokasi kawasan kumuh yang ada di kawasan kajia
d. Penetapan tipologi kekumuhan dari lokasi kawasan kumuh
yang telah diidentifikasi

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN I-11


DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN
LAPORAN AKHIR
DOKUMEN PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
REVITALISASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
KABUPATEN LUWU TIMUR

e. Rumusan strategi, sasaran, program dan kegiatan penataan


kawasan kumuh berdasarkan tipologinya.

3. Laporan Akhir
Laporan akhir, ; secara substantif terdiri dari sub materi :
a. Deskripsi hasil penelusuran data primer dan data sekunder
b. Deskripsi kegiatan dan hasil analisis
c. Penetapan lokasi kawasan kumuh yang ada di kawasan kajian.
d. Penetapan tipologi kekumuhan dari lokasi kawasan kumuh
yang telah diidentifikasi
e. Rencana strategi, sasaran, program dan kegiatan penataan
kawasan kumuh berdasarkan tipologinya

J. Sistematika Pembahasan
Laporan Akhir Penyusunan Detail Engineering Design (DED)
Revitalisasi Kawasan Permukiman Kumuh Kabupaten Luwu Timur
terdiri dari 5 bab yaitu :

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang, Maksud Kegiatan, Tujuan Kegiatan, Sasaran Kegiatan,
Dasar Hukum, Ruang Lingkup Kegiatan, Lokasi Kegiatan, Jangka
Kegiatan, Hasil Kegiatan dan Sistematika Pembahasan.

BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN


Tinjauan RPJMD Kabupaten Luwu Timur, Tinjauan RTRW Tinjauan
RTRW Kabupaten Luwu Timur dan Profil Wilayah Kabupaten Luwu
Timur.

BAB III TINJAUAN UMUM


Gambaran Umum Kabupaten Luwu Timur, Gambaran Umum
Kecamatan dan Gambaran Umum Kawasan Kumuh Tomoni.

BAB IV PROVIL KUMUH


Gambaran umum kawasan kumuh serta peta peta kawasan Kumuh
Tomoni.

BAB V KONSEP DAN STRAREGI

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN I-12


DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN
LAPORAN AKHIR
DOKUMEN PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
REVITALISASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
KABUPATEN LUWU TIMUR

Visi Misi , Tujuan dan Rumusan Konsep Strategi Kawasan Kumuh


Tomoni.

BAB VI PROGRAM KEGIATAN


Kebutuhan Penanganan Kawasan Kumuh Kelurahan Tomoni, Strategi,
Program dan Kegiatan Penanganan Kelurahan Tomoni, dan Strategi,
Program dan Kegiatan Penanganan

BAB VII RENCANA TINDAK


Tema Perencanaan, dan Desain Perencanaan

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN I-13


DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN

Anda mungkin juga menyukai