PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2021 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bioteknologi tanaman merupakan budidaya jaringan tanaman secara in vitro yang memiliki fungsi yang sama dengan budidaya tanaman secara konvensional. Kultur jaringan adalah teknik untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan, dan organ yang ditumbuhkan dalam kondisi aseptik sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang utuh. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan ialah perbanyakan tanaman menggunakan bagian vegetatif tanaman pada media buatan yang dilakukan pada tempat steril. Pengenalan alat merupakan langkah pertama sebelum kita melakukan percobaan atau penelitian karena dengan mengenal alat, kita dapat mengetahui fungsi masing- masing bagian dari alat tersebut serta cara pengoprasian atau penggunaan alat-alat yang akan digunakan dalam percobaan atau penelitian yang dilakukan dan dengan kita mengetahui akan fungsi dan cara penggunaan alat-alat yang akan digunakan dapat memperlancar jalannya suatu percobaan atau penelitian. 1.2 Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu agar dapat mengetahui ruangan, alat, serta bahan yang ada di laboratorium kultur jaringan. BAB II PEMBAHASAN
2.1 Ruangan Pada Laboratorium Kultur Jaringan
Didalam laboratorium kultur jaringan terdapat 4 ruangan untuk melakukan kegiatan kultur jaringan yaitu ruang persiapan, ruang penanaman, ruang kultur, dan ruang aklimatisasi. a. Ruang Persiapan Pada ruang persiapan dibagi menjadi beberapa ruang yaitu dapur dan ruang preparasi. Dapur pada laboratorium kultur jaringan memiliki fungsi sebagai tempat pencucian alat-alat sebelum disterilisasi. Di dapur terdapat tempat pencucian dengan kran, bak sampah serta rak tempat menaruh alat-alat setelah dicuci. Ruang preparasi Merupakan tempat pembuatan media dimana pada ruangan ini diletakkan rak yang berisi zat kimia, timbangan, magnetic stirrer, kulkas, meja untuk melakukan pembuatan media, serta autoklaf yang digunakan untuk sterilisasi alat dan media memakai daya listrik, maka alat ini juga diletakkan di ruang preparasi. b. Ruang Penanaman Ruang tanam merupakan ruang untuk menanam kultur. Ruangan ini harus dijaga sterilitasnya agar pekerjaan kultur dapat terhindar dari kontaminasi dan berjalan dengan baik.. Di dalam ruang kultur terdapat meja kerja steril. Meja kerja steril ini berupa enkas yaitu meja kerja yang sangat sederhana dan tidak menggunakan daya listrik, serta laminar air flow yaitu meja kerja yang membutuhkan daya listrik. Ruang tanam sebaiknya dilengkapi dengan pendingin (AC) untuk memberikan kenyamanan pada peneliti. c. Ruang Kultur Ruang kultur atau ruang inkubasi merupakan ruang yang digunakan untuk meletakkan dan menumbuhkan hasil kultur yang telah ditanam. Ruangan ini dilengkapi dengan AC yang suhunya berkisar 20-24oC karena morfogenesis dalam kultur umumnya terjadi pada kisaran suhu tersebut. Di dalam ruang kultur diletakkan rak-rak kultur yang digunakan untuk menaruh hasil kultur. Ruang ini juga harus dijaga sterilitasnya untuk menghindarkan kultur dari kontaminan. Sterilitasi dilakukan dengan cara menyingkirkan kultur yang sudah terkontaminasi karena menjadi sumber kontaminan untuk kultur yang sehat. d. Ruang Aklimatisasi Aklimatisasi merupakan proses adaptasi plantlet dari kondisi heterotrof didalam botol kultur menjadi autotrof yang dapat ditanam di tanah. Proses aklimatisasi dilaksanakan didalam green house dengan memberikan perlakuan kelembaban, intensitas cahaya, dan temperatur. Setelah masa aklimatisasi selesai, tanaman dapat dibawa keluar dari green house untuk ditanam dilapangan. 2.2 Peralatan Pada Kultur Jaringan Peralatan yang digunakan saat kegiatan kultur jaringan yaitu laminar air flow, timbangan analitik, magnetic stirrer, autoklaf, skalpel, pinset, pH Meter, cawan petri, oven, dan gelas ukur. No. Nama Alat Gambar Alat Fungsi Alat 1. Laminar air Digunakan untuk flow menanam eksplan.
2. Timbangan Digunakan untuk
analitik menimbang bahan atau zat yang digunakan untuk media kultur.
3. Magnetic Digunakan untuk
stirrer mengaduk dan memanaskan larutan dalam proses pembuatan media. 4. Autoklaf Digunakan untuk mensterilisasi media, aquades, botol kultur, dan alat-alat kultur.
5. Skalpel Digunakan untuk untuk
mengiris atau memotong bahan eksplan yang akan digunakan.
6. Pinset Digunakan untuk
memegang atau menjepit benda saat penanaman eksplan.
7. pH Meter Digunakan untuk
menetapkan pH media.
8. Cawan Petri Digunakan untuk
meletkkan eksplan yang telah dibersihkan sebelum melakukan penanaman.
9. Oven Digunakan untuk
sterilisasi alat-alat kultur. 10. Gelas Ukur Digunakan untuk mengukur volume larutan.
2.3 Media Pada Kultur Jaringan
Terdapat beberapa media yang digunakan pada kultur jaringan yaitu hara makro, hara mikro, gula, vitamin, zat pengatur tumbuh, pemadat media, dan senyawa organik alami. a. Hara Makro Hara makro adalah unsur hara esensial yang dibutuhkan dalam jumlah banyak oleh tanaman yaitu nitrogen (N) merupakan komponen dalam pembentukan protein dan asam amino dalam tubuh tanaman. Fosfor (P) merupakan komponen pembentukan asam nukleat. Kalium (K) untuk mengatur potensial osmotik sel tanaman. Kalsium (Ca) untuk sintesis dinding sel. Magnesium (Mg) merupakan kofaktor enzim. Serta sulfur (S) adalah komponen beberapa asam amino. b. Hara Mikro Hara mikro adalah unsur hara esensial yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit oleh tanaman yaitu zat besi (Fe) berperan dalam transport elektron. Mangan (Mn) adalah kofaktor enzim, Seng (Zn) berperan dalam sintesis klorofi. Kobalt (Co) adalah komponen beberapa vitamin. Tembaga (Cu) berperan dalam reaksi transfer elektron. Serta Molibdenum (Mo) juga merupakan kofaktor enzim. c. Gula Gula diberikan pada media kultur sebagai sumber karbohidrat untuk respirasi karena tanaman kultur bersifat heterotrof, tidak dapat melakukan fotosintesis untuk menghasilkan karbohidrat. Respirasi menghasilkan energi yang digunakan oleh sel tanaman untuk melakukan pembelahan sel. d. Vitamin Vitamin dibutuhkan tanaman sebagai katalisator dalam berbagai proses metabolisme. Vitamin digunakan untuk pertumbuhan sel serta proses diferensiasi sel dan jaringan yang ditanam secara in vitro. Beberapa jenis vitamin yang digunakan dalam kultur in vitro adalah thiamin, nicotinic acid dan pyridoxine. e. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Zat pengatur tumbuh yang umumnya digunakan dalam kultur jaringan adalah golongan auksin dan sitokinin. ZPT golongan auksin yang biasa digunakan dalam kultur yaitu indole-3-acetic acid (IAA), indole-3-butricacide (IBA), 2,4-dichlorophenoxy- acetic acid (2,4-D) dan naphthalene-acetic acid (NAA). ZPT dari golongan sitokinin yaitu BA (Benzyladenine), BAP (6-benzyloaminopurine), 2-iP (isopentenyl adenine), kinetin (6-furfurylaminopurine), Zeatin (6-4-hydroxy-3-methyl-trans-2- butenylaminopurine) dan TDZ (thidiazuron). Perbandingan kedua golongan ZPT tersebut akan mempengaruhi arah morfogenesis yang terjadi pada kultur. Auksin yang lebih tinggi dari sitokinin akan menstimulasi terbentuknya akar, sedangkan jika perbandingan sitokinin yang lebih tinggi dari auksin akan menginduksi terbentuknya tunas. Jika auksin dan sitokinin pada konsentrasi yang sama maka akan terbentuk kalus. f. Pemadat Media Penambahan senyawa pemadat bertujuan untuk membuat media menjadi padat maupun semi padat. Pemadat tersebut dapat berupa agar, dan agarose. Media kultur sebaiknya tidak terlalu padat agar penyerapan nutrisi dapat berjalan baik. Demikian pula pada perkecambahan biji secara in vitro, diperlukan media semi padat untuk mempermudah terjadinya perkecambahan. g. Senyawa Organik Alami Senyawa organik alami seperti air kelapa, santan kelapa, ekstrak tomat, ekstrak pisang, dan ekstrak kentang ditambahkan pada media kultur untuk menstimulasi pertumbuhan sel atau jaringan kultur. Kebutuhan akan jenis dan jumlahnya tergantung spesies tanamannya. Arang aktif juga ditambahkan pada media kultur untuk merangsang perakaran, karena perakaran tumbuh lebih baik pada media yang berwarna gelap. Selain itu, penambahan arang aktif juga digunakan dalam kultur in vitro untuk mengatasi browning pada kultur organ tanaman yang banyak mengandung senyawa fenol. DAFTAR PUSTAKA
Basri, A. H. H. 2016. Kajian Pemanfaatan Kultur Jaringan Dalam Perbanyakan
Tanaman Bebas Virus. Agrica Ekstensia, 10(1): 64-73.
Dwiyani, R. 2015. Kultur Jaringan Tanaman. Bali: Pelawa Sari.
Sutrisno. 2006. Peran Bioteknologi dalam Perkembangan Pertanian di Inonesia. Balai
Besar Litbang Bioteknologi dan Sumberdaya Genetika Pertanian. Bogor.