Hitam, stelan yang dipakai orang-orang. Peluh awan mendung yang tertahan
gambarkan suasana kelabu oleh duka. Sebongkah peti kukuh berwarna putih turun perlahan,
isak tangis mulai terdengar. Langkahku getir meninggalkan bukit penuh nisan. Kedua mataku
terpaku pada gerak kakiku yang makin cepat, diiringi bisik-bisik yang samar terdangar.
“Mau kemana dia? Pemakaman masih belum usai,” bisik salah seorang wanita pada
temannya. “Mungkin dia akan mengurung diri lagi,” balas teman wanita itu.
Aku tak pernah tega melihatnya sekarat, lagi dan lagi. Aku mengurung diri menjelang
kematiannya, melarikan diri dari luka yang kian dalam
Suntikkan kecil serum celebre yang ku buat menerobos masuk pembuluh vena
lenganku, serum yang membuat tubuh mampu menahan beban pada fisik dan merangsang
perubahan gelombang otak. Kemudian mengalirkan listrik bertegangan 1.000 volt dengan
kandungan energi sebesar 170 joule ke otak, seperti menggunakan defibrillator pada kepala.