Penyusun:
Pembimbing:
Penguji:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
Daftar Isi
Halaman .......................................................................................................... i
Kata Pengantar................................................................................................ ii
Bab I (Pendahuluan)........................................................................................ 1
1.4 Manfaat.................................................................................................... 2
2.2 Manual Terapi pada Craniocervical Joint dan Thoracal Joint ..................... 5
Daftar Pustaka............................................................................................... 20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Manual terapi adalah berbagai teknik terapi yang dilakukan secara manual
(tanagan terapis) untuk tujuan diagnostik dan tujuan terapeutik terhadap
berbagai macam gangguan pada sistem neuromuskuloskeletal, terutama
gangguan pada sendi dan otot (Physiopedia, n.d.). Menurut American
Academy of Orthopedic Manual Physical Therapists (AAOMPT) Description
of Advanced Specialty Practice (DASP) (2018), terapi fisik manual ortopedi
(OMPT) didefinisikan sebagai: “bidang khusus lanjutan dari praktik terapi
fisik yang didasarkan pada manual teknik pemeriksaan dan pengobatan yang
terintegrasi dengan olahraga, pendidikan pasien, dan modalitas terapi fisik
lainnya untuk mengatasi rasa sakit, kehilangan fungsi, dan kesehatan. Terapi
manual ini didasarkan pada bukti klinis dan saintifik serta dibatasi oleh faktor
biopsikososial dan tiap individu dan pasien. Efek dari terapi manual ini adalah
mengurangi rasa nyeri dengan cara mengubah konsentrasi mediator inflamasi,
peningkatan kadar serotonin dan endorfin yang berperan dalam penurunan
ambang batas rasa nyeri, menghasilkan hipoalgesia melalui eksitasi sistem
saraf simpatis, penurunan denyut jantung dan tekanan darah sebagai respon
atas berkurangnya stres, memberikan efek limitatif cannabis yang timbul dari
peningkatan kadar kanabinoid endogen serta memiliki efek desensitisasi
dengan cara mengambil alih memori nyeri dan menggantikannya dengan
memori baru.
Ada banyak teknik dasar dalam terapi manual, diantaranya adalah
pemijatan dan mobilisasi jaringan lunak, traksi manual, stabilisasi sendi,
manipulasi sendi, Muscle Energy Techniques (MET), teknik High Velocity
Low Amplitudo (HVLA) dan drainase kelenjar getah bening atau Manual
Lymph Drainage (MLD). Dalam beberapa kasus sering terjadi disfungsi dari
beberapa bagian tubuh, diantaranya temporomandibular joint, cranio cervical,
thoracal joint, dan lumbosacral joint. Hal ini dikarenakan oleh beberapa
faktor yaitu adanya salah satu gangguan dari komponen tersebut, gerakan
1
yang melebihi Range Of Motion (ROM) normal secara mendadak, sendi yang
meradang dan kondisi patologi lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana manual terapi pada Temporomandibular joint
2. Bagaimana manual terapi pada Cranio cervical & Thoracal joint
3. Bagaimana manual terapi pada Lumbosacral joint
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana manual terapi pada Temporomandibular
joint
2. Untuk mengetahui bagaimana manual terapi pada Cranio cervical &
Thoracal joint
3. Untuk mengetahui bagaimana manual terapi pada Lumbosacral joint
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara menerapkan manual terapi pada
Temporomandibular joint
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara menerapkan manual terapi Cranio
cervical & Thoracal joint
3. Mahasiswa dapat mengetahui cara menerapkan manual terapi Lumbosacral
joint
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Pada kaput superior, m. pterigoideus lateralis berinsersi ke dalam simpai sendi
dan diskusnya serta menghasilkan tenaga untuk menggerakkan diskus pada
tuberkulum artikularis ke arah anterior, yaitu ketika m. pterigodeus lateralis
pada kaput inferior menarik mandibula ke anterior sewaktu bergerak protusi.
Di sebelah luar kapsul sendi (ekstrakapsular) terdapat tiga buah ligamen yaitu
ligamentum temporomandibula lateral, ligamentum stilomandibula, dan
ligamentum sfenomandibula. Ligamen ini berperan kecil dalam stabilitas dan
penyangga sendi. Unsur penunjang utamanya adalah otot mastikasi yang
menjaga kondilus mandibula berhubungan langsung dengan permukaan sendi
pada tulang temporal. Muskulus maseter dan m. pterigoideus medialis
membentuk ”gendongan” yang menjaga sudut mandibula dan m. temporalis
menyangga sisi anterior ramus mandibula. Ketiga otot ini semuanya bekerja
untuk mengangkat mandibula dan menguatkan kondil ke dalam fossa
temporalis.
Persyarafan yang meregulasi pergerakan TMJ adalah Nervus
Trigeminus (N. Trigeminus). N. Trigeminus (V), merupakan N. Cranialis
terbesar dan hubungan perifernya mirip dengan N. Spinalis, yaitu keluar
berupa radix motorial dan sensorial yang terpisah dan radix sensorial
mempunyai ganglion yang besar. Saraf ini juga mengandung serabut sensorik
yang berasal dari ujung propioseptik pada otot rahang dan capsula serta bagian
posterior discus articulation temporomandibularis. Radix motoria
mempersarafi otot pengunyahan, otot palatum molle (M. tensor veli palatine),
otot telinga tengah. Adanya gangguan pada salah satu komponen di atas akan
mempengaruhi komponen lain yang mengakibatkan gangguan pada fungsi
pengunyahan. Kasus kehilangan gigi, terutama yang melibatkan gigi belakang
dapat merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan pada gerakan
pengunyahan yang akan berlanjut pada gangguan sendi rahang yang disebut
TMJ disorder. Oleh karena itu, untuk menangani gangguan tersebut dapat
diberikan manual terapi.
Sebelum memberikan manual terapi, Langkah awal yang dapat
dilakukan adalah dengan memberikan assessment, berupa anamnesis,
inspection quadrant, quick test quadrant, PFGD (aktif, pasif, dan isometric),
4
dilanjutkan dengan pemeriksaan khusus. Saat melakukan assessment inspeksi
TMJ lihat posisi leher dan kepala, bentuk rahang, posisi sendi, dan susunan
gigi. Untuk teknik manual terapi yang dapat diberikan pada TMJ, yaitu:
1. Dapat diberikan massage pada otot-otot depressor dan elevator
TMJ
2. Dapat diberikan teknik Transverse Friction, yaitu gerusan ibu jari
atau jari tangan. Teknik ini bertujuan untuk mengurangi nyeri,
meningkatkan sirkulasi, dan melepas abnormal cross links antar
cells otot.
3. Teknik Mobilisasi Otot:
- Mobilisasi otot atas hyoid: dengan memberikan deep strocking
mm. digastricus venter anterior-posterior
- Hyoid release technique pada otot atas hyoid
- Mobilisasi infrahyoid dengan longitudinal muscle mobilization
4. Joint Mobilization
- Mandibular traction, dengan menekan pada dua sisi molare
bawah (bilateral) dan satu sisi molare bawah (unilateral).
Teknik ini bertujuan untuk memobilisasi pada pembatasan
ROM.
- Mobilisasi sendi mandibular medial-lateral translation, dengan
memberi tekanan pada sisi lateral condylus mandbulae ke arah
medial. Teknik ini bertujuan untuk mobilisasi pada pembatasan
ROM.
- Anterior Translation, dengan memberikan tekanan pada sisi
posterior condylu mandibulae arah anterior. Teknik ini
bertujuan untuk menambah ROM depresi dan prostrusi.
2.2 Manual Terapi pada Craniocervical Joint dan Thoracal Joint
2.2.1 Manual Terapi pada Craniocervical Joint
Vertebra cervical merupakan bagian dari tulang belakang pada area
leher sampai tengkuk, yang memiliki fungsi sebagai pelindung sumsum
tulang belakang yang bertugas menyalurkan pesan dari otak menuju
seluruh tubuh. Bentuk dari tulang cervical ini kecil dengan spina atau
5
processus spinosus (bagian berbentuk sayap), dan tulang cervical
memiliki urutan dari C1-C7 dengan 7 buah tulang vertebra dimana C1
dan C2 (atlas dan axis), membentuk artikulasi mobilitas yang besar
untuk kepala, yang disebut juga upper cervical spine dan segmen
inferior yang memanjang dari permukaan inferior Axis hingga
permukaan superior Thoracal 1, yang disebut juga lower cervical spine
(Olson, 2016). Untuk upper cervical spine, atlas (C1) berartikulasi di
bagian superior dengan oksiput membentuk sendi atlanto-oksipital dan
dibagian inferior dengan Aksis (C2) membentuk sendi atlantoaxial.
Sendi atlantoaxial ini bertanggung jawab untuk rotasi cervical (no joint)
sedangkan sendi atlanto-oksipital bertanggung jawab untuk Flexi dan
ekstensi cervical (yes joint). Sedangkan untuk lower cervical spine,
pada sisi lateral, permukaan superior dari body terdapat prosesus yang
menonjol ke atas seperti kait yang disebut prosesus uncinate, yang
masing-masing berartikulasi dengan daerah yang tertekan pada aspek
lateral inferior body pada vertebral superior, yang disebut echancrure
atau anvil membentuk uncinate joint. Selain itu, pada bidang transversal
terdapat prosesus artikular superior dari satu vertebra dan prosesus
artikular inferior dari vertebra langsung di bawahnya yang membentuk
sendi facet.
Adapun manual terapi yang bisa dilakukan pada regio cervical
diantaranya:
1. Mobilisasi segmental C0-C1
Teknik bertujuan untuk menghasilkan gerakan atau
memobilisasi segmental C0-C1. Untuk prosedurnya, posisikan
pasien dalam supine lying dengan kepala di pinggir bed
disanggah oleh tangan fisioterapis . Lalu posisikan kepala
pasien dalam posisi head flexion (atlanto occypitalis) kemudian
traksikan occyput dan translasi kearah dorsocranial.
6
2. Mobilisasi segmental C1-2
Teknik ini bertujuan untuk memobilisasi segmental C1-2.
Untuk prosedurnya, pasien diposisikan supine lying dengan
kepala disisi bed dan disanggah oleh tangan terapis. terapis
menggerakan kepala kearah posisi head traction kemudian
rotation lalu kembali ke posisi semula. mendorong processus
transversal atlas ke arah rotation.
posisi netral : head traction kemudian rotation dan kembali ke
posisi semula mendorong transverse proc atlas ke rotation
7
- Rotation yaitu dengan mendorong transverse
procesus arah rotasi bersama head-neck rotation
4. Cervical Traction
Teknik ini bertujuan untuk meregangkan jarak antar vertebra
cervical dan mengurangi tekanan pembuluh darah radiks
foramen intervertebral.
Teknik ini dapat dilakukan dengan 2 cara:
• Manual, dengan indikasi
- Seluruh cervical spine
- Segmental
• Dengan alat, dengan indikasi
- Posisi lordosis sudut traksi lurus: utk disc problem
- Posisi fleksi sudut traksi tertentu: utk facet problem
- Posisi fleksi lateral sudut traksi tertentu utk uncinate
joint.
-
8
contralateral dan flexion. Lalu manipulasi dengan mendorong
transverse proc kearah rotation homolat.
6. Nelson Traction
Terapi ini bertujuan untuk meregangkan jarak antara sand bag
vertebra cervical dan spinosus proc upper thoracal. Untuk
prosedurnya, manipulasi dengan menarik bahu pasien dan
mendorong sand bag keventral.
9
mengarah ke caudal sehingga berada dibelakang corpus vertebra
dibawahnya, serta processus transversus yang lebih panjang bersendi
dengan costae membentuk costotransversal. Tidak hanya itu, costae
juga bersendi dengan corpus thoracal atau diskus membentuk
costovertebral yang mana costovertebral dan costotransversal ini
mempengaruhi mobilisasi dada. Pada sisi transversal dari thoracal juga
terdapat persendian yang disebut dengan facet thoracal spine yang
merupakan sendi sinovial yang menghubungkan facies articularis dari
vertebra yang satu dengan facies articularis dari vertebra yang ada
dibawahnya yang mana berada dalam bidang frontal seolah saling
menumpuk dimana facies articularis superior berada di belakang dan
facies articularis inferior berada di depan. adapun pergerakan dari
vertebra thoracal terdiri dari flexi (ROM 55 derajat dari total flexi trunk
110 derajat), ekstensi (ROM 25 derajat dari total 140 derajat), dan
lateral flexi (ROM 20 derajat dari total 75 derajat).
Manual terapi pada thoracal joint:
1. Mobilisasi Thoracal – Intervertebral Joint
a. PACVP (Posterior Anterior Central Vertebral Preassure)
Teknik ini bertujuan untuk menghasilkan pergerakan
segmental dari masing masing intervertebra khususnya
vertebra thoracal. untuk prosedurnya, pasien diposisikan
prone lying, lalu fisioterapis menekan prosesus spinosus ke
arah anterior dengan menggunakan kedua ibu jari atau
pisiform. Terkait preassurenya disesuaikan dengan kondisi
pasien, jika pasien merasakan nyeri, maka bisa diberikan
preassure grade 1 atau 2, sedangkan jika pasien tidak
merasakan nyeri dan hanya fokus untuk meningkatkan
ROM maka bisa diberikan preassure grade 3 atau 4
10
b. PAUVP (Posterior Anterior Uilateral Vertebral Preassure)
Teknik ini bertujuan untuk menghasilkan pergerakan rotasi
dari masing masing intervertebra khususnya vertebra
thoracal. Untuk prosedurnya, pasien diposisikan prone
lying, lalu fisioterapis menekan salah satu sisi prosesus
transversal ke arah anterior dengan menggunakan kedua ibu
jari atau pisiform sehingga dihasilkan gerakan rotasi. terkait
preassurenya disesuaikan dengan kondisi pasien, jika pasien
merasakan nyeri, maka bisa diberikan preassure grade 1
atau 2, sedangkan jika pasien tidak merasakan nyeri dan
hanya fokus untuk meningkatkan ROM maka bisa diberikan
preassure grade 3 atau 4
11
lying. kemudian kedua ibu jari fisioterapis berada di sisi
lateral prosesus spinosus lalu mendorong prosesus spinosus
ke arah lateral sehingga terjadi rotasi. Terkait preassurenya
disesuaikan dengan kondisi pasien, jika pasien merasakan
nyeri, maka bisa diberikan preassure grade 1 atau 2,
sedangkan jika pasien tidak merasakan nyeri dan hanya
fokus untuk meningkatkan ROM maka bisa diberikan
preassure grade 3 atau 4
d. Rotasi thoracal
Tujuan dari teknik ini adalah untuk memobilisasi segmen
thoracal tertentu (T3-T4 hingga T11-T12) ke dalam rotasi.
Pasien diposisikan supine lying dengan posisi tangan
menyilang diatas dada (tangan yang didekat fisioterapis
disilangkan terlebih dahulu). Tangan caudal fisioterapis
berada di vertebra. sedangkan tangan cranial fisioterapis
berada diatas lengan pasien untuk mensupport lengan
pasien. Prosedurnya, tangan cranial fisioterapis merotasikan
pasien sedikit kearah sisi fisioterpis dan jari telunjuk tangan
caudal digunakan untuk meraba segmen yang ditargetkan.
Setelah segmen ditemukan, tangan caudal fisioterapis
tepatnya eminensia tenar ditempatkan pada prosesus
transversal dari caudal segmen tulang belakang, dan
phalanx tengah digit ketiga ditempatkan pada proses
transversal kranial dari segmen tersebut. lalu Pasien secara
12
pelan pelan dirotasikan kembali ke posisi terlentang ke
tangan caudal, dan dada digunakan untuk menerapkan
kekuatan melalui lengan bawah pasien untuk mendorong
segmen (Olson, 2016).
13
b. PAUVP (Posterior Anterior Uilateral Vertebral Preassure)
Teknik ini tujuannya sama untuk memobilisasi tulang rusuk
atau costovertebral. prosedurnya, pasien diposisikan prone
lying, lalu fisioterapis menekan salah satu sisi lateral
prosesus transversal (tepatnya pada costoenya) dengan
menggunakan ibu jari sehingga terjadi gapping pada
costovertebralnya.
3. Manipulasi Thoracal
a. Upper Thoracic Gap Manipulation with Facet Locking
Teknik ini digunakan untuk manipulasi sendi facet thoracal
bagian atas yang ditargetkan. dimana Pasien telungkup
dengan bantal di bawah dada. tangan kanan fisioterapis
tepatnya Ibu jari menyentuh aspek lateral prosesus spinosus
anggota inferior segmen target pada sisi yang berlawanan
dengan sendi yang akan dimanipulasi. sedangkan tangan
kirinya tepatnya telapak tangan diletakkan melintasi aspek
lateral posterior oksiput pasien. prosedurnya, Terapis
menggunakan tangan kiri untuk secara pasif memflexikan
leher pasien menjauh dari sendi facet yang ditargetkan dan
kemudian merotasikan leher ke arah sendi facet yang
ditargetkan lalu terapis menekan secara superior dengan
tangan kiri sepanjang sudut leher/kepala dan menekan
14
secara lateral dengan ibu jari kanan melintasi prosesus
spinosus dengan kekuatan yang sama (Olson, 2016).
b. Nalson traction
Teknik ini bertujuan untuk memanipulasi sendi facet
thoracal. prosedurnya, Posisi pasien duduk, tangan
diletakkan dibelakang kepala dengan elbow fleksi, terapi
berada dibelakang pasien di regio toracal yang terganggu
diisikan bantal/handuk, tangan terapi memegang tangan
pasien lalu tarik ke arah extensi dan superior /
premanipulasi 5-10 detik lalu trust ke arah superior
15
caudal fisioterapis menyentuh prosesus transversus vertebra
dengan eminensia hipotenar sedangkan tangan kranialnya
bersentuhan dengan proses transversal sisi yang berlawanan
dari vertebra yang sama dengan eminensia hipotenar dan
dengan lengan disilangkan. Tangan kranial diarahkan ke
arah caudal dan tangan caudal diarahkan ke arah kranial,
lalu berikan gerakan ke arah ventrolateral secara cepat
(Olson, 2016).
16
- Prosedur: Terapis mencondongkan tubuh ke depan, bergantung pada
pinggul, dengan tulang belakang lumbal stabil dalam posisi netral,
tekuk pasien ke belakang ke lumbosakral junction dan angkat kaki
pasien dari lantai. Pantat terapis harus terhubung dengan
lumbosakral junction pasien. Terapis dapat menerapkan dorongan
dengan mengangkat jari-jari kaki dan menjatuhkan tumit tiba-tiba
ke tanah atau dengan melompat dari tanah dan mendarat dengan
kaki dan badan yang dipegang dengan kaku atau kuat. Dengan cara
ini, gaya reaksi tanah menyebabkan dorongan manipulatif. (Olson,
2016)
2. Manual Traction Mobilization of Lumbosacral
17
menggunakan meja mobilisasi ditambah dengan bantal pada bagian
abdomen. Tujuan pemberian bantal adalah untuk memberikan fleksi
pada lumbar.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manual terapi disebut juga dengan terapi manipulatif merupakan keterampilan
khusus yang dimiliki oleh seorang fisioterapis untuk penatalaksanaan masalah
musculoskeletal dengan pendekatan teknik manual dan Latihan terapi.
Terdapat beberapa manual terapi yang diberikan pada temporomandibular
joint (TMJ), cranio cervical dan thoracal joint, serta lumbosacral joint. Untuk
teknik manual terapi yang dapat diberikan pada TMJ, yaitu massage pada otot-
otot depressor dan elevator TMJ, teknik transverse friction, teknik mobilisasi
otot, serta joint Mobilization. Teknik manual terapi yang bisa dilakukan pada
Regio cervical diantaranya mobilisasi segmental C0-C1, Mobilisasi segmental
C1-2, Mobilisasi segmental C2-3, C3-4, C4-5, C5-6, C6-7 dan C7-Th1,
Cervical Traction, Gapping Manipulation Lower Cervical Facet, Serta Nelson
Traction. Teknik Manual terapi pada thoracal joint dibagi menjadi 3 yaitu
mobilisasi thoracal – intervertebral joint, mobilisasi thoracal – costovertebral
joint, dan manipulasi thoracal. Teknik Manual Terapi pada Lumbosacral joint
antara lain Lumbosacral Lift Manipulation dan Manual Traction Mobilization
of Lumbosacral
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan maka yang dapat penulis
sarankan mengenai penulisan makalah ini adalah diperlukannya pendalaman
materi dan pemahaman mengenai manual terapi pada Tempuromandibular
Joint, Craniocervical & Thoracal Joint, dan Lumbosacral Joint. Penulis
berharap dengan dibuatnya makalah ini dapat menambah wawasan bersama
khususnya dalam mempelajari manual terapi yang nantinya akan sangat
berguna ketika seseorang dengan keluhan tertentu datang ke klinik fisioterapi
untuk mendapatkan suatu intervensi.
19
Daftar Pustaka
20