Anda di halaman 1dari 2

Aisyah Syahidah Ath-Thahirah/2002541037

Lecture 3 : Gangguan Kulit oleh karena Infeksi


Tanggal: 09 November 2022
Tempat: Gedung Fisioterapi Lantai 4
Waktu: 10.00 – 11.00 WITA
Lecturer: Ni Luh Nopi Andayani, SSt.Ft., M.Fis
Self Assessment :
1. Jelaskan lebih rinci mengenai efloresensi kulit yang terjadi pada masing-masing
penyakit tersebut!
2. Jelaskan gejala penyerta apa yang mungkin terjadi pada penyakit tersebut dan apa peran
fisioterapis dalam penatalaksanaannya (pada kasus 1)!

Jawaban:
1. Efloresensi dari penyakit dari semua kasus sebagai berikut:
- Pioderma (Kasus 1) merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh taphylococcus dan
streptococcus, atau keduanya. Penyakit ini berhubungan dengan status sosial ekonomi.
Terdapat 2 klasifikasi pioderma, yaitu pioderma primer dan pioderma sekunder. Pioderma
primer adalah pioderma yang terjadi pada kulit yang normal sedangkan pioderma sekunder
adalah pioderma yang terjadi pada kulit yang telah mengalami penyakit lain. Beberapa
bentuk pioderma yaitu impetigo, folikulitis, furunkel/karbunkel, ektima, pionikia,
erysipelas, selulitis, flegmon, ulkus piogenik, abses multiple kelenjar keringat, hidradenitis,
staphylococcal scalded skin syndrome.
- Tinea Pedis (Kasus 2) dikenal juga dengan istilah athelete’s foot atau kurap kaki.
Umumnya, tinea pedis disebabkan oleh jamur dari genus trichophyton, yakni jamur
Epidermophyton floccosum, T. mentagrophytes, T. rubrum, dan T. tonsurans. Gejala tinea
pedis adalah kulit bersisik, mengelupas, atau pecah-pecah di antara jari kaki. Timbul pula
rasa gatal, terutama setelah melepas sepatu dan kaus kaki. Terdapat peradangan kulit seperti
kemerahan, keunguan, bahkan keabu-abuan yang tergantung pada warna kulit. Selain itu,
terjadi pula sensasi terbakar, menyengat, melepuh, dan kulit kering
- Herpes Zoster (Kasus 3) atau cacar ular adalah penyakit yang ditandai dengan timbulnya
ruam dan bintil berisis air yang disertai nyeri pada salah satu sisi tubuh. Disebabkan oleh
infeksi virus s Varicella Zoster, virus yang juga menjadi penyebab cacar air. Pada orang
yang telah sembuh dari cacar air, virus tersebut tidak mati, tetapi hanya menjadi tidak aktif.
Virus yang tidak aktif ini kemudian pindah ke saraf di sumsum tulang belakang dan otak
untuk menetap selama bertahun-tahun. Pada fase ini, virus tidak menimbulkan gejala apa
pun. Akan tetapi, pada kondisi tertentu, virus yang menetap dalam sel saraf tersebut bisa
aktif kembali. Virus yang aktif akan memengaruhi sel saraf di kulit sehingga dapat
menimbulkan gejala ruam herpes zoster di kulit penderitanya.
2. Diketahui bahwa gambar pada kasus satu adalah kusta. Kusta atau Lepra atau disebut juga
Penyakit Morbus Hansen. Penyakit Hansen adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Gejala awal terdapat bercak putih pada
kulit tanpa tekstur benjolan. Bila saraf terserang, rasa nyeri, panas, dan dingin akan
hilang. Hal ini tentunya akan berakibat buruk karena apabila terjadi luka, penderita
tidak akan merasakan sakit dan akan menjadi berkelanjutan menyerang tulang hingga
terjadi pelepasan. Selain itu, terjadi gangguan vaskularisasi, gerak anggota badan,
hingga kecacatan. Penyakit ini juga dapat menyerang mata yang menimbulkan
kebutaan. Gangguan motor function dan sensory integration dapat berkaitan dengan
kusta dan sebagai seorang Fisioterapis, penting untuk melihat hasil assessment
mengenai dampak dari kusta. Diagnosis dan terapi yang dapat diberikan, yaitu:
- Loss of sensation: Dapat diberikan sepatu khusus-total contact.
- Luka: Sterilkan dengan penggunaan UV dan dapat menggunakan US untuk
merangsang granulasi.
- Kontraktur
Fisioterapis dapat memberikan exercise dan splinting.
- Amputasi
Memberikan prothese sehingga seluruh permukaan stump tersanggah.
- Gait
Dilakukan gait analysis kemudian lakukan gait training.
- Activity Daily Living
Memberikan latihan gerak fungsional agar pasien/penderita dapat kembali
melakukan ADL-nya

Anda mungkin juga menyukai