Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH MIKROBIOLOGI

“GENETIKA MIKROORGANISME”

DISUSUN OLEH
FARMASI D

KELOMPOK VII :

1. NURFITRIANI G 701 17 059


2. FITRI NURLYANTI G 701 17 139
3. FINA TRIANA SAMBITE G 701 17 216

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO

PALU
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah tentang
Genetika mikroorganisme ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Ibu/bapak selaku dosen
mikrobiologi yang telah membimbing dan mengarahkan kami dalam pengerjaan
makalah ini sehingga dapat terselesaikan.
.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai drama. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang
akan datang.

Penyusun

Kelompok X
DAFTAR ISI

Sampul

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
I.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Penulisan
BAB II. PEMBAHASAN
II.1 .Pengertian gen dan prinsip dogma sentral
II.2 Replikasi, traskripsi, dan traslasi
II.3 Trasformasi genetik mikroorganisme dan rekombinan
BAB III. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
DNA sebagai bahan genetik karena DNA dapat mewariskan sifat-sifat
organisma induk, sudah diidentifikasi pada pertengahan abad 20 Genom
adalah sepotong DNA/segment DNA yang menyandi protein mengandung
semua informasi genetik yang dimilikinya. Dengan penemuan ini ditemukan
bagaimana informasi genetik diwariskan dan diekspresikan. Mekanisme
molekuler dari pewarisan melibatkan proses yang dikenal sebagai replikasi,
dimana rantai DNA induk berfungsi sebagai cetakan untuk sintesis salinan
DNA. Setiap kita yang ingin memahami bagaimana metabolisme sel dan
pewarisan sifat dari induk (parental) ke generasi berikutnya adalah dengan
memahami mekanisme kerja DNA. Berbagai eksperimen dan kajian sampai
pada kesimpulan bahwa mekanisme kerja DNA adalah replikasi, transkripsi
dan translasi. Tiga proses ini dikenal dengan sebutan dogma sentral. Replikasi
adalah proses menyalin secara utuh 2 untai DNA menjadi 2 untai yang
baru.Transkripsi adalah proses menyalin salah satu untai DNA menjadi
mRNA sedangkan translasi adalah proses penterjemahan mRNA menjadi
polipeptida. Materi genetik (DNA) yang terdapat pada suatu sel selalu dalam
keadaan aktif karena senantiasa melakukan replikasi, transkripsi, translasi,
reparasi (perbaikan) dan rekombinasi. Proses penyimpanan dan pemindahan
informasi genetik dinyatakan dalam suatu dalil yang disebut dogma sentral,
yang ditemukan oleh Francis Crick dan George Gamov pada tahun 1957.
Prinsip dogma sentral bahwa DNA menjadi penentu jenis RNA yang
selanjutnya akan diterjemahkan menjadi suatu protein (Yuwono, 2013).
Bahan genetik yang ada pada setiap jasad akan mengalami proses
perbanyakan sebagai salah satu tahapan sangat penting dalam proses
pertumbuhan sel atau perbanyakan partikel virus. Proses perbanyakan bahan
genetik dikenal sebagai proses replikasi. Replikasi bahan genetik dapat
dikatakan sebagai proses yang mengawali pertumbuhan sel, meskipun
sebenarnya pertumbuhan merupakan suatu resultan banyak proses yang saling
berkaitan satu sama lain. Replikasi bahan genetik diikuti oleh pembentukan
sel-sel anakan yang membawa duplikat bahan genetik hasil replikasi. Oleh
karena itu, kesalahan dalam proses replikasi bahan genetik dapat
mengakibatkan perubahan pada sifat-sifat sel anakan (Yuwono, 2005).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian gen dan prinsip dogma sentral ?
2. Bagaimanakah replikasi, transkripsi, dan translasi ?
3. Bagaimanakah transformasi genetik mikroorganisme dan rekombinan ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian gen dan prinsip dogma sentral
2. Bagaimanakah replikasi, transkripsi, dan translasi ?
3. Bagaimanakah transformasi genetik mikroorganisme dan rekombinan ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Gen dan Prinsip Dogma Sentral

Gen adalah bagian dari kromosom atau salah satu kesatuan kimia
(DNA) dalam kromosom yaitu dalam lokus yang mengendalikan ciri-ciri
genetis dari suatu makhluk hidup. Gen diturunkan atau diwariskan oleh satu
individu kepada keturunannya, yaitu melalui suatu proses reproduksi. Oleh
karena itu, informasi yang menjaga keutuhan bentuk serta fungsi kehidupan
suatu organisme dapat terpelihara/terjaga. Gen terdapat berpasangan dalam
satu lokus pada kromosom homolog. Dari masing-masing gen dalam
pasangan tersebut disebut dengan alel. Kedua alel dapat membawa ciri sifat
yang sama ataupun sifat yang berbeda, seperti misalnya sifat tangkai panjang
dan tangkai pendek.
Gen-gen merupakan substansi hereditas, yang memiliki fungsi seperti
berikut ini:

 Menyampaikan informasi mengenai genetika dari generasi ke generasi. 


 Mengontrol, mengatur metabolisme dan perkembangan tubuh.

 Menentukan sifat-sifat pada keturunannya. Seperti yang di contohkan
pada fakta di depan. Sifat-sifat itu dapat berupa bentuk rambut, bentuk

badan, warna kulit dan lain sebagainya.
 Proses reaksi kimia di dalam tubuh dapat terjadi secara berurutan. Pada
setiap tahap reaksinya dibutuhkan enzim. Pembentukan dan juga
pengontrolan kerja enzim tersebut dilakukan oleh gen. Pada proses
perkembangan yang membutuhkan hormon juga diatur oleh gen.

Dogma central pada dasarnya merupakan suatu yang menggambarkan


kerja DNA, yaitu informasi yang terkandung didalam DNA, yang selanjutnya
digunakan untuk menghasilkan molekul RNA melalui transkripsi dan dari
RNA ini akan dilanjutkan untuk menghasilkan suatu protein melalui proses
translasi. Dalam pengertian lain disebutkan bahwa dogma central merupakan
penjelasan dari suatu ekspresi gen dari DNA=>RNA=>Protein. Dogma
central berlaku pada prokariot dan eukariot. Namun, pada eukariot ada tahap
tambahan yang terjadi di antara transkripsi dan translasi yang disebut tahap
pre-mRNA. Tahap pre-mRNA adalah untuk menyeleksi mRNA yang akan
dikirim keluar nukleus untuk ditranslasikan di ribosom. Ekson merupakan
mRNA yang akan dikirim keluar nukleus untuk ditranslasikan, sedangkan
intron merupakan mRNA yang akan tetap berada di dalam nukleus karena
kemungkinan mRNA tersebut akan membentuk protein yang tidak fungsional
(tidak berguna) jika ditranslasikan. Intron kemudian akan terurai kembali
untuk membentuk rantai mRNA baru.
Gambaran gen
Gen yang menampakkan senyawa kimia merupakan substansi
hereditas, memiliki sifat sebagai berikut dibawah ini:

 Mengandung informasi genetik.


 Tiap gen memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda.

 Ketika waktu pembelahan mitosis dan meiosis dapat mengadakan
 duplikasi.
 Sifat gen yang ke empat, kerjanya ditentukan oleh susunan kombinasi
 basa nitrogennya.
 Dan sebagai zarah yang terdapat di dalam kromosom.

Dogma sentral adalah proses ekspresi gen yang mengikuti tahapan-


tahapan dalam info genetik yang terdiri proses dasar replikasi
DNA,transkripsi DNA menjadi RNA, dan translasi RNA menjadi protein
atau polipeptida. Dalam sentral dogma, bahwa semua sel memiliki DNA
yang merupakan kode genetik yang dapat dipergunakan untuk
memproduksi protein dengan cara memproduksi mRNA. Perlunya mRNA
dalam produksi protein karena DNA merupakan kode genetik yang sangat
berharga sehingga perlu dibuat salinannya, yaitu dengan proses transkripsi.
Setelah diperoleh salinan, maka salinan tersebut ditranslasi
(diterjemahkan) menjadi urutan AA (asam amino).
Gen adalah bagian kromosom yang akan digunakan untuk
mengkode protein. Gen memiliki daerah exon, intron dan daerah regulator
(daerah yang dikenali faktor pembentuk transkripsi). Exon adalah daerah
pada gen yang diterjemahkan digunakan untuk mengkode pembentukan
protein. Intron adalah bagian dari gen yang tidak dipergunakan untuk
menterjemahkan kode protein tertentu. Bagian intron akan dihilangkan
pada waktu pemrosesan RNA.

Asam nukleat adalah polinukleotida yang terdiri dari unit-unit


mononukleotida, jika unit-unit pembangunnya dioksinukleotida maka
asam nukleat itu disebut dioksiribonukleat (DNA) dan jika terdiri dari
unit-unit mononukleotida disebut asam ribonukleat (RNA).
DNA (deoxyribonucleic acid) adalah asam nukleat yang merupakan
biomolekul penyusun organisme yang terdapat dalam sel, umumnya pada inti
sel (nukleus) yang berperan sebagai materi genetik, yang terdiri dari gugus
fosfat, gula deoksiribosa,dan basa nitrogen, yang terdiri dari Adenin (A),
Guanin (G), Sitosin (C) Timin (T). DNA dan RNA mempunyai sejumlah sifat
kimia dan fisika yang sama sebab antara unit-unit mononukleotida terdapat
ikatan yang sama yaitu melalui jembatan fosfodiester antara posisi 3′ suatu
mononukleotida dan posisi 5′ pada mononukleotida lainnya (Harpet, 1980).
Asam-asam nukleat seperti asam dioksiribosa nukleat (DNA) dan asam
ribonukleat (RNA) memberikan dasar kimia bagi pemindahan keterangan di
dalam semua sel. Asam nukleat merupakan molekul makro yang memberi
keterangan tiap asam nukleat mempunyai urutan nukleotida yang unik sama
seperti urutan asam amino
yang unik dari suatu protein tertentu karena asam nukleat merupakan
rantai polimer yang tersusun dari satuan monomer yang disebut
nukleotida(Dage, 1992). Dua tipe utama asam nukleat adalah asam
dioksiribonukleat (DNA) dan asam ribonukleat (RNA). DNA terutama
ditemui dalam inti sel, asam ini merupakan pengemban kode genetik dan
dapat memproduksi atau mereplikasi dirinya dengan tujuan membentuk
sel-sel baru untuk memproduksi organisme itu dalam sebagian besar
organisme, DNA suatu sel mengerahkan sintesis molekul RNA, satu tipe
RNA, yaitu messenger RNA(mRNA), meninggalkan inti sel dan
mengarahkan tiosintesis dari berbagai tipe protein dalam organisme itu
sesuai dengan kode DNA-nya (fessenden, 1990).

Perbedaan DNA dan RNA


Meskipun banyak memiliki persamaan dengan DNA, RNA
memiliki perbedaan dengan DNA, antara lain yaitu (Poedjiati, 1994):
a) Bagian pentosa RNA adalah ribosa, sedangkan bagian pentosa DNA
adalah dioksiribosa.
b) Bentuk molekul DNA adalah heliks ganda, bentuk molekul RNA
berupa rantai tunggal yang terlipat, sehingga menyerupai rantai ganda.
c) RNA mengandung basa adenin, guanin dan sitosin seperti DNA tetapi
tidak mengandung timin, sebagai gantinya RNA mengandung urasil.
d) Jumlah guanin dalam molekul RNA tidak perlu sama dengan sitosin,
demikian pula jumlah adenin, tidak perlu sama dengan urasil.

Selain itu perbedaan RNA dengan DNA yang lain adalah dalam hal
(Suryo, 1992):
1. Ukuran dan bentuk
Pada umumnya molekul RNA lebih pendek dari molekul DNA. DNA
berbentuk double helix, sedangkan RNA berbentuk pita tunggal.
Meskipun demikian pada beberapa virus tanaman, RNA merupakan
pita double namun tidak terpilih sebagai spiral.
2. Susunan kimia
Molekul RNA juga merupakan polimer nukleotida, perbedaannya
dengan DNA yaitu:
a) Gula yang menyusunnya bukan dioksiribosa, melainkan ribosa.
b) Basa pirimidin yang menyusunnya bukan timin seperti DNA,
tetapi urasil.
3. Lokasi
DNA pada umumnya terdapat di kromosom, sedangkan RNA tergantung
dari macamnya, yaitu:
a) RNA d (RNA duta), terdapat dalam nukleus, RNA d dicetak oleh
salah satu pita DNA yang berlangsung didalam nukleus.
b) RNA p (RNA pemindah) atau RNA t(RNA transfer), terdapat di
sitoplasma.
c) RNA r (RNA ribosom), terdapat didalam ribosom.
4. Fungsinya
DNA berfungsi memberikan informasi atau keterangan genetik, sedangkan
fungsi RNA tergantung dari macamnya, yaitu:
a) RNA d, menerima informasi genetik dari DNA, prosesnya dinamakan
transkripsi, berlangsung didalam inti sel.
b) RNA t, mengikat asam amino yang ada di sitoplasma.
c) RNA t, mensintesa protein dengan menggunakan bahan asam amino,
proses ini berlangsung di ribosom dan hasil akhir berupa polipeptida.

mRNA adalah Salinan DNA yang akan digunakan untuk pembentukan


protein (koding RNA). Ada juga RNA yang tidak digunakan untuk
membentuk kode protein (non koding RNA). tRNA adalah RNA yang
digunakan untuk penterjemah kode protein. Beberapa RNA kecil berperan
sebagai enzim yang membantu proses pembentukan protein.

Ekspresi gen

Ekspresi gen adalah serangkaian proses penerjemahan informasi


genetik dalam bentuk urutan basa pada DNA atau RNA menjadi protein
(fenotipe). Informasi yang dibawa bahan genetik tidak bermakna apa pun
bagi suatu organisme apabila tidak diekspresikan menjadi fenotipe.

Sel-sel tubuh kita berbeda walaupun gen/DNA-nya sama. Misalnya sel


neuron lebih besar dari sel lymphocyte. Dalam Ekspresi gen, contohnya
pada gen tertentu (mis : gen C) pada saat dikandungan diekspresikan kecil,
tetapi pada saat dilahirkan ekspresinya meningkat sedangkan ekspresi gen
A dan B kebalikannya. Hal ini terjadi karena beberapa faktor, diantaranya:
faktor lingkungan atau dari dalam sel itu sendiri yang memicu ekspresi sel
tersebut.
Proses Ekspesi Gen

Pada saat transkripsi DNA double helix menghasilkan salinan yang


dipicu oleh enzim RNA polymerase yang akan membentuk RNA. Yang
digunakan sebagai cetakan adalah DNA dari 3’-5’ (nomor atom gula
penyusun DNA). Sehingga dihasilkan RNA dari 5’-3’. Arahnya satu arah:
3’-5’ yang digunakan sebagai cetakan, bisa digunakan bagian atas/bawah,
tetapi cetakannya tetap 3’-5’. Untuk melakukan penyalinan perlu enzim
RNA polymerase: I, II, III. Yang paling banyak digunakan untuk
membentuk RNA yang memkode protein RNA polymerase II, RNA
polymerase I: pembentukan rRNA, RNA polymerase III: rRNA dan tRNA.
Hampir seluruh gen memiliki daerah pada promotor yang memiliki
susunan basa (TATA box) karena bentuknya banyak basa nitrogennya
TATA. Biasanya memiliki 25 bp (base pair) upstream (+ 25 dari titik nol
gen) yang merupakan daerah pertama (start point of transcription). TATA
box digunakan untuk membaca sehingga dapat diketahui dimana suatu gen
dimulai disalin. Jadi TATA box merupakan daerah awal transkripsi.
Elemen merupakan sequens/urutan nukleotida pada DNA dengan suatu
urutan basa tertentu (dengan motif tertentu) yang akan dikenali oleh faktor
transkripsi terutama TATA box dan faktor/elemen lain yang membantu
memulai proses transkripsi. Elemen lain itu memiliki susunan nukleotida
tertentu (motif TTT) yang akan dikenali faktor transkripsi umum (general
transcription factor) yg sama untuk semua gen. Faktor transkripsi akan
membantu pelekatan RNA polymerase pada daerah promotor gen untuk
memulai proses transkripsi. Proses mulai transkripsi banyak yang terlibat.
Ada faktor-faktor transkripsi yang membantu TATA box yang mengenali
RNA polymerase. Daerah regulator gen tidak selalu di depan, tapi bisa di
belakang atau di tengah. Kesemuanya akan mempengaruhi apakah RNA
polymerase dapat berjalan/bekerja dengan baik atau tidak. Bila ada
repressor maka akan menghambat proses pelekatan aktifator transkripsi
sehingga RNA polymerase tidak bekerja dan pergi sehingga proses
trankripsi tidak akan terjadi. Bila ada activator maka akan membantu RNA
polymerase untuk bekerja, tetapi kalau repressor maka akan menghambat
kerja RNA polymerase sehingga proses transkripsi tidak berjalan.
Selanjutnya RNA yang terbentuk (mRNA) akan mengalami pemerosesan
mRNA yaitu capping, splicing, Penambahan poly A. Lalu mRNA akan
keluar dari inti sel dan menuju ribosom. Di ribosom akan terjadi proses
translasi, penerjemahan kedalam bahasa asam amino (AA). Kemudian
akan terbentuk protein. Protein setelah dibentuk perlu diproses lebih lanjut
agar bisa digunakan (folding).

B. Replikasi, Transkripsi, Translasi


1) Replikasi Sel Prokariotik dan Eukariotik

Replikasi prokariotik terjadi secara cepat sementara replikasi


eukariotik berjalan lambat. Kecepatan replikasi sel-sel prokariotik
terlihat pada pesatnya pertumbuhan bakteri. Ada banyak perbedaan
yang signifikan antara replikasi DNA prokariotik dan eukariotik.
Salah satu perbedaan tersebut adalah kompleksitas dari proses
replikasi sel eukariotik dibandingkan dengan kesederhanaan dari
proses replikasi dalam sel prokariotik. Perbedaan besar lainnya adalah
kecepatan di mana replikasi berlangsung.

Karena sel-sel prokariotik memiliki struktur yang lebih


sederhana dari sel eukariotik, proses replikasi DNA sel prokariotik
lebih sederhana. Untuk satu, sel prokariotik tidak memiliki nukleus di
mana materi genetik ditemukan. Replikasi terjadi dalam sitoplasma sel
prokariotik sedangkan replikasi sel eukariotik terjadi di inti. Replikasi
dalam sel prokariotik terbatas pada satu tempat, sementara ada lebih
dari 1.000 dalam sel eukariotik. Pada sel prokariotik, replikasi terjadi
satu titik pada suatu waktu, sementara replikasi eukariotik terjadi di
semua titik secara bersamaan. Selain itu, sel-sel prokariotik hanya
memiliki satu replikasi percabangan sementara sel-sel eukariotik
memiliki banyak replikasi percabangan. Kromosom sel prokariotik
tidak memiliki kromatin, sedangkan kromosom membentuk sebagian
besar dari dalam sel eukariotik. Akhirnya, replikasi prokariotik terjadi
secara cepat sementara replikasi eukariotik lambat. Kecepatan ini di
mana sel-sel prokariotik terlihat pada pesatnya pertumbuhan bakteri.

Tabel Perbedaan Replikasi DNA Prokariotik dan Eukariotik

Replikasi DNA
Komponen Replikasi DNA eukariotik
prokariotik

Replikasi DNA
Replikasi DNA eukariotik
Situs prokariotik terjadi di
terjadi di dalam nukleus
dalam sitoplasma

Asal replikasi banyak


Hanya ada satu asal
(lebih dari 1000) dalam
Asal replikasi replikasi per molekul
setiap kromosom
DNA
eukariotik

Terbentuk sekitar 100-200 Terbentuk sekitar 150


Nukleotida
atau lebih nukleotida nukleotida

Replikasi DNA terjadi di


Replikasi DNA terjadi
beberapa titik secara
Titik replikasi pada satu titik di setiap
bersamaan di setiap
molekul DNA prokariotik
kromosom.

Hanya dua cabang


Sejumlah cabang replikasi
replikasi dibentuk di setiap
terbentuk secara
Cabang replikasi kromosom prokariotik,
bersamaan di setiap DNA
replikasi DNA adalah dua
replikasi.
arah

Molekul DNA eukariotik


memiliki sejumlah besar
replikon (50.000 atau
kromosom prokariotik
Replikon lebih), tetapi replikasi
memiliki satu replikon
tidak terjadi secara
bersamaan pada semua
replikon

Satu gelembung replikasi


Gelembung
terbentuk selama replikasi Banyak gelembung
replikasi
DNA replikasi terbentuk dalam
satu molekul DNA
bereplikasi.

Inisiasi replikasi DNA di Inisiasi replikasi DNA


Inisiasi prokariota dilakukan oleh dilakukan oleh protein
DnaA protein dan DnaB multisubunit

Enzim girase DNA Enzim girase DNA


Enzim
diperlukan diperlukan

Okazaki fragmen besar, Okazaki fragmen pendek,


Okazaki fragmen 1000-2000 nukleotida 100-200 nukleotida
panjang panjang

Replikasi sangat cepat, Replikasi lambat,


Kecepatan ditambahkan sekitar 2000 ditambahkan sekitar 100
nukleotida per detik nukleotida per detik

2) Transkripsi pada Sel Prokariotik dan Eukariotik


Transkripsi pada dasarnya adalah proses penyalinan urutan
nukleotida yang terdapat pada molekul DNA menajadi RNA. Dalam
proses transkripsi, hanya salah satu untaian DNA yang disalin menjadi
urutan nukleotida RNA (transkip RNA). Urutan nukleotida pada
transkrip RNA bersifat komplemeter dengan urutan DNA cetakan
(DNA template), tetapi identik dengan urutan nukleotida DNA pada
untaian pengkode. Perbedaan transkripsi pada sel Prokariotik dan
eukariotik dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Waktu dan Lokasi
  Sel Prokariotik
 Proses trankripsi terjadi terjadi didalam sitoplasma.
  Sel Eukariotik
Proses transkripsi terjadi di dalam inti sel
b) Gen
1) Sel Prokariotik
Pada sel prokariotik terdiri dari 3 macam gen yakni:
 Promoter

Adalah bagian yang berperan dalam mengendalikan
proses transkripsi dan terletak pada ujung 5’. Fungsi
promoter adalah sebagai tempat awal pelekatan enzim
RNA polimerase yang nantinya melakukan transkripsi
pada bagian gen struktural. Salah satu bagian penting
promoter disebut sebagai Pribnow box pada urutan
nukleotida -10 dan -35. Oleh karena urutan consensus pada
Pribnow box adalah TATAAT, maka seringkali disebut
juga TATA box. Pribnow box berperanan dalam
mengarahkan enzim RNA polymerase sehingga arah
transkripsinya adalah dari ujung 5’→3’. Selain itu, daerah
ini merupakan tempat pembukaan heliks DNA untuk
membentuk kompleks promoter yang yang terbuka.
 Struktural

Adalah bagian yang mengandung urutan DNA spesifik
 (kode genetik) yang akan ditranskripsi.
 Terminator

Adalah bagian yang memberikan sinyal pada enzim RNA
polimerase untuk menghentikan proses transkripsi.
Signal terminasi dicirikan oleh struktur jepit rambut
/hairpin dan lengkungan yang kaya yang akan urutan GC
yang terbentuk pada molekul RNA hasil transkripsi.

Gambar 2. Struktur gen pada prokariot


Sumber : https://www.academia.edu/6208866/

Proses terminasi pada sel prokariotik dipengaruhi oleh :


 Urutan nukleotida (rho independent)

Terminasi dilakukan tanpa harus melibatkan protein khusus, namun
ditentukan oleh adanya urutan nukleotida tertentu pada bagian
terminator. Ciri urutan adalah adanya struktur jepit rambut/hairpin
yang kaya akan basa GC. Akibat struktur itu, RNA polimerase
berhenti dan membuka bagian dari sambungan (hibrid) DNA-RNA.
Sisa hibrid merupakan urutan oligo U (rU) yang tidak cukup stabil
berpasangan dengan A (dA)→ ikatan hidrogen hanya 2 buah,
akibatnya ikatan lemah terlepas dan RNA hasil transkripsi lepas
 Protein / faktor rho (rho dependent)

Terminasi memerlukan protein rho. Faktor rho terikat pada RNA
transkrip kemudian mengikuti RNA polimerase sampai ke daerah
terminator. Faktor rho membentuk destabilisasi ikatan RNA-DNA
 hingga akhirnya RNA terlepas.
2) Sel Eukariotik
Pada sel eukariotik, gen dibedakan menjadi 3 macam kelas yakni:
a) Gen kelas I
Meliputi gen-gen yg mengkode 18SrRNA, 28SrRNA dan 5,8SrRNA
(ditranskripsi oleh RNA polimerase I). Pada gen kelas I terdapat dua
macam promoter yaitu promoter antara (spacer promoter) dan promoter
utama.
b) Gen kelas II
Meliputi semua gen yang mengkode protein dan beberapa RNA
berukuran kecil yang terdapat di dalam nukleus (ditranskripsi oleh RNA
polimerase II). Promoter gen kelas II terdiri atas 4 elemen yaitu sekuens
pemulai (initiator) yg terletak pada daerah inisiasi transkripsi, elemen
hilir (downstream) yang terletak disebelah hilir dari titik awal
transkripsi, kotak TATA dan suatu elemen hulu (upstream).
c) Gen kelas III
Meliputi gen-gen yg mengkode tRNA, 5SrRNA dan beberapa RNA
kecil yang ada di dalam nukleus (ditranskripsi oleh RNA polimerase
III). Sebagian besar gen kelas III merupakan suatu cluster dan berulang.

Gambar 3. Struktur umum gen pada eukariotik


Sumber : https://www.academia.edu/6208866/
c) Sistem operon
 Sel Prokariotik

Pada prokariotik, gen diorganisasikan dalam satu sistem operon. Satu
promoter untuk mengendalikan seluruh gen struktural. Contoh dari
operon adalah operon lac yang mengendalikan kemampuan
 metabolisme laktosa pada bakteri Eschericia coli.
 Sel Eukariotik

Pada eukariotik, tidak dikenal adanya sistim operon karena satu
promotor mengendalikan seluruh gen struktural. Pada gen struktural
eukariotik, keberadaan intron merupakan hal yang sering dijumpai
 meskipun tidak semua gen eukariotik mengandung intron.
d) Sifat ekspresi gen
 Sel Prokariotik

Sifat ekspresi gen mRNA pada sel Prokariotik adalah polisistronik. Hal
ini berarti dalam satu transkrip terkandung lebih dari satu rangkaian
 kodon (sistron) polipeptida yang berbeda.
 Sel Eukariotik

Sifat ekspresi gen mRNA pada sel eukariotik adalah monosistronik. Hal
ini berarti dalam satu transkrip yang dihasilkan hanya mengkode satu
macam produk ekspresi gen. Satu mRNA mambawa satu macam
 rangkaian kodon untuk satu macam polipeptida.
e) Proses splicing
 Sel Prokariotik

Splicing merupakan proses pemotongan dan penyambungan RNA. Pada
sel prokariotik tidak terjadi splicing. Hal ini dikarenakan pada sel
prokariotik tidak terdapat intron dalam satu untai mRNA hasil
transkripsi (kecuali pada beberapa Archaea tertentu).
 Sel Eukariotik

Pada sel eukariotik terjadi splicing karena dalam satu untai mRNA hasil
transkripsi yang akan diterjemahkan terdapat intron dan ekson yang
berseling-seling. Terjadinya splicing ini adalah ketika fase pasca
transkripsi. Awalnya, gen memiliki 2 macam kode yakni ekson dan
intron. Ekson merupakan kode yang dipakai sedangkan intron
merupakan kode yang tidak pakai dan akan dibuang. Selanjutnya terjadi
proses pemotongan intron dan penyambungan ekson. Sehingga akan
terbentuklah mRNA yang matang dan selanjutnya akan ditransfer ke
sitoplasma untuk melalui tahap selanjutnya yakni translasi di ribosom.
Gambar 4. Proses splicing
Sumber : https://www.academia.edu/6208866/

f) Proses capping dan poliadenilasi


 Sel Prokariotik

Pada sel prokariotik tidak terjadi proses capping dan poliadenilasi.
Hasil dari sintesis RNA polimerase dapat langsung melanjutkan
 proses transkripsi.
 Sel Eukariotik

Pada sel eukariotik, setiap ujung molekul pre-mRNA yang telah
terbentuk dimodifikasi dengan cara tertentu. Ujung 5’ yaitu ujung
depan, pertama kali dibuat saat transkripsi segera ditutup dengan
nukleotida guanin (G) yang termodifikasi. Proses capping
(pemberian topi) ini mempunyai fungsi yakni :
 Ujung ini melindingi mRNA dari degradasi enzim hidrolisis.

 Setelah mRNA sampai di sitoplasma, ujung 5’ berfungsi sebagai
bagian tanda “lekatkan disini” untuk ribosom. Pada ujung 3’
suatu enzim terjadi proses poliadenilasi yakni penambahan ekor
yang terdiri dari 30-200 nukleotida adenin. Ekor poli(A)
berfungsi mempermudah ekspor mRNA dari nukleus.
Gambar 5. Proses capping dan poliadenilasi
Sumber : https://www.academia.edu/6208866/

C. Translasi pada Sel Prokariotik dan Eukariotik


Translasi adalah proses penerjemahan urutan nukleotida yang ada pada
molekul mRNA menjadi rangkaian asam amino yang menyusun suatu polipeptida
atau protein. RNA yang ditranslasi adalah mRNA, sedangkan tRNA dan rRNA
tidak ditranslasi. Molekul rRNA adalah salah atau molekul penyusun ribosom
yaitu organel tempat berlangsungnya sintesisi protein, sedangkan tRNA adalah
pembawa asam-asam amino yang akan disambungkan menjadi rantai polipeptida.
Proses transalasi pada sel prokariotik dan eukariotik dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a) Waktu dan Tempat
 Sel Prokariotik

Pada sel prokariotik, proses translasi terjadi sebelum transkripsi selesai
sempurna. Hal ini berarti proses terjadinya translasi dan transkripsi
hampir bserempak dan sama-sama terjadi di sitoplasma. Ini dikarenakan
 tidak membrane inti.
 Sel Eukariotik

Pada sel eukariotik, proses translasi terjadi setelah transkripsi selesai
(tidak terjadi secara bersamaan). Sebelum proses translasi terdapat fase
pasca transkripsi. Terjadinya proses translasi ini berbeda dengan
transkripsi karena terjadi di sitoplasma. Ini dikarenakan terdapat
membran yang membatasi antara nukleus dan sitoplasma.
Gambar 6. Perbedaan letak transkripsi dan translasi pada (a) sel prokariotik
(b) sel eukariotik
Sumber : http://adzhar-arsyad.blogspot.co.id

b) Proses Inisiasi
 Sel Prokariotik

RNA polimerase menempel langsung pada DNA di promoter tanpa
ada ikatan dengan protein tertentu. Kodon inisiasi pada prokariot
 adalah formil-metionin/ fMet.
 Sel Eukariotik

Terdapat transkripsi faktor berupa protein sebagai tempat
menempelnya RNA polimerase. Kodon inisiasi pada eukariot adalah
metionin.

c) Sub Unit Ribosomal
 Sel Prokariotik

Sub unit ribosomal adalah 70S yang terdiri dari bagian besar 50S dan
 bagian kecil 30S.
 Sel Eukariotik

Sub unit ribosomal adalah 80S yang terdiri dari bagian besar 60S dan
bagian kecil 40S.
Gambar 7. Perbedaan translasi pada prokariot dan eukariot
Sumber : https://www.academia.edu/6208866/

C. Transformasi Genetik Mikroorganisme dan Rekombinan


Sel eukariotik proses reproduksi seksualnya menyebabkan variasi
gen. Tidak seperti reproduksi sel prokariotik, susunan baru gen akan
timbul pada setiap keturunan. Keturunan sel eukariotik mirip dengan sel
induknya namun tidak sama. Setiap induk ambil bagian dalam setengah
dari gamet yang diperlukan dalam penyatuan gamet.
Dengan beberapa pendapat tadi saya menyimpulkan bahwa sel
prokariotik lebih cepat bermutasi daripada sel eukariotik karena dalam setiap
proses reproduksinya rekombinasi gen terjadi sehingga sel keturunannya
memiliki susunan gen yang berbeda dengan induknya. Sel prokariotik siklus
reproduksinya juga terjadi lebih cepat daripada sel eukariotik sehingga
membuat mutasi lebih mudah dan cepat terjadi. Sel prokariotik yang
bermutasi juga lebih cepat menyebar dalam suatu populasi sedangkan dalam
sel eukariotik proses reproduksi yang cepat jarang terjadi.
Sel eukariotik juga hanya mampu bereproduksi secara seksual
sedangkan sel prokariotik dapat bereproduksi secara aseksual sehingga
peluang terjadinya mutasi lebih besar terjadi di sel prokariotik. Hasil
reproduksi sel prokariotik juga jauh berbeda dengan sel induknya
sedangkan sel eukariotik hasil reproduksinya masih memiriki kemiripan
dengan induknya. Dapat dikatakan bahwa setiap siklus reproduksi sel
prokariotik mutasi sel terjadi sedangkan pada sel eukariotik hanya terjadi
apabila kromosom tidak dapat dipisahkan secara sempurna.
Transformasi genetik adalah proses introduksi gen dari satu
organisme ke organisme lain yang memungkinkan untuk memunculkan sifat
harapan tanpa mengubah sifat lain. Transgenik adalah suatu organisme yang
mengandung transgen melalui proses bioteknologi (bukan proses
pemuliaan tanaman). Transgen adalah gen asing yang ditambahkan kepada
suatu spesies. Suatu jasad yang memiliki sifat baru, yang sebelumnya tidak
dimiliki oleh jenis jasad tersebut, sebagai hasil penambahan gen yang
berasal dari jasadlain. Juga disebut organisme transgenik. Teknik
bioteknologi tanaman telah dimanfaatkan terutama untuk memberikan
karakter baru pada berbagai jenis tanaman. Teknologi rekayasa genetika
tanaman memungkinkan pengintegrasian gen-gen yang berasal dari
organisme lain untuk perbaikan sifat tanaman. Salah satu contoh aplikasi
bioteknologi dibidang pertanian adalah mengembangkan tanaman
transgenic yang memiliki sifat toleran terhadap zat kimia tertentu (tahan
herbisida), tahan terhadap hama dan penyakit, serta mempunyai sifat-sifat
khusus (misalnya tomat yang matangnya lama, padi yang memproduksi
beta-caroten dan vitamin A. Tanaman transgenic diperoleh dari hasil
rekayasa genetika dengan teknologi DNA rekombinan. Teknologi DNA
rekombinan atau sering disebut juga rekayasa genetika ini adalah suatu
ilmu yang mempelajari tentang pembentukan kombinasi materi genetik
yang baru dengan cara penyisipan molekul DNA ke dalam suatu vektor
sehingga memungkinkannya terjadinya integrasi dan mengalami
perbanyakan dalam suatu sel organisme lain yang berperan sebagai sel
inang. Manfaat rekayasa genetika ini diantaranya adalah dimungkinkannya
melakukan isolasi dan mempelajari fungsi masing¬masing gen dan
mekanisme kontrolnya. Selain itu, rekayasa genetika juga memungkinkan
diperolehnya suatu produk dengan sifat tertentu dalam waktu lebih cepat
dan jumlah lebih besar daripada produksi secara konvensional.
Teknik DNA rekombinan merupakan kumpulan teknik untuk
merekombinasi gen dalam tabung reaksi. Teknik itu diantaranya isolasi DNA,
teknik memotong DNA, teknik menggbung DNA dan teknik untuk
memasukan DNA ke dalam sel hidup. Setelah DNA rekombinan terbentuk
maka dilakukan proses transformasi ke host cell kemudian dilkakukan proses
inkubasi sel bakteri tersebut. Setelah dilakukan inkubasi maka sel bakteri
dapat diuji kehadiran DNA rekombinannya yaitu melalui uji antibiotik, uji
medium seleksi dan seleksi putih biru. Setelah didapatkan bakteri dengan
DNA rekombinan maka dilakukan purifikasi untuk mengisolasi gen yang
direplikasi. Transfer DNA atau perpindahan DNA atau perpindahan DNA ke
dalam bakteri dapat melalui tiga cara, yaitu konjugasi, transformasi, dan
transduksi. DNA yang masuk ke dalam sel bakteri selanjutnya dapat
berintegrasi dengan DNA atau kromosom bakteri sehingga terbentuk
kromosom rekombinan. Pada pembuatan kedelai transgenik resisten terhadap
herbisida digunakan transfer DNA dengan cara transformasi genetic.
Transformasi merupakan pengambilan DNA oleh bakteri dari lingkungan di
sekelilingnya. DNA yang berada di sekitar bakteri (DNA asing) dapat berupa
potongan DNA atau fragmen DNA yang berasal
dari sel bakteri yang lain atau organisme yang lain. Masuknya DNA dari
lingkungan ke dalam sel bakteri ini dapat terjadi secara alami.

Gambar 1 : Proses Transformasi

Gambar 2 : Proses transformasi pada sel bakteri

Perangkat teknologi DNA rekombinan


Adapun perangkat yang digunakan dalam teknik DNA rekombinan
diantaranya enzim restriksi untuk memotong DNA, enzim ligase untuk
menyambung DNA dan vektor untuk menyambung dan mengklonkan gen
di dalam sel hidup, transposon sebagai alat untuk melakukan mutagenesis
dan untuk menyisipkan penanda, pustaka genom untuk menyimpan gen
atau fragmen DNA yang telah diklonkan, enzim transkripsi balik untuk
membuat DNA berdasarkan RNA, pelacak DNA atau RNA untuk
mendeteksi gen atau fragmen DNA yang diinginkan atau untuk mendeteksi
klon yang benar. Vektor yang sering digunakan diantaranya plasmid,
kosmid dan bakteriofag.
Gambar : Plasmid bakteri sebagai vektor

Enzim restriksi digunakan untuk memotong DNA. Enzim restriksi


mengenal dan memotong DNA pada sekuens spesifik yang panjangnya
empat sampai enam pasang basa. Enzim tersebut dikenal dengan nama
enzim endonuklease restriksi.

Isolasi DNA
Isolasi DNA diawali dengan perusakan dan atau pembuangan dinding
sel, yang dapat dilakukan baik dengan cara mekanis seperti sonikasi, tekanan
tinggi, beku¬leleh maupun dengan cara enzimatis seperti pemberian lisozim.
Langkah berikutnya adalah lisis sel. Bahan-¬bahan sel yang relatif lunak
dapat dengan mudah diresuspensi di dalam medium bufer nonosmotik,
sedangkan bahan¬bahan yang lebih kasar perlu diperlakukan dengan deterjen
yang kuat seperti triton X¬ 100 atau dengan sodium dodesil sulfat (SDS).
Pada eukariot langkah ini harus disertai dengan perusakan membran nukleus.
Setelah sel mengalami lisis, remukan-remukan sel harus dibuang. Biasanya
pembuangan remukan sel dilakukan dengan sentrifugasi. Protein yang tersisa
dipresipitasi menggunakan fenol atau pelarut organik seperti kloroform untuk
kemudian disentrifugasi dan dihancurkan secara enzimatis dengan proteinase.
DNA yang telah dibersihkan dari protein dan remukan sel masih tercampur
dengan RNA sehingga perlu ditambahkan RNAse untuk membersihkan DNA
dari RNA.
Molekul DNA yang telah diisolasi tersebut kemudian dimurnikan
dengan penambahan amonium asetat dan alkohol atau dengan sentrifugasi
kerapatan menggunakan CsCl. Teknik isolasi DNA tersebut dapat
diaplikasikan, baik untuk DNA genomik maupun DNA vektor, khususnya
plasmid. Untuk memilih di antara kedua macam molekul DNA ini yang
akan diisolasi dapat digunakan dua pendekatan. Pertama, plasmid pada
umumnya berada dalam struktur tersier yang sangat kuat atau dikatakan
mempunyai bentuk covalently closed circular (CCC), sedangkan DNA
kromosom jauh lebih longgar ikatan kedua untainya dan mempunyai
nisbah aksial yang sangat tinggi. Perbedaan tersebut menyebabkan DNA
plasmid jauh lebih tahan terhadap denaturasi apabila dibandingkan dengan
DNA kromosom. Oleh karena itu, aplikasi kondisi denaturasi akan dapat
memisahkan DNA plasmid dengan DNA kromosom.

Enzim Restriksi
Selanjutnya adalah pemotongan DNA dengan menggunakan enzim
restriksi endonuklease. Pemutusan ini dilakukan di dalam strain tertentu
yang bertujuan untuk mencegah agar tidak merusak DNA. Selain itu strain
tersebut juga mempunyai suatu sistem modifikasi yang menyebabkan
pemutusan basa pada urutan tertentu yang merupakan recognition sites
bagi enzim restriksi tersebut. Pemotongan DNA genomik dan DNA vektor
dengan menggunakan enzim restriksi ini harus menghasilkan ujung–ujung
potongan yang kompatibel dalam arti setiap fragmen DNAnya harus dapat
disambungkan dengan DNA vektor yang sudah berbentuk linier. Pada
aplikasi transformasi gen bakteri Agrobacterium tumefaciens resisten
terhadap herbisida pada tanaman kedelai, bakteri ini dapat menginfeksi
tanaman kedelai secara alami karena memiliki plasmid Ti, suatu vektor
(pembawa DNA) untuk menyisipkan gen asing. Di dalam plasmid Ti
terdapat gen yang menyandikan sifat virulensi untuk menyebabkan
penyakit tanaman tertentu. Gen asing yang ingin dimasukkan ke dalam
tanaman dapat disisipkan di dalam plasmid Ti. Selanjutnya, A.
tumefaciens secara langsung dapat memindahkan gen pada plasmid
tersebut ke dalam genom (DNA) tanaman. Setelah DNA asing menyatu
dengan DNA tanaman maka sifat-sifat yang diinginkan dapat
diekspresikan tumbuhan kedelai resisten terhadap herbisida.

Ligasi molekul DNA


Pemotongan DNA genomik dan DNA vektor menggunakan enzim
restriksi harus menghasilkan ujung¬ujung potongan yang kompatibel.
Artinya, fragmen¬-fragmen DNA genomik nantinya harus dapat
disambungkan (diligasi) dengan DNA vektor yang sudah berbentuk linier.
Ada tiga cara yang dapat digunakan untuk meligasi fragmen-fragmen
DNA secara in vitro. Pertama, ligasi menggunakan enzim DNA ligase dari
bakteri. Kedua, ligasi menggunakan DNA ligase dari sel¬sel E. coli yang
telah diinfeksi dengan bakteriofag T4 atau lazim disebut sebagai enzim T4
ligase. Jika cara yang pertama hanya dapat digunakan untuk meligasi
ujung-¬ujung lengket, cara yang kedua dapat digunakan baik pada ujung
lengket maupun pada ujung tumpul. Sementara itu, cara yang ketiga telah
disinggung di atas, yaitu pemberian enzim deoksinukleotidil transferase
untuk menyintesis untai tunggal homopolimerik 3’. Suhu optimum bagi
aktivitas DNA ligase sebenarnya 37ºC. Akan tetapi, pada suhu ini ikatan
hidrogen yang secara alami terbentuk di antara ujung-ujung lengket akan
menjadi tidak stabil dan kerusakan akibat panas akan terjadi pada tempat
ikatan tersebut. Oleh karena itu, ligasi biasanya
dilakukan pada suhu antara 4 dan 15ºC dengan waktu inkubasi (reaksi)
yang diperpanjang (sering kali hingga semalam). Pada reaksi ligasi antara
fragmen¬fragmen DNA genomik dan DNA vektor, khususnya plasmid,
dapat terjadi peristiwa religasi atau ligasi sendiri sehingga plasmid yang
telah dilinierkan dengan enzim restriksi akan menjadi plasmid sirkuler
kembali. Hal ini jelas akan menurunkan efisiensi ligasi. Untuk
meningkatkan efisiensi ligasi dapat dilakukan beberapa cara, antara lain
penggunaan DNA dengan konsentrasi tinggi (lebih dari 100Ng/ml),
perlakuan dengan enzim alkalin fosfatase untuk menghilangkan gugus
fosfat dari ujung 5’ pada molekul DNA yang telah terpotong, serta
pemberian molekul linker, molekul adaptor, atau penambahan enzim
deoksinukleotidil transferase untuk menyintesis untai tunggal
homopolimerik 3’ seperti telah disebutkan di atas.

Transformasi Sel Inang


Tahap berikutnya setelah ligasi adalah analisis terhadap hasil
pemotongan DNA genomik dan DNA vektor serta analisis hasil ligasi
molekul¬-molekul DNA tersebut. Tahap memasukkan campuran reaksi
ligasi ke dalam sel inang ini dinamakan transformasi karena sel inang
diharapkan akan mengalami perubahan sifat tertentu setelah dimasuki
molekul DNA rekombinan. Teknik transformasi pertama kali
dikembangkan pada tahun 1970 oleh M. Mandel dan A. Higa, yang
melakukan transformasi bakteri E. coli. Sebelumnya, transformasi pada
beberapa spesies bakteri lainnya yang mempunyai sistem transformasi
alami seperti Bacillus subtilis telah dapat dilakukan. Kemampuan
transformasi B. subtilis pada waktu itu telah dimanfaatkan untuk
mengubah strain¬strain auksotrof (tidak dapat tumbuh pada medium
minimal) menjadi prototrof (dapat tumbuh pada medium minimal) dengan
menggunakan preparasi DNA genomik utuh. Baru beberapa waktu
kemudian transformasi dilakukan menggunakan perantara vektor, yang
selanjutnya juga dikembangkan pada transformasi E.coli.

Seleksi Transforman dan Seleksi Rekombinan


Oleh karena DNA yang dimasukkan ke dalam sel inang bukan hanya
DNA rekombinan, maka kita harus melakukan seleksi untuk memilih sel
inang transforman yang membawa DNA rekombinan. Selanjutnya, di antara
sel¬sel transforman yang membawa DNA rekombinan masih harus dilakukan
seleksi untuk mendapatkan sel yang DNA rekombinannya membawa fragmen
sisipan atau gen yang diinginkan. Pada dasarnya ada tiga kemungkinan yang
dapat terjadi setelah transformasi dilakukan, yaitu (1) sel inang tidak dimasuki
DNA apa pun atau berarti transformasi gagal, (2) sel inang dimasuki vektor
religasi atau berarti ligasi gagal, dan (3) sel inang dimasuki vektor
rekombinan dengan/tanpa fragmen sisipan atau gen yang diinginkan. Untuk
membedakan antara kemungkinan pertama dan kedua dilihat perubahan sifat
yang terjadi pada sel inang. Jika sel inang memperlihatkan dua sifat marker
vektor, maka dapat dipastikan bahwa
kemungkinan kedualah yang terjadi. Selanjutnya, untuk membedakan
antara kemungkinan kedua dan ketiga dilihat pula perubahan sifat yang
terjadi pada sel inang. Jika sel inang hanya memperlihatkan salah satu sifat
di antara kedua marker vektor, maka dapat dipastikan bahwa kemungkinan
ketigalah yang terjadi. Seleksi sel rekombinan yang membawa fragmen
yang diinginkan dilakukan dengan mencari fragmen tersebut
menggunakan fragmen pelacak (probe), yang pembuatannya dilakukan
secara in vitro menggunakan teknik reaksi polimerisasi berantai atau
polymerase chain reaction (PCR). Pelacakan fragmen yang diinginkan
antara lain dapat dilakukan melalui cara yang dinamakan hibridisasi
koloni. Koloni¬koloni sel rekombinan ditransfer ke membran nilon, dilisis
agar isi selnya keluar, dibersihkan protein dan remukan sel lainnya hingga
tinggal tersisa DNAnya saja. Selanjutnya, dilakukan fiksasi DNA dan
perendaman di dalam larutan pelacak. Posisi¬posisi DNA yang
terhibridisasi oleh fragmen pelacak dicocokkan dengan posisi koloni pada
kultur awal (master plate). Dengan demikian, kita bisa menentukan
koloni¬koloni sel rekombinan yang membawa fragmen yang diinginkan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian diatas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Sentral Dogma adalah proses penyimpanan dan pemindahan informasi
genetik melalui 3 tahap yaitu replikasi, transkripsi dan translasi.
2. Replikasi adalah proses pengkopian rangkaian molekul bahan genetik
(DNA atau RNA) sehingga dihasilkan molekul anakan yang sangat
identik. 3. Tahapan proses replikasi diantaranya adalah denaturasi
(pemisahan) untaian DNA induk, inisiasi (sintesis DNA),
pemanjangan untaian DNA, ligasi fragmen-fragmen DNA dan
terminasi (sintesis DNA)
3. Transkripsi adalah proses sintesis protein dimana DNA diterjemahkan
menjadi kode-kode dalam bentuk basa nitrogen membentuk rantai
RNA yang bersifat single strain.
4. Tahapan dalam proses transkripsi diantaranya adalah inisiasi, elongasi
dan terminasi.
5. Translasi adalah proses penerjemahan urutan nukleotida yang ada
pada molekul mRNA menjadi rangkaian asam-asam amino yang
menyusun suatu polipeptida atau protein.
6. Tahapan dalam proses translasi diantaranya adalah inisiasi, elongasi
dan terminasi.
7. Dalam pembagian berdasarkan fungsinya terdapat 2 pembagian utama
yaitu coding RNA dan non-coding RNA. Coding RNA terdiri dari
transkripton dan hanya terdiri dari satu kelas molekul yaitu messenger
RNA (mRNAs), sedangkan non coding RNA terdiri dari tRNA dan
rRNA.
DAFTAR PUSTAKA

http://wanenoor.blogspot.com/2011/11/sentral-dogma-biologi-pengertian-
gen.html#.XJIljSgzbcc

https://aguskrisnoblog.wordpress.com/2012/01/12/genetika-lanjut-rekayasa-
genetika/

https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/44255

Dewi, Retno. 2011. Proses Transkripsi pada Prokariotikik dan Eukariotik


(online), (http://dokumen.tips/documents/transkripsi-eukariotik-
Prokariotik.html, diakses tanggal 29 November 2015)

Kevin, Frederick. 2011. From Gene to Protein (online),


(https://www.academia.edu/6208866/FROM_GENE_TO_PROTEIN_TRA
NSKRIPSI_DAN_TRANSLASI, diakses 29 November 2015)

Niedlich. 2010. Makalah Ekspresi Gen dan Regulasinya (online),


(https://www.scribd.com/doc/97237329/Makalah-Ekspresi-Gen-Dan-
Regulasinya, diakses 29 November 2015)

Purwanti, Aliyah. 2009. Perbedaan Transkripsi dan Translasi pada Sel Prokariotik
dan Eukariotik (online), (http://www.slideshare.net/aliyahpurwanti
09/perbedaan-proses-transkripsitranslasi-pada-sel-Prokariotik-dan-
eukariotik, diakses 29 November 2015)

Anda mungkin juga menyukai