Anda di halaman 1dari 6

Nama : Muhammad Wahyu Rambe

NPM/Semester : 2104290069 / 1

Kelas : Agroteknologi B1 PAGI

Mata Kuliah : Biokimia Tanaman

Hari/Tanggal : Kamis, 25/11/2021

Dosen Pengampu : Drs.m Syafrinal M,si

1). A. Berdasarkan strukturnya karbohidrat dapat digolongkan sebagai


berikut:

Monosakarida
Monosakarida atau gula sederhana kebanyakan ditemukan pada buahbuahan,
dan madu. Mereka dapat mengandung tiga hingga sembilan

atom karbon. Perwakilan paling umum terdiri dari lima atau enam

yang bergabung bersama untuk membentuk molekul seperti rantai.

Dikutip situs Kementerian Pendudukan dan Kebudayaan

(Kemendikbu), monosakarida dapat dikelompokkan berdasarkan letak

gugus karbonilnya. Berikut contoh monosakarida:

 Glukosa
 Fruktosa
 Galaktosa
 Disakarida

Disakarida
tersusun dari dua molekul monosakarida yang jenisnya

sama atau berbeda. Disakarida terjadi dengan penggabungan dua


molekul monosakarida dengan pelepasan air. Dalam disakarida

beberapa macam, yakni:

 Sukrosa
 Laktosa
 Maltosa
 Polisakarida

Polisakarida merupakan molekul besar dan lebih kompleks.


Polisakarida mempunyai massa yang sangat besar dan tidak larut
dalam air. Berikut contoh polikarida:
 Amilium
 Glikogen
 Selulosa

B).
 Glukosa sebagai bahan bakar utama metabolisme akan mengalami

glikolisis (dipecah) menjadi 2 piruvat jika tersedia oksigen. Dalam

tahap ini dihasilkan energi berupa ATP.

 Selanjutnya masing-masing piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA.

Dalam tahap ini dihasilkan energi berupa ATP.

 Asetil KoA akan masuk ke jalur persimpangan yaitu siklus asam

sitrat. Dalam tahap ini dihasilkan energi berupa ATP.

 Jika sumber glukosa berlebihan, melebihi kebutuhan energi kita

maka glukosa tidak dipecah, melainkan akan dirangkai menjadi

polimer glukosa (disebut glikogen). Glikogen ini disimpan di hati

dan otot sebagai cadangan energi jangka pendek. Jika kapasitas


penyimpanan glikogen sudah penuh, maka karbohidrat harus

dikonversi menjadi jaringan lipid sebagai cadangan energi jangka

panjang.

 Jika terjadi kekurangan glukosa dari diet sebagai sumber energi,

maka glikogen dipecah menjadi glukosa. Selanjutnya glukosa

mengalami glikolisis, diikuti dengan oksidasi piruvat sampai dengan

siklus asam sitrat.

 6) Jika glukosa dari diet tak tersedia dan cadangan glikogenpun juga

habis, maka sumber energi non karbohidrat yaitu lipid dan protein

harus digunakan. Jalur ini dinamakan glukoneogenesis

(pembentukan glukosa baru) karena dianggap lipid dan protein harus

diubah menjadi glukosa baru yang selanjutnya mengalami

katabolisme untuk memperoleh energi.

2). Denaturasi adalah sebuah proses di mana protein atau asam nukleat
kehilangan struktur tersier dan struktur sekunder dengan penerapan beberapa

tekanan eksternal atau senyawa, seperti asam kuat atau basa, garam

anorganik terkonsentrasi, sebuah misalnya pelarut organik (cth, alkohol atau

kloroform), atau panas. Jika protein dalam sel hidup didenaturasi, ini

menyebabkan gangguan terhadap aktivitas sel dan kemungkinan kematian

sel. protein didenaturasi dapat menunjukkan berbagai karakteristik, dari

hilangnya kelarutan untuk agregasi komunal. Denaturisasi dalam pengertian

ini tidak digunakan dalam penyusunan bahan kimia industri alkohol


didenaturasi.

3. A)
 Oksidoreduktase – oksidoreduktase adalah enzim yang mengkatalisis

reaksi oksidasi- reduksi. Enzim ini penting karena reaksi ini

bertanggung jawab untuk produksi panas dan energi.

 Transferase – Transferase adalah enzim yang mengkatalisis reaksi di

mana transfer gugus fungsional antara dua substrat berlangsung.

 Hidrolase – Hidrolase juga dikenal sebagai enzim hidrolitik, mereka

mengkatalisis reaksi hidrolisis karbohidrat, protein, dan ester.

 Liases – Liases adalah enzim-enzim yang mengkatalis reaksi

melibatkan penghapusan kelompok dari substrat oleh proses selain

hidrolisis oleh pembentukan ikatan ganda.

 Isomerase – Isomerase adalah enzim-enzim yang mengkatalisis reaksi

di mana interkonversi isomer cis-trans yang terlibat.

 Ligase – Ligase juga dikenal sebagai Sintase, ini adalah enzim yang

mengkatalisis reaksi di mana kopling dua senyawa yang terlibat

dengan memecah ikatan pirofosfat.

B).
1). Suhu Sebagian besar enzim bekerja optimal di suhu tubuh normal.

Masing-masing enzim mempunyai suhu optimum yang berbeda-beda. Pada

umumnya enzim bekerja optimum pada suhu 400C. Apabila suhu di

lingkungan enzim sedikit menurun, maka efektifitas enzim cenderung akan


melambat. Kondisi ini terjadi karena energi kinetik yang rendah, sehingga

mereka bergerak lambat dan tidak sering bertabrakan

2). Derajat Keasaman (pH) Seperti halnya suhu, enzim akan bekerja optimum

pada kondisi pH tertentu. Pada umumnya pH optimum enzim berkisar antara

6-8. Namun, terdapat beberapa pengecualian, sebagai contoh enzim pepsin

bekerja optimum pada pH = 2 di lambung untuk memecah protein menjadi

pepton.

3). Konsentrasi Substrat Laju suatu reaksi enzim akan meningkat seiring

dengan penurunan konsentrasi substrat. Ketika konsentrasi substrat semakin

banyak kerja enzim akan menurun, sehingga dibutuhkan penambahan enzim

untuk mengatasinya.

4). Konsentrasi Enzim Konsentrasi enzim dengan laju reaksi enzim

berbanding lurus, artinya laju reaksi enzim akan bertambah secara konstan

seiring dengan adanya penambahan konsentrasi enzim.

5). Aktivator Zat pengaktif seperti bahan kimia tertentu mampu

meningkatkan kerja enzim. Contohnya, logam alkali, logam alkali tanah, Co,

Mg, Mn, dan Cl.

6). Inhibitor Inhibitor adalah senyawa yang mampu menghambat kerja enzim.

Inhibitor menyebabkan aktivitas enzim terganggu, sehingga enzim tidak

bekerja secara optimal. Terdapat 2 macam inhitor, yaitu :

 Inhibitor kompetitif, merupakan suatu senyawa kimia yang

menyerupai struktur substrat dan akan bersaing dengan substrat untuk


menempati sisi aktif enzim. Apabila sisi aktif enzim sudah ditempati

oleh inhibitor kompetitif dari substrat maka substrat tidak dapat

berikatan dengan sisi aktif enzim.

 nhibitor non kompetitif, adalah suatu senyawa kimia yang

menghambat kerja enzim dengan cara melekat pada bagian selain sisi

aktif enzim yaitu sisi alosterik. Pengikatan tersebut menyebabkan

terjadinya perubahan sisi aktif enzim, akibatnya substrat tidak dapat

berikatan dengan sisi aktif enzim

Anda mungkin juga menyukai