Anda di halaman 1dari 85

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT, hanya berkat rahmat dan hidayah
Allah SWT semata penulis dapat menyusun modul mata kuliah Bahasa Indonesia ini. Salawat
dan salam semoga tetap dilimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW. Modul ini adalah
materi kuliah dari mata kuliah Bahasa Indonesia untuk mahasiswa program studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Modul mata kuliah ini sangat diperlukan bagi perkuliahan Bahasa Indonesia di
Perguruan Tinggi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Sesuai dengan judulnya,
matakuliah ini mengemukakan materi kegiatan pokok Bahasa Indonesia yang memuat konsep
dasar, teori dalam menyelesaikan permasalahan di bidang Bahasa Indonesia dan pendidikan.
Dalam penyusunan modul ini memiliki kekurangan dan kelemahan, akhirnya kepada
bapak/ibu dosen dan para pembaca kiranya dapat memberikan masukan dan saran untuk lebih
baik kedepannya.

Penulis

Tim Teaching
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I. IDENTITAS
a. Nama Mata kuliah
b. Kode Mata kuliah
c. Jumlah SKS
d. Nama Dosen/ Team Teaching
II. PENDAHULUAN
a. Deskripsi Mata Kuliah
b. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah
c. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kuliah
III. PEMBELAJARAN
Sejarah Pertumbuhan Bahasa Indonesia
Ragam, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
Makna Kata
Makna Kalimat
Paragraf
Ejaan
Topik, Tema, Judul Karangan
Penalaran
Karya Tulis Ilmiah
Daftar Pustaka
IV. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
I. IDENTITAS

1. Nama mata kuliah : Bahasa Indonesia


2. Kode mata kuliah : PAE,PAG,PIT 11032
3. Jumlah sks : 2 sks
4. Nama dosen / team teaching : 1. Edi Suprayetno, S.Pd., M.Pd.
2. Dra. Zuriah, A.Md., TK., M.Pd
3. Fitriani Lubis, S.Pd., M.Pd
4. Amin Basri, M.Pd
II. PENDAHULUAN
A. Deskripsi matakuliah

Matakuliah ini bertujuan untuk membantu mahasiswa dalam membangun sikap positif
Bahasa Indonesia dengan adanya keragaman suku, yang dieksplorasi ke dalam kehidupan
akademik, mahasiswa mengetahui ragam Bahasa, Ejaan Bahasa Indonesia yang berkembang,
menjelajah dunia pustaka, serta mahasiswa dapat menyusun/menulis proposal penilitian
mahasisawa..

B. Capaian pembelajaran matakuliah (CPMK)

Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa dalam membangun sikap
positif terhadap bahasa Indonesia dan mengenal arti kebersamaan dalam keragaman suku
bangsa yang ada di Indonesia. Mengeksplorasi teks dalam kehidupan akademik. Memberikan
kemampuan kepada mahasiswa dalam menjelajah dunia pustaka. Memberikan kemampuan
kepada mahasiswa dalam menyusun proposal penelitian mahasiswa yang berdasarkan nilai –
nilai Al –Islam dan KeMuhammadiyahan.

C. Sub capaian pembelajaran matakuliah


1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar Bahasa Indonesia.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan peran Bahasa Indonesia di lingkungan.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan karakteristik Bahasa Indonesia
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi perobahan Bahasa Indonesia dengan cakupan Bahasa yang baik dan
benar
III. PEMBELAJARAN

Kegiatan Pembelajaran ke 1
1. Perkembangan Bahasa
2. Tujuan Materi Pembelajaran
a) Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan sejarah pertumbuhan Bahasa
Indonesia
b) Mahasiswa diharapkan mampu memahami faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan Bahasa Indonesia.
c) Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan perkembangan bahasa
Indonesia.
d) Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan problematika pembelajaran
Bahasa Indonesia
3. Materi Pembelajaran
1) Sejarah Pertumbuhan Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa ini telah tumbuh dan
berkembang bahkan sebelum bahasa Indonesia dideklarasikan sebagai bahasa persatuan
dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Namun kini timbul pertanyaan, mengapa
dri sekian banyak bahasa yang tersebar di seluruh Indonesia menagap justru bahasa
melayulah yang menjadi asal lahirnya bahasa Indonesia.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut paling tidak ada tiga factor yang menyebabkan
mengapa bahasa Melayu pada saat itu diterima oleh masyarakat.
 Bahasa Melayu sebagai Lingua Franca
Bahasa Melayu sudah digunakan sebagai bahasa perdagangan sejak zaman Sriwijaya.
Awal mulanya ketika kerajaan Sriwijaya maju ke wilayah Asia Tenggara
menggunakan bahasa Melayu Kuno sebagai bahasa perantara. Bahasa Melayu
menjadi bahasa yang dapat dipahami dan digunakan dalam perdagangan oleh berbagai
suku yang memiliki latar belakang bahasa ibu yang berbeda. Sehingga dengan
demikian bahasa Melayu menjadi lingua franca dalam aktivitas perdagangan. Dengan
menjadi lingua franca, bahasa Melayu menjadi cepat tersebar ke berbagai daerah di
Nusantara.
 Sistem Bahasa Melayu Praktis dan Sederhana
Bahasa Melayu berbeda dengan bahasa lainnya di Indonesia dalam segi struktrunya.
Strukur bahasa Melayu tidak mengenal undak usuk atau bahasa yang disampaikan
tidak mengenal tingkatan tutur atau berdasarkan strata social, sehingga kepraktisan
dan kesederhanaan inilah yang membuat bahasa Melayu lebih diterima dibanding
dengan bahasa lain.
 Kebutuhan Politik.
Untuk mengatasi perbedaan bahasa yang ada di Indonesia. Indonesia tidak mungkin
memilih salah satu bahasa dari ratusan bahasa ibu yang dimiliki oleh suku-suku yang
tersebar di Nusantara. Karena dengan memilih salah satu bahasa ibu sebuah suku, hal
itu akan dapat menimbulkan potensi konflik rasial yang dapat mengakibatkan
perpecahan. Maka memilih bahasa Melayu adalah pilihan tepat karena bahasa tersebut
telah dipahami di berbagai daerah di Nusantara sebagai bahasa perdagangan.
Demikianlah tiga alasan mengapa bahasa Melayu terpilih menjadi bahasa persatuan.
Dari hal yang bersifat komunikasi sampai pada hal yang politis. Namun dalam perkembangan
saat ini, bahasa Indonesia yang kita gunakan sudah tidak sama lagi dengan bahasa melayu.
Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan tersebut. Diantara faktor tersebut adalah
factor waktu, politik, social budaya, dan IPTEK.

 Waktu
Perkembangan banasa Indonesia dam lintasan sejarah dapat di bagi menjadi tiga fase:
Fase pertama disebut dengan nama prakolonial. Pada masa ini terdapat beberapa bukti
tertulis mengenai bahasa Melayu tua yang ditemukan pada beberapa prasasti dan
inkripsi.
Fase kedua disebut dengan massa colonial. Pada masa ini, sekitar abad XVI orang-orang
Barat sudah sampai di Indonesia, mereka menemukan bahwa bahasa Melayu telah
digunakan sebagai bahasa resmi dalam pergaulan, perhubungan dan perdagangan. Hal ini
dikuatkan oleh Pigafetta yang berkebangsaan Portugis yang mengunjungi Tidore untuk
menyusun daftar kata Melayu-Itali tahun 1522.
Fase ketiga disebut dengan masa pergerakan. Masa ini dimulai dari tahun 1901. Pada
tahun ini telah disusun ejaan resmi bahasa Melayu Van Ophuysen yang merupakan cikal
bakal ejaan bahasa Indonesia.
Selanjutnya tahun 1908 pemerintah colonial mendirikan sebuah badan penerbit buku-
buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de volklectuur (Taman Bacaan Rakyat),
kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka yang menerbitkan novel-novel
seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun
memelihara kesehatan yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di
kalangan masyarakat luas.
Tanggal 28 Oktober 1928 bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa Nasional. Tahun
1933 bahasa Indonesia semakin dikenal luas lewat karya-karya angkatan sastrawan muda
yang menamakan dirirnya sebagai pujangga baaru yang dipimpin oleh Sutan Takdir
Alisyahbana.
Pada tahun 1945 bahasa Indonesia kemudian dikukuhkan sebagai bahasa Negara lewat
pasal 36 UUD 1945.
Tahun 1947 bahasa Indonesia semakin berkembang ditandai dengan penetaoan Ejaan
Republik ata Ejaan Soewandi menggantikan ejaan Van Ophuysen. Ejaan ini kembali
mengalami perbaikan di tahun 1972 kemudian di namakan Ejaan bahasa Indonesia yang
disempurnakan (EYD) yang diresmikan oleh Presiden Soeharto lewat keputusan
Presiden No.57 tahun 1972. Di tahun yang sama, Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah ditetapkan
oleh Menteri Pendidikan dan kebudayaan. Setelah itu pada 20 OKTOBER 1980
ditetapkan sebagai Bulan bahasa.
Untuk melakukan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia para ahli maupun
akademisi secara berkesinambungan bertemu setiap lima tahun sekali dalam acara kongres
bahasa. Hasil maupun kesepakatan dalam pertemuan-pertemuan itu sebagai berikut:
a. Tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan kongres bahasa Indonesia I di Solo. Dari
hasil kongres itu disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendikiawan dan budayawan Indonesia
sat itu.
b. Tanggal 28 Oktober – 2 November 1954 diselenggarakan kongres bahasa Indonesia II
di Medan. Kongres ini merupakan perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus
menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan
ditetapkan sebagai bahasa Negara.
c. Tanggal 28 Oktober – 2 November 1978 diselenggarkan kongres bahasa Indonesia III
di Jakarta. Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda ke
50 selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dam perkembangan bahasa
Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi
bahasa Indonesia.
d. Tanggal 21 – 26 November 1983 diselengarakan kongres bahasa Indonesia IV di
Jakarta. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum dalam GBHN,
yang mewajibkan kepada semua warga Negara Indonesia untuk menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.
e. Tanggal 28 0ktober – 3 November 1988 diselenggarakan kongres bahasa Indonesia V
di Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira 700 pakar bahasa Indonesia dari seluruh
Indonesia dan peserta tamu dari negara Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura,
Belanda, Jerman, dan Australia, dan menghasilkan karya besar yakni kamus Besar
Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku bahasa Indonesia.
f. Tanggal 28 Oktober – 2 November 1993 diselenggarakan kongres bahasa Indonesia
VI di Jakarta. Peserta sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53 peserta tamu
dari mancanegara meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, India,
Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea selatan, dan Amerika Serikat. Kongres
mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa ditingkatkan
statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya
Undang-Undang Bahasa Indonesia.
g. Tanggal 26 – 30 Oktober 1998 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VII di
Hotel Indonesia, Jakarta. Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan pertimbangan
Bahasa.

 Politik
Muatan politik sanagt melekat bahkan sejak kelahiran Bahasa Indonesia. Unsur politik
yang paling nyata adalah dalam Sumpah Pemuda yang dilaksanakan pada tanggal 28
Oktober 1928. Saat itu proses intimidasi terhadap penjajah dilakukan oleh sekelompok
pemuda yang mengikrarkan tiga ikrar salah satunya berisi tentang pengakuan penggunaan
Bahasa Indonesia.
Eksistensi bahasa Indonesia semakin kuat ketika dikeluarkan pasal UUD 1945 yang berisi
bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Pengakuan bahasa persatuan ini, merupakan
salah satu tuntutan yang harus dipenuhi pemerintah Indonesia untuk mendapatkan
kemerdekaannya dari jepang.
 Sosial Budaya
Bahasa Indonesia yang saat ini digunakan merupakan hasil dari interaksi masyarakat
antar suku dengan suku lainnya. Hasil dari pertemuan social budaya inilah melahirkan
istilah-istilah kebahasaan yang dipahami dan berkembang oleh pemakainya yang
kemudian diakui sebagai bahasa Indonesia. Ada kata-kata dari bahasa daerah Sunda,
Jawa, bugis, Batak dan lain sebagainya yang kemudian menjadi kata bahasa Indonesia.
Selain factor interaksi antar suku ini, perkembangan kebudayaan juga menghasilkan
bahasa. Istilah mencanting dalam pembuatan batik kemudian dikenal luas.

 IPTEK
Perkembangan bahasa Indonesia sangat dipengaruhi oleh tehnologi. Banyak tehnologi
terbaru justru lahir dari tangan asing yang kemudian masuk ke Indonesia dengan bahasa
Internasional yakni Inggris. Hal ini menjadi tantangan para ahli bahasa untuk mencari
padanan yang tepat untuk menyebut istilah-istilah asing itu langsung di Indonesiakan
dengan menyerap secara utuh, dan mencari padanan yang sesuai dengan konsep ilmiah
tersebut. Maka website kemudian dipadankan menjadi laman, kata upload yang
dipadankan dengan unggah dan download yang dipadankan dengan unduh. Adapun
penyerapan secara utuh misalnya menyebut laman facebook kemudian di Indonesiakan
menjadi fesbuk.

2) Perkembangan Bahasa Indonesia.


a. Perkembangan Bahasa Indonesia Sebelum Merdeka
Pada dasarnya bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman kerajaan
Sriwijaya, bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa penghubung antar suku di nusantara dan
sebagai bahasa yang digunakan dalam perdagangan baik di nusantara maupun diluar
nusantara.
Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak lebih jelas dari
peninggalan-peninggalan sejarah, Misalnya :
- Tulisan yang terdapat pada batu nisan di MinyeTujoh, Aceh pada tahun 1380 M
- Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang pada tahun 683 M
- Prasasti Talang Tulo, di Palembang pada tahun 684 M
- Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada tahun 686 M
- Prasasti Karang Brahi di Bangko, Merangi, Jambi tahun 688 M.
Bahasa Melayu dianggap sebagai bahasa utama, pada saat itu bahasa Melayu
kemudian difungsikan sebagai berikut :
- Bahasa Kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisi aturan-aturan hidup dan
sastra.
- Bahasa perhubungan (Lingua Franca) antar suku di nusantara
- Bahasa perdagangan baik bagi suku yang ada di nusantara maupun pedagang yang
ada diluar nusantara.
- Bahasa resmi kerajaan.

b. Perkembangan Bahasa Indonesia Sesudah Merdeka


Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928, pada saat itu para pemuda dari
pelosok nusantara berkumpul dalam rapat, para pemuda berikrar sebagai berikut :
- Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Air
Indonesia.
- Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.
- Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, Bahasa
Indonesia.
Ikraran para pemuda ini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda. Point yang ketiga
adalah merupakan pernyataan tekad akan berbahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan
Indonesia.
Kini bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia. Adapun
beberapa bahasa Indonesia yang sering digunakan dalam berbagai bahasa Nasional dan
Bahasa Negara :
- Bahasa Indonesia sebagai indentitas Nasional
- Bahasa Indonesia sebagai kebanggaan bangsa
- Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi
- Bahasa Indonesia sebagai pemersatu bangsa yang berbeda suku, agama, ras, adat
istiadat, dan budaya.
Dalam UUD 1945 bab XV, pasal 36, telah diterapkan bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional, bahasa Indonesia juga berkedudukan sebagai bahasa Negara.
Pada tanggal 25-28 Februari 1975, hasil perumusan seminar politik bahasa nasional
yang diselenggarakan di Jakarta. Dibawah ini sebagai fungsi dan kedudukan bahasa
Indonesia sebagai bahasa Negara.
- Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan
- Bahasa Indonesia sebagai alat pengantar dalam dunia pendidikan
- Bahasa Indonesia sebagai penghubung pada tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah
- Bahasa Indonesia sebagai pengembangan kebudayaan nasional, ilmu dan teknologi.

c. Problematika pembelajaran Bahasa Indonesia


Pembelajaran bahasa Indonesai dapat dikatakan menjadi asing dikampung halaman
sendiri. Hal ini mengingatkan ada kecenderungan peserta didik yang lebih bangga
menggunakan bahasa Asing dibandingkan dengan bahasa sendiri. Siakap seperti ini tercermin
dalam kehidupan sehari-hari baik dalam situasi formal maupun nonformal. Misalnya, ketika
seseorang lebih fasih menyebut kata website dibandingkan dengan kata laman yang menjadi
padanan dari kata tersebut. Hal sejenis ini terjadi pada penggunaan istilah lain seperti
handphone yang lebih familiar dibandingkan dengan telefon genggam, email dengan pos-el
(pos elektronik), dan lain sebagainya.
Sikap lain yang tercermin adalah bagaimana seseorang lebih bangga menggunakan
pengaturan telefon genggamnya atau komputernya dengan bahasa Inggris dibandingkan
dengan bahasa Indonesia. Hal ini merupakan fenomena ironis. Hal ini semakin terbukti ketika
ditahun 2008 nilai hasil UAN Bahasa Indonesia lebih rendah disbanding Matematika
maupun Bahasa Inggris.
Nilai rendah juga bisa dipicu oleh sikap peserta didik yang menganggap mudah
pelajaran Bahasa Indonesia. Pelajaran bahasa Indonesia dianggap sama dengan bahsa
Indonesia yang digunakan sehari-hari. Padahal, apa yang digunakan sehari-hari tentu jauh
berbeda dengan pembelajaran bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia dalam penggunaan sehari-hari cenderung menggunakan ragam
nonformal atau tidak resmi yang tidak termanifestasi dengan penggunaan bahasa Indonesia
yang bercampur dengan bahasa daerah. Adapun dalam pembelajaran bahasa Indonesia hal ini
tidak dibenarkan. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia hal ini tidak dibenarkan. Dalam
pembelajaran bahasa Indonesia, kegiatan berbahasa diarahkan pada berbahasa secara formal
yang digunakan dalam pembuatan naskah pidato, makalah, berita, cerita, surat, laporan,
maupun proposal.
Perbedaan antara bahasa resmi dan bahasa tidak resmi adalah titik mendasar mengapa
penting mempelajari bahasa Indonesia. Sebab, sering terjadi ketika seseorang yang biasa
berbicara dalam bahasa Indonesia, ketika hendak berpidato justru malah kesulitan, terlebih
ketika membuat karangan ilmiah.
Penggunaan bahasa resmi memang kadang terabaikan dalam ranah-ranah formal,
seperti salah satunya disekolah. Padahal semakin peserta didik terbiasa menggunakan bahasa
resmi, maka semakin mudah ia mempelajari bahasa Indonesia. Sayangnya, tugas berat ini
seakan dipikul sendiri oleh pengampu bahasa Indonesia. Pengajar mata kuliah lain cenderung
tidak memperdulikannya. Paradigma semacam ini semestinya diubah. Karena lewat
pembiasaanlah, penggunaan bahasa Indonesia yang baik akan tercipta sehingga pembelajaran
bahasa Indonesia pun akan menuai hasil maksimal.

TUGAS / LATIHAN
Diskusikan dalam kelompok yang terdiri dari 3 orang, carilah dan tuliskan istilah-
istilah dalam bahasa asing yang di Indonesiakan sebanyak 15 kata.

EVALUASI
Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai materi di atas, jawablah pertanyaan
di bawah ini !
a. Mengapa bahasa melayu dapat diterima oleh masyarakat sebagai bahasa persatuan?
b. Factor apa saja yang membuat bahasa Melayu saat ini berbeda dengan bahasa
Indonesia saat ini?
c. Apa perbedaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan dengan Bahasa
dalam dunia pendidikan?
d. Apa saja problematika pembelajaran bahasa saat ini?
Kegiatan Pembelajaran ke 2
1. Ragam, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
2. Tujuan Materi Pembelajaran
a) Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan jenis ragam bahasa.
b) Mahasiswa diharapkan mampu membedakan kedudukan bahasa
Indonesia.
c) Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan fungsi bahasa Indonesia.
3. Materi Pembelajaran
A. Ragam Bahasa Indonesia
Ragam Bahasa adalah suatu istilah yang dipakai untuk menunjuk salah satu dari
sekian variasi yang terdapat dalam pemakaian bahasa.
1) Ragam Bahasa Berdasarkan Cara Berkomunikasi
Dalam hal ini dapat disebut adanya ragam lisan dan ragam tertulis. Ragam bahasa
lisan adalah ragam bahasa yang dituturkan dengan indra mulut. Sedangkan ragam
bahasa tertulis adalah ragam bahasa yang dituangkan melalui simbol-simbol atau
huruf-huruf. Keduanya memiliki struktur yang tidak sama. Dalam bahasa lisan
dibantu unsur-unsur nonlinguistic berupa intonasi, gerak gerik tangan, gelengan
kepala dan lainnya. Sedangkan dalam bahasa tulis hal tersebut tidak ada. Sebagai
penggantinya harus dieksplisitkan secara verbal. Umpamanya ketika seorang anak
kecil menginginkan sebuah boneka pada sebuah toko, maka secara lisan anak tersebut
sambil menunjuk kearah toko tersebut ia cukup mengatakan “ aku mau itu, Bu”.
Tetapi dalam bahasa tulis karena tidak ada unsur penunjuk atau pengarahan
pandangan pada boneka itu, maka anak tersebut harus menulis “aku mau boneka itu,
Bu”. Jadi secara eksplisit dapat menyebutkan kata boneka itu.
Dari contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam bahasa tulis, kita harus lebih
menaruh perhatian agar kalimat-kalimat yang kita susun dapat dipahami secara baik.
Kesalahan atau kesalahpengertian dalam bahasa lisan dapat segera kita perbaiki atau
diralat. Tetapi dalam bahasa tulis kesalahan atau kesalahpengertian baru dapat
diperbaiki ketika kalimat tersebut sudah ditulis.

Keunggulan dan kelemahan bahasa tertulis sebagai berikut:


Keunggulan bahasa lisan:
1. Berlangsung cepat
2. Sering berlangsung tanpa alat bantu
3. Kesalahan dapat langsung diperbaiki
4. Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimic muka.
Kelemahan bahasa lisan:
1. Tidak mempunyai bukti otentik
2. Dasar hukumnya lemah
3. Sulit disajikan secara bersih
4. Mudah dimanipulasi

Keunggulan bahasa tertulis:


1. Mempunyai bukti otentik
2. Dasar hukumnya kuat
3. Dapat disajikan lebih bersih
4. Lebih sulit dimanipulasi

Kelemahan bahasa tertulis:


1. Berlangsung lambat
2. Selalu memakai alat bantu
3. Kesalahan tidak dapat langsung diperbaiki
4. Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh atau mimic muka

1. Ragam Bahasa Berdasarkan Cara Pandang Penutur


a. Ragam bahasa berdasarkan penutur adalah idiolek.
Idiolek merupakan ragam bahasa yang dimiliki seseorang atau variasi bahasa yang
bersifar perorangan. Variasi idiolek ini berkenaan dengan warna suara, pilihan kata,
gaya bahasa, susunan kalimat. Namun yang paling dominan adalah warna suara,
sehingga kita bisa mengetahui hanya dengan mendengarkan suaranya tanpa melihat
orangnya.
Contoh ketika kita mendengar mantan presiden RI Soeharto berbicara, kita akan
dengan mudah mengenalinya walau tanpa melihat orangnya. Hal ini menandakan
variasi ragam bahasa dari tiap-tiap orang pasti berbeda sesuai dengan ciri khas
masing-masing.

b. Selain idiolek ada yang namanya dialek. Dialek merupakan ragam bahasa atau variasi
bahasa yang dipakai oleh kelompok anggota masyarakat yang jumlah penuturnya
relative, berada pada suatu tempat, wilayah atau area tertentu. Mulai dari Sabang
sampai Marauke, daerah-daerah tersebut memiliki ciri khas dialek masing-masing
daerahnya.

2. Ragam Bahasa Berdasarkan Topik Pembicaraan


Adalah ragam atau variasi bahasa yang digunakan berdasarkan bidang
penggunaannya. Dalam dunia kedokteran kita mengenal istilah-istilah yang hanya
digunakan pada bidang kedokteran tidak digunakan untuk komunikasi secara umum.
Misal untuk menyebutkan penyakit ayan yang digunakan masyarakat luas, dalam
bahasa kedokteran disebut epilepsi.
Ragam bahasa juga bisa dibedakan berdasarkan keformalan. Joos (1967) membaginya
menjadi: ragam beku (frozen), ragam resmi (formal), ragam usaha (konsultatif),
ragam santai (casual), dan ragam akrab (intimate).

Ragam beku (Frozen) merupakan ragam bahasa paling formal yang digunakan pada
siutasi penting, serius atau khidmat. Misalnya pada saat pengambilan sumpah
Presiden, bahasa dan tata cara yang digunakan sudah diatur dan ditentukan. Pada
Undang-Undang Dasar, akte notaris, surat atau naskah jual beli atau sewa-menyewa.
Ragam bahasa beku ini biasanya dimulai dengan kata-kata seperti bahwa, maka, dan
sesungguhnya. Susunan kalimat biasnya panjang dan bersifat kaku dan lengkap.

Ragam bahasa resmi (formal) merupakan variasi bahasa yang digunakan pada saat
situasi formal tetapi bahasa yang digunakan tidak diatur sedemikian rupa seperti pada
ragam beku. Biasanya digunakan pada saat pidato-pidato kenegaraan, rapat dinas,
buku-buku pelajaran dan sebagainya.
Ragam bahasa usaha (konsultatif) merupakan variasi bahasa yang sering digunakan
dalam pembicaraan tentang usaha dan berorientasi pada hasil atau produksi.
Ragam bahasa santai (casual) digunakan pada situasi santai dan tidak resmi seperti
perbincangan antara teman saat sekolah, berolahraga, dan lain-lain.

Ragam bahasa akrab (intimate) yaitu variasi bahasa yang digunakan oleh orang
yang sudah akrab seperti anggota keluarga.
Jadi kelima ragam bahasa tersebut terkadang kita gunakan sesuai dengan kebutuhan,
tempat dan waktunya.

B. Kedudukan Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting dalam membentuk
persatuan dan kesatuan di Indonesia. Bukti nyatanya terletak pada ikrar ketiga Sumpah
Pemuda 1928 yaitu ”Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan,
bahasa Indonesia”. Hal ini kemudian ditegaskan kembali dalam Undang-Undang Dasar
1945 Bab XV (Bendera , Bahasa , dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan), Pasal 36
menyatakan bahwa “ Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia” .
Kedudukan bahasa Indonesia terbagi dua, yakni sebagai bahasa nasional dan bahasa
negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambang kebanggan
nasional, lambang identitas nasional, alat pemersatu, dan alat penghubung antarbudaya
antardaerah. Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa resmi
kenegaraan, bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan, bahasa resmi dalam
perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan serta pemerintah, dan bahasa resmi dalam pengembangan kebudayaan dan
pemanfaatan ilmu pengetahuan serta tehnologi modern.

1) Bahasa Nasional
Kedudukannya berada diatas bahasa-bahasa daerah. Hasil perumusan Seminar Politik
Bahasa Nasional yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25-28 Februari 1975
menegaskan bahwa dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia
berfungsi sebagai:
a. Lambang Kebanggaan Nasional
Sebagai lambang kebanggaan nasional bahasa Indonesia memancarkan nilai-nilai
sosial budaya luhur bangsa Indonesia. Sebagai realisasi dari kebanggaan terhadap
bahasa Indonesia maka kita harus memakainya tanpa ada rasa rendah diri, malu, dan
acuh tak acuh. Kita harus bangga mamakainya dengan memelihara dan
mengembangkannya.
b. Lambang Identitas Nasional
Bahasa Indonesia merupakan lambang bangsa Indonesia. Hal ini berarti jika
seseorang menggunakan bahasa Indonesia orang akan dapat mengetahui identitas
seseorang, yaitu sifat, dan wataknya sebagai bangsa Indonesia.
c. Alat Pemersatu
Dengan fungsi ini memungkinkan masyarakat Indonesia yang beragam latar belakang
sosial budaya dan berbeda-beda bahasanya dapat menyatu dan bersatu dalam
kebangsaan, cita-cita, dan rasa nasib yang sama, merasa aman dan serasi hidupnya,
karena tidak merasa bersaing dan tidak merasa lagi dijajah oleh masyarakat suku lain.
d. Alat Penghubung Antarbudaya Antardaerah
Dengan bahasa Indonesia seseorang dapat saling berhubungan untuk segala aspek
kehidupan. Bahasa Indonesia akan menjembatani seseorang yang berada dipelosok
daerah yang memiliki bahasa yang berbeda dengan sukunya, sehingga komunikasi
lancar dan segala aktivitas berjalan lancar dan dapat berkembang dengan baik dari
segi ekonomi, sosial budaya dan lain sebagainya.

2) Bahasa Negara (Bahasa Resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia)


Dalam hasil seminar politik Bahasa Indonesia yang diselenggarakan di Jakarta pada
tanggal 25 s.d 28 Februari 1975 dikemukakan bahwa di dalam kedudukannya sebagai bahasa
negara, Bahasa Indonesia berfungsi sebagai :
a. Bahasa Resmi Kenegaraan
Bukti bahwa Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan adalah digunakannya
bahasa Indonesia dalam naskah proklamasi kemerdekaan RI 1945. Mulai saat itu
Bahasa Indonesia digunakan dalam berbagai upacara, peristiwa serta kegiatan
kenegaraan.’
b. Bahasa Pengantar Resmi di Lembaga-Lembaga Pendidikan
Bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan
mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi. Untuk memperlancar
kegiatan belajar mengajar materi pelajaran yang berbentuk media cetak hendaknya
berbahasa Indonesia. Penggunaan Bahasa Indonesia juga mendukung pada pendidikan
multikultur pada masyarakat perkotaan sangat dominan. Sehingga, dari manapun asal
suku anak tersebut, maka dapat memahami pelajaran karena menggunakan bahasa
Indonesia.
c. Bahasa Resmi dalam Perhubungan pada Tingkat Nasional untuk kepentingan
Perencanaan dan pelaksaan Pembangunan serta Pemerintah
Bahasa Indonesia dipakai dalam hubungan antar badan pemrintahan dan
penyebarluasan informasi kepada masyarakat. Tujuan penyeragaman dan peningkatan
mutu tersebut agar isi atau pesan yang disampaikan dapat dengan cepat dan tepat
diterima oleh masyarakat.
d. Bahasa Resmi dalam Pengembangan Kebudayaan dan Pemanfaatan Ilmu
pengetahuan serta teknologi Modern
Dalam penyebarluasan ilmu dan teknologi modern agar terjangkau pemakaiannya
lebih luas, buku-buku popular, majalah-majalah ilmiah maupun media cetak lain,
hendaknya menggunakan bahasa Indonesia. Pelaksanaan ini mempunyai hubungan
timbal baik dengan fungsinya sebagai bahasa ilmu yang dirintis lewat lembaga-
lembaga pendidikan, khususnya diperguruan tinggi.

C. Fungsi Bahasa Indonesia


Bahasa memiliki dua fungsi yaitu fungsi umum dan fungsi khusus.
1) Fungsi umum sebagai alat:
a. Alat mengungkapkan perasaan atau mengekspresikan diri. Melalui bahasa
kita dapat menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat didalam hati dan
pikiran kita. Akan sulit jika seseorang yang sedang marah, sedih, atau bahagia
tidak dapat berbahasa. Hal ini akan membuat orang-orang di sekitarnya tidak
mengerti apa yang diinginkannya.
b. Alat komunikasi. Untuk dapat berkomunikasi dengan baik seseorang
membutuhkan bahasa untuk menyampaikan apa yang diinginkan sehingga dapat
diterima dan dipahami. Penyampaian tersebut dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu secara verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal berkaitan dengan
komunikasi langsung atau lisan, sedangkan komunikasi nonverbal berarti
komunikasi tak langsung atau tulis.
c. Alat berintegrasi dan beradaptasi sosial. Kemampuan untuk menentukan
pilihan ragam bahasa akan sangat membantu berintegrasi didalam masyarakat.
Seseorang akan menggunakan bahasa yang nonstandar ( tidak resmi ) pada saat
berbicara dengan teman-teman dan menggunakan bahasa standar ( resmi ) pada
saat berbicara dengan orang tua atau yang dihormati. Dalam beradaptasi sosial,
kemampuan menguasai bahasa daerah tempat seseorang tinggal akan sangat
membantu ia dalam beradaptasi. Sebagai ilustrasi, seorang yang tinggal di
Amerika jika ia pandai berbahasa Inggris maka ia akan cepat mengenal
lingkungannya, paling tidak ia dapat berkomunikasi dengan tetangga maupun
temannya.
d. Alat kontrol sosial. Bahasa seringkali dikaitkan dengan kepribadian seseorang.
Hal ini bisa dilihat bagaimana tuturan seseorang yang tidak berpendidikan akan
jauh berbeda dengan yang berpendidikan. Oleh karena itu, bahasa dapat dijadikan
parameter perkembangan sosial.

2) Fungsi Khusus
a. Mengadakan Hubungan dalam Pergaulan Sehari-hari.
Manusia adalah makhluk sosial yang tak terlepas dari hubungan komunikasi
dengan makhluk sosialnya. Komunikasi yang berlangsung dapat menggunakan
bahasa formal dan nonformal. Dalam pergaulan sehari-hari kedua ragam bahasa
tersebut digunakan silih berganti disesuaikan dengan waktu dan lawan tutur.
b. Mewujudkan Seni ( Sastra ). Bahasa tidak hanya sebagai alat komunikasi
belaka, namun juga merupakan alat untuk mewujudkan seni, dalam hal ini karya
sastra untuk menyampaikan perasaan estetik dan pengalaman literernya seperti
dalam puisi, cerpen, novel, maupun naskah drama.
c. Mempelajarai Bahasa-bahasa Kuno. Kemajuan peradaban suatu bangsa baik
Yunani maupun Romawi dapat terekam sejarahnya karena penggunaan bahasa
dalam tradisi intelektualnya. Hal yang sama terjadi, pada sejarah Melayu kuno
yang memiliki khazanah keilmuan yang sangat tinggi. Namun karena perbedaan
bahasa dan simbol-simbolnya masih rumit, maka untuk dapat menikmati dan
mempelajari semua bukti peradaban masa lalu caranya dengan mempelajari
bahasa tersebut.
d. Mengeksplotasi IPTEK. Adanya bahasa mampu membuat manusia
mengeksplorasikan segala keingintahuannya mengenai berbagai aspek kehidupan.
Sehingga lahirlah tehnologi yang selalu hadir untuk mempermudah kehidupan.
Maka saat ini, dapat dipastikan bahwa tidak ada orang yang tak mengenal
tehnologi handphone dan tahu bagaimana cara mengoperasikannya.
TUGAS/LATIHAN
Buatlah contoh kalimat berdasarkan ragam bahasa beku (frozen), ragam resmi, ragam santai
dan ragam akrab.

EVALUASI
Untuk memperdalam pemahaman anda melalui materi, jawablah pertanyaan dibawah
ini!
1. Jelaskan secara singkat jenis-jenis ragam bahasa
2. Jelaskan secara singkat kedududkan Bahasa Indonesia
3. Jelaskan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi.

Kegiatan Pembelajaran ke 3
1. Kata
2. Tujuan Materi Pembelajaran
a. Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan menjelaskan makna kata
dan bentuk kata.
b. Mahasiswa diharapkan mampu membuat contoh-contoh kata
3. Materi Pembelajaran
A. Makna Kata
Ketika berbahasa, kemampuan pemakaian bahasa dalam memilih kata memegang
peranan sangat peting. Jika pemakaian salah memilih kata (baik berbahasa lisan maupun
tulisan), tujuan yang diinginkan tidak tercapai karena informasi tidak tersampaian dengan
baik dan benar. Bahkan tidak jarang terjadi seseorang salah memahami apa yang dikatakan
orang lain karena kemampuan orang itu dalam berkomunikasi, termasuk memilih kata, amat
terbatas.
Kesulitan akan bertambah jika tidak ada upaya bersungguh-sungguh untuk
memperbaikinya karena :
1) Makna kata beragam
2) Hubungan makna diantara kata-kata itu bermacam-macam
3) Pemilihan kata membutuhkan kemampuan untuk memahami makna kata dengan
tepat, waktu untuk berlatih mendengarkan orang lain untuk berbicara, waktu untuk
berlatih menggunakan kata dengan baik, benar, dan tepat.
B. Urutan Kata
Urutan kata berkaitan dengan makna kata karena urutan yang berbeda menyebabkan
makna yang berbeda. Contohnya :
a) Es Batu Bukan batu es
b) Wanita pengusaha Pengusaha wanta
c) Orang banyak Banyak orang
d) Kesempatan lain Lain kesempatan
Es batu berarti es (yang membatu), berbeda dengan batu es berarti batu (mungkin
bening, dingin seperti es). Wanita pengusaha berarti wanita yang menjadi pengusaha (harus
wanita), tetapi pengusaha wanita adalah pengusaha (bisa wanita,bisa pria) asalkan
mengusahakan wanita. Orang banyak berarti khalayak atau publik, sedangkan banyak orang
lebih dari satu orang dan bisa dipertentangkan dengan sedikit orang, Kesempatan lain berarti
waktu lain atau peluang lain disejajarkan dengan danau lain, rumah lain, kota lain, dan pihak
lain.
Urutan kata memegang peranan penting dalam berbahasa karena perbedaan urutan
menyebabkan perbedaan makna.

C. Bentuk Kata
Kata bahasa Indonesia terdiri dari atas kata dasar dan kata turunan. Kata dasar adalah
kata yang belum mengalami pengimbuhan (afiksasi) apapun, belum mengalami pemendekan
(kontraksi), ataupun belum mengalami perulangan, misalnya sapu (nomina) berbeda dari
menyapu (verba), penyapuan (nomina proses) dan tersapu (verba). Jadi kata turunan berbeda
bentuk dan maknanya dari kata dasar.
Singkatan dan Akronim
Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a) Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda
titik.
Misalnya :
A.S Kramawijaya
Muh. Yamin
Sukanto S.A.
M.B.A master of business administration
M.Sc. master of science
S.E. sarjana ekonomi
S.K.M sarjana kesehatan masyarakat
Bpk. Bapak
Kol. Kolonel
Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak di
ikuti tanda titik. Misalnya :
Cu Cuprum
TNT trinitrotulen
Cm sentimeter

b) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf capital.
Misalnya :
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
IKIP Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
SIM Surat Izin Mengemudi.

c) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku
kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf capital.
Misalnya :
Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Sespa Sekolah Staf Pimpinan Administrasi.

d) Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun
gabungan huruf dan kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya :
pemilu pemilihan umum
radar radio detecting and ranging
tilang bukti pelanggaran.

D. Penulisan Huruf Kapital


Huruf kapital atau huruf besar :
1) Huruf kapital sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya :
Dr. doctor
Prof. Professor
M.A. master of arts
Tn. Tuan

2) Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
dengan Tuhan dan Kitab Suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya :
Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran, Weda, Islam, Kristen.
Tuhan akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.

3) Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.


Misalnya :
Amir Hamzah, Dewi Sartika, Wage Rudolf Supratman, Halim Perdana Kusumah.

4) Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya :
Bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris.

5) Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya dan
peristiwa sejarah.
Misalnya :
Tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan Agustus, bulan Maulid, hari Jum’at, proklamasi
kemerdekaan Indonesia.

6) Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi misalnya : Asia Tenggara,
Banyuwangi, Danau Toba, Pegunungan Jaya Wijaya, Terusan Suez.

E. Diksi atau Pilihan Kata


1) Aspek Kata
Gorys Keraf (2006:2) pengertian yang tersirat dalam sebuah kata yang mengandung
makna bahwa setiap kata mengungkapkan sebuah gagasan atau sebuah ide, atau dengan kata
lain, kata-kata adalah alat penyalur gagasan yang akan disampaikan kepada orang lain. Jika
pemakai bahasa salah memilih kata (baik berbahasa lisan maupun tulisan), tujuan yang
diinginkan tidak tercapai karena informasi tidak tersampaikan dengan baik dan benar dan
tidak dimengerti dengan baik oleh penerima pesan.
Setiap kata terdiri atas dua aspek, yaitu bentuk dan makna. Bentuk merupaka sesuatu
yang dapat diinderai, dilihat, atau didengar. Makna merupakan sesuatu yang dapat
menimbulkan reaksi dalam pikiran kita karena rangsangan bentuk. Contohnya apabila ada
seseorang yang berteriak banjir!, maka dalam pikiran kita timbul reaksi karena kita
mengetahui arti kata tersebut. Karena itu, pikiran kita menyatakan ada genangan air yang
deras, besar,dan meluas secara tiba-tiba. Jadi yang dimaksud dengan bentuk adalah banjir,
sedangkan makna adalah reaksi yang timbul dalam pikiran kita.

2) Penggunaan Kata
Dalam penggunaan kata, selain harus memperhatikan faktor kebahasaan, kita pun
harus memperhatikan faktor diluar kebahasaan. Faktor tersebut sangat berpengaruh pada
penggunaan kata karena kata merupakan tempat menampung ide. Kita harus memperhatikan
ketepatan kata atau ide yang kita sampaikan, kemudian kesesuaian kata dengan situasi bicara
dan kondisi pendengar atau pembaca.

3) Ketepatan Pilihan Kata


Gorys Keraf (2006:23) Bahasa sebagai alat komunikasi berfungsi untuk
menyampaikan ide pembicara kepada pendengar, penulis kepada pembaca dan akan dapat
menerima ide yang akan disampaikan apabila pilihan katanya tepat. Pilihan kata yang tidak
tepat dapat mengakibatkan gagasan atau ide yang disampaikannya tidak dapat diterima oleh
pendengar atau pembaca. Oleh karena itu kita perlu memperhatikan hal-hal berikut: kata yang
bermakna denotatif dan konotatif, kata bersinonim, kata umum dan kata khusus, dan kata
yang mengalami perubahan makna.
4) Kata Bermakna Denotatif dan Bermakna Konotatif
Makna denotatif adalah makna yang menunjukkan adanya hubungan konsep dengan
kenyataan. Makna ini merupakan makna yang lugas, makna apa adanya bukan makna kiasan
atau perumpamaan. Sebaliknya, makna konotatif atau asosiatif muncul akibat asosiasi
perasaan atau pengalaman kita terhadap apa yang diucapkan atau apa yanh didengar. Makna
konotatif dapat muncul disamping makna denotatif suatu kata.
Dalam bahasa tulisan ragam ilmiah dan formal yang harus kita gunakan adalah kata-
kata denotative agar keobjektifan bisa tercapai dan mudah dipahami tanpa adanya asosiasi.
Kita bandingkan kata perempuan dan pandai dalam kalimat berikut.
a. Perempuan itu Ibu saya.
b. Ah, dasar perempuan.
a. Saudara saya termasuk orang pandai dalam memotivasi orang lain untuk berpikir positif.
b. Karena keyakinannya, barang yang hilang itu ditanyakan kepada orang pandai yang
tinggal disebuah kota.

5) Kata bersinonim
Kata bersinonim adalah kata yang memiliki makna yang sama atau hampir sama.
Banyak kata bersinomim yang bedenotasi sama, tetapi konotasi nya berbeda. Akibatnya,
kata-kata yang bersinonim itu dalam pemakaiannya tidak sepenuhnya dapat saling
menggantikan. Kata-kata mati, meninggal, wafat, gugur, mangkat, mampus, dan berpulang
memiliki makna denotasi yang sama, yaitu nyawa lepas dari raga, tetapi makna konotasi nya
berbeda. Relakah saudara kepada orang yang sangat saudara hormati dan cintai mengatakan
dia telah mampus kemarin, sebaliknya kepada binatang saudara mengatakan kambing itu
telah wafat kemarin.

6) Kata bermakna umum dan bermakna khusus


Kata bermakna umum mencakup kata bermakna khusus. Kata bermakna umum dapat
menjadi kata bermakna khusus jika dibatasi. Kata bermakna umum digunakan dalam
mengungkapkan gagasan yang bersifat umum, sedangkan kata bermakna khusus digunakan
untuk menyatakan gagasan yang bersifat khusus atau terbatas. Contohnya :
1) Dia memiliki kendaraan
2) Dia memiliki mobil
3) Dia memiliki sedan
Kata sedan dirasakan lebih khusus dari pada kata mobil. Kata mobil lebih khusus
daripada kendaraan. Demikian pula halnya dalam kata beruntun ini binatang,
binatang peliharaan, kucing.
7) Kata yang mengalami perubahan makna

Dalam bahasa Indonesia, juga dalam bahasa lain, terdapat kata yang mengalami
penyempitan makna, perluasan makna, perubahan makna.
Kata sarjana dan pendeta merupakan contoh kata yang mengalami penyempitan
makna. Kata sarjana semula digunakan untuk menyebut semua cendikiawan. Kini kata
tersebut hanya digunakan untuk cendikiawan yang telah menamatkan pendidikannya di
perguruan tinggi. Kata pendeta semula memiliki arti orang yang berilmu, kini hanya
digunakan untuk menyebut guru/pemimpin agama Kristen.
8) Kesesuaian pilihan Kata
Kesesuaian pilihan kata berkaitan dengan pertimbangan pengungkapan gagasan atau
ide dengan memperhatikan situasi bicara dan kondisi pendengar atau pembaca. Dalam
pembicaraan yang bersifat resmi atau formal, kita harus menggunakan kata-kata baku.
Sebaliknya, dalam pembicaraan tak resmi atau santai, kita tidak dituntut berbicara atau
menulis dengan menggunakan kata-kata baku untuk menjaga keakraban. Agar kesesuaian
pilihan kata dapat kita capai, dalam berbicara atau menulis kita perlu memperhatikan hal-hal
berikut. Dalam situasi resmi, kita gunakan kata-kata baku. Dalam situasi umum, kita gunakan
kata-kata umum. Dalam situasi khusus, kita gunakan kata-kata khusus.

9) Kata Baku dan Tak baku


Kata baku adalah kata yang tidak bercirikan bahasa daerah atau bahasa asing. Baik
dalam penulisan maupun dalam pengucapannya harus bercirikan bahasa Indonesia. Dengan
perkataan lain, kata baku adalah kata yang sesuai dengan kaidai mengenai kata dalam bahasa
Indonesia. Kita perhatikan beberapa contoh berikut.

Kata Baku Kata Nonbaku


Piker,paham Fakir,faham
Nasihat Nasihat
Ijazah Ijazah
Jadwal Jadual
Kualitas,kuantitas,kuitansi Kwalitas,kwantitas,kwitansi
Karier Karir
Pasien Pasen
Imbau Himbau
Utang,isap Hutang,hisap
Beri Kasih
Dulu Dulunya
Hakikat Hakekat
Lewat Liwat
Mengapa Kenapa
Senang Seneng
Asas Azas
Energy Energy
Hipotesis Hipotesa
Kategori Katagori
System Sistim
Metode Metoda
Teknik Tehnik
Tim Team
Seksi Sie
Subunit Sub unit
Pascapanen Pasca panen
Antarbagian Antar bagian
Semifinal Semi final
Asusila A susila
Caturbidang Catur bidang
Ekabahasa Eka bahasa
Monoloyalitas Mono loyalitas
Supranatural Supra natural
ekstrakurikuler Ekstra kurikuler

10) Kata Ilmiah dan Kata Populer


Kata ilmiah adalah kata yang biasa digunakan di lingkungan ilmuwan dan dunia
pendidikan umumnya. Kata popular adalah kata yang biasa yang digunakan di kalangan
masyarakat umum. Kita lihat beberapa contoh berikut.

Kata Ilmiah Kata Populer


Dampak akibat
Kendala hambatan
Formasi susunan
Frustasi kecewa
Pasien orang sakit
Volume isi
Koma sekarat

11) Kata Percakapan dan Kata/Ungkapan Usang


Kata percakapan biasanya digunakan dalam bahasa lisan. Kata-kata percakapan,
diantaranya, memiliki ciri kedaerahan (dialek). Beberapa contoh dapat dikemukakan disini,
misalnya, nggak, ngerti, dapet, sikon, gini, gitu.
Kata-kata percakapan sebaiknya dihindarkan dalam tulisan atau pembicaraan resmi
karena dapat mengganggu keresmian atau keilmiahan. Karena itu, berhati-hatilah
menggunakan kata percakapan ini.

TUGAS / LATIHAN
Diskusikan dalam kelompok yang terdiri dari 2 orang, kelompokkan lah kata-kata
berawalan ber sesuai dengan maknanya! Lalu temukanlah kata dasarnya!
1) Santi berambut panjang dan berkaca mata
2) Sarah senang berteman dengan Santi.
3) Sarah bercerita bahwa ia rindu dengan orang tuanya di Amerika.
4) Sarah dan Santi berkereta api ke Bandung.
5) Mahasiswa BIPA pergi ke Bandung bersepuluh orang
6) Santi senang bersepeda ke sekolah
7) Sarah akan bertemu dengan orang tuanya minggu depan
8) Hari Jumat, Sarah dan Santi berpakaian batik
9) Jika bertemu dengan teman baru, Sarah biasa berjabat tangan dengannya
10) Sarah berhenti di took membeli alat tulis.

EVALUASI
Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai materi di atas, jawablah pertanyaan
di bawah ini !
1. Jelaskan pengertian makna denotatif dan konotatif disertai contoh masing-masing
sebanyak 5 kata.
2. Buatlah kalimat dari kata bermakna umum menjadi kata bermakna khusus:
- Makanan
- Tanaman
- Binatang
Kegiatan Pembelajaran ke 4
1. Pengertian, Pola, Jenis, dan Syarat-syarat Kalimat.
2. Tujuan Materi Pembelajaran
a) Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan menjelaskan kalimat.
b) Mahasiswa diharapkan mampu membuat kalimat sesuai pola kalimat
c) Mahasiswa diharapkan mampu memahami jenis-jenis kalimat.
d) Mahasiswa diharapkan mampu mamahami dan menjelaskan syarat-syarat
kalimat.
3. Materi Pembelajaran
A. Pengertian Kalimat
Dalam susunan gramatikal, satuan bentuk bahasa terkecil dan mempunyai makna
adalah Kata. Namun jika kita lihat lebih jauh satuan bahasa terkecil dan terlengkap maknanya
disebut kalimat. Hal itu dikarenakan sebuah kata terkadang tidak dapat mewakili sebuah
konsep yang utuh. Walaupun satuan bahasa terkecil, kalimat mempunyai makna yang utuh
karena dapat berdiri sendiri serta mempunyai pola intonasi akhir.
Kalimat dapat berwujud tulisan mapun tertulis. Dalam wujud lisan, sebuah kalimat
diakhiri dengan intonasi final. Sedangkan dalam wujud tertulis kalimat diawali oleh huruf
kapital dan diakhiri tanda titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!).
Kalimat merupakan sebuah bentuk bahasa yang didalamnya terdapat sebuah gagasan
yang utuh. Untuk itu dalam menulis sebuah kalimat yang baik, mempunyai pokok pikiran
yang jelas sehingga menghasilkan kalimat yang efektif.
Menurut Keraf dalam Hikmat Kalimat merupakan suatu bentuk bahasa yang mencoba
menyusun dan menuangkan gagasan-gagasan seseorang secara terbuka untuk
dikomunikasikan kepada orang lain. Sedangkan menurut Finoza dalam Hikmat kalimat
adalah bagian ujaran atau tertulis yang mempunyai struktur minimal subjek (S), Predikat (P)
dan intonasi finalnya menunjukkan bagian ujaran/ tulisan itu sudah lengkap dengan makna
( bernada berita, tanya, perintah ).
Menurut Rini Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan,
yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam ragam resmi, Kalimat sekurang-kurangnya
harus memiliki S dan P baik lisan maupun tertulis.
Unsur kalimat merupakan fungsi sintaksis yang biasa disebut jabatan kata atau peran
kata. Unsur-unsur kalimat adalah S (subjek), P (predikat), O (objek), Pel (Pelengkap), dan
Ket (Keterangan). Pada kalimat bahasa Indonesia, kalimat tersebut dikatakan baku, jika
terdapat sekurang-kurangnya terdiri dari dua unsur S (Subjek), dan unsur P (Predikat).
Sedangkan unsur-unsur lainnya seperti O (Objek), Pel (Pelengkap), dan Ket (Keterangan)
boleh ada ataupun tidak pada sebuah kalimat.

B. Pola Kalimat
Semua kalimat yang kita gunakan berasal dari beberapa pola kalimat dasar saja.
Kalimat tipe dasar memiliki unsur subjek dan predikat, predikat kalimat ini berupa kata kerja,
kata benda, kata sifat, atau kata bilangan. Contoh :
1) Mereka/sedang berenang = S/P (Kata Kerja)
2) Ayahnya/guru SMA = S/P (Kata Benda)
3) Gambar itu/bagus = S/P (Kata Sifat)
4) Peserta penataran ini/empat puluh orang = S/P (Kata Bilangan)

 Subjek (S)
Subjek (S) merupakan bagian dari kalimat yang menunjuk pelaku, tindakan,
keadaan, masalah atau segala sesuatu hal yang menjadi pokok suatu pembicaraan dan
dapat diterangkan oleh predikat (P). Fungsi subjek (S) dapat di isi dengan kata benda
atau frosa nomina, klausa maupun frasa verba. Contoh :
1) Ibuku suka menjahit
2) Kursi dosen
3) Yang memakai kebaya dosen saya
4) Berlari-lari kecil sangat bagus untuk badan
5) Membangun jalan laying nontol sangan mahal.

 Predikat (P)
Predikat (P) merupakan bagian kalimat yang berfungsi memberitahu atau
menerangkan tindakan atau melakukan perbuatan subjek (S) dalam sebuah kalimat.
Tidak hanya menerangkan tindakan atau keadaan subjek, predikat juga berfungsi
untuk menyatakan sifat atau keadaan subjek, termasuk juga untuk pernyataan jumlah
sesuatu yang dimiliki oleh subjek. Contoh :
1) Kuda berlari
2) Perempuan cantik sekali
3) Jakarta dalam keadaan kondusif
4) Rini murid baru
5) Rumah Pak Gubernur tiga
 Objek (O)
Objek merupakan bagian kalimat yang menjadi sasaran tidakan Subjek (S) dan
melengkapi fungsi Predikat (P). Karena sebagai pelengkap predikat, maka biasanya
Objek (O) selalu dibelakang Predikat (P). Sama halnya dengan Subjek (S), biasanya
Objek (O) di isi oleh nomina atau frasa nomina dan juga klausa.
Dalam kalimat pasif, objek dapat berfungsi sebagai subjek. Perhatikan kalimat
berikut :
1. a. Dosen itu membaca buku Bahasa Indonesia.
b. Buku Bahasa Indonesia dibaca oleh dosen itu.
2. a. KPK menangkap para koruptor.
b. Para koruptor ditangkap oleh KPK
3. a. Presiden mengunjungi para korban bencana banjir
b. Para korban bencana banjir dikunjungi oleh presiden.

 Pelengkap
Pelengkap (Pel) merupakan bagian kalimat yang berfungsi sebagai pelengkap
predikat (P). unsur pelengkap (Pel) hamper sama dengan objek (O) hanya saja kalau
objek (O) dapat berfungsi sebagai subjek (S), sedangkan kalau pelengkap (pel) tidak
dapat berfungsi sebagai subjek (S) dalam kalimat pasif. Perhatikan kalimat berikut :
1. a. Hakim membacakan vonis hukuman
S P O
1. b. Indonesia berlandaskan pancasila dan UUD 1945
S P Pel
Kedua contoh diatas merupakan kalimat aktif yang sama sama terdapat kata benda
atau nomina pada fungsi predikatnya yaitu vonis hukuman dan pancasila dan UUD 1945.
Namun perbedaannya dapat dilihat ketika kedua kalimat tersebut diubah menjadi kalimat
pasif. Perhatikan :
2. a. Vonis hukuman dibacakan oleh Hakim
S P O
2. b. Pancasila dan UUD 1945 dilandasi oleh Indonesia.
Pada kalimat (1.a) kata vonis hukuman yang berfungsi sebagai unsur objek (O),
beralih fungsi menjadi Subjek (S) pada kalimat (2.a), sehingga kalimatnya menjadi vonis
hukuman mati dibacakan oleh hakim. Sedangkan frasa pancasila dan UUD 1945 yang pada
kalimat (2.b) yang berfungsi sebagai pelengkap (Pel) tidak dapat beralih menjadi subjek (S)
pada kalimat (2.b). Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa objek (O) dapat berfungsi
sebagai subjek (S).pelengkap (pel) tidak dapat berfungsi sebagai subjek (S) jika diubah
menjadi kalimat pasif.

 Keterangan
Keterangan (Ket) merupakan bagian kalimat yang menerangkan lebih lanjut tentang
subjek (S), predikat (P), dan juga objek (O) dalam sebuah kalimat. Keterangan (ket) boleh
ditempatkan dimana saja atau bersifat mana suka boleh diawal, tengah, atau akhir kalimat.
Walaupun keterangan (ket) dapat diletakkan dimana saja, namun jangan sampai merubah
makna sebuah kalimat. Contoh :
1) Mahasiswa mengikuti Ujian Akhir Semester sore itu.
2) Mahasiswa sore itu mengikuti Ujian Akhir Semester.
3) Sore itu mahasiswa mengikuti Ujian Akhir Semester.
Para ahli membagi keterangan (ket) yang terpenting menjadi Sembilan macam,
diantaranya:
1) Keterangan tempat
Contoh : Adik mengambilkan Koran ayah dari kursi itu.
2) Keterangan waktu
Contoh : Kemarin siang Jakarta diguyur hujan.
3) Keterangan Alat
Contoh : Ibu memotong sayuran dengan pisau.
4) Keterangan Tujuan
Contoh : Anak itu rela bekerja demi kedua orang tuanya.
5) Keterangan Cara
Contoh : Silahkan kerjakan soal itu dengan seksama.
6) Keterangan Peserta
Contoh : Andi bekerja sama dengan saudara-saudara sekampungnya.
7) Keterangan Similatif Atau kemiripan
Contoh : Para siswa bertanding sepak bola seperti atlet nasional.
8) Keterangan Sebab
Contoh : Karena rajin belajar, siswa itu menjadi siswa terbaik di sekolahnya.
9) Keterangan Kesalingan
Contoh : Anak-anak harap saling berpegangan tangan satu sama lain agar tidak ada
yang tertinggal.
C. Pola Kalimat Dasar
Berdasarkan fungsi dan peran gramtikalnya, ada enam tipe kalimat yang dapat
dijadikan model pola kalimat dasar bahasa Indonesia. Keenam tipe kalimat tersebut menurut
Finoza dalam Hikmat antara lain:
1. Kalimat Dasar Tipe S - P
2. Kalimat Dasar Tipe S - P – O
3. Kalimat Dasar Tipe S – P – Pel
4. Kalimat Dasar Tipe S – P – Ket
5. Kalimat Dasar Tipe S – P – O – Pel
6. Kalimat Dasar Tipe S – P – O – Ket.

D. Jenis Kalimat
Kalimat dalam bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Kalau dilihat
menurut strukuturnya, kalimat dapat dibagi menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
Kalimat majemuk ini kemudian dapat pula dibedakan menjadi kalimat majemuk setara
(koordinatif), kalimat majemuk bertingkat (subordinatif), maupun kalimat majemuk
campuran (koordinatif – subordinatif).
Jika gagasan pada suatu kalimat tersebut hanya satu atau tunggal, maka kalimat
tersebut dikatakan tunggal. Sedangkan, kalau dalam sebuah kalimat terdapat lebih dari satu
gagasan, maka kalimat tersebut bisa dikatakan kalimat mejemuk.
1) Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal merupakan kalimat yang hanya mempunyai satu gagasan utuh terdiri
atas satu subjek (S) dan satu predikat (P). biasanya kalimat tunggal ini berbentuk klausa
tunggal. Unsur objek, pelengkap, dan keterangan tidak diharuskan ada dalam kalimat tunggal.
Misalnya :
a. Bayu pergi
b. Dia minum
c. Adik bermain
Unsur subjek (S) dalam predikat (P) pada kalimat tunggal dapat diperluas dan
dilengkapi oleh unsur lain seperti objek (O) pelengkap (pel), keterangan (ket). Jadi kalimat
tunggal bukan berarti kalimat pendek, tetapi juga bisa kita temukan kalimat tunggal yang
panjang hanya saja gagasannya tetap satu.
2) Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk merupakan kalimat yang dibentuk gabungan dua atau lebih klausa.
Kalimat majemuk terbagi menjadi dua, yaitu : kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk
bertingkat.
Menurut Finoza dalam Hikmat ciri-ciri dari kalimat majemuk setara adalah (a)
dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal, (b) kedudukan kedua kalimat atau klausa
tersebut sederajat. Dalam kalimat majemuk setara terdapat konjungsi atau kata hubung yang
biasanya terdiri dari dan, baik, maupun, tetapi, sedangkan, atau, dan lalu. Perhatikan kalimat
berikut :
a. Para pejabat negara harus mempunyai rasa empati yang tinggi dan mampu
memperjuangkan nasib masyarakat luas.
b. Guru tersebut menerangkan pelajaran sedangkan murid nya memperhatikan dengan
seksama.
Kalimat majemuk bertingkat terdiri dari gabungan beberapa klausa tunggal hanya saja
dalam kalimat majemuk bertingkat kedua klausa itu tidak sama rata atau tidak setara
derajatnya, karena klausa yang kedua merupakan perluasan dari klausa yang pertama.
Perhatikan kalimat majemuk bertingkat dibawah ini :
a. Para mahasiswa berdemonstrasi ketika para anggota DPR melakukan kunjungan kerja
ke Eropa
b. Bapak pulang ketika Ibu sedang menyiapkan makanan
c. Indonesia akan menjadi negara yang kaya andaikata pejabatnya tidak ada yang
korupsi
d. Bersungguh-sungguh la dalam belajar agar kamu bisa berhasil
e. Ibuku sangat memahami keadaanku sebagaimana ia memahami adikku.
f. BNN berusaha memberantas narkoba dengan menangkap para pengedar barang
tersebut.

E. Kalimat Efektif
1. Pengertian Kalimat Efektif
Widjono,Hs. (2007:160-161) Kalimat Efektif adalah kalimat yang singkat, padat, jelas,
lengkap dan dapat menyampaikan informasi secara tepat. Kalimat dikatakan efektif apabila
berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan
maksud si pembicara ataupun penulis. Untuk itu mengirim suatu pesan, pesan itu harus
memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik, yaitu strukturnya benar, pilihan katanya tepat,
hubungan antar bagiannya logis, dan ejaannya pun harus benar.
Dalman dalam Hikmat menyebutkan bahwa kalimat efektif merupakan kalimat yang
mampu menbuat isi dan maksud yang disampaikannya itu tergambar lengkap dalam pikiran
isi penerima (pembaca) persis seperti yang disampaikan.
Dari penjelasan diatas mengidentifikasikan bahwa kalimat di katakan efektif apabila
gagasan yang disampaikan oleh penulis dapat diterima secara utuh dan tepat oleh pembaca.
Kalimat efektif juga kalimat yang tidak berlebih-lebihan dalam penulisannya, artinya kalimat
tersebut lugas, hemat, dan apa adanya.

2. Ciri-ciri Kalimat Efektif


Agus Nero Sofyan, dkk. (2007:43-46) sebuah kalimat efektif memiliki syarat-syarat atau
ciri-ciri tertentu yang membedakanya dari kalimat yang tidak efektif. Syarat-syarat dalam
menulis kalimat efektif sebagai berikut:
2.1. Kesatuan gagasan atau kesepadanan
2.2. Keparalelan
2.3. Kehematan
2.4. Kecermatan
2.5. Kepaduan / koherensi
2.6. Kelogisan.

F. Syarat-syarat Kalimat
Syarat-syarat dalam menulis kalimat efektif sebagai berikut :
1) Kesatuan Gagasan (Kesepadanan)
Ciri-ciri kesatuan gagasan sebagai berikut :
a) Adanya subjek dan predikat yang jelas
Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan cara
menghindari pemakaian kata depan “di”, “dalam”, “bagi”, “untuk”, atau
“pada” dimuka subjek.
Contoh (Kalimat yang salah)
Dikampung-kampung yang kecil pendidikan sudah digalakkan.
b) Tidak terdapat subjek ganda
Contoh (Kalimat yang salah) :
Anak itu, tidak mau pulang ke rumahnya, ia pun bersembunyi dalam kandang
ayam dibelakang rumahnya.
c) Tidak menggunakan kata penghubung intrakalimat dalam Kalimat Tunggal
Contoh (Kalimat yang salah) :
Tiwi baru saja pulang dari Bandung sedangkan Ida dan Ike baru saja berangkat
ke Suka bumi.
d) Predikat kalimat tidak di dahului oleh kata “Yang”
Contoh (Kalimat yang salah) :
Kampus UHAMKA yang terletak di Jalan Tanah Merdeka, Jakarta Timur.

2) Koherensi (Kepaduan) yang Baik dan Kompak


Yang dimaksud dengan Koherensi (Kepaduan) yang Baik dan Kompak adalah :
Hubungan timbal baik dan jelas antara unsur unsur kata atau kelompok kata yang
membentuk kalimat itu. Contoh:
a) Koherensi rusak karena tempat kata dalam kalimat tidak sesuai dengan pola
kalimat. Contoh :
(Kalimat yang baik) : Adik memakan ikan kembung tadi pagi.
(Kalimat yang tidak baik) : Ikan memakan kembung Adik tadi pagi.
b) Kepaduan sebuah kalimat akan rusak pula karena salah mempergunakan kata-
kata depan kata penghubung, dan sebagainya.
Contoh (kalimat yang kurang padu) :
Sejak lahir, manusia memiliki jiwa untuk melawan kepada kekejaman alam,
atau kepada pihak lain karena merasa dirinya lebih kuat (tanpa kepada).
c) Kesalahan lain yang dapat merusak koherensi adalah pemakaian kata yang
makna nya tumpang tindih.
Contoh (kalimat yang tumpang tindih) :
Banyak para penjahat yang mencoba melarikan diri. (Seharusnya cukup
banyak penjahat atau para penjahat saja).
d) Kesalahan lain yaitu salah menempatkan keterangan aspek (sudah, telahm
akan, belum, dst).
Contoh :
- Saya sudah membuat suasana menjadi kondusif (baik).
- Suasana saya sudah buat menjadi kondusif (salah).

3) Penekanan
Dalam bahasa lisan kita dapat mempergunakan intonasi, gerak gerik dan sebagainya
untuk memberi tekanan pada sebuah kata, sedangkan dalam bahasa tertulis hal
tersebut tidak mungkin dilakukan. Namun, penekanan kata dalam kalimat dapat
menggunakan cara-cara seperti dibawah ini :
 Mengubah posisi kata/frasa dalam kalimat :
Contoh : kami berharap pada kesempatan lain kita dapat membicarakan lagi
soal ini.
a. Soal ini, kami berharap kita bicarakan pada kesempatan lain.
b. Pada kesempatan lain, kami berharap persoalan ini kita bisa bicarakan.
c. Harapan kami pada kesempatan lain kita dapat membicarakan lagi soal
ini.
d. Pembicaraan soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
 Mempergunakan repetisi kata/frasa.
Repetisi adalah pengulangan sebuah kata yang dianggap penting dalam sebuah
kalimat.
Contoh : Kemajuannya menyangkut kemajuan disegala bidang, kemajuan
kesadaran politik, kesadaran bermasyarakat, kesadaran berekonomi,
kesadaran berkebudayaan, dan kesadaran beragama.
 Pertentangan kata/frasa
Pertentangan dapat dipergunakan untuk menekan suatu gagasan.
Contoh : Anak itu bukan rajin dan jujur, tetapi curang dan licik.
 Partikel penekanan
Dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa partikel yang berfungsi untuk
menonjolkan sebuah kata atau ide dalam sebuah kalimat. Partikel-partikel itu
adalah : lah, pun, kah, yang oleh kebanyakan tata bahasa disebut imbuhan.
Contoh :
- Saudara lah yang harus bertanggungjawab dalam soal itu.
- Kami pun turut dalam kegiatan itu.

4) Variasi
Variasi merupakan suatu upaya yang bertolak belakang dengan repetisi. Jika repetisi
lebih banyak menekankan kesamaan bentuk, maka variasi justru menghindarinya agar
tidak terlalu monoton. Variasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a) Variasi sinonim kata
Contoh : Seribu armada AS dikerahkan untuk menyerang pasukan Palestina.
b) Variasi panjang pendeknya kalimat
Contoh :
Sastra menjadi wadah untuk mencurahkan kegelisahan hati, kegelisahan
tentang cinta, keprihatinan tentang tatanan hidup, kehancuran system politik
serta kehancuran system politik serta sebagai sarana media satir.
Pada kalimat diatas mengandung 22 kata.
c) Variasi penggunaan bentuk me-
Contoh :
Pemerintah DKI Jakarta focus untuk membangun rumah susun, dengan cara
mengoptimalkan sumber dana yang ada.

5) Paralelisme
Paralelisme menempatkan gagasan-gagasan sama penting dan sama fungsinya ke
dalam suatu struktur/konstruksi gramatikal yang sama. Dengan memperhatikan
bagian-bagian yang sederajat dalam konstruksi yang sama.
Contoh :
BAIK : Mereorganisasi administrasi departemen-departemen ; menghentikan
pemborosan dan penyelewengan, serta memobilisir potensi-potensi nasional,
merupakan masalah masalah pokok yang meminta perhatian pemerintah kita.
(semuanya kata kerja)

SALAH : Reorganisasi administrasi departemen-departemen menghentian


pemborosan dan penyelewengan-penyelewengan, serta mobilisasi potensi-potensi
nasional, merupakan masalah-masalah pokok yang meminta perhatian pemerintah
kita.

6) Penalaran (Logika)
Penalaran (Logika) adalah suatu proses berfikir yang berusaha untuk menghubungkan
fakta-fakta menuju kepada suatu kesimpulan yang masuk akal. Beberapa hal dasar
untuk berfikir logis itu :
a. Definisi (batasan)
Definisi (batasan) yang tepat merupakan kunci dari ciri berpikir yang logis dan
menulis yang logis.
b. Generalisasi
Generalisasi adalah suatu pernyataan yang mengatakan bahwa apa yang benar
mengenai beberapa hal yang semacam, adalah benar atau berlaku pula untuk
kebanyakan peristiwa atau asal yang sama.
Contoh :
BERLEBIHAN : Orang-orang yang luar biasa radikal pada masa mudanya
SELALU menjadi konservatif bila sudah memperoleh harta dan kekuasaan.

BAIK : Bahkan pemuda-pemuda yang sangat radikal pun tampaknya akan


menjadi konservatif bila sudah memperoleh harta dan kekuasaan.

TUGAS/LATIHAN
Diskusikan dalam kelompok yang terdiri dari 3 orang, dan buatlah contoh kalimat
efektif yang berkaitan dengan bahasa Indonesia.

EVALUASI
Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai materi di atas, jawablah pertanyaan
di bawah ini !
a. Jelaskan pengertian kalimat dan unsur kalimat?
b. Buatlah kalimat sesuai pola kalimat S,P,O,K sebanyak lima kalimat?
c. Jelaskan jenis-jenis kalimat dalam bahasa Indonesia?
d. Jelaskan syarat-syarat kalimat dalam bahasa Indonesia?
Kegiatan Pembelajaran ke 5
1. Hakikat, Fungsi, dan Syarat Paragraf, Unsur, Kerangka dan macam-macam
Paragraf.
2. Tujuan Materi Pembelajaran
a. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan hakikat pararagraf
b. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan fungsi dan syarat
pembentukan paragraf
c. Mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi unsur paragraf
d. Mahasiswa diharapkan mampu membedakan jenis paragraf
3. Materi Pembelajaran
A. Hakikat Paragraf
Paragraf adalah satuan bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan
beberapa kalimat. Satu paragraf sekurang-kurang dua kalimat. Jika paragraf itu terdiri dari
dua kalimat, maka kalimat pertama merupakan kalimat utama dan kalimat kedua merupakan
kalimat penjelas. Pada umumnya sebuah paragraf lebih dari dua kalimat.Sebuah paragraf
biasanya terdiri dari pikiran, gagasan, atau ide pokok yang dijelaskan dengan kalimat
pendukung.
Tim penyusunan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011:1020) menjelaskan bahwa
paragraf adalah bagian bab dalam suatu karangan ( yang biasanya mengandung sati ide pokok
dan penulisannya dimulai dengan garis baru disebut juga dengan alenia).

B. Fungsi dan Syarat Paragraf


1) Fungsi pembentukan paragraf sebagai berikut:
a) Menampung bagian kecil gagasan utama karangan
b) Memudahkan pemahaman jalan pikiran pengarang dengan cara memisahkan pikiran
utama yang satu dari yang lainnya
c) Pengarang melahirkan pikiran secara sistematis
d) Pembaca mudah mengikuti dan memahami alur pikiran pengarang
e) Sebagai tanda pikiran baru dimulai
f) Memungkinkan perhentian lebih lama daripada akhir kalimat dan konsentrasi
terhadap pikiran utama.
2) Syarat-syarat Pembentukan Paragraf
a) Kesatuan ( dalam satu paragraf hanya satu pikiran utama)
b) Kepaduan (hubungan antar kalimat dalam satu paragraf berkaitan)
c) Isinya relevan dengan karangan
d) Pengembangan (sebuah kalimat utama dalam sebuah paragraf,dikembangkan dengan
kalimat-kalimat penjelas)

C. Unsur Paragraf
Pembentukan paragraph yang baik, kiranya memerlukan beberapa unsur, yaitu
1) Kesatuan
Kalimat-kalimat dalam satu paragraf harus menggambarkan hubungan dan
menunjukkan ikatan untuk mendukung satu gagasan dan pikiran sebagai pokok pikiran.
Kesatuan berarti ada hubungan mengenai masalah dan tema dalam pengembangan.
Contoh :
Tema : Budaya Indonesia
Keindahan Indonesia beranekaragam dan tiada batasnya. Indonesia memiliki
berbagai budaya yang indah, seperti tarian, pakaian tradisional, lagu daerah, adat istiadat,
bahasa, dan lainnya. Banyaknya budaya di Indonesia membuat Negara ini memiliki
semboyan Bhineka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda, tetapi tetap satu jua. Perbedaan
budaya Indonesia dipersatukan dengan adanya bahasa Indonesia.
2) Koherensi
Kekompakan hubungan antara sebuah kalimat dengan kalimat lainnya dan
membentuk satu paragraf. Koherensi atau kepaduan yang baik terjad hubungan timbal-balik
antara kalimat yang satu dengan kalimat lain. Misalnya, dalam kalimat awal menjelaskan
tentang keindahan alam Indonesia, maka dalam paragraf tersebut berisi hal yang sama.
3) Pengembangan
Gambaran mengenai kesatuan dan penyatuan akan jelas terlihat dalam pengembangan
paragraf. Informasi-informasi dan keterangan yang diberikan ada hubungannya dengan
kalimat-kalimat yang harus berkembangan dalam paragraf tersebut.

D. Kerangka Paragraf
Sebelum membuat paragraf, sebaiknya menyusun kerangka paragraf. Karena dengan
menyusun kerangka paragraph, maka akan mempermudah penulis dalam membentuk sebuah
paragraph. Penyusunan paragraph sebagai berikut.
1) Menentukan tema
2) Menentukan ide pokok dengan menuangkan kalimat yang menjadi ide dasar
paragraph.
3) Menulis kalimat penjelas untuk mendukung ide pokok
4) Menulis kalimat penjelas untuk mendukung ide pokok.

Contoh :
Jenis Paragraf Ekposisi
Tema : Kebudayaan
Judul : Meningkatkan Kebudayaan Indonesia
Paragraf 1
PU (pikiran Utama) : Mengenal Budaya
- PP 1 (Pikiran Penjelas) : Adat Istiadat
- PP 2 (Pikiran Penjelas) : Pakaian Daerah
- PP 3 (Pikiran Penjelas) : Bahasa Daerah

Jenis Paragraf Deskripsi


Tema : Indonesia
Judul : Kekayaan alam Negeriku
Paragraf 1
PU (Pikiran Utama) : Sumber Daya Alam
- PP 1 (Pikiran Penjelas) : Tanah Subur
- PP 2 (Pikiran Penjelas) : Laut Kaya
- PP 3 (Pikiran Penjelas) : Tumbuhan Beraneka Ragam.

E. Macam-Macam Paragraf
1) Jenis paragraf berdasarkan isi:
a) Narasi adalah paragraf yang menceritakan atau mengisahkan suatu kejadian atau
peristiwa, bentuk ini mementingkan urutan kejadian.
b) Deskripsi adalah paragraf yang menggambarkan suatu objek sehingga pembaca
seakan bisa melihat, mendengar tau merasa objek yang di gambarkan itu.
c) Ekposisi adalah paragraf yang menginformasikan suatu teori, tehnik, kiat atau
petunjuk sehingga orang yang membacanya akan bertambah wawasannya.
d) Argumentasi adalah paragraf yang mengemukakan suatu pendapat beserta
alasannya.
e) Persuasi adalah paragraf yang mengajak, membujuk atau mempengaruhi
pembaca agar melakukan sesuatu.

2) Jenis Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Utamanya


a) Paragraf Deduktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan
persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat
penjelas. Contoh: Kosakata memegang peranan dan merupakan unsur yang
paling mendasar dalam kemampuan berbahasa, khusus dalam karang
mengarang. Jumlah kosakata yang dimiliki seseorang akan menjadi petunjuk
tentang pengetahuan seseorang, juga akan menjadi indicator bahwa seseorang itu
mengetahui sekian banyak konsep. Semakin banyak kosakata yang dikuasai,
semakin tinggi pula pengetahuan seseorang. Dengan demikian, seorang penulis
akan mudah memilih kata-kata yang tepat atau cocok mengungkapkan gagasan
yang ada dalam pikirannya.
b) Paragraf Induktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan
penjelasan-penjelasan kemudian diakhiri dengan kesimpulan. Dalam bentuk ini
kalimat utama terletak pada akhir paragraf. Contoh: Sejak suaminya meninggal
dunia dua tahun yang lalu Ny.Fahmi sering sakit. Setiap bulan ia pergi ke dokter
untuk memeriksakan sakitnya. Harta peninggalan suaminya semakin menipis
untuk membeli obat dan biaya pemeriksaan, serta untuk biaya sehari-hari bersama
tiga orang anaknya yang sedang belajar. Anaknya yang tertua dan adiknya masih
kuliah di perguruan tinggi swasta, sedangkan yang nomor tiga maaih duduk di
bangku SMA. Sungguh berat beban hidupnya.

Paragraf Induktif dibagi kedalam tiga jenis yaitu:


- Generalisasi adalah pola pengembangan paragraf yang menggunakan beberapa
fakta khusus untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum.
Contoh : Pada hari Sabtu, Susi, Amir, dan Ranti pergi mengunjungi korban
bencana banjir di daerah Jakarta Timur. Mereka mengumpulkan beberapa
pakaian, mie, dan makanan ringan untuk dibagikan kepada korban banjir. Ketiga
anak tersebut merupakan siswa yang dermawan dan peduli pada orang lain.
- Analogi adalah pola penyusunan paragraf yang berisi perbandingan dua hal yang
memiliki sifat sama.
Contoh : Alam semesta berjalan dengan sangat teratur, seperti halnya mesin.
Matahari, bumi, bulan, dan bintang yang berjuta-juta jumlahnya, beredar dengan
teratur, seperti teraturnya roda mesin yang rumit berputar. Semua bergerak
mengikuti irama tertentu. Mesin rumit itu ada penciptanya, yaitu manusia.
Tidakkah alam yang Mahabesar dan beredar rapi sepanjang masa ini tidak ada
penciptanya? Pencipta alam tentu adalah zat yang sangat maha. Manusia yang
menciptakan mesin, sangat sayang akan ciptaannya. Pasti demikian pula dengan
Tuhan, yaitu pasti akan sayang kepada ciptaan-ciptaan-Nya itu.
- Hubungan kausal adalah pola penyusunan paragraf dengan menggunakan
-fakta-fakta yang memiliki pola hubungan sebab-akibat.
Contoh : Jika hujan-hujanan, kita akan sakit kepala atau Rini pergi ke dokter
kaarena ia sakit kepala.

c) Paragraf Campuran. Dalam paragraph ini kalimat utama terletak apada awal
paragraf lalu di ikuti kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri dengan pengulangan
kembali kalimat utama. Biasanya pengulangan kalimat utama tersebut merupakan
kesimpulan dari paragraph tersebut. Jenis paragraph ini sering digunakan jika isi
paragraph tersebut sangat kompleks, sehingga memerlukan pengulangan atau
penegasan.
Contoh: Peningkatan taraf pendidikan para petani dirasakan sama pentingnya
dengan usaha peningkatan taraf hidup mereka. Petaninyang berpendidikan
cukup, dapat mengubah system pertanian tradisional misalnya bercocok tanam
hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan, menjadi petani modern yang produktif.
Petani yang berpendidikan cukup, mampu menunjang pembangunan secara
positif. Mereka dapat memberikan umpan balik yang setimpal terhadap gagasan-
gagasan dari pusat maupun daerah. Itulah sebabnya, peningkatan taraf
pendidikan para petani dirasakan sangat mendesak.

3) Jenis Paragraf Berdasarkan Fungsinya:


a. Paragraf Pembuka disebut juga paragraf pendahuluan yang berisi ancang-ancang
atau arahan tentang apa yang akan diuraikan pada bagian isi wacana, berisi
tentang tujuan dan pembatasan topik pembicaraan, mengemukakan hal-hal yang
menjadi penarik para pembaca.
b. Paragraf Pengembang berfungsi mengembangkan isi wacana, pengembangan
ide-ide atau sub-sub topik pembicaraan.
c. Paragraf Penutup ialah paragraf yang mengakhiri sebuah uraian, bisa
mengandung bermacam-macam maksud atau isi, seperti kesimpulan uraian, saran
atau harapan, penegasan, kritikan, dan rangkuman isi uraian atau resume.

TUGAS / LATIHAN
Tulislah sebuah paragraf narasi, deskripsi, dan induktif!

EVALUASI
Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai materi di atas, jawablah pertanyaan
di bawah ini !
1. Jelaskan menurut pendapat anda hakikat paragraph
2. Jelaskan fungsi dan syarat pembentukan paragraph
3. Jelaskan dan bedakan jenis-jenis paaragraf
4. Apa perbedaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan dengan Bahasa
dalam dunia pendidikan?
5. Apa saja problematika pembelajaran bahasa saat ini?
Kegiatan Pembelajaran ke 6
1. Ejaan dan Tanda Baca
2. Tujuan Materi Pembelajaran
a. Mahasiswa diharapkan mampu membedakan ejaan-ejaan bahasa Indonesia.
b. Mahasiswa diharapkan mampu membuat contoh-contoh dari tanda baca.
3. Materi Pembelajaran
A. Ejaan
Pengertian ejaan dapat ditinjau dari dua segi,yaitu ejaan khusus dan ejaan umum.
Secara khusus, ejaan dapat diartikan sebagai pelambangan bunyi-bunyi bahasa dengan huruf,
baik huruf demi huruf maupun huruf yang disusun menjadi kata, kelompok kata maupun
kalimat. Secara umum, ejaan adalah merupakan keseluruhan ketentuan yang mengatur
pelambangan bunyi bahasa, termasuk pemisahan dan penggabungannya, yang dilengkapi
pula dengan penggunaan tanda baca.

1) Ejaan Van Ophuysen


Ejaan Van Ophuysen ditetapkan pada tahun 1901 dan diterbitakannya dalam buku
yang berjudul Kitab Logat Melajoe. Sejak ditetapkannya itu, ejaan Van Ophuysen dinyatakan
mulai berlaku. Sesuai dengan namanya ejaan yang disusun oleh Ch. A. Van Ophuysen yang
dibantu oleh Moehammad Taib Sutan Ibrahim.
Beberapa hal yang cukup menonjol dalam ejaan Van Ophuysen diantaranya :
a) Huruf y ditulis menjadi j
Misalnya :
Sayang : Sajang
Yakin : Jakin
Saya : Saja
Papaya : Pepaja
b) Huruf u ditulis menjadi oe
Misalnya:
Umum : oemoem
Sempurna : Sempoerna
Surat : Soerat
Pukul : Poekoel
c) Huruf k pada akhir kata atau suku kata ditulis dengan tanda koma diatas.
Rakyat : Ra’yat
Bapak : bapa’
Makmur : ma’moer
Saksi : sa’si
d) Huruf j ditulis menjadi dj
Misalnya :
Jakarta : Djakarta
Raja : Radja
Jangan : djangan
Laju : Ladjoe
e) Huruf c ditulis menjadi tj
Misalnya :
Pacar : Patjar
Cara : tjara
Curang : tjoerang
Racun : ratjoen
f) Gabungan konsonan kh ditulis menjadi ch
Misalnya :
Khawatir : Chawatir
Akhir : achir
Khazana : Chazanah
Makhluk : machloek

2) Ejaan Republik ( Soewandi )


Ejaan Republik adalah ejaan baru yang disusun oleh panitia ejaan bahasa Indonesia
yang diketuai oleh Mr.Soewandi. Penyusunan ejaan baru ini dimaksudkan untuk
penyempurnaan juga untuk penyederhanaan system ejaan bahasa Indonesia. Ejaan ini
diresmikan pada tanggal 19 maret 1947 dan disebut sebagai ejaan Republik.
Perbedaan ejaan van Ophuysen dengan ejaan Republik adalah sebagai berikut:
Ejaan Van Ophuysen Ejaan Republik
oe u
(') k
Kata Berulang Boleh angka 2
e taling e pepet
" Dihilangkan
Contoh
Oemoer Umur
Koeboer Kubur
Ma,loem Maklum
Ta'dir Takdir
Rata-rata Rata-rata,rata2
Berlari-lari Berlari-larian,berlari2an
Ekor Ekor
Mulai Mulai
Ditandai Ditandai
Contoh dan
e Talling e Republik
Keritik Kritik
Paberik Pabrik
Peraktik Praktik
Putera Putra
Putero Putri
Industrie Industri

3) Ejaan Pembaharuan
Ejaan Pembaruan merupakan suatu ejaan yang direncanakan untuk memperbaharui
ejaan Republik. Berdasarkan dari gagasan perbaikan ejaan pada masa Kongres bahasa
Indonesia II di Medan pada tahun 1956 disusun Ejaan Pembaharuan.

4) Ejaan Melindo
Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia) merupakan ejaan yang disusun atas kerjasama
antara pihak Indonesia yang diwakili oleh Slamet Muljana dan pihak persekutuan Tanah
Melayu (Malaysia) yang dipimpin oleh Syed Nasir bin Ismail tahun 1959, dikarenakan
adanya perkembangan politik yang cukup lama, berakibat tidak dapat diresmikan.

5) Ejaan Lembaga dan Kesusastraan


Ejaan lembaga bahasa dan kesusastraan (Ejaan LBK) di mulai pada tahun 1966.
Panitia LBK dan panitia ejaan bahasa Malaysia berhasil merumuskan suatu konsep baru yang
diberi nama Ejaan Baru dan merupakan cikal bakal terwujudnya Ejaan bahasa Indonesia yan
disempurnakan.

6) Ejaan yang Disempurnakan (EyD)


Berdasarkan keputusan Presiden no. 57, tahun 1972, ditetapkan Ejaan yang
Disempurnakan.

7) Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)


Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) diungkapkan didalam buku Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) diterbitkan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2016. Ejaan Bahasa Indonesia ini telah
ditetapkan dengan peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 50 tahun 2015
tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.

B. Tanda Baca
1) Tanda Baca titik (.)
a) Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan, misalnya
- Ayahku tinggal di Solo.
- Dia menanyakan siapa yang akan datang.
- Sudilah kiranya Saudara mengabulkan permohonan ini .
b) Tanda titik dipakai dibelakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ihtisar, atau
daftar. Misalnya :
a. Departemen Dalam Negeri
Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa
Direktorat Jenderal Agraria
b. Patokan Umum
Isi Karangan
Ilustrasi
Gambar Tangan
Tabel
Grafik
c) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu.
Misalnya : Pukul 1.35.20 (Pukul satu lewat tiga puluh menit dua pulih detik)
d) Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka diatara nama penulis, judul tulisan yang tidak
berakhir dengan tanda Tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.
Misalnya :
Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden : Balai Pustaka.
e) Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya :
Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
f) Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak
menunjukkan jumlah.
Misalnya :
Ia lahir pada tahun 1996 di Bandung. Lihat halaman 2345 seterusnya. Nomor gironya
5645678.
g) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau
kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya :
Acara kunjungan Adam Malik
Salah asuhan.
h) Tanda titik tidak dipakai dibelakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2)
nama dan alamat surat.
Misalnya :
Jalan Diponegoro 82 (tanpa titik)
Jakarta (tanpa titik)
1 April 1985 (tanpa titik)
Atau :
Kantor penempatan tenaga (tanpa titik)
Jalan Cikini 71 (tanpa titik)

2) Tanda Koma
a) Tanda koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya :
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
b) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahulu dengan kata seperti tetapi, atau melainkan.
Misalnya :
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasin.
c) Tanda koma dipakai diantara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii)
tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.
Misalnya :
Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas
Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.
Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor.

3) Tanda Titik Koma


Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan
kalimat yang setara dalam kalimat majemuk.
Misalnya :
Ayah mengurus tanamannya dikebun itu ; Adik menghapal nama-nama pahlawan
Nasional.

4) Tanda Titik Dua


a) Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
rangkaian atau pemerian.
Misalnya :
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu : hidup atau mati.
b) Tanda titik dua dipakai (i) diantara jilid atau nomor dan halaman, (ii) diantara bab dan
ayat dalam kitab suci, (iii) diantara judul dan anak judul dalam suatu karangan, serta
(iv) diantara nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya :
Tempo, I (34,1971 : 7)
Surah Yasin : 9
Karangan Alih Hakim pendidikan seumur hidup : sebuah studi, sudah terbit.

5) Tanda Hubung (-)


a) Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata dibelakangnya atau akhiran
dengan bagian kata didepannya pada pergantian baris.
Misalnya :
Kini ada acara baru untuk meng-
ukur panas.
b) Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa asing.
Misalnya :
di-smash, pen-tackle-an.

6) Tanda Elipsis
Tanda Elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya :
Kalau begitu … ya, marilah kita bergerak.

7) Tanda Tanya (?)


Tanda Tanya dipakai pada akhir kalimat Tanya.
Misalnya :
Kapan ia berangkat? Saudara tahu, bukan?

8) Tanda Seru (!)


Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi
yang kuat.
Misalnya :
Alangkah seramnya peristiwa itu!
Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak-istrinya.

9) Tanda Kurung Siku ([…])


Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda
kurung.
Misalnya :
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam bab II [lihat halaman
35 -38] perlu dibentangkan.

10) Tanda Petik (“…”)


Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah
atau bahan tertulis lain.
Misalnya :
Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”

11) Tanda Petik Tunggal (‘..’)


Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya :
Tanya Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
“Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, ‘Ibu,Bapak pulang’, dan rasa
letihku lenyap seketika,” Ujar Pak Hamdan.

12) Tanda Garis Miring (/)


Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan
masa dalam satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya :
Nomor.7 / PK / 1973

13) Tanda Penyingkat atau Apostrof


Tanda Penyingkat atau Apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian
angka tahun.
Misalnya :
Ali ‘kan kusurati. (‘kan = akan)
Malam ‘lah tiba. (‘lah = telah )

TUGAS/LATIHAN
Buatlah kelompok diskusi 3-4 orang untuk membahas tentang probahan ejaan bahasa..

EVALUASI
Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai materi di atas, jawablah pertanyaan
di bawah ini !
1. Jelaskan perbedaan antara ejaan van ophuysen,dan ejaan soewandi!
2. Buatlah dua contoh dari setiap tanda baca!

Kegiatan Pembelajaran ke 7
1. Penulisan Karangan
2. Tujuan Materi Pembelajaran
a. Mahasiswa diharapkan mampu memahami topik,tema dan judul karangan.
b. Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan menjelaskan jenis-jenis
karangan.
3. Materi Pembelajaran
A. Topik, Tema, Judul Karangan
Menurut Pinoza dalam Hikmat topic merupakan pokok pembicaraan atau pokok
pembahasan. Hal ini berbeda dengan tema yang dalam perumusannya berisi topic beserta
tujuan. Adapun judul juga memiliki konsep berbedda yakni penjabaran dari topic.
Untuk membuat topik, tema, dan judul karangan yang baik, ketika membuat topic,
topic harus sesuai minat dan merupakan hal yang dikuasai. Misalnya seorang mahasiswa
menyukai film dan music. Dari dua topic ini bisa dibuat menjadi beberapa karangan yang
tercermin dari judul.

B. Pola Susunan Kerangka Karangan


Kerangka karangan menurut Finoza dalam hikmat adalah rencana teratur tentang
pembagian dan penyusunan gagasan yang berfungsi untuk mengatur hubungan antara
gagasan tersebut. Kerangka karangan sangat penting bagi sebuah karangan. Sebab, dengan
adanya kerangka karangan paling tidak gagasan yang hendak disampaikan dapat
terdokumentasi dengan baik, sehingga ketika dalam proses penulisan, penulis akan tetap
konsisten terhadap ide dasar yang telah dibuat. Selain itu, dapat menetapkan berbagai ide
secara sistematis sehingga dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca.
Pembuatan kerangka karangan harus sesuai dengan topic yang terbentuk dari
gagasan yang lebih terperinci dari topic. Bentuknya adalah subtopic-subtopik dari topic yang
akan dibahas. Pola kerangka karangan terdiri dari pola alamiah dan pola logis Keraf, dan
Finoza dalam Hikmat. Kedua pola ini masih terdiri dari beberapa subpola lain yang masing-
masing memiliki kekhasan tersendiri. Pola alamiah terdiri dari pola urutan waktu dan pola
ruang sedangkan pola logis terdiri dari pola sebab-akibat, umum-khusus, klimaks-
antiklimaks, dan pemecahan masalah.
1) Pola Alamiah
Pola ini memiliki dua pola. Yakni pola urutan waktu dan urutan ruang. Urutan waktu
berarti urutan karangan yang berlandaskan pada tahapan suatu peristiwa atau kejadian.
Tahapan peristiwa ini identic dengan penanggalan. Urutan waktu secara eksplisit akan terlihat
dengan tahun. Namun demikian, bisa juga menggunakan kata-kata yang merujuk pada waktu
dan situasi waktu. Perhatikan contoh berikut :
I. Bahasa Indonesia Pada Masa Penjajahan Belanda
II. Bahasa Indonesia Pada Masa Penjajahan Jepang
III. Bahasa Indonesia Pada Masa Orde Lama
IV. Bahasa Indonesia Pada Masa Orde Baru
V. Bahasa Indonesia Pada Masa Kini

Pola selanjutnya adalah pola urutan ruang. Pola ini berlandaskan pada ruang. Setiap
hal yang ada di dunia ini pada dasarnya telah dikotak-kotakkan dalam ruang tersendiri. Untuk
ruang kecil adalah ruang pribadai, beranjak ke ruang keluarga, untuk selanjutnya lingkungan
tetangga, lingkungan RT, RW, lingkungan kelurahan, lingkungan kecamatan, lingkungan
kabupaten/kota madya, lingkungan provinsi, dan sampai pada negara. Contoh :
Topik : Sosialisasi Pemilu
I. Informasi Pemilu Jawa
a) Fakta dan Data Rendahnya Sosialisasi Pemilu di Jawa
- Banyuwangi
- Jember
- Sumenep
- …
b) Fakta dan Data Tingginya Sosialisasi Pemilu di Jawa
- Jakarta
- Yogyakarta
- Surabaya
- …
II. Informasi Pemilu di Sumatera
III. Informasi Pemilu di Kalimantan

2) Pola Logis
Pola logis merupakan pola yang terbentuk dari pikiran pengarang dengan meletakkan
gagasan serta konsep berdasarkan efek yang ingin dicapainya. Efek tersebut tentu saja
disesuaikam dengan topic yang hendak di bahas. Dalam pola logis ini terdiri dari beberapa
pola lain yang akan dijabarkan berikut ini :
Pola pertama ini adalah pola sebab-akibat. Pola ini merupakan pola yang mengawali
pembahasannya dengan sebab untuk kemudian disampaikan akibatnya, begitupun dengan
sebaliknya, yakni akibat terlebih dahulu untuk kemudian disampaikan sebabnya. Perhatikan
contoh pola sebab-akibat berikut ini :
Topik : Dampak Pemanasan Global
I. Penebangan Liar
II. Efek Rumah Kaca
III. Polusi Udara
IV. Banjir dan Longsor sebagai Efek Rumah Tangga

Pola kedua yakni pola klimaks dan antiklimaks. Pola ini adalah pola yang
mementingkan bagian dari suatu karangan. Jika bagian penting itu disampaikan di akhir,
maka pola ini disebut klimaks sedangkan jika bagian penting itu berada di awal maka disebut
antiklimaks.Perhatikan contoh pola antiklimaks berikut :
Topik : Kemenangan Timnas Sepak Bola Indonesia atas Malaysia
- Timnas Sepakbola Kalah dengan Bangga
- Timnas Sepakbola Indonesia kalah pada laga tandang
- Timnas Sepakbola menang pada laga kandang.
Pola ketiga adalah umum-khusus. Pola ini merupakan pola yang meletakkan topic
yang lebih besar untuk kemudian menyampaikan topic-topik yang lebih kecil. Hal ini juga
berlaku sebaliknya yakni khusus dulu baru kemudian umum. Perhatika n pola umum-khusus
berikut :
Topik : menulis
I. Pengertian menulis
II. Fungsi Menulis
III. Jenis Tulisan
a) Fiksi
- Cerpen
- Puisi
- Novel
- Naskah Drama
b) Nonfiksi
- Artikel
- Berita
- Opini
- Karya Ilmiah

IV. Teknik Menulis


Pola terakhir adalah pola pemecahan masalah. Pola ini dimulai dengan masalah
untuk kemudian disampaikan pemecahannya. Pola ini sering digunakan pada penulisan
skripsi yang pada strukturnya memang berupa pemecahan masalah. Untuk lebih jelasnya,
perhatikan contoh berikut.
Topik : Polemik Bahasa Alay
1) Bahasa Alay Merajalela
a) Bahasa dalam Pesan Singkat
b) Bahasa dalam Jejaring Sosial
- Bahasa Alay di Twitter
- Bahasa Alay di Facebook
c) Bahasa dalam Tindak Tutur
2) Bahasa Alay Merusak Bahasa Indonesia
3) Mengembalikan Bahasa Indonesia yang Baik
a) Melakukan Penyuluhan
- Bahasa Alay Hanya untuk Pergaulan
- Bahasa Alay Tidak Digunakan dalam Forum Resmi
b) Mencontohkan Bahasa Indonesia yang Baik
4) Bahasa Alay dan Bahasa Indonesia Bergandengan

Dalam membuat kerangka karangan, hal lain yang perlu diperhatikan adalah
penjabaran subtopic dengan penggunaan symbol. Symbol dapat disampaikan secara numeric
atau numeric-alfabetis seperti contoh-contoh yang telah disebutkan diatas.

C. Jenis-jenis Karangan
Jenis karangan terbagi menjadi dua yakni berdasarkan karakteristiknya dan
berdasarkan sifatnya. Jenis karangan berdasarkan karakteristik terbagi menjadi tiga yakni
karangan ilmiah,semi ilmiah, dan non ilmiah, sedangkan berdasarkan sifatnya terbagi
menjadi lima, deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
1) Jenis Karangan Berdasarkan Karakteristiknya
Jenis karangan berdasarkan karakteristiknya terbagi menjadi tiga, yakni karya ilmiah,
semi ilmiah, dan non ilmiah Finozaldi dalam Hikmat Ada pula yang secara sederhana
mrmbaginya menjadi dua yakni karangan fiksi dan nonfiksi. Pada karangan ilmiah, yang
sesuai dengan karakteristiknya adalah skripsi, tesis, desertasi. Untuk artikel, berita, opini,
feature, masuk ke dalam karangan semi ilmiah karena identic dengan karakteristik karangan
semi ilmiah. Adapun karangan yang sesuai dengan karakteristik karangan nonilmiah adalah
karya-karya fiksi seperti cerpen, novel, puisi, dan naskah drama.
2) Jenis Karangan Berdasarkan Sifatnya
Dalam jenis karangan ini, terdapat lima karangan yang berbeda, bentuk-bentuk
tersebut akan disampaikan sebagai berikut ;
a) Karangan Deskripsi
Kata deskripsi merupakan hasil padanan yang diambil dari bahasa Inggris dengan
description yang jika merujuk pada kata kerjanya to describe berarti melukiskan dan
menguraikan. Dengan demikian, karangan deskripsi merupakan karangan yang berusaha
menggambarkan benda, manusia, atau tempat tertentu. Dalam membuat karangan deskripsi
hal yang perlu diperhatikan adalah detail objek yang disampaikan harus tepat sehingga
mampu diterima oleh pembaca. Dalam karya sastra, deskripsi samngat membantu dalam
menguatkan watak tokoh maupun menggambarkan latar tempat suatu cerita. Adapun dalam
karya ilmiah, deskripsi berguna untuk memberikan analogi ataupun menyampaikan keadaan
factual suatu objek seperti misalnya kemiskinan di Jakarta dapat dideskripsikan dengan
rumah kumuh yang ada di pinggiran sungai atau di bawah jalan layang.

“Berburu jenang Langka di Sumatera”


Surakarta – Aisyah berdiri di sudut Ngarsopuro, Solo, Ahad, 17 Februari 2013,
berteduh dari sengatan sinar mataharu pagi. Sambil menyandarkan tubuh, kedua mata Aisyah
tak lepas dari gerai jenang di Kelurahan Karang asem, yang berada di depan tempatnya
berdiri. Tujuan Aisyah hanya satu : “Saya ingin makan jenang procot,” katanya kepada
Tempo.
Demi jenang procot, warga Cemani, Sukoharjo, ini sudah menunggu sejak pukul
07.00. padahal festival Jenang baru dimulai pukul 09.30. Aisyah berdiri bukan satu-satunya
orang yang rela datang lebih pagi. Puluhan orang juga telah mengantre agar bisa mencicipi
jenang procot.
Menurut Aisyah, jenang procot termasuk jenang langka. Sebab, hampir tidak ada
orang yang menjual. “Itu jenang tradisi. Biasanya yang membuat hanya orang-orang tertent,”
lkata dia.
Jenang procot kerap dibuat kala ada anggota keluarga yang tengah hamil. Ketika usia
kehamilan menginjak 9 bulan atau sekitar seminggu sebelum melahirkan, mereka dianjurkan
enyantap jenang procot. Tujuannya agar mempermudah proses melahirkan. “ Kalau saya
penasaran ingin mencoba. Bukan karena sedang hamil," ujar Aisyah.
b) Karangan Narasi
Karangan narasi merupakan karangan yang menceritakan atau menyampaikan urutan
peristiwa secara kronologis. Kata narasi diambil dari bahasa Inggris narration yang bemakna
bercerita. Karangan jenis ini biasanya digunakan dalam karya fiksi berupa cerita maupun
novel, bahkan kini mulai tumbuh puisi bernarasi yang biasa disebut puisi prosaic. Untuk
karya ilmiah, narasi digunakan dalam penulisan sejarah. Misalnya dalam menceritakan detik-
detik proklamasi Kemerdekaan RI. Berikut ini contoh karangan narasi dalam bentuk fiksi
mini.

“Anjing”
Aku membangunkan lelaki kecil itu dengan susah payah, padahal bumi bergetar.
Barangkali karena ia terlampau kelelahan sebab semalaman ia mengerjakan tugas
sekolahnya. Tapi kemudia ia bangkit juga saat lemari jatuh dan hampir saja menimpa
tubuhnya. Tapi kemudia aku berusaha mengganjalnya dengan tubuhku.
Ibunya datang lalu segera aku menggendong dia dan meninggalkanku begitu saja.
Aku senag di saat aku sekarat, aku hanya barharap dia selamat. Tapi beberapa saat kemudian
ia datang kembali. Saat itu kulihat air dari laut mulai menanjak. Mobil-mobil terbawa arus
seperti perahu melayang-layang. Kematian di wajahku membayang.
Ia berlari dan ayahnya yang berbadan tambun berusaha mengangkat lemari yang
menimpaku. Aku berair mata. Lelaki kecil it membiarkan ku mati. Lelaki kecil itu
memelukku dengan dalam dan aku menciuminya tak habis-habis. Kemudian kami segera
berlari ke lantai atas sebab air tsunami mulai menjilat-jilat kaki kami.
Di atap apartemen itu, kulihat semua orang telah berkumpul. Mereka semua berair
mata dan wajah mereka ditumbuhi kesedihan. Lantai dua apartemen ini sudah dihempas
tsunami. Beruntung anak itu dan ayahnya cepat menyelamatkanku. Kalau tidak … aku bakal
mati.
Anak itu segera menuju ibunya, aku mengikuti langkah kecilnya yang lucu.
“Hanya karena anjing kau mau mati?” ujarnya ibunya menghardik anaknya itu.***
(Diambil dari Kado untuk Jepang karya Syarif Hidayatullah)

c) Karangan Eksposisi
Eksposisi merupakan saduran kata exposition yang berasal dari bahasa Inggris. Kata
ini bermakna membuka atau memulai. Jeis karangan eksposisi merupakan jenis karangan
yang menjelaskan suatu konsep, menerangkan cara, mengupas, atau menguraikan sesuatu.
Karangan eksposisi digunakan untuk menyampaikan konsep-konsep ilmiah sehingga
seringkali karangan jenis ini ada dalam surat kabar yang cenderung dipenuhi hal baru. Selain
itu, karangan eksposisi juga biasa digunakan dalam buku-buku yang menyampaikan tips atau
cara. Misalnya buku masak-memasak, instalasi computer, pengoperasian suatu program, dan
lain-lain.

“Tips Membeli Jajanan di Pinggir Jalan”


Jajanan pinggir jalan terkadang sangat menggiurkan. Apalagi jika sedang berpelisir.
Makanan yang dijajankan di kaki lima tersebut pastinya lebih menghemat kantong daripada
makanan di restoran.
Namun dalam menyantap kenikmatan kuliner pinggir jalan, jangan lupa pula untuk
memperhatikan kehigenisan makanan demi kesehatan perut. Berikut ini hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menyantap kuliner pinggir jalan.

Kebersihan Makanan
Jika memungkinkan, intip setiap bahan makanan yang disajikan. Apakah bungkus
makanan bersih, makanan dingin disimpan dilemari es dengan baik, dan bahan mentah
dipisahkan dengan makanan yang telah dimasak.

Membawa Peralatan makan Sendiri


Kita tidak pernah tahu apakah sendok atau garpu yang digunakan telah dicuci dengan
bersih. Ada baiknya mempersiapkan dengan membawa alat makan sendiri untuk menjaga
kebersihan.

Lihat makanan yang sedang dimasak


Biasanya penjual makanan dipinggir jalan mengolah makanannya secara terbuka.
Sehingga Anda bisa mengecek sendiri proses makanan yang dimasak. Bagaimana ia
mengolah makanan yang berasal dari daging mentah, atau minuman dengan es.

Mengonsumsi jajanan sehat


Tidak ada salahnya untuk memilih-milih jajanan apa yang akan dibeli. Karena tidak
semua jajanan yang dijajakan menyehatkan. Cobalah untuk membeli yang berbahan sayur
dan buah.

d) Karangan Argumentasi
Jenis karangan argumentasi adalah karangan yang berusaha meyakinkan pembaca
tentang suatu gagasan atau pendapat dengan menyampaikan bukti, contoh, atau alasan lain
yang tidak dapat dibantah. Kata argumentasi disadur dari bahasa Inggris to argue yang
bermakna membuktikan atau menyampaikan suatu alasan. Karangan argumentasi sering
terdapat pada rubik opini di surat kabar maupun majalah. Selain itu, terdpat pula pada rubik
editorial.

“Diri Anda Seperti Buah Kelapa”


Memang tak mudah untuk menerima sesuatu yang begitu berat. Seolah-olah beban
200 kg berada di puncak Anda. Anda seakan tak kuat lagi menanggungnya. Namun,
percayalah bahwa sesungguhnya anda mampu. Anda cukup kuat untuk itu. Tentu dengan
bantuan dari luar.
Tuhan sengaja memberi Anda cobaan agar Anda bisa menjadi manusia dewasa.
Anda ingin dibentuk menjadi pribadi yang matang dalam segala hal. Baik dalam pemikiran
maupun tindakan.
Cobalah lihat kelapa. Anda dapat mengambil pelajaran yang berharga dari sebuah
kelapa. Ia dapat memberikan manfaat kepada manusia seteleh mengalami serangkaian proses
yang berliku-liku.
Proses itu dimulai saat kelapa dijatuhkan dari pohonnya. Kalau manusia yang
mengalaminya tentu sakit. Setelah dijatuhkan dari pohon makan kulit kelapa dikupas. Ampas
kelapa dipisahkan. Tidak sampai situ saja. Kelapa yang kini terbungkus oleh tempurung
dipukul menggunakan belakang parang. Tujuannya agar kulit bisa mudah dipisahkan dari
tempurung.
Langkah selanjutnya ialah kelapa dikikis. Tempurung kelapa dilepaskan dari daging
buah. Masih lanjut lagi. Setelah tempurung telah dipisah kini giliran mesin pemarut kelapa
yang bekerja. Mesin membentuk kelapa menjadi bagian-bagian kecil. Kelapa yang telah
diparut kini siap dicampur dengan air. Lalu kelapa itu diremas-remas. Hingga santan keluar
lalu menyatu dengan air. Demikianlah proses panjang yang dialami oleh sebuah kelapa.
Proses panjang untuk menghasilkan santan yang berguna bagi manusia.
Sama halnya dengan Anda. Anda sengaja diperhadapkan pada perjalanan hidup yang
tak mudah. Bahkan, terbilang sulit. Tetapi, ingatlah bahwa semua itu menjadi tempaan agar
Anda dapat menjadi ‘sesuatu’. Agar ‘sesuatu’ itu nantinya bermanfaat bagi diri Anda sendiri
juga bagi orang lain. Dengan demikian taka da kata putus asa, galau, gamang, dan
semacamnya tak boleh ada di dalam kamus kehidupan Anda.

e) Karangan Persuasi
Karangan persuasi disadur dari kata kerja to persuade yang berasal dari bahasa
Inggris dengan makna membujuk atau menyarankan. Karangan persuasi merupakan karangan
yang berisi bujukan, rayuan, atau ajakan kepada pembaca untuk melakukan sesuatu. Dalam
karangan persuasi ini penting menyampaikan bukti yang factual sehingga pembaca dapat
percaya terhadap gagasan yang disampaikan oleh penulis.

“Marilah Merenguk Nikmat Berlapang Dada”


Seorang Ibu paruh baya selalu merasa pusing dan badannya panas dingin. Ia pun
gelisah dan merasa hidupnya tak pernah tenang. Si ibu pun berkali-kali pergi ke dokter
umum. Berkali-kali pula ia diobati, tapi sakitnya tak kunjung sembuh. Kegelisahannya
semakin menjadi-jadi.
Ia mencoba pergi ke psikiater karena merasa gelisah dan hidupnya tak tenang.
“Apakah ibu sakit?” Tanya psikiater. “Iya,” jawab si Ibu. “Tubuh saya panas dingin, pusigm
dan selalu gelisah. Sudah berkali-kali pergi ke dokter, tapi tak sembuh-sembuh.”
“Apakah Ibu ingin sembuh?” Tanya psikiater. “tentu saja, saya ingin sembuh,” tutur
si Ibu. “kalau begitu, coba ceritakan kondisi keluarga ibu, mulai kecil hingga sekarang,” pinta
Psikiater. Si Ibu pun menceritakan latar belakang keluarganya.
“Saya ini 10 bersaudara dan Ibu saya sangat menyayangi mereka. Akan tetapi,
perlakuan ibu kepada saya agak berbeda, bahkan kalau marah, ibu biasanya membentak-
bentak dan menyebut saya bodoh dan bermacam-macam perkataan lain yang menyakitkan,”
tutur si Ibu itu berkisah. Bahkan, ia pernah dipukuli ibunya.
Diantara saudara-saudara yang lain, si Ibu itu ternyata hidupnya lebih maju dan
sejahtera. “Peristiwa ketika saya kecil itu terus terbayang hingga hari ini. Saya tidak bisa
melupakannya. Karena itu, saya terus benci dan dendam kepada ibu saya. Tak ada lagi rasa
rindu kepada ibu. Padahal, ibu saya sangat rindu dan ingit bertemu, tetapi saya tidak mau.”
Ujar si Ibu.
“Jika ingin sembuh, mulai sekarang hilangkan perasaan dendam dan benci kepada
ibumu. Sesungguhnya, itulah sumber penyakit sehingga Anda terus-menerus sakit dan
gelisah,” saran sang Psikiater. Setelah memaafkan semua kesalahan Ibunya, rasa gelisah dan
pusing yang selalu menghantuinya pun kemudian hilang.
Kisah diatas mengajak kita untuk kembali menghayati tentang hidup. Bahwa
sebetulnya kita harus pandai memaafkan antara satu dengan yang lainnya. Maka dari itu,
marilah kita saling mamaafkan antara sesame dan berlapang dada sehingga kita semua
menutup lembaran lama yang hitam dan membuka lembaran baru yang putih sebagai
cerminan sikap orang yang bertakwa kepada Tuhan.

LATIHAN/TUGAS
Jenis karangan berdasarkan sifatnya terdapat lima bentuk karangan, tugas anda
adalah membuat contoh bentuk karangan Eksposisi dan karangan Persuasi!

EVALUASI
a. Jelaskan pengertian topic, tema dan judul karangan?
b. Jelaskanlah apa saja jenis-jenis karangan?
c. Jelaskanlah apa yang dimaksud dengan pola Alamiah dan pola Logis?
Kegiatan Pembelajaran ke 8

1. Penalaran
2. Tujuan Materi Pembelajaran
a) Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan konsep dasar dan defenisi penalaran
secara rinci
b) Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan metode penalaran secara induktif dan
deduktif
c) Mahasiswa diharapkan mampu memaparkan konsep tentang silogisme, entimen,
generalisasi dan analogi.
3. Materi Pembelajaran
A. Penalaran
a) Definisi Penalaran
Logika merupakan salah satu teknik untuk meneliti suatu penalaran. (Soekadijo,
1993:3). Penalaran adalah pengembangan cara berpikir yang merujuk pada pemahaman
ilmiah untuk menarik kesimpulan dari pernyataan yang ada. Penalaran menggunakan
landasan logika untuk menarik kesimpulan berdasarkan fakta yang telah dianggap benar.
Secara lebih jelas, Fadjar Shadiq mendefinisikan bahwa penalaran merupakan suatu
kegiatan, suatu proses atau suatu aktivitas berfikir untuk menarik kesimpulan atau
membuat suatu pernyataan baru yang benar berdasarkan pada beberapa pernyataan yang
kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya.
Penalaran juga merupakan kemampuan berpikir yang abstrak. Untuk mewujudkannya
dengan benar diperlukan simbol yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa,
sehingga wujud penalaran akan berupa argumen. Pengertiannya adalah pernyataan atau
konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol
yang digunakan adalah kalimat (kalimat pernyataan) dan penalaran menggunakan simbol
berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.
Berkaitan dengan penalaran, dapat dilakukan misalnya melalui pengalaman. Dalam
landasan bahasa, ditemukan soal pengalaman, bahasa, dan makna. Bahasa sebagai
pengungkapan pengalaman dan pikiran manusia hendaklah mempunyai arti yang
disepakati orang lain sehingga dapat diterima dan dipahami dengan benar( Bagus, 1990:
590). Agar bahasa yang digunakannya menjadi efektif yakni komunikasi dapat berjalan
dengan lancar, orang lain dapat memahami pengalaman dan pikirannya. Oleh karena itu,
masalah bahasa tidak lain berhubungan dengan manusia itu sendiri, yang pengalaman
manusia tentang sesuatu. Masalah bahasa juga menyangkut masalah pengalaman, yang
pada akhirnya menyangkut manusia yang mengetahui sesuatu. Dalam bidang bahasa,
tentu penalarannya harus singkat, jelas, lengkap, teliti, dan sistematis. Kalimat-kalimat
yang disampaikan tentu benar logis dan mudah diterima. Menurut teori kebenaran, suatu
pernyataan dikatakan benar apabila didukung oleh fakta dan salah apabila tidak ada fakta
di dalamnya.

b) Metode Penalaran
1. Penalaran Deduktif
Metode deduktif diartikan sebagai suatu penalaran yang merujuk pada suatu
peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada
suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang sifatnya lebih khusus. Penalaran
deduktif menarik kesimpulan khusus dari premis yang lebih umum. Jika premis benar
dan cara penarikan kesimpulannya sah, maka dapat dipastikan hasil kesimpulannya
benar.
Jika penalaran induktif erat kaitannya dengan statistika, maka penalaran
deduktif erat dengan matematika khususnya matematika logika dan teori himpunan
dan bilangan. Menurut Aristoteles penalaran deduktif merupakan penalaran yang
beralur dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum menuju pada penyimpulan
yang bersifat khusus. Inti penalaran deduktif adalah pada tepat atau tidaknya
hubungan antara premis-premis dan kesimpulan. Kesimpulan ditarik dengan
menganalisa premis-premis yang sudah ada. Kesimpulan sesungguhnya telah tersirat
dalam premis-premisnya. Oleh karena itu penalaran deduktif bersifat tautologis.
Contoh 1 :
Premis 1 : Semua hewan punya mata
Premis 2: Kucing termasuk hewan
Kesimpulan : Kucing punya mata

Contoh 2 :
Premis 1 : Barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi
Premis 2 : Laptop adalah barang elektronik
Kesimpulan : Laptop membutuhkan daya listrik untuk beroperasi

2. Penalaran Induktif
Metode induktif diartikan sebagai penalaran dari peristiwa khusus sebagai
sebuah hasil sesuatu yang diamati dan berakhir pada suatu kesimpulan atau hal baru
yang sifatnya umum. Penalaran induktif memberlakukan simbol khusus untuk hal-hal
yang bersifat umum. Menurut Suriasumantri, penalaran induktif adalah proses
penarikan kesimpulan dari kasus-kasus yang bersifat individual nyata menjadi
kesimpulan yang bersifat umum.
Model penalaran ini mengambil contoh-contoh khusus yang khas untuk
kemudian diambil kesimpulan yang lebih umum. Penalaran ini memudahkan untuk
memetakan suatu masalah sehingga dapat dipakai dalam masalah lain yang serupa.
Penalaran induktif membutuhkan banyak sampel untuk mempertinggi tingkat
ketelitian premis yang diangkat. untuk itu penalaran induktif erat dengan
pengumpulan data dan statistic. Penalaran ini lebih banyak berpijak pada observasi
inderawi atau empirik.

Contoh 1 :
v Premis 1 : Ani bersekolah dengan memakai seragam merah putih karena
masih SD
Premis 2 :Anton Bersekolah dengan memaki seragam merah putih karena dia
masih SD.
Kesimpulan: Semua siswa yang masih SD memakai seragam merah putih saat
bersekolah.

Contoh 2 :
v Premis 1 : Kerbau punya mata
Premis 2 : Anjing punya mata
Premis 3 : Kucing punya mata
Kesimpulan : Setiap hewan punya mata

c) Silogisme, Entimen, Generalisasi dan Analogi


1. Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penalaran yang menghubungkan dua proposisi
yang berlainan untuk menurunkan suatu kesimpulan yang merupakan proposisi
ketiga (Keraf, 1989: 58). Silogisme adalah bagian dari metode penalaran deduktif.
Silogisme terbagi dua yaitu silogisme positif dan silogisme negatif. Silogisme positif
adalah silogisme yang kedua premisnya yakni premis mayor dan premis minor
bersifat positif dan simpulan yang dihasilkan pun bersifat positif.
Contoh 1:
Premis mayor : Semua mamalia bernafas menggunakan paru-paru.
Premis minor : Paus adalah mamalia.
Kesimpulan : Paus bernafas menggunakan paru-paru.

Contoh 2 :
Premis mayor : Semua unggas bertelur.
Premis minor : Ayam adalah unggas.
Kesimpulan : Ayam bertelur.

Silogisme negatif adalah salah satu jenis silogisme dimana salah satu premisnya
negatif atau ditandai dengan kata pengingkar seperti tidak atau bukan pada premis
atau kesimpulan. Apabila salah satu premis dalam silogisme bersifat negatif,
simpulannya pun akan bersifat negatif pula. 

Contoh 1

Premis Umum : Semua peserta lomba catur tidak boleh datang terlambat saat
perlombaan.

Premis Khusus : Hana peserta lomba catur.

Kesimpulan : Hana tidak boleh datang terlambat saat perlombaan.

Contoh 2

Premis Umum : Pengendara motor yang baik selalu tertib berlalu lintas di jalan
raya.

Premis Khusus : Orang itu bukan pengendara motor yang selalu tertib berlalu
lintas di jalan raya.

Kesimpulan : Orang itu bukan pengendara motor yang baik.

2. Entimen
Entimem adalah silogisme singkat atau tidak memiliki premis umum karena
premis umum dianggap sudah dikenal luas. Karenanya, entemem hanya berisi premis
dan kesimpulan tertentu. Dapat diketahui Entimem adalah silogisme yang
diperpendek yang tidak peerlu menyebutkan premis umum, tetapi langsung
mengetengahkan simpulan dengan premis khusus yang menjadi penyebabnya.

Contoh 1

Premis Umum : Setiap pegawai di perusahaan BeGood harus bisa berbahasa


Rusia.

Premis Khusus : Sinta adalah pegawai di perusahaan BeGood.

Kesimpulan : Sinta harus bisa berbahasa Rusia.

Entimem : Sinta harus bisa berbahasa Rusia, karena ia adalah pegawai


perusahaan BeGood.

Contoh 2

Premis Umum : Setiap Aparatur Sipil Negara dilarang menerima uang suap
dan gratifikasi.

Premis Khusus : Sinta adalah seorang Aparatur Sipil Negara.

Kesimpulan : Sinta dilarang menerima uang suap dan gratifikasi.

Entimem : Sinta dilarang menerima uang suap dan gratifikasi sebab ia seorang
Aparatur Sipil Negara.

3. Generalisasi

Generalisasi adalah bagian dari metode penalaran induktif. Generalisasi dikatakan


suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk
menurunkan suatu kesimpulan yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena
itu (Keraf, 1983). Menurut (Mundiri, 2005: 145) Generalisasi yaitu suatu proses
penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individu menuju kesimpulan umum
yang mengikat seluruh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang diselidiki.
Makna generalisasi atau perluasan makna adalah perluasan makna kata yang pada
awal merupakan makna khusus dan berakhir menjadi makna luas atau umum. Jenis
makna ini termasuk jenis perubahan makna.

Contoh Generalisasi

1) Data yang dihasilkan oleh departemen transportasi menentukan peningkatan


jumlah kecelakaan tahun ini dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada
2014, 1.000 terluka dalam kecelakaan. Sementara 3.500 kecelakaan terjadi
pada 2015 dan beberapa pengendara terluka. Pada 2016, hingga 5.000
kecelakaan terjadi pada pengendara yang ceroboh. Peningkatan ini sangat
memprihatinkan, karena menunjukkan pengabaian mereka terhadap lalu lintas.
Belum lagi tahun ini yang belum dihitung. Jadi di jalan raya terjadi
peningkatan kecelakaan pada kendaraan.

2) Banyak siswa mengeluh pergi ke sekolah. Ini karena anak – anak merasa
bosan belajar di sekolah. Belum lagi fakta bahwa belajar terlalu lama menjadi
tidak efisien. Waktu anak-anak hanya dihabiskan di sekolah, meskipun hanya
untuk waktu yang singkat. Selain itu, beberapa bahan ajar cukup
membosankan, sehingga banyak anak mengeluh. Belum lagi fakta bahwa
pulang dari sekolah harus mengerjakan pekerjaan rumah Anda akan membuat
anak-anak berpikir terlalu banyak. Dalam satu hari, anak-anak sekolah dasar
bisa mendapatkan 3 hingga 5 mata pelajaran dalam waktu sekitar 7 jam. Jadi
ini keluhan sebagian besar anak sekolah dasar.

4. Analogi

Analogi merupakan paragraf yang menggambarkan objek yang menyamakannya


dengan objek lain yang memiliki kesamaan dalam hal-hal tertentu. Analogi
merupakan bagian dari metode penalaran secara induktif. Paragraf analogi memiliki
kalimat utama yang ada di akhir paragraf atau disebut juga kesimpulan yang
merupakan penjelasan dari ide awal yang diusulkan. Paragraf ini membandingkan
dua hal secara bergantian yang memiliki tingkat kesetaraan yang seimbang. Hal-hal
yang dapat dibandingkan dapat berupa hal-hal, peristiwa, keadaan atau proses suatu
hal.

Contoh Analogi Dalam Bentuk Paragraf


Saat ini, untuk mencari suatu referensi atau informasi tidak terlalu sulit. Ini
karna keberadaan media internet dimana membuat semuanya bisa mudah
untuk didapat. Sayang, kenyamanan dimana yang telah disediakan Internet
malah membuat kita terlena dan malas bekerja. Memang mudah akses ke
referensi atau informasi harus dimanfaatkan untuk jadi lebih efektif dalam
menghasilkan berbagai suatau karya.

Contoh Analogi Dalam Bentuk Kalimat

 Tubuhnya pendek seperti bonsai.

 Rumahnya sebesar istana.

TUGAS / LATIHAN

Bentuklah kelompok kecil yang terdiri dari 3 orang, kemudian cari contoh paragraf
masing-masing dua dari analogi dan generalisasi. Mahasiswa diminta untuk memaparkan
paragraf tersebut dan menulis perbedaan dari kedua paragaraf tersebut. (dicantumkan sumber
paragaraf yang didapatkan)

EVALUASI
Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai materi diatas, jawablah pertanyaan
di bawah ini !
1. Jelaskan kesalahan-kesalahan silogisme berikut
a. Semua ayam tidak bisa terbang.
Burung bukan ayam.
Burung tidak bisa terbang
b. Alam pandai sekali di sekolah.
Alam kelahiran Tasikmalaya.
Kelahiran Tasikmalaya pandai sekali di sekolah

2. Hakim yang baik tidak menerima uang suap.


Ibu Tiara hakim yang baik.
Ibu Tiara tidak menerima uang suap.

Ubahlah silogisme di atas ke dalam bentuk entimem!


3. a. Karena kakak mengidap penyakit maag, maka kakak tidak boleh makan makanan
yang asam.
b. Karena mengidap penyakit lever, ayah tidak boleh makan hidangan yang berlemak.
Jelaskan pernyataan kalimat di atas dalam konsep penalaran induktif!
4. Bacalah paragraf di bawah ini dengan cermat!
Setelah diadakan survei ke pemukiman liar di sepanjang rel kereta api itu, penduduk
menempati rumah-rumah terbuat dari bahan yang berupa seng, papan, dan kardus
bekas. Rumah itu tidak memiliki MCK, pendek, pengap, lantainya berupa tanah dan
lembab. Jadi, dapat dikatakan bahwa tempat tinggal mereka tidak layak huni dan tidak
sehat.

Tentukan metode penalaran yang digunakan pada paragraf tersebut!

5. Bacalah paragraf di bawah ini dengan cermat!


Bensin merupakan jenis bahan bakar apa bila terkena api akan mudah terbakar.
Demikian juga minyak tanah, termasuk bahan bakar yang mudah terbakar. Solar pun
demikian pula halnya, bila terkena api akan mudah terbakar.

Tentukan kesimpulan dari paragraf tersebut!


Kegiatan Pembelajaran ke 9
1. Karya Tulis Ilmiah
2. Tujuan Materi Pembelajaran
a) Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan definisi karya tulis ilmiah.
b) Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan karakteristik karya tulis ilmiah.
c) Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tujuan karya tulis ilmiah.
d) Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan manfaat karya tulis ilmiah.
e) Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan jenis-jenis karya tulis ilmiah.
f) Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan sistematika karya tulis ilmiah.
3. Materi Pembelajaran
A. Karya Tulis Ilmiah
Pengertian Karya Tulis Ilmiah
Karya tulis ilmiah merupakan suatu karya tulis yang diungkapkan dengan metode-
metode ilmiah sesuai dengan penulisan karya tulis ilmiah tertentu. Karya tulis ilmiah
mengandung data dan fakta dan hasil penelitian seseorang yang ditulis secara berurutan dan
sistematis. Karya tulis ilmiah dibuat dengan dasar fakta yang sifatnya objektif, tidak bersifat
emosional/personal dan tersusun secara sistematis dan logis. Bahasa yang dipakai dalam
suatu karya tulis ilmiah adalah bahasa Indonesia yang baku yang sesuai dengan kaidah Ejaan
Yang Disempurkan (EYD).
Karya tulis ilmiah disusun dengan berdasarkan pada hasil penelitian. Penelitian
merupakan suatu kegiatan yang menggunakan metode ilmiah dalam penyelidikannya secara
sistematis. Tujuannya untuk menemukan informasi secara ilmiah, membuktikan kebenaran
atau ketidakbenaran dalam hipotesis yang diusulkan sehingga dapat dirumuskan dalam
sebuah teori, proses gejala alam, atau proses sosial. Karya ilmiah yang diperoleh dari hasil
penelitian dapat berwujud laporan akhir, skripsi, tesis, disertasi, dan karya ilmiah yang
dipublikasikan seperti buku atau artikel.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karya tulis merupakan suatu
bentuk karangan ilmiah yang diperoleh dari fakta – fakta yang ada di lapangan, kemudian
dibuat dalam sebuah dokumen untuk melaporkannya.

Pengertian Karya Tulis Ilmiah Menurut Ahli


a. Eko Susilo, M.
Karya ilmiah adalah suatu tulisan atau karangan yang didapatkan sesuai dengan sifat
keilmuannya dan didasari oleh hasil penelitian, pengamatan, peninjauan dalam bidang
tertentu, disusun menggunakan metode tertentu dengan sistematika penulisan bahasa
bersantun dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya atau keilmiahannya.
b. Maryadi (dalam Harun, dkk)
Pengertian karya tulis ilmiah menurut Maryadi adalah kerja yang berisi dan menilai
masalah tertentu dengan menggunakan kaidah ilmu.
c. Dwiloka dan Riana
Pengertian karya ilmiah menurut Dwiloka dan Riana adalah karya ilmiah atau artikel
ilmiah merupakan karya seorang ilmuwan (dalam bentuk pembangunan) yang ingin
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang diperoleh mellaui literatur,
koleksi pengalaman, penelitian.

Karakteristik Karya Tulis Ilmiah


 Tulisan yang dibuat harus mengacu pada teori.
 Harus lugas, maksudnya tidak emosional, tidak kritis, dan tidak menimbulkan
interprestasi lain.
 Harus logis, artinya mengacu pada pembahasan yang rasional dengan urutan yang
konsisten.
 Efesien, artinya mempergunakan kalimat, kata dan bahasa yang baik, sesuai, dan
mudah dipahami.
 Efektif, artinya tulisan-tulisan yang dibuat harus ringkas dan padat.
 Objektif, artinya berdasarkan fakta, kerangka karya ilmiah bersifat konkrit dan benar
adanya/ tidak mengada-ada.
 Sistematis, artinya penulisan dan pembahasan harus sesuai dengan prosedur yang ada.

Tujuan Karya Tulis Ilmiah


Tujuan dari karya tulis ilmiah adalah sebagai berikut:
 Bisa menjadi transformasi pengetahuan bagi sekolah atau institusi perguruan tinggi
dengan masyarakat atau bagi peminatnya.
 Melatih keterampilian dasar untuk menjalankan penelitian dengan benar dan teratur.
 Membuktikan potensi dan wawasan ilmiah yang ada pada mahasiswa dalm
menghadapi dan menyelesaikan masalah berupa karya ilmiah setelah yang
bersangkutan mendapatkan pengetahuan dari keilmuannya.
 Menumbuhkan etos ilmiah di kalangan mahasiswa.
 Sebagai wahana melatih pengungkapan pikiran atau hasil penelitiannya berupa tulisan
ilmiah yang sistematis.

Manfaat Karya Tulis Ilmiah


Sedangkan manfaat dari penulisan karya tulis ilmiah antara lain sebagai berikut:
 Dapat melatih pengembangan keterampilan membaca yang efektif.
 Sebagai pengenalan dengan aktivitas kepustakaan
 Mendapatkan kepuasan intelektual
 Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan
 Sebagai bahan acuan atau penelitian pendahuluan untuk peneliti selanjutnya
 Sebagai peningkatan perorganisasian fakta dan data secara sistematis
 Dapat melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber

Jenis-jenis Karya Tulis Ilmiah


Menurut tingkat akademisnya, karya tulis ilmiah dibagi menjadi lima jenis, antara lain:
 Makalah, adalah karya ilmiah yang membutuhkan studi, baik langsung ataupun tidak
langsung. Bisa dalam bentuk kajian pustaka atau buku, kajian suatu masalah atau
analisis fakta hasil observasi.
 Laporan penelitian, adalah karya ilmiah yang dibuat sesudah seseorang melakukan
penelitian, pengamatan, wawancara, percobaan dan lain sebagainya.
 Skripsi, adalah karya ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa tingkat strata-1 untuk
memperoleh gelar sarjana.
 Tesis, adalah karya ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa tingkat strata-2 untuk
memperoleh gelar magister.
 Disertasi, adalah karya ilmiah yang dibuat dan disusun oleh mahasiswa strata-3 untuk
memperoleh gelar doktor.
Sistematika Karya Tulis Ilmiah
Dalam penulisan suatu karya tulis ilmiah, sistematika atau urutan yang harus dilakukan
adalah sebagi berikut:
1. Latar Belakang Masalah
Dalam hal ini mengandung alasan mengapa peneliti harus mengambil penelitian ini untuk
diteliti olehnya. Suatu gejala atau peristiwa tertentu yang terlihat bisa dijadikan suatu latar
belakang permasalahan.

2. Identifikasi Masalah
Dengan dasar latar belakang masalah yang muncul itu, maka bisa diidentifikasi berbagai
macam masalah lain yang timbul. Hal ini sangat penting untuk memilih dan menentukan
masalah yang akan ditulis.

3. Pembatasan Masalah
Kualitas suatu karya ilmiah tidak berada pada banyaknya masalah yang diambil, tetapi
lebih kepada sebarapa dalam karya tersebut mengupas permasalahan yang ada. Untuk itu,
maslaah haruslah dibatasi supaya penulis bisa merumuskan masalahnya dengan jelas.
Agar lebih memahami, berikut sistematika karya tulis ilmiah yang harus dilakukan:
Bagian Pembuka
 Sampul
 Halaman judul
 Halaman pengesahan
 Abstraksi
 Kata pengantar
 Daftar Isi
 Ringkasan isi
Bagian Isi
Pendahuluan
 Latar belakang masalah
 Perumusan masalah
 Pembahasan/pembatasan masalah
 Tujuan penelitian
 Metode penelitian
Pembahasan
 Pembahasan teori
 Kerangka pemikiran dan argumentasi keilmuan
 Pengajuan hipotesis

Metodologi Penelitian
 Waktu dan tempat penelitian
 Metode dan rancangan penelitian
 Populasi dan sampel
 Instrumen penelitian
 Pengumpulan data dan analisis data
Hasil Penelitian
 Jabaran varibel penelitian
 Hasil penelitian
 Pengajuan hipotesis
 Diskusi penelitian, mengungkapkan pandangan teoritis tentang hasil yang didapatnya
Penutup
 Kesimpulan
 Saran
Bagian Penunjang
 Daftar pustaka
 Lampiran-lampiran antara lain instrumen penelitian
 Daftar tabel

TUGAS / LATIHAN
Diskusikan dalam kelompok kecil yang terdiri dari 3 – 5 orang,  bandingkan sebuah artikel
dari koran dan sebuah artikel dari jurnal ilmiah. Mahasiswa diminta untuk memberikan
penjelasan atau pendapat mengenai kedua perbandingan tersebut.

EVALUASI
Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai materi di atas, jawablah pertanyaan
di bawah ini!
1. Bagaimana cara menuliskan daftar pustaka yang bersumber dari internet, jurnal, dan
buku?
2. Bagaimana cara membedakan bahasa karya ilmiah dengan bahasa karya non ilmiah?
3. Metode apa saja yang digunakan dalam membuat makalah / karya ilmiah?
4. Secara umum struktur sajian sebuah karya ilmiah terdiri dari bagian awal, bagian inti,
dan bagian penutup. Jelaskan dan sebutkan  masing-masing bagian dan apa bedanya
dengan struktur sajian karya non ilmiah?
5. Bagaimana cara menulis karya ilmiah yang baik?

Kegiatan Pembelajaran ke 10

1. Daftar Pustaka
2. Tujuan Materi Pembelajaran
a) Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan definisi daftar pustaka.
b) Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan fungsi daftar pustaka.
c) Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan unsur-unsur daftar pustaka.
d) Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan penulisan daftar pustaka.
3. Materi Pembelajaran
A. Daftar Pustaka
Pengertian Daftar Pustaka

Daftar pustaka ialah hal yang berisikan tentang sumber-sumber dari bacaan yang
digunakan sebagai bahan acuan untuk menulis karya ilmiah. Atau pengertian daftar
pustaka yang lainnya adalah suatu daftar yang berisikan judul buku, artikel maupun suatu
bahan tulisan yang memiliki kaitan dengan karya ilmiah yang dibuat. Pencantuman dari
sebuah judul buku pada daftar pustaka dan pada akhir karya ilmiah yang sangat berkaitan
erat dengan pengutipan tulisan pada buku.

Jika mengutip suatu informasi maupun teori yang digunakan untuk pembuatan karya
ilmiah sehingga kita harus mencantumkan judul buku itu pada daftar pustaka. Kutipan ini
bisa merupakan suatu pinjaman kalimat maupun pendapat seseorang.

Daftar pustaka sendiri ini dapat temukan di suatu laporan hasil penelitian, skripsi,
makalah, tesis dan masih banyak yang lainnya. Daftar pustaka ini memiliki peranan yang
sangat penting bagi karya ilmiah, dikarenakan jika sebuah karya ilmiah yang tidak
mempunyai daftar pustaka maka akan diragukan tentang kebenarannya.

Para pembaca yang tertarik oleh suatu materi yang dibahas dalam suatu karya ilmiah
tentu bisa dengan mudah untuk mengecek dan juga mempelajari materinya lebih dalam
jika kita mencantumkan daftar pustaka.

Ada beberapa manfaat pencantuman daftar pustaka atau catatan kaki, baik bagi
penulis, pembaca atau penyumbang data/sumber yang diambil, yaitu:

a. memenuhi etika penulisan;


b. sebagai ucapan terima kasih penulis kepada penyumbang data;
c. sebagai pendukung ide seorang penulis karena biasanya sumber yang diambil
ditulis oleh pakar yang terkenal;
d. sebagai petunjuk untuk melacak kebenaran data yang diambil;
e. sebagai referensi silang, yaitu menunjukkan pada halaman atau bagian mana data
itu diambil.

Fungsi Daftar Pustaka

Daftar pustaka ini mempunyai beberapa fungsi, untuk lebih jelasnya agar dapat
mengetahui apa saja fungsi dari daftar pustaka mari kita lanjutkan kembali
pembahasannya sebagai berikut :

a. Agar bisa menunjukan bahwa suatu tulisan dan informasi dalam karya ilmiah
bukanlah hasil dari pemikiran penulis sendiri melainkan dari hasil pemikiran
orang lain juga.
b. Agar bisa memberikan sumber informasi yang ditulisnya agar nantinya bisa
ditelusuri oleh para pembaca jika ingin mengetahui informasi maupun teori
tersebut dengan lebih lengkap.
c. Agar bisa menghargai maupun memberikan suatu penghargaan pada penulis
sumber informasi, sehingga karya ilmiah tersebut dapat terselesaikan.

Unsur-unsur Daftar Pustaka

Di dalam daftar pustaka ini juga mempunyai beberapa unsur di dalamnya, ialah
sebagai berikut:
a. Adanya nama penulis ataupun pengarang.
b. Mempunyai judul buku serta judul artikelnya.
c. Data publikasi buku ini meliputi tahun terbit, penerbit, tempat diterbitkan dan juga
edisinya jika ada.

Penulisan Daftar Pustaka

Berdasarkan acuan (referensi) yang digunakan, ada beberapa model penulisan


daftar pustaka/bibliografi, antara lain sebagai berikut:

1. Buku sebagai Sumber Acuan


a. Jika buku menjadi sumber acuan, kita harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut.
Nama penulis dalam daftar pustaka dituliskan secara terbalik. Artinya, nama
belakang ditulis di awal, baru diikuti nama depannya dengan dipisahkan
menggunakan tanda koma (,). Nama ditulis lengkap tanpa menyebutkan gelar.
Ketentuan ini berlaku secara internasional. 

Contoh:

Masri Singarimbun menjadi Singarimbun, Masri


Gorys Keraf menjadi Keraf, Gorys
J.S. Badudu menjadi Badudu, J.S.

b. Jika dalam buku yang diacu itu tercantum nama editor, penulisannya
dilakukan dengan menambahkan singkatan (Ed.). 

Contoh:

Mahaso, Ode (Ed.). 1997.

c. Jika pengarang terdiri dari dua atau tiga orang, nama pengarang dituliskan
semuanya dengan ketentuan nama orang pertama dibalik sedangkan nama
orang kedua dan ketiga tetap. Di antara kedua nama pengarang itu digunakan
kata penghubung “dan”. 

Contoh:

Sumardjan, Selo dan Marta Susilo.


Kusmadi, Ismail. Dini A., dan Eva R.

d. Jika lebih dari tiga orang, ditulis nama pengarang pertama yang dibalik lalu
ditambahkan singkatan “dkk” (dan kawan-kawan) atau et all. 

Contoh:

Kartika, Salma dkk.

Susan, Alberta et. all.

e. Jika beberapa buku ditulis oleh seorang pengarang, nama pengarang cukup
ditulis sekali pada buku yang disebut pertama. Selanjutnya cukup dibuat garis
sepanjang 10 ketukan dan diakhiri dengan tanda titik. Setelah nama penga-
rang, cantumkan tahun terbit dengan dibubuhkan tanda titik. Jika tahunnya
berbeda, penyusunan daftar pustaka dilakukan dengan urutan berdasarkan
yang paling lama ke yang paling baru. 

Contoh:

Keraf, Gorys. 1979.

_________ . 1982.

_________ . 1984.

f. Jika diterbitkan pada tahun yang sama, penempatan urutannya berdasarkan


pola abjad judul buku. Kriteria pembedaannya adalah setelah tahun terbit
dibubuhkan huruf, misalnya a, b, c tanpa jarak. 

Contoh:

Bakri, Oemar. 1987a.

__________ . 1987b.

g. Jika buku yang dijadikan bahan pustaka itu tidak menyebutkan tahun
terbitnya, dalam penyusunan daftar pustaka disebutkan “Tanpa Tahun”. Kedua
kata itu diawali dengan huruf kapital. 

Contoh:
Johan, Untung. Tanpa Tahun.

h. Judul buku ditempatkan sesudah tahun terbit dengan dicetak miring atau diberi
garis bawah. Judul ditulis dengan huruf kapital pada awal kata yang bukan
kata tugas. 

Contoh:

Keraf, Gorys. 1979. Lebih Lanjut dengan Microsoft Word 97, atau

Keraf, Gorys. 1979. Lebih Lanjut dengan Microsoft Word 97

i. Laporan penelitian, disertasi, tesis, skripsi, atau artikel yang belum diterbitkan,
di dalam daftar pustaka ditulis dalam tanda petik. 

Contoh:

Noprisal, Hendra. 1984. “Pembangunan Ekonomi Nasional”.

TUGAS / LATIHAN

Diskusikan dalam kelompok kecil, mengenai ragam bahasa apa yang digunakan saat
menulis daftar pustakan. Mahasiswa diminta untuk memberikan penjelasan atau pendapat
mengenai ragam bahasa pada daftar pustaka tersebut.

EVALUASI

Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai materi diatas, jawablah pertanyaan di


bawah ini !
1 Bagaimana cara penulisan judul dalam bahasa asing dalam daftar pustaka
2 Apakah perbedaan antara kutipan, referensi dengan daftar pustaka?
3 Bagaimana cara penulisan karya yang ditulis oleh lebih dari 3 orang dalam daftar
pustaka?
4 Apa yang terjadi seandainya sebuah karya tulis tidak dilengkapi daftar pustaka?
5 Apakah ada istilah untuk daftar pustaka yang berisi kutipan yang bukan berasal dari
buku ataupun yang berasal dari buku?
IV PENUTUP
Modul mata kuliah Bahasa Indonesia ini disusun untuk memudahkan dosen program studi
dalam melaksanakan pembelajaran yang lebih berkualitas dan dalam rangka peningkatan
kualitas lulusan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Agar
peningkatan kualitas tersebut dapat tercapai diperlukan penetapan standar capaian
pembelajaran, standar isi, standar proses, dan standar evaluasi pembelajaran. Keempat
standar tersebut harus dikembangkan dalam wujud modul. Semoga dengan adanya modul
matakuliah ini kegiatan proses pembelajaran menjadi lebih berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, dkk.2017. Kemahiran Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: PT
Bumi Aksara.

Budiyanto, Dwi. 2018. Penulisan Karya Ilmiah : Tim Kreatif Penerbit

Depdiknas. 2006. Pedoman Umum Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta:


Depdiknas.

Ermanto & Emidar. 2018. Bahasa Indonesia Perkembangan Kepribadian di Perguruan


Tinggi. Depok: PT RajaGrafindo Persada.

Kemenristekdikti. 2017. Pedoman Program Kreativitas Mahasiswa 2017 Revisi 1.0. Jakarta:
Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Kemenristekdikti.

Kristiyani, Ary. 2014. Model Penalajran Penulisan Artikel Ilmiah Mahasiswa Program
Studi PBSI FBS UNY. Jurnal Pendidikan, Vol 22: No.2

Kristiyani, Ari. 2016. Penulisan Daftar Pustaka.

Rakhmat, Muhammad. 2013. Pengantar Logika Dasar. Bandung : Tim Kreatif Penerbit

R. W. Dahar. 1998. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga

Suprayetno, Edy. 2018. Bahasa Indonesia dan Penulisan Karya Ilmiah


Menumbuhkembangkan Kepribadian Mahasiswa di Perguruan Tinggi. Yogyakarta:
Penebar Media Pustaka

Tamir, Fauzan. 2018. Mengenal Pensitasian dan Penulisan DaftarPustaka Dalam Karya
Tulis Ilmiah

Tamir, Fauzan. 2018. Mengenal Pensitasian dan Penulisan DaftarPustaka Dalam Karya
Tulis Ilmiah

Tim Universitas Gadjah Mada . 2016. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

Wahyu, Ribut. 2017. Penalaran dalam Tuturan Lisan Guru Pada Pembelajaran di SMP
Kota Malang. Jurnal Litera, Vol 16: No 1
.

Anda mungkin juga menyukai