OLEH:
2008511043
Kelas : D
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
HIDROLISIS PATI SECARA KIMIAWI DAN ENZIMATIS
I. TUJUAN
1. Mengetahui peran HCl dalam percobaan hidrolisis pati secara
kimiawi
2. Mengetahui pengaruh konsentrasi asam terhadap laju pemutusan
ikatan glikosidik polisakarida
3. Mengetahui fungsi inkubasi dalam percobaan hidrolisis pati secara
enzimatis
4. Mengetahui hasil hidrolisis pati telah membentuk oligosakarida
dan monosarida melalui uji iodine
5. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses hidrolisis pati
secara kimiawi dan enzimatis
II. DASAR TEORI
Karbohidrat merupakan senyawa penting yang dibutuhkan oleh tubuh
untuk proses metabolisme seperti untuk menghasilkan ATP. Berdasarkan
jumlah gula penyusunnya, karbohidrat dibagi atas empat yaitu
monosakarida, disakarida, oligosakarida dan polisakarida. Monosakarida
adalah karbohidrat yang tersusun atas satu jenis gula, disakarida ialah
karbohidrat yang tersusun atas dua jenis gula, oligosakarida yaitu
karbohidrat yang yang tersusun dari tiga sampai sepuluh jenis gula dan
polisakarida yaitu karbohidrat yang tersusun atas lebih dari sepuluh jenis
gula. Ikatan antara gula untuk membentuk suatu molekul gula yang lebih
besar disebut dengan ikatan glikosidik. Ikatan ini merupakan termasuk
jenis ikatan kovalen (Vilaplana dkk.,2018).
Polikasarida ialah polimer dan jenis karbohidrat yang sering ditemui
dalam makanan karena gugus gula yang dimilikinya besar dan panjang,
salah satunya pati. Menurut Kristanto (2020), polisakarida dapat diartikan
sebagai jenis koagulan dan pati tergolong koagulan alami karena dapat
ditemui dalam jagung, gandung, beras, dan sagu. Dalam tumbuhan, pati
disimpan sebagai cadangan makanan ketika kondisi tumbuhan kelebihan
glukosa. Pati yang tergolong koagulan alami bekerja secara optimal pada
pH netral sehingga dalam beberapa uji kebutuhan dosisnya tidak
diperlukan dalam jumlah besar.
Pati merupakan senyawa kompleks kimia dengan rumus (C6H10O5)n
yang tersusun atas anhidroglukosa. Pati secara umum mengandung dua
jenis senyawa yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa adalah polimer
glukosa dengan struktur lurus sedangkan amilopektin memiliki struktur
bercabang. Berdasarkan ikatannya, amilosa terikat dengan ikatan α-1,4
glikosidik dan amilopektin pada α-1,6 glikosidik (Zobel, 1988). Dilihat
dari jumlah gula penyusunnya, amilopektin tersusun atas 18-25 unit
glukosa, sedangkan amilosa memiliki rangtai yang jauh lebih panjang
yaitu 500 hingga 2000 unit glukosa. Kedua senyawa tersebut bergabung
membentuk suatu granula pati. Hal ini karena kedua senyawa tersebut
tidak dapat ditemukan dalam keadaan bebas.
V. DATA PENGAMATAN
5.1 Uji hidrolisis pati secara kimiawi
VI. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali dilakukan uji hidrolisis pati dengan dua metode
yaitu secara kimiawi dan enzimatis. Pengujian ini bertujuan untuk
membuktikan terbentuknya molekul sederhana dari hasil hidrolisis
polisakarida dalam hal ini pati. Uji hidrolisis yang pertama yaitu secara
kimiawi, sampel pati mula-mula dilarutakan dalam aquades. Aquades
dalam hal ini bertindak sebagai plastisizer yang bertujuan untuk
membengkakan granula pati sehingga sel lebih elastis dan kekakuannya
berkurang. Air akan menyerang amilokpektin karena strukturnya yang
lebih renggang sehingga pada tahap selanjutnya lebih mudah untuk
diputus ikatannya. Percobaan ini juga membandingkan pengaruh
konsentrasi asam yaitu HCl pekat pada uji hidrolisis larutan pati, dimana
pada tabung reaksi 1 ditambahkan lima tetes HCl, tabung 2 sepuluh tetes
HCl dan tabung 3 yaitu lima belas tetes. Penambahan asam bertujuan
untuk menghidrolisi pati secara asam serta sebagai katalis, dimana
amilopektin yang telah merenggang ikatan glikosidiknya akan diputus
sehingga menghasilkan senyawa yang lebih sederhana yang memungkin
senyawa mampu larut dala air. HCl sebagai asam kuat mampu
mendegradasi pati dengan menghasilkan ion H+ dan berikatan dengan H2O
membentuk H3O+ yang nantinya memecah amilosa dan amilopektin
menjadi senyawa oligosakarida serta monosakrida. Kemudian dilakukan
pemanasan, proses ini bertujuan untuk mempercepat reaksi hidrolisis.
Dengan adanya pemanasan, pembengkakan granula akan menjadi lebih
besar dan penyerapan air akan meningkat sehingga granula pati yang
sebelumnya tidak larut dalam air khusunya pada keadaan dingin menjadi
sedikit larut dalam panas dan terjadi perubahan viskositas larutan pati
yaitu menjadi lebih cair. Proses tersebut juga disebut dengan gelatinisasi.
Selanjutnya tiap tabung reaksi di uji dengan reagen iodin tiap tiga menit
untuk dilihat kandungan senyawa patinya. Sesuai dengan pernyataan
Manatar (2012), Uji iod adalah uji digunakan untuk menentukan apakah
suatu senyawa mengandung polisakarida, uji positif terhadap amilum dan
pati akan menunjukkan warna biru kehitaman.
Berdasarkan hasil uji yang dilakukan, pada tiga menit pertama tabung
rekasi 1 menunjukan hasil warna hitam kecoklatan yang menandakan pada
sampel uji pati bereaksi positif mengandung polisakarida, tabung rekasi 2
menghasilkan warna coklat tua dan tabung reaksi 3 menghasilkan warna
kuning orange. Warna berbeda yang dihasilkan pada tabung reaksi 2 dan 3
menunjukan bahwa kandungan polisakarida di dalamnya semakin
berkurang sehingga warna yang dihasilkan menjadi lebih kuning. Pada
menit ke enam, tabung rekasi 1 mengalami perubahan warna yaitu warna
hitam hasil uji iodine lebih pudar dari sebelumnya, sedangkan pada tabung
2 tampak warna orange dan tabung 3 warna kuning cerah. Perubahan
warna ini menandakan lama waktu pemanasan mempengaruhi proses
terurainya polisakarida menjadi oligosakarida, dekstrin dan monosakarida.
Pada menit ini uji iodine pada tabung reaksi 3 dihentikan karena sampel
uji telah mencapai titik akromatik yaitu tidak adanya lagi warna biru yang
dihasilkan oleh uji iodine dan tidak terjadi lagi perubahan warna serta
warna yang timbul adalah kuning atau seperti pereaksi iodine. Warna
kuning seperti perekasi iodine ini menandakan bahwa sampel uji telah
bereaksi negative karena tidak ada lagi kandungan polisakarida di
dalamnya. Pengujian iod pada tabung dihentikan pada menit 21 dan
tabung rekasi 2 yaitu menit 9. Selain pengaruh pemanasan, konsentrasi
atau kadar HCl yang digunakan tentunya sangat berpengaruh, dimana
tabung reaksi 3 yang mengandung larutan HCl terbanyak lebih cepat
mencapai titik akromatik. Banyaknya kandungan HCl akan mempercepat
proses pemutusan ikatan glikosidik dan granula pati lebih banyak
menyerap air. Hasil pemutusan polisakarida pada suatu sampel uji terjadi
secara bertahap yaitu oligosakarida lalu menjadi disakarida dan
monosakrida, jenis gula yang dihasilkan juga tergantung dimana tempat
terjadinya pemutusan ikatan glikosidiknya. Pada umumnya sebelum
menjadi suatu monosakrida hasil hidrolisis maka akan lebih dahulu
membentuk dekstrin. Berikut merupakan reaksi hidrolisis pati secara
kimiawi :
VII. KESIMPULAN
1. HCl berperan sebagai katalisator dengan cara mendegradasi pati lalu
menghasilkan ion H+ dan berikatan dengan H2O membentuk H3O+
sehingga ikatan amilosa dan amilopektin terputus membentuk
senyawa oligosakarida serta monosakrida
2. Pengaruh konsentrasi asam terhadap laju pemutusan ikatan glikosidik
polisakarida adalah semakin tinggi konsentrasi asam maka semakin
tinggi kemampuan asam menghidrolisis ikatan dan mempercepat
terjadinya pemutusan ikatan. Hal ini sesuai dengan hasil percobaan
berdasarkan laju pemutusan ikatan secara berturut-turut yaitu tabung
3>tabung 2> tabung 1.
3. Inkubasi berfungsi agar enzim mampu mencapai keadaan suhu
optimalnya sehingga enzim dapat bekerja atau bereaksi dengan efektif
dan optimal terhadap substrat.
4. Hasil hidrolisis pati yang telah membentuk oligosakarida dan
monosakrida ditunjukkan dengan uji iodine dimana dihasilkannya
warna kuning dan tidak terjadi lagi perubahan warna atau telah
tercapainya titik akromatik.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses hidrolisis pati secara
kimiawi dan enzimatis pada percobaan yang dilakukan yaitu,
pengaruh asam atau pH larutan, suhu, konsentrasi, enzim, pemanasan,
pelarut, waktu dan kemampuan praktikan dalam melakukan
percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, F., Anita, Z., & Harahap, H. (2013). Pengaruh waktu simpan film plastik
biodegradasi dari pati kulit singkong terhadap sifat mekanikalnya. Jurnal
Teknik Kimia USU, 2(2). 11-15
Dewi, N. K. A., Hartiati, A., & Harsojuwono, B. A. (2018). Pengaruh suhu dan
jenis asam pada hidrolisis pati ubi talas (Colocasia esculenta L. Schott)
terhadap karakteristik glukosa. Jurnal Rekayasa Dan Manajemen
Agroindustri, 6(4), 307
Faridah, D. N., Rahayu, W. P., & TIN, M. S. A. (2013). Modifikasi pati garut
(Marantha arundinacea) dengan perlakuan hidrolisis asam dan siklus
pemanasan-pendinginan untuk menghasilkan pati resisten tipe 3. Jurnal
Teknologi Industri Pertanian, 23(1).
Kristianto, H., Jennifer, A., Sugih, A. K., & Prasetyo, S. (2020). Potensi
Polisakarida dari Limbah Buah-buahan sebagai Koagulan Alami dalam
Pengolahan Air dan Limbah Cair. Jurnal Rekayasa Proses, 14(2), 108-127.
Kurniawati, I. (2015). Karakteristik maltodekstrin biji nangka dengan hidrolisis
enzim α–amilase. Profesi (Profesional Islam): Media Publikasi
Penelitian, 13(1).
Malaka, R., Baco, S., & Prahesti, K. I. (2015). Karakteristik dan mekanisme
gelatinasi curd dangke melalui analisis fisiko kimia dan
mikrostruktur. JITP, 4(2), 56-62.
Rini Kurniasih IPB. (2021). Penjelasan Praktikum Hidrolisis Pati Oleh Amylase
Saliva (Video). Youtube : https://youtu.be/jaQDllIsXdA
Sulistyarsi, A., Pujiati, P., & Ardhi, M. W. (2016). Pengaruh Konsentrasi dan
Lama Inkubasi terhadap Kadar Protein Crude Enzim Selulase dari Kapang
Aspergillus niger. In Proceeding Biology Education Conference: Biology,
Science, Enviromental, and Learning (Vol. 13, No. 1, pp. 781-786).
Vilaplana, F., Zou, W., & Gilbert, R. G. (2018). Starch and plant storage
polysaccharides. Bioinspired Materials Science and Engineering, 149-165.
Zobel, H. F., 1988, Molecules to granules: A comprehensive starch review,
Starch, 40(2), 44-50.
LAMPIRAN
TOPIK :Hidrolisis Pati Kimiawi dan Enzimatis NAMA : Ni Made Sri Maharani
Tanggal:Selasa, 8 Maret 2022 NIM : 2008511043
Asisten :Olan Suryanadi Kelompok : 13 (Kelas D)
Asisten Dosen
(Olan Suryanadi)
Gambar 3. Pemanasan