Anda di halaman 1dari 11

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi manusia, selama ini kebutuhan gula
dipenuhi oleh industri gula (penggiling tebu). Industri kecil seperti gula merah dan gula aren.
Gula dapat berupa glukosa, sukrosa, fraktosa, sakrosa dll. Glukosa dapat digunakan sebagai
pemanis dalam makanan, minuman, es krim dll.
Glukosa dapat dibuat dengan jalan fermentasi dan hidrolisa. Pada reaksi hidrolisa biasanya
dilakukan dengan menggunakan katalisator asam seperti HCl(asam sulfat) atau di lakukan
secara enzimatis yaitu dengan menggunakan enzim atau mikroorganisme penghasil enzim
yang dapat menghidrolisis polisakarida menjadi glukosa . Bahan yang digunakan untuk
proses hidrolisis adalah pati. Di indonesia banyak dijumpai tanaman yang menghasilkan pati.
Tanaman-tanaman itu seperti seperti padi, jagung, ketela pohon, umbi-umbian, aren dan
sebagainya.
Starch atau pati merupakan polisakarida hasil sintesis dari tanaman hijau melalui
Proses fotosintesis. Pati memiliki bentuk kristal bergranula yang tidak larut dalam air pada
temperatur ruangan yang memiliki ukuran dan bentuk tergantung pada jenis tanamannya. Pati
digunakan sebagai pengental dan penstabil dalam makanan. Pati alami (native) menyebabkan
beberapa permasalahan yang berhubungan dengan retrogradasi, kestabilan rendah, dan
ketahanan pasta yang rendah. Hal tersebut menjadi alasan dilakukan modifikasi pati (Fortuna,
Juszczak, and Palansinski, 2001).
Pada hidrolisa pati secara enzimatis di butuhkan enzim yang dapat menghidrolisis pati
menjadi senyawa yang lebih sederhana seperti disakarida ataupun monosakarida.Contoh
enzim tersebut adalah amylase, amylase,glukoamilase.Namun karena secara ekonomis
enzim-enzim tersebut sangat mahal harganya sehinggA pada hidrolisa pati secara enzimatis
dapat digunakan mikroba penghasil enzim tersebut seperti Apergillus oryzae dan Bacillus
subtilitis.Sehinga pada percobaan kali ini akan di lakukan pengujian apakah mikroba-mikroba
tersebut dapat menghasilkan enzim yang di butuhkan pada hidrolisa pati.
1.2 Tujuan Percobaan

1. Membuktikan apakah Apergillus oryzae dan Bacillus subtilitis dapat menghasilkan


enzim glukoamilase dan amylase yang digunakan untuk hidrolisa.
2. Memperoleh enzim glukoamilase dan amylase dari Apergillus oryzae dan Bacillus
subtilitis yang akan di gunakan untuk hidrolisa pati secara enzimatis.
3. Mahasiswa dapat melakukan hidrolisa pati secara enzimatis baik menggunakan enzim
ataupun mikroba penghasil enzim.
1.3 Manfaat Percobaan

Pada percobaan ini mahasiswa dapat melakukan hidrolisa pati secara enzimatis dengan
menggunakan mikroba langsung yang dapat menghasilkan enzim yang dapat menghidrolisis
pati menjadi senyawa yang lebih kompleks tanpa menggunkan enzim langsung yang secara
ekonomis harganya sangat mahal.
1.4 Prinsip Percobaan

Kultur mikroba Apergillus oryzae dan Bacillus subtilitis di inokulasikan di medi agar
pati dan di inkubasi selama 48 jam pada suhu 30 C .Setelah tumbuh koloni di lakukan
pengujian apakah mikroba tersebut dapat menghasilkan enzim enzim yang dapat
menghidrolisis pati menjadi disakarida atau monosakarida.Pengujian tersebut seperti Uji
pati/amilum dengan pereaksi molish,uji glukosa,uji maltose dll.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karbohidrat dan Pati
Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karena merupakan sumber energi utama
bagi manusia dan hewan. Semua karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan. Melalui
fotosintesis, klorofil tanaman dengan bantuan sinar matahari mampu membentuk karbohidrat
dari karbondioksida (CO2) berasal dari udara dan air (H 2O) dari tanah. Karbohidrat yang
dihasilkan adalah klarbohidrat sederhana glukosa. Di samping itu dihasilkan oksigen (O 2)
yang lepas di udara. Produk yang dihasilkan terutama dalam bentuk gula sederhana yang
mudah larut dalam air dan mudah diangkut ke seluruh sel-sel guna penyediaan energi.
Sebagian dari gula sederhana ini kemudian mengalami polimerisasi dan membentuk
polisakarida. Ada dua jenis polisakarida tumbuh-tumbuhan, yaitu pati dan nonpati.
Polisakarida non pati merupakan sumber utama serat makanan
Karbohidrat terbagi menjadi beberapa bagian menurut panjang rantai karbonnya.
Monosakarida, disakarida dan polisakarida. Contoh dari monosakarida adalah sukrosa.
Sukrosa merupakan produksi akhir asimilasi karbon (C) pada proses fotosintesis yang terjadi
di daun dan bentuk karbohidrat yang mudah ditransportasikan ke jaringan simpan atau sink
tissues. Selain berfungsi dalam penyediaan energi dan kerangka karbon, sukrosa juga
berperan dalam pengaturan ekspresi gen lainnya (Miswar et al, 2007).
Pati merupakan karbohidrat yang tersebar dalam tanaman terutama tanaman berklorofil. Bagi
tanaman, pati merupakan cadangan makanan yang terdapat pada biji, batang dan pada bagian
umbi tanaman. Banyaknya kandungan pati pada tanaman tergantung pada asal pati tersebut,
misalnya pati yang berasal dari biji beras mengandung pati 5060% dan pati yang berasal
dari umbi singkong mengandung pati 80% (Winarno, 1986).Pati adalah polisakarida nutrien
yang tersedia melimpah pada sel tumbuhan dan beberapa mikroorganisme. Pati umumnya
berbentuk granula dengan diameter beberapa mikron. Granula pati mengandung campuran
dari dua polisakarida berbeda, yaitu amilum dan amilopektin. Jumlah kedua poliskarida ini
tergantung dari jenis pati. Pati yang ada dalam kentang, jagung dan tumbuhan lain
mengandung amilopektin sekitar 75 80% dan amilum sekitar 20- 25%.

Komponen amilum merupakan polisakarida rantai lurus tak bercabang terdiri dari molekul DGlukopiranosa yang berikatan a(1 4) glikosida. Struktur rantai lurus ini membentuk
untaian heliks, seperti tambang (Zulfikar, 2008).Komponen penting penyusun pati adalah
amilosa dan amilopektin. Kedua komponen ini dapat dikatakan homogen secara kimia, tetapi
masih heterogen dalam ukuran molekul, derakat percabangan, rantai, susunan dan keacakan
rantai cabang (Winarno, 1986; Halim, 1990; Ikhsan, 1996).
Amilosa merupakan komponen pati yang mempunyai rantai lurus dan larut dalam air.
Umumnya amilosa menyusun pati 17 21%, terdiri dari satuan glukosa yang bergabung
melalui ikatan -(1,4) D-glukosa. Amilopektin merupakan komponen pati yang mempunyai
rantai cabang, terdiri dari satuan glukosa yang bergabung melalui ikatan -(1,4) D-glukosa
dan -(1,6) D-glukosa. Tidak seperti amilosa, amilopektin tidak larut dalam air tetapi larut
dalam pelarut organik seperti butanol (Sahlan B. E., 2007).

2.2 Hidrolisis Pati


Hidrolisis adalah proses dekomposisi kimia dengan menggunakan air untuk memisahkan
ikatan kimia dari substansinya. Hidrolisis pati merupakan proses pemecahan molekul amilum
menjadi bagian-bagian penyusunnya yang lebih sederhana seperti dekstrin, isomaltosa,
maltosa dan glukosa (Rindit et al, 1998).
Proses hidrolisis dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: Enzim, ukuran partikel, temperatur,
pH, waktu hidrolisis, perbandingan cairan terhadap bahan baku (volume substrat), dan
pengadukan.
2.2.1 Hidrolisis dengan Asam
Metode kimiawi dilakukan dengan cara hidrolisis pati menggunakan asam-asam
organik, yang sering digunakan adalah H2SO4, HCl, dan HNO3. Pemotongan rantai
pati oleh asam lebih tidak teratur dibandingkan dengan hasil pemotongan rantai pati
oleh enzim. Hasil pemotongan oleh asam adalah campuran dekstrin, maltosa dan glukosa,
sementara enzim bekerja secara spesifik sehingga hasil hidrolisis dapat dikendalikan
(Assegaf, 2009).
2.2.2 Hidrolisis secara Enzimatis
Enzim merupakan senyawa protein kompleks yang dihasilkan oleh sel-sel organisme dan
berfungsi sebagai katalisator suatu reaksi kimia (Harwati dkk,1997). Kerja enzim sangat
spesifik, karena strukturnya hanya dapat mengkatalisis satu tipe reaksi kimia saja dari suatu
substrat, seperti hidrolisis, oksidasi dan reduksi. Ukuran partikel mempengaruhi laju
hidrolisis. Ukuran partikel yang kecil akan meningkatkan luas permukaan serta meningkatkan
kelarutan dalam air (Saraswati, 2006). Temperatur hidrolisis berhubungan dengan laju reaksi.
Makin tinggi temperatur hidrolisis, maka hidrolisis akan berlangsung lebih cepat. Hal ini
disebabkan konstanta laju reaksi meningkat dengan meningkatnya temperatur operasi. Enzim
dapat diisolasi dari hewan, tumbuhan dan mikroorganisme (Azmi, 2006).
Pati merupakan cadangan karbohidrat pada tanaman berbentuk granula-granula tak larut yang
tersusun dari dua macam molekul polisakarida yaitu amilosa dan amilopektin, umumnya

ditemukan pada umbi, akar dan biji. Gula reduksi terutama dalam bentuk glukosa diperoleh
dari hidrolisis pati oleh enzim amilase yang terdapat pada kapang Rhizopus. Selain dari pati,
glukosa dapat diperoleh dari hidrolisis isoflavon glikosida oleh kapang Rhizopus (Septiani
dkk., 2004). pH untuk enzim acid fungal amilase optimum pada 4 5 dan untuk enzim
glukoamilase pada 3,5 5 (Novo,1995).
Hidrolisis amilosa oleh a-amilase terjadi melalui dua tahap. Tahap pertama adalah degradasi
menjadi maltosa dan maltotriosa yang terjadi secara acak. Degradasi ini terjadi secara cepat
diikuti pula dengan menurunnya viskositas dengan cepat. Tahap kedua relatif lambat dengan
pembentukan glukosa dan maltosa sebagai hasil akhir. Sedangkan untuk amilopektin,
hidrolisis dengan a-amilase menghasilkan glukosa, maltosa dan berbagai jenis a-limit
dekstrin yang merupakan oligosakarida yang terdiri dari 4 atau lebih residu gula yang
semuanya mengandung ikatan a-1,6 glikosidik (Suhartono, 1989).
2.2.3 Menilai hasil uji glukosa dengan perekasi benedict
Negatif : Tetap biru jernih atau sedikit kehijau-hijauan dan agak keruh
0,5 1% glukosa : hijau kekuning-kuningan dan keruh
1 1,5% glukosa : kuning keruh
2 3,5% glukosa : jingga atau merah bata keruh
> 3,5% glukosa : merah keruh coklat
2.3 Mikroorganisme penghasil Enzim Karbohidrase
2.3.1 Apergillus oryzae
kapang Aspergillus oryzae dikenal sebagai kapang yang banyak menghasilkan bermacammacam enzim, diantaranya -amilase,-glaktosidase, glutaminase, proteinase, dan glukosidase (Yano, 1988).
Taksonomi Aspergillus oryzae :
Kingdom

: Fungsi

Division

: Ascomycota

Class

: Eurotiomycetes

Order

: A.oryzae

Family

: Trichocomaceae

Genus

: Aspergillus

Spesies

: Eurotiales

Glukoamilase merupakan enzim karbohidrase yang mengkatilasis pemecahan ikatan ((1-4)


glikosidik pada polisakarida pati menjadi glukosa. Menurut Kulp (1975) potensi hidroltik dari
suatu enzim dapat bervariasi, hal ini sangat dipengaruhi oleh sumber, substrat dan nutrisi
enzim itu. Produksi enzim-enzim termasuk enzim karbohidrase sangat dipengaruhi oleh
komposisi nutrisi terutama protein dan mineral pada media tumbuh mikroorganisme.
Menurut Peppler (1973), pemberian nutrient ke dalam media fermentasi dapat menyokong
dan meransang pertumbuhan mikroorganisme dan demikian memproduksi enzim potensial.
Bahkan dengan pemberian nutrient bernitrogen mempunyai fungsi fisologis bagi
mikroorganisme. Danial dkk (1998) dan melaporkan bahwa pemberian nutrient bernitrogen
pada media dedak padat sebagai media tumbuh Aspergillus niger dan Aspergillus oryzae
mampu menghasilkan glukoamilase dengan tingkat produksi 78.31% lebih tinggi dari control
(tanpa pemberian nutrient bernitrogen). Oleh karena itu, untuk memperoleh enzim
glukoamilase degan biaya murah dan diharapkan memiliki potensi hidrolitik tinggi dalam
mengatalisis pemecahan senyawa berkarbohidrat tinggi menjadi glukosa, meka dalam
penelitian digunakan limbah ampas tahu sebagai media tumbuh Aspergillus niger dan
Aspergillus oryzae. Teknologi fermentasi yang dilakukan adalah menumbuhkan kedua
Aspergillus tersebut dalam media ampas tahu semi yang padat yang diberi nutrient pepton
(suatu senyawa organik yang mengandung nitrogen).
2.3.2 Bacillus subtilis
Bacillus subtilis termasuk jenisBacillus. Bakteri ini termasuk bakteri gram positif,
katalase positif yang umum ditemukan di tanah. Bacillus subtilis mempunyai kemampuan
untuk membentuk endospora yang protektif yang memberi kemampuan bakteri tersebut
mentolerir keadaan yang ekstrim. Tidak seperti species lain seperti sejarah,Bacillus
subtilis diklasifikasikan sebagai obligat anaerob walau penelitian sekarang tidak
benar. Bacillus subtilis tidak dianggap sebagai patogen walaupun kontaminasi makanan tetapi
jarang menyebabkan keracunan makanan. Sporanya dapat tahan terhadap panas tinggi yang
sering digunakan pada makanan dan bertanggung jawab terhadap kerusakan pada roti.
Bacillus subtilis selnya berbentuk basil, ada yang tebal dan yang tipis. Biasanya bentuk rantai
atau terpisah. Sebagian motil dan adapula yang non motil. Semua membentuk endospora
yang berbentuk bulat dan oval. Baccillus subtlis merupakan jenis kelompok bakteri termofilik
yang dapat tumbuh pada kisaran suhu 45 C 55 C dan mempunyai pertumbuhan suhu
optimum pada suhu 60 C 80 .Bacilus Subtilis ini awalnya bernama Vibro
subtilis oleh Christian Gottfried Ehrenberg pada tahun 1835. Kemudian nama bacillus
subtilis dikenalkan oleh Ferdinand Cohn pada 1872. B. subtilis telah digunakan sepanjang
1950 sebagai alternatif dari obat karena efek immunostimulatory sel dari masalah, yang pada
pencernaan telah ditemukan secara signifikan untuk kekebalan aktivasi antibodi spesifik GM,
IgG ,dan Iga keluarnya. Bakteri ini dipasarkan di seluruh Amerika dan Eropa dari 1946
sebagai immunostimulatory bantuan dalam usus dan perawatan dari penyakit urinary tract
seperti Rotavirus danShigella, tetapi ditolak popularitasnya setelah pengenalan konsumen
antibiotik murah walaupun kurang menyebabkan reaksi alergi kesempatan yang cukup rendah
dan racun normal flora usus.
4. subtilistidak dianggap sebagai manusia pathogen; dapat mencemari makanan tetapi
jarang menyebabkan keracunan makanan. B. subtilisproduces the proteolytic
enzyme subtilisin . B. subtilis menghasilkan enzim proteolytic yang subtilisin. B.
subtilis spores dapat hidup yang ekstrim pemanasan yang sering digunakan untuk
memasak makanan, dan bertanggung jawab untuk menyebabkan kekentalan yang
lengket, membenang konsistensi yang disebabkan oleh bakteri produksi panjang

rantai polysaccharides dan manja dalam adonan roti. B. subtilis dapat membagi
asymmetrically, memproduksi sebuah endospore yang tahan terhadap faktor
lingkungan seperti panas, asam, dan garam, yang dapat berada di dalam lingkungan
dalam jangka waktu yang lama. Endospore adalah yang dibentuk pada saat gizi stres,
memungkinkan organisme untuk terus berada di dalam lingkungan sampai kondisi
menjadi baik. Sebelum proses untuk menghasilkan spora bakteri melalui proses
produksi flagella dan mengambil DNA dari lingkungan.B. subtilis terbukti
untuk manipulasi genetik, karena itu telah menjadi banyak diadopsi sebagai model
organisme untuk penelitian laboratorium, terutama dari sporulation, yang merupakan
contoh sederhana dari diferensiasi selular. Hal ini juga sangat flagellated, yang
memberikan B. subtilis kemampuan untuk bergerak sangat cepat.B. subtilis memiliki
sekitar 4.100 gen. Dari jumlah tersebut, hanya 192 yang ditampilkan. Mayoritas gen
yang penting dalam kategori domain relatif sedikit dari metabolisme sel, dengan
sekitar separuh yang terlibat dalam pengolahan informasi, satu-kelima yang terlibat
dalam sintesis dari sel amplop dan penentuan bentuk dan divisi sel, dan satukesepuluh yang berkaitan dengan sel energetika.Aplikasi bakteri ini dalam industry
cukup banyak. Bacillus subtilis merupakan salah satu yang paling banyak digunakan
untuk produksi enzymes dan bahan kimia khusus. Aplikasi industri termasuk produksi
amylase, protease, inosine, ribosides, dan asam amino. Selain itu, aplikasinya banyak
sekali. Enzymes diproduksi oleh B. subtilis dan B. licheniformis secara luas digunakan
sebagai tambahan dalam laundry deterjen. Kemudian bakteri ini dapat memainkan
peran dalam pengamanan limbah radionuclide [misalnya Thorium (IV) dan Plutonium
(IV)] pembuangan dengan mengikat proton properti dari permukaan.

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN


(terlampir)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHSAN
4.1 Hasil

4.2 Pembahasan
Praktikum ini melakukan uji deteksi adanya enzim yang dihasilkan dari proses hidrolisis pati
menggunakan mikroorganisme secara langsung yang ditanamkan pada media agar pati serta
dilakukan uji pati, uji molis, uji maltosa dan pengecekan pH.
Suspensi agar pati yang di biarkan memadat pada cawan petri berwarna kuning jernih. Dalam
media agar pati yang pertama di tanam bakteri Bacillus subtilis dan media agar pati yang
kedua di tanam jamur Aspergillus oryzae yang dilakukan secara aseptis agar tidak ada
kontaminan yang masuk. Di inkubasi selama 48 jam pada suhu 30 0C karena merupakan suhu
optimum mikroorganisme terebut untuk tetap tumbuh dan berkembang biak.
Setelah masa inkubasi selesai, terbentuk koloni yang berwarna putih di masing-masing
media. Pada media yang di tanami Aspergillus oryzae lebih banyak di tumbuhi koloni
dibandingkan dengan media yang ditanami Bacillus subtilis. Hal ini disebabkan kemampuan
mikroorganisme dalam menghasilkan enzim alfa-amylase berbeda-beda. Jamur Aspergillus
oryzae lebih optimum menghasilkan enzim alfa-amylase di bandingkan bakteri Bacillus
subtilis.
Kemudian disiramkan larutan lugol pada masing-masing media untuk pengujian
pati/amilum. Hal ini dilakukan untuk membuktikan apakah terbentuk gula yang lebih
sederhana dari hasil percobaan hidrolisis pati menggunakan mikroorganisme secara langsung
yang dapat berubah menjadi oligosakarida, trisakarida, disakarida dan monosakarida. Media
yang positif mengalami hidrolisis pati akan mempertahankan warna dari iodin tersebut yaitu
kuning tua sedangkan media yang negatif (tidak terjadi hidrolisis pati) akan berwarna biru tua
(iodine dalam lugol bereaksi dengan pati membentuk warna biru). Pada proses penyiraman
lugol, di biarkan selama satu menit untuk menunggu reaksi yang terjadi dan di cuci oleh
aquades untuk menghilangkan iodin di permukaan agar.
Media agar pati yang di tanami Aspergillus oryzae berwarna kuning tua dan ada sedikit
berwarna biru, ini menandakan bahwa daerah yang berwarna kuning tua telah terbentuk gula

yang lebih sederhana, sedangkan bagian yang berwarna biru tua masih berupa pati (belum
terhidrolisis) sehingga dapat dikatakan proses hidrolisis pati tidak berlangsung sempurna
karena masih ada sebagian daerah yang berwarna biru tua (pati) dan jamur Aspergillus oryzae
dapat menghasilkan enzim alfa-amilase.
Media agar pati yang di tanami oleh Bacillus subtilis berwarna biru tua. Hal ini menandakan
bahwa tidak terjadinya proses hidrolisis pati (tidak dihasilkan gula yang lebih sederhana). Hal
ini dapat disebabkan karena tidak adanya enzim alfa-amilase yang dihasilkan dari bakteri
Bacillus subtilis. Faktor yang dapat menyebabkan Bacillus subtilis untuk menghasilkan
enzim alfa-amilase diantaranya pengaruh dari konsentrasi substrat, pH dan suhu.
Pengaruh pH yaitu karena pada umumnya enzim bersifat amfolitik, yang berarti enzim
mempunyai konstanta disosiasi pada gugus asam dan basanya terutama pada gugus terminal
karboksil dan gugus terminal amino. Perubahan pH lingkungan dapat menyebabkan
perubahan aktivitas enzim (Winarno, 1983) Enzim memiliki pH optimum tertentu yaitu pH
dimana enzim mempunyai aktivitas maksimum. pH optimum pada tahap gelatinisasi dan
liquifikasi enzim -amilase adalah 5,3 6,5 (Chaplin, 2004).
Pengaruh konsentrasi substrat yaitu jika terjadi Penambahan konsentrasi substrat
hingga level tertentu dapat menurunkan laju reaksi. Hal ini terjadi karena substrat akhirnya
menjadi inhibitor pada enzim, dimana begitu banyaknya substrat menyebabkan terjadinya
persaingan antar substrat untuk menempati sisi aktif enzim. Sehingga tidak ada substrat yang
dapat menempatinya dan reaksi tidak terjadi atau dapat terjadi namun membutuhkan waktu
yang Lama (Husnil, 2009).
Pengaruh suhu pada reaksi enzimatik merupakan suatu fenomena yang kompleks, dimana
pada umumnya semakin tinggi suhu, laju reaksi kimia baik yang dikatalisis maupun tidak
dikatalisis oleh enzim akan semakin meningkat. Sampai batas tertentu kenaikan suhu akan
mempercepat reaksi enzimatik, Tetapi pada suhu yang lebih tinggi protein enzim akan
terdenaturasi sehingga aktivitasnya menurun. (Winarno,1983). Suhu optimum merupakan
suhu dimana enzim menunjukkan aktivitas yang optimum. Meningkatnya aktivitas enzim
sampai suhu optimum tertentu, disebabkan oleh bertambahnya energi kinetik yang
mempercepat gerak enzim dan substrat sehingga memperbesar peluang keduanya untuk
berinteraksi.
.
Jadi ada beberapa kemungkinan yang dapat terjadi, kemungkinan yang pertama yaitu
enzim alfa amilase tidak terbentuk dikarenakan jumlah bakteri Bacillus subtilis tidak cukup
untuk menghasilkan enzim alfa-amylase, kemungkinan yang kedua yaitu bakteri tersebut
menghasilkan enzim tapi jumlah enzim yang dihasilkan sedikit sehingga tidak cukup untk
menghidrolisis pati dan kemungkinan yang ketiga yaitu enzim alfa-amilase terbentuk namun
kondisi salah satu proses tidak berjalan optimum sehingga menyebabkan denaturasi enzim
alfa-amilase.
Hasil pengujian pH media dan suspensi sebelum dan sesudah penanaman mikroorganisme
diperoleh pH 6 (pH optimum), suhu inkubasi 300C dan tidak dilakukan penambahan substrat.
Pengujian dengan pereaksi molis untuk membedakan jenis karbohidrat polisakarida amilum
dan dekstrin. Reaksi positif ditandai dengan munculnya cincin ungu di purmukaan antara

lapisan asam dan lapisan sampel. Hasil percobaan pada media Aspergillus oryzae dan
Bacillus subtilis terdapat cincin ungu ini menandakan bahwa media tersebut masih berupa
amilum (polisakarida) belum terhidrolisis.
Pengujian dengan pereaksi benedict yaitu Untuk mengetahui adanya monosakarida
dan disakarida. Saat dipanaskan selama 5-10 menit. larutan akan tetap berwarna biru jika
tidak ada glukosa. Dan akan berwarna hijau, kuning, orange, merah dan merah bata atau
coklat jika terdapat glukosa (semakin coklat maka kandungan glukosa semakin tinggi). Media
Aspergillus oryzae yang di jadikan larutan uji menghasilkan warna merah bata hal ini
menunjukan bahwa positif mengandung monosakarida dan disakarida sedangkan media
Bacillus subtilis yang di jadikan larutan uji berwarna biru berarti tidak mengandung
monosakarida dan disakarida.
Jadi dapat simpulkan bahwa jamur Aspergillus oryzae dapat menghasilkan enzim alfaamilase lebih maksimal dari pada bakteri Bacillus subtilis, dan dari hasil percobaan ini
menunjukan bahwa media agar pati yang ditumbuhi jamur Aspergillus oryzae dapat
menghidrolisis pati menjadi gula yang lebih sedehana sampai tingkatan disakarida dan
monosakarida namun tidak terjadi Hidrolisis pati secara sempurna karena masih terdapat pati
dalam media tersebut. Sedangkan media agar pati yang ditumbuhi bakteri Bacillus subtilis
tidak terjadi hidrolisis pati, hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh pH, konsentrasi substrat
dan suhu.

BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum maka dapat di simpulkan bahwa :

Aspergillus oryzae dan Bacillus subtilis dapat menghasilkan enzim karbohidrase (


amylase,glukoamilase) yang mengkatilasis pemecahan ikatan ((1-4) glikosidik pada
polisakarida pati menjadi glukosa.

Hidrolisis secara enzimatis bisa di lakukan dengan menggunakan enzim karbohidrase


atau dengan mikroba penghasil enzim tersebut.

Pada praktikum kali ini hasil hidrolisis pati berhasil atau positif setelah dilakukan
dengan uji lugol,benedict dan uji mollish.

5.2 Saran
Pada hidrolisa pati secara enzimatis sebaiknya kita menggunakan mikroba penghasil
enzim karbohidrase dari pada menggunakan enzim langsung karena harga enzim yang sangat
mahal sehingga biaya percobaan bisa hemat .

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2012.Hidrolisa Pati. http://lab.tekim.undip.ac.id/proses/files/2012/03/HIDROLISAPATI-edit1.docx ( di unduh tanggal 22 Maret 2014)


Anonim. 2011. Hidrolisis Pati secara Enzimatis.
http://iheartfoods.files.wordpress.com/2011/03/hidrolisispati-enzimatis.pdf (di unduh tanggal
25 Maret 2014)
Chitra Kusuma, LPAS, 1996. Kajian Awal Kemampuan Produksi Glukoamilase Empat
Spesies Rhizopus dalam koji Dedak Padi dan Ampas Tahu Skripsi ITB Bandung.

Anda mungkin juga menyukai