Anda di halaman 1dari 19

PENUNTUN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK II

DISUSUN OLEH:

TIM PENYUSUN

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis ucapkan atas rasa syukur kepada ALLAH SWT, karena
atas limpahan rahmat-Nya penyusun penuntun praktikum ini dapat diselesaikan.
Untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan mutu serta kelengkapan
perkuliahan mata kuliah Kimia Bahan Alam pada program studi kimia fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako (FMIPA), perlu
kiranya disusun suatu acuan pelaksanaan praktikum. Berdasarkan kebutuhan
diatas maka kami dari team pengajar praktikum Kimia Bahan Alam FMIPA
telah menyusun suatu penuntun praktikum yang tentunya sesuai dengan
kebutuhan pada tuntunan perkuliahahn yang diberikan. Kritik dan masukan yang
sifatnya membangun senantiasa terbuka untuk semua pihak. Semoga penuntun
ini dapat memberi manfaat ssebanyak-banyaknya terutama kepada mahasiswa
kimia fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako

Palu, Maret 2024


Koordinator Mata Kuliah

Dr. Ahmad Ridhay, S.Si., M.Si


NIP. 19700731 200003 1 001

i
TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Mahasiswa yang diperkenankan menggunakan laboratorium dan


melakukan praktikum adalah mahasiswa yang terdaftar secara akademik
(praktikan).
2. Praktikan wajib hadir 10 menit sebelum praktikum dimulai,
keterlambatan lebih dari 5 menit sejak praktikum dimulai, praktikan
dianggap tidak hadir.
3. Jika berhalangan hadir, praktikan harus dapat memberikan keterangan
tertulis dan resmi terkait dengan alasan ketidakhadirannya.
4. Jika berhalangan hadir dan hendak mengganti praktikum pada hari yang
lain, praktikan wajib meminta rekomendasi tertulis terlebih dahulu dari
koordinator pembimbingpraktikum.
5. Praktikan memasuki ruang laboratorium dengan telah mengenakan jas
praktikum.
6. Praktikan wajib membawa lembar kerja praktikum, serbet, dan masker.
7. Praktikan mengisi daftar absensi dengan menunjukkan segala sesuatu
yang wajibdibawa.
8. Praktikan tidak diperbolehkan makan, minum, atau merokok di dalam
laboratoriumselama praktikum berlangsung.
9. Praktikan tidak diperbolehkan bersenda gurau yang mengakibatkan
terganggunyakelancaran praktikum.
10. Praktikan bertanggung jawab atas peralatan yang dipinjamnya,
kebersihan mejamasing-masing, serta lantai disekitarnya.
11. Setalah menggunakan reagen, praktikan wajib meletakkan kembali
pada tempatnyasemula.
12. Praktikan dilarang menghambur-hamburkan reagen praktikum dan
membuang sisa bahan praktikum dengan memperhatikan kebersihan dan
keamanan.
13. Jika akan meninggalkan ruang laboratorium, praktikan wajib meminta
izin kepadadosen atau asisten jaga.

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................... i


Tata Tertib Praktikum ........................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................... iii
Percobaan I Identifikasi Karbohidrat, Lemak dan Protein ................................... 1
Percobaan II Sintesis Aspirin ................................................................................ 4
Percobaan III Sintesis Etil Asetat .......................................................................... 5
Percobaan IV Pembuatan Asam Sulfanilat ........................................................... 7
Percobaan V Oksidasi Senyawa Organik .............................................................. 10
Percobaan VI Sintesis Aseton ............................................................................... 12

iii
PERCOBAAN I. IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT, PROTEIN, DAN
LEMAK

I. Tujuan Percobaan

Untuk mengenal identifikasi karbohidrat, protein dan lemak serta mengetahui


reaksi spesifiknya.

II. Pendahuluan
A. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan senyawa yang mengandung unsur C, H, dan O
yang banyak terdapat di alam dengan menggunakan rumus Cn(H2O)n.
Senyawa ini mengandung gugus polihidroksi alcohol dengan adanya
gugus aldehid dan keton. Karbohidrat dibagi menjadi empat golongan
utama yaitu : monosakarida, disakarida, polisakarida, dan glukosakarida.

B. Protein
Protein merupakan senyawa polipeptida dengan berat molekul besar
yang mengandung unsur C, H, O, dan N serta mengandung unsur S atau
P. Potein dikenal dengan nama zat putih telur yang merupakan senyawa
yang sangat penting dalam semua sel hidup, karena protein berfungsi
sebagai dinding sel.

C. Minyak/Lemak
Minyak / lemak adalah ester dari gliserol atau disebut juga trigliserida
yang dibedakan jenuh atau tidaknya gugus alkil.

1
III. Cara Kerja

A. Identifikasi Karbohidat

1. Menggunakan bahan-bahan gula pasir, tepung kanji, larutan


kanji, kertas saring.
2. Uji kelarutan masing-masing karbohidrat menggunakan air
dingin, air panas, etanol panas, etanol dingin, asam klorida
encer, asam sulfat encer, asam sulfat pekat.
3. Test Molish : larutan karbohidrat ditambahkan 2-3 tetes α-
naftol 10%, kemudian tambahkan asam sulfat pekat (jangan
digoyang). Apa yang saudara amati?
4. Reaksi dengan pereaksi fehling : Tambahkan pereaksi fehling
pada larutan karbohidrat, panaskan sampai mendidih. Apa
yang saudara amati?
5. Kapas dipanaskan dengan asam nitrat pekat, kemudian diberi
asam asetat,panaskan, dinginkan. Bagaimana wujud kapas?

B. Identifikasi Protein

1. Menggunakan putih telur dan kuning telur.

2. Tes biuret : larutan protein sebanyak 2 ml ditambah 1 ml


NaOH 10% kemudian kocok dan tambahkan 2-3 tetes larutan
cupri sulfat 1%. Apa yang saudara amati?
3. Tes xantoprotein : 1 ml larutan protein + 5 tetes asam nitrat
pekat, kemudian dipanaskan. Setelah dingin ditambahkan
beberapa tetes ammonium hidroksida. Apa yang saudara
amati?
4. Tes molish (Lihat percobaan karbohidrat)

2
C. Identifikasi Minyak/Lemak

1. Bahan yang digunakan yaitu minyak kelapa, minyak jagung,


minyak bimoli, margarin, gajih sapi.
2. Reaksi dengan NaOH : zat ditambah larutan NaOH 30%,
kemudian panaskan pada penangas air. Terhadap larutan
ditambahkan air dan kemudian dikocok. Apa yang saudara
amati?
3. Reaksi dengan bromin dalam karbon tetra klorida : lemak
dilarutkan dalam aseton atau eter, kemudian tambahkan brom
dalam karbon tetra klorida tetes demi tetes. Apa yang saudara
amati?
4. Reaksi dengan KMnO4 : lemak dilarutkan dalam aseton atau
eter, kemudian tambahkan 1-2 tetes KMnO4. apa yang saudara
amati?

3
PERCOBAAN II
SINTESIS ASPIRIN

I. Tujuan Percobaan
Untuk mampu memahami prinsip dari eterfikasi fenol dan dapat mensintesis
senyawa aspirin.

II. Pendahuluan
Aspirin atau asam asetil salisilat merupakan suatu obat yang telah banyak
digunakan hingga saat ini yang memiliki sifat analgesic dan antipiretik. Sintesis
aspirin dilakukan dengan reaksi eterifikasi sederhana dimana asam asetil salisilat
direaksikan dengan anhidrat asetat sehingga menghasilkan asam asetil salisilat.
Gugus–OH pada asam salisilat diubah menjadi ester ketika beraksi dengan
anhidrat asetat. Reaksi ini biasanya menggunakan katalis.

III. Cara Kerja


Panaskan air di dalam wadah, timbang 1,4 gram asam salisilat di dalam
erlenmeyer 125 ml, kemudian tambahkan 4 ml anhidrat asam asetat hingga dapat
membilas erlenmeyer. Masukkan 5 tetes larutan H3PO4 85% dan aduk larutan
tersebut. Panaskan erlenmeyer yang berisi campuran tersebut selama 5 menit.
Setelah 2-3 menit, tambahkan 20 mL aquadest dan dinginkan larutan tersebut
hingga membentuk kristal. Untuk mempercepat kristalisasi, dinding labu
erlenmeyer dapat digores dengan spatula hingg kristal muncul. Setelah itu,
tambahkan 50 mL aquadest dingin dan dinginkan erlenmeyer di dalam
wadah yang berisi es hingga terbentuk kristal sempurna. Kumpulkan kristal yang
terbentuk menggunakan corong Buchner. Timbang kristal yang didapatkan.

4
PERCOBAAN III. SINTESIS ETIL ASETAT

I. Tujuan Percobaan

Mengetahui proses esterifikasi alcohol dengan asam asetat, serta mekanisme reaksi
dalam proses esterifikasi

II. Teori
Secara umum reaksi kimia dapat diklasifikasikan kedalam reaksi substitusi,
adisi, eliminasi, dan penataan ulang. Proses esterifikasi merupakan reaksi subtitusi
nukleofilik bimolekular (SN2) yaitu suatu reaksi yang serentak karena reaksi
pemutusan ikatan yang lama dan pembentukkan ikatan yang baru terjadi secara
bersamaan. Gugus OH dari asam karboksilat adalah gugus pergi yang jelek oleh karena
itu agar menjadi gugus pergi yang baik maka gugus OH diprotonasi dengan asam
kuat.

Jika asam karboksilat dan alkohol serta katalis asam ( biasanya HCl/H2SO4) dipanaskan
maka akan terjadi reaksi kesetimbangan antara ester dan air.

Karena reaksi esterifikasi bersifat reversibel, maka untuk memperoleh hasil reaksi yang banyak
dapat dilakukan dengan menggeser kesetimbangan ke kanan dengan cara menggunakan
pereaksi berlebih atau memisahkan ester dan / atau air yang terbentuk (dengan penyulingan).
Namun yang perlu diperhatikan dalam proses esterifikasi bahwa ikatan yang putus adalah
ikatan C-O dari asam karboksillat, bukan ikatan O-H dari asam atau ikatan C-O dari alkohol.

5
III. Alat dan Bahan
Alat : Timbangan, botol timbang, gelas ukur, pipet ukur, pipet volume, satu set
alat refluks, satu set alat destilasi, Erlenmeyer, elektromantel, corong pisah,
kertas saring, corong.
Bahan : Etanol, asam asetat glasial, asam sulfat pekat, akuades, natrium
bikarbonat, magnesium sulfat anhidrat.

IV. Prosedur Percobaan


Masukkan 58 g (73,5 mL) etanol absolut , 22, 5 g (24 mL) asam asetat glasial dan 3 g
(2 mL) asam sulfat pekat ke dalam labu 500 mL yang telah dilengkapi dengan
pendingin refluks, kemudian refluks selama 2 jam. Setelah sefluks selesai,
lanjutkan dengan destilasi fraksinasi. Destilat yang diperoleh didinginkan kemudian
dipindahkan ke dalam corong pisah dan ditambahkan 70 mL aquades lalu dikocok,
diamkan hingga terbentuk 2 lapisan. Lapisan bawah dipisahkan dan lapisan atas (ester)
ditambah dengan 50 mL aquadest dan 14 mL natrium bikarbonat jenuh kemudian
dikocok, diamkan hingga terbentuk dua lapisan. Lapisan bawah dipisahkan dan
lapisan atas dikeringkan dengan magnesium sulfat anhidrous selama 5 – 10 menit.
Setelah itu zat pengering dipisahkan dengan penyaring menggunakan kertas saring.
Filtrat (ester) yang diperoleh ditimbang dan persentasi hasil dapat dihitung.

6
PERCOBAAN IV. PEMBUATAN ASAM SULFANILAT

I. Tujuan Percobaan
Untuk mempelajari bagaimana terjadinya reaksi substitusi pada sampel yang
digunakan yaitu pembentukan asam sulfanilat dari persenyawaan anilin dan
asam sulfat.

II. Teori
Substitusi aromatik elektrofilik adalah reaksi organik dimana sebuah atom,
biasanya hidrogen, yang terikat pada sistem aromatis diganti dengan elektrofil.
Reaksi terpenting dikelas ini adalah nitrasi aromatik, halogenasi aromatik,
sulfonasi aroamatik dan asilasi dan alkalasi reaksi Friedel-Crafts. Reaksi
substitusi elektrofilik pada senyawa aromatik umunya berlangsung dengan
mekanisme ion arenium. Mekanisme ion arenium berlangsung dalam dua tahap.
Tahap pertama sebagai tahap penetu laju reaksi merupakan tahap pembentukan
ion arenium yang dihasislkan dari serangan elektrofil pada inti benzena.

Tahap kedua yang berlangsung cepat merupakan tahap lepasnya gugus pergi
yang pada umunya berupa proton.adanya substituen yang terikat pada inti
benzena ternyata mempengaruhi orientasi dan kereaktifan dalam substitusi
elektrofilik. Orientasi dan kereaktifan tersebut dikendalikan oleh dua faktor,
yaitu efek induksi dan efek resonansi. Substituen berbeda menunjukkan reaksi
yang berbeda tergantung pada pengarahan dan kekuatan kedua faktor tersebut.
Sulfonasi senyawa aromatik merupakan salah satu tipe jenis sulfonasi yang
paling penting. Sulfonasi tersebut dapat dilakukan dengan mereaksikan senyawa
aromatik dengan asam sulfat.

Pada percobaan sulfonasi ini, senyawa aromatik yang digunakan adalah anilin,
dan percobaan dilakukan dengan mereaksikan anilin dengan asam sulfat pekat
(oleum) pada suhu 180ºC-195ºC, dan menghasilkan produk utama berupa asam
sulfanilat dan air (sebagai produk sampingnya).

7
Reaksi :

Anilin Asam Sulfat Asam Sulfanilat Air

III. Bahan dan Alat

Bahan Percobaan

1. Asam Sulfat pekat (H2SO4)

2. Anilin (C6H5NH2)

3. Norit

4. Natrium Hidroksida (NaOH)

5. Aquadest (H2O)

Alat percobaan
1. Erlenmeyer
2. Beaker glass
3. Gelas ukur

4. Termometer

5. Penangas pasir

6. Kaki tiga

7. Bunsen

8. Oven

8
IV. Prosedur Percobaan

1. Ke dalam erlenmeyer dimasukkan 5 ml asam sulfat pekat (H2SO4)


dan diikuti penambahan 4 ml anilin tetes demi tetes sambil
didinginkan dengan air
2 Kemudian campuran dipanaskan pada penangas pasir (sand
batch) pada temperatur 180oC – 195oC selama 1 jam.
3. Campuran didinginkan sampai temperatur kamar kemudian
ditambahkan 200 ml aquadest lalu dipanaskan sampai semua
kristal larut.
4. Kemudian ditambahkan 5 gram norit dengan hati-hati dan
dipanaskan kira-kira 5 menit lalu campurkan disaring dalam
keadaan panas dengan menggunakan 2 lapis kertas saring sambil
didinginkan dengan campuran air dan es sehingga akan terbentuk
kristal putih yang masih kotor. Kemudian disaring dan diperoleh
kristal putih.
5. Bila kristal yang diperoleh masih kotor maka dilakukan
pemurniaan kembali dengan memasukkan kristal yang diperoleh
ke dalam beaker glass lalu ditambahkan 100 ml aquadest
kemudian dipanaskan sampai semua kristal larut. Bila larutan
masih keruh maka ditambahkan 2 gram norit dan dipanaskan lagi
selama 5 menit.
6. Campuran disaring lagi dalam keadaan panas memakai 2 lembar kertas
saring.

7. Filtrat didinginkan dalam campuran air dan es kemudian disaring lagi.

8. Kristal yang diperoleh dikeringkan dalam oven dengan dialasi


aluminium foil. Kristal yang diperoleh kemudian ditimbang untuk
menghitungkan persen ralat.

9
PERCOBAAN V. OKSIDASI SENYAWA ORGANIK

I. TUJUAN
Untuk mengetahui terjadinya oksidasi pada senyawa organik tidak jenuh.
Apabila, suatu senyawa organik tidak jenuh pada kondisi alkali direaksikan
dengan oksidator (permanganat, asam nitrat, kalium kromat, senyawa
peroksida, ozon) akan terjadi pemutusan pada ikatan rangkap. Contoh :
Asam oleat dioksidasi akan terjadi dua molekul asam karboksilat.

II. Bahan dan Alat


Bahan:
• Asam Oleat
• KOH
• KMnO4
• H2SO4 p
• Akuades

Peralatan:
• Beaker Glass 500 mL
• Magnetic Bar
• Hot Plate
• Cawan Penguap
• Corong
• Batang Pengaduk
• Botol timbang
• Kaca arloji
• Oven
• Thermometer 1100C

10
III. Prosedur kerja :
- Ditimbang KOH 6 gram dalam botol timbang, kemudian dilarutkan
dalam 12 mL akuades (larutan alkali).
- Ditimbang Asam Oleat sebanyak 2 gram dengan kaca arloji.
- Dilarutkan asam oleat ke dalam larutan KOH
- Dilarutkan sebanyak 5,4 g KMnO4 dengan 100 mL akuades, diaduk
hingga KMnO4 larut sempurna.
- Ditambahkan larutan alkali asam oleat ke dalam larutan KMnO4
- Dipanaskan pada suhu 750C(dipertahankan suhu tetap) sambil diaduk
kuat dan konstan dengan pengaduk magnetik selama 30 menit atau
sampai tidak ada warna ungu dari permanganat. Bila campuran
jumlahnya sedikit larutan ditambah akuades.
- Didinginkan lalu ditambahkan secara perlahan-lahan 3,2 mL H2SO4 p,
dipanaskan pada suhu 750C selama 15 menit sambil diaduk kuat.

- Disaring SELAGI PANAS (Filtrat I)


- Ditambahkan 30 mL akuades ke dalam residu penyaringan,
didihkan selama 10 menit. Disaring selagi panas (filtrat II)
- Dicampurkan filtrat I dan II, kemudian diuapkan hingga tersisa ±1/3 bagian
dari volume mula– mula.
- Didinginkan pada suhu kamar atau dengan bantuan Ice bath hingga
terbentuk Kristal putih asam azelat. Disaring dengan penyaring
Buchner atau penyaring biasa.
- Dikeringkan Kristal dalam oven pada suhu 60 0C .
- Dikristalisasi dengan akuades panas, dikeringkan kembali dalam oven pada
suhu 60 0C.
- Titik lebur kristal: 108,6 0C
- Kelarutan: Tidak larut dalam air dingin, CHCl3, larut dalam air panas,
aseton, alcohol, methanol.

11
PERCOBAAB VI. SINTESIS ASETON

I. TUJUAN
1. Mensintesis aseton dari isopropil alkohol
2. Menghitung rendemen aseton yang terbentuk

II. TEORI
Aseton merupakan suatu keton yang dapat dibuat dari bahan dasar isopropil
alkohol dengan cara oksidasi. Aseton adalah zat tidak berwarna dengan berat jenis
0,812 gram/mol dan mempunyai bau yang sengit yang menjadi tandanya. Aseton
dapat bercampur dalam air dan dalam semua perbandingan adalah suatu zat
pelarut yang baik bagi banyak zat-zat organik, aseton dipakai dalam pembuatan
senyawa penting diantaranya Kloroform dan Iodoform. Air kencing biasanya
mengandung sedikit aseton, tetapi lebih banyak dalam keadaan sakit tertentu
seperti diabetes melitus. Aseton atau propanon mempunyai rumus (CH3)2CO.
Aseton dibuat secara teknik dengan :
1. Pemanasan kalsium asetat
2. Mengalirkan uap Asam Asetat pada kira – kira 480 oC melalui oksidasi logam
yang bekerja katalis seperti Alumunium Oksida, Kalsium Oksida, Magnesium
Oksida.
3. Penguraian zat pati oleh bakteri-bakteri tertentu seperti baccilus aceto –
aethyalitus dan bacillus maseransi hasil sampingan yang didapatkan adalah
etil alkohol.
4. Oksidasi alkohol sekunder 2-propanol dengan menghangatkannya dalam
Kalium dikromat dalam suasana asam.

K2Cr2O7

12
Alkohol primer jika dioksidasi akan membentuk aldehid, sedangkan alkohol
sekunder jika dioksidasi akan membentuk keton dan alkohol tersier tidak bisa
dioksidasi kembali. Oleh karena itulah mengapa untuk mensintesis aseton
menggunakan alkohol sekunder.

Untuk mengidentifikasi aseton, dapat melakukannya dengan hidrazin, maka akan


menghasilkan gas hidrogen. Aseton mudah terbakar dan mudah menguap. Uap
tersebut dapat menyebabkan percikan api dan berbahaya apabila tertelan atau
terhirup juga dapat mempengaruhi kerja sistem syaraf. Berdasarkan hazard
diamond (HD). Warna merah pada hazard diamond menunjukkan fire hazard. Fire
hazard menunjukkan bahwa bahan digolongkan tingkat bahaya berdasarkan flash
point. Semakin rendah flash point, maka bahan tersebut akan semakin berbahaya.
Untuk aseton termasuk dalam skala 3, dengan flash point kurang dari 100o F.
Kotak dengan warna biru menunjukkan health hazard. Health Hazard
menunjukkan efek bahan berbahaya tersebut terhadap kesehatan manusia. Aseton
termasuk dalam skala 1, dengan tingkat hazardnya adalah sedikit berbahaya,
dengan tingkat hazardnya adalah sedikit berbahaya. Warna kuning pada diamond
hazard menunjukkan reactivity, yaitu tingkat reaktivitas bahan kimia dan jenis
hazard yang ditimbulkan. Aceton termasuk dalam reactivity skala 0, sehingga tipe
reaktivitasnya adalah tidak reaktif. Walaupun mudah terbakar, aseton digunakan
secara ekstensif pada proses penyimpanan dan transpor asetilena dalam industri
pertambangan. Pada tekanan dan temperatur dan tekanan normal aseton bersifar
relatif stabil. Kondisi yang harus dihindari adalah: hindari panas, api, percikap api
dan sumber pembakaran. Kontainer dari aceton dapat pecah dan meledak bila
terpapar dengan panas

III. PROSEDUR PERCOBAAN


3.1. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Labu destilasi
2. Gelas ukur
3. Corong
4. Gelas piala

13
5. Termometer
6. Corong pisah
b. Bahan
1. Isopropil alkohol
2. Asam sulfat pekat
3. Aquadest
4. Kalium bikromat

3.2. Cara Kerja


1. Siapkan dan pasang alat destilasi sebagimana mestinya.
2. Buat campuran asam sulfat encer dengan isopropil alkohol sebagai
berikut : ambil 50 mL air masukkan ke dalam gelas piala 300 mL.
Tambahkan 27,5 mL asam sulfat pekat secara perlahan-lahan ( tetes demi
tetes sambil diaduk). Kemudian dinginkan larutan tersebut. Dengan hati-
hati tambahkan 29,2 mL isopropil alkohol sambil diaduk perlahan-lahan.
Suhu larutan dijaga tidak boleh lebih dari 500C.
3. Masukkan campuran tersebut kedalam labu suling.
4. Larutkan 10 gram kalium bikromat dalam 100 mL air dan masukkan
kedalam corong pisah. Pasang corong yang berisi kalium bikromat ini
pada labu destilasi.
5. Panaskan labu suling perlahan-lahan sampai larutan mulai mendidih.
6. Angkat pemanas, tambahkan secara perlahan-lahan (tetes demi tetes) dan
sangat hati-hati larutan kalium bikromat kedalam labu suling.
7. Panas yang ditimbulkan sewaktu terjadi reaksi akan membuat larutan
dalam labu suling tetap mendidih dan suhu dijaga agar tidak melebihi
650C.
8. Waktu yang diperlukan untuk menambahkan larutan kalium bikromat
kira-kira setengah jam.
9. Setelah semua larutan kalium bikromat dialirkan ke dalam labu suling
dan suhu dinaikkan sampai 750C. Lakukan destilasi.
10. Setelah destilasi selesai, ukur volume atau berat dari aseton yang didapat.
11. Hitung rendemennya.

14

Anda mungkin juga menyukai