BIOKIMIA
JURUSAN FARMASI
TEAM :
KETUT RATNAYANI
A.A.MAYUN LAKSMIWATI
JURUSAN KIMIA
UNIVERSITAS UDAYANA
2015
1
Kata Pengantar
Dengan mengucap puji syukur ke hadirat Tuhan Yang maha Esa atas berkah dan
rahmatNya, sehingga Penuntun Praktikum Biokimia ini dapat tersusun dan selesai tepat
pada waktunya. Penyusunan penuntun praktikum ini bertujuan untuk membantu
mahasiswa dalam menjalankan praktikum Biokimia.
Materi yang dipraktikumkan adalah tentang Karbohidrat; Asam Amino dan
Protein; Lipida; Hidrolisis Pati; Aktivitas enzim; Isolasi dan Identifikasi DNA. Kami
menyadari bahwa meteri yang tersusun belum lengkap dan sempurna, pembahasan dan
teori yang mendasari setiap percobaan masih harus dilengkapi oleh mahasiswa.
Mahasiswa disarankan agar mempelajari buku literature untuk mendalami meteri
praktikum.
Dalam penyusunan Penuntun Praktikum ini mungkin masih terdapat kekurangan-
kekurangan, maka kami mengharap saran-saran serta kritik untuk perbaikannya.
Semoga penuntun praktkum ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya
mahasiswa dalam melaksanakan praktikum Biokimia. Kepada semua pihak yang telah
membantu tersusunnya Penuntun Praktikum ini kami ucapkan terima kasih.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Daftar Pustaka
3
PERATURAN TATA TERTIB PRAKTIKUM BIOKIMIA
4
PERCOBAAN I
ANALISA KARBOHIDRAT
H+ H+
Pentosa Furfural Heksosa Hidroksimetil furfural
Warna yang terjadi disebabkan oleh kondensasi furfural atau derivatnya dengan -
naftol menghasilkan senyawa berwarna ungu kemerahan. Selain itu furfural dapat
berkondensasi dengan bermacam-macam senyawa fenol atau amin memberikan
turunan senyawa berwarna. Uji ini adalah uji umum untuk karbohidrat walaupun
hasilnya bukan merupakan reaksi yang spesifik untuk karbohidrat. Hasil yang negatif
merupakan petunjuk yang jelas tidak adanya karbohidrat.
- Larutan Glukosa 1%
- Larutan Fruktosa 1%
- Larutan Sukrosa 1%
- Larutan Laktosa 1%
- Larutan Maltosa 1%
- Larutan Pati
- H2SO4 Pekat
5
Cara Kerja :
- Ke dalam tabung reaksi masukkan 5 mL bahan percobaan dan 2-3 tetes pereaksi
Molisch, aduk dengan baik.
Pertanyaan :
Pereaksi :
- Reagen Benedict : Campurkan 173 gram natrium sitrat dan 100 gram Na 2CO3 anhidrat
dalam kira-kira 800 mL air, aduk, lalu saring. Kemudian tambahkan 17,3 gram CuSO 4
yang telah dilarutkan dalam 100 mL aquades. Selanjutnya volume total dibuat
menjadi 1 L dengan aquades.
- 0,1 M galaktosa : larutkan 18 gram galaktosa dalam 1 L air.
- 0,1 M fruktosa : larutkan 18 gram fruktosa dalam 1 L air.
6
- Larutan Glukosa 0,1 M , Larutan sukrosa 0,1 M , dan Larutan pati 1%.
Prosedur :
1. Tambahkan 2-3 tetes larutan glukosa pada tabung reaksi yang telah mengandung 1-2
mL reagen Benedict, lalu dikocok. Tempatkan tabung reaksi ke dalam penangas air
mendidih selama 5 menit, biarkan dingin, amati perubahan warnanya. Pembentukan
endapan hijau, kuning atau merah menunjukkan reaksi positif.
1. Lakukan percobaan tahap (1) untuk larutan 0,1 M galaktosa, maltosa, sukrosa,
fruktosa dan larutan pati 1%.
2. Ulangi percobaan tahap (1) untuk larutan 0,1 M glukosa yang diencerkan 2 kali, 10
kali, 50 kali, dan 100 kali. Bagaimanakah hasil pengenceran tersebut?
Pertanyaan :
1. Berapa kadar karbohidrat terendah yang masih dapat diamati dengan uji
benedict?
2. Senyawa apalagi selain tembaga yang dapat direduksi ? Apa fungsi berbagai
bahan dalam reagen benedict ?
1.3. GLUKOSA DALAM URIN
Adanya glukosa dalam urin dapat diperiksa dengan teknik yang berdasarkan atas
sifat dari glukosa yang dapat mereduksi ion-ion logam tertentu dalam larutan alkalis,
misalnya : Cu, Bi, Hg dan Fe. Metode yang berdasarkan reduksi ion-ion Cu (uji Gula
Reduksi) antara lain adalah Uji Fehling dan Uji Benedict. Dari kedua cara ini Uji Benedict
ternyata lebih baik untuk pemeriksaaan urine oleh karena tidak banyak zat yang
mengganggu. Uji yang berdasarkan metode ini tidak spesifik terhadap glukosa artinya
gula-gula lain ataupun zat-zat lain yang mempunyai daya mereduksi, juga akan juga
menghasilkan hasil pemeriksaan yang positif. Percobaan ini dilakukan dua kali dengan
sampel, yaitu :
7
Cara Kerja:
Tabung II : Glukosa 1 %
Tabung IV : Galaktosa 1 %
Biru - - 0
Kuning/kuning + ++ 0,5 – 1 %
orang
8
LEMBAR KERJA PERCOBAAN
TOPIK : NAMA :
Tanggal : NIM :
Asisten : Kelompok :
Percobaan Pengamatan
9
PERCOBAAN II
Asam amino sebagai monomer protein merupakan molekul organik dengan massa
molekul rendah (antara 100-200) yang mengandung setidaknya satu gugus karboksil
(COOH) dan satu gugus amina (NH2). Terdapat 20 macam asam amino penyusun
protein. Variasi antar asam amino terletak pada jenis rantai sampingnya (gugus R).
Berdasarkan sifat kimia gugus R ini, sifat suatu asam amino dapat diramalkan,
sebaliknya pengetahuan tentang sifat asam amino akan membantu dalam identifikasi
gugus R. Asam amino diklasifikasikan ke dalam tujuh kelompok berdasarkan sifat kimia
gugus R ( Tabel 2.1), sehingga akan memudahkan dalam mengingat sifat-sifat umum dari
setiap asam amino. Dengan klasifikasi ini dapat dirancang metode analisis yang spesifik
untuk asam amino tertentu (Tabel 2.2).
10
Tabel 2.2. Beberapa reaksi untuk mendeteksi asam amino berdasarkan gugus R.
2.1.1.Uji Ninhidrin
11
Pereaksi :
- Larutan Ninhidrin
- Sampel Protein 2%
- Sampel Asam Amino 2%
Prosedur :
2.2. Protein
Protein berfungsi dalam hampir semua aktivitas fisiologis makhluk hidup yaitu
sebagai arsitektur sel, katalis (enzim), pengendali metabolit, proses kontraktil, pelindung
(antibodi) dan senyawa penting lain dalam organisme tingkat tinggi. Berbagai molekul
protein dalam organisme hidup tersebut memiliki struktur dan lipatan yang sangat
bervariasi sehingga memiliki aktivitas biologis yang spesifik dalam metabolisme sel.
Struktur protein dibagi menjadi empat tingkatan : primer, sekunder, tersier, dan
kwartener. Keempat struktur protein tersebut dibedakan atas tinjauan terhadap
elemen-elemen dan jenis ikatan kimia yang terlibat. Struktur primer hanya terdiri atas
satu jenis ikatan, yaitu ikatan kovalen yang menghubungkan gugus amino dan gugus
karboksil antar asam amino atau disebut juga sebagai ikatan peptida/amida. Oleh
karena itu pada struktur primer terdapat informasi tentang urutan asam amino yang
menyusun suatu protein dan meninjau struktur dasar protein. Sedangkan struktur
sekunder melibatkan ikatan hidrogen antara oksigen karbonil dengan hidrogen amida
(C=O…..H-N) dari ikatan peptida. Ikatan hidrogen ini terbentuk menurut pola yang
teratur, sedemikian sehingga terbentuk struktur yang unik seperti -heliks dan -sheet
(struktur dua dimensi). Pada struktur yang lebih tinggi yaitu struktur tersier, elemen–
elemen struktur sekunder dikemas ke dalam bentuk tertentu (struktur tiga dimensi).
Dalam pengemasan ini dilibatkan berbagai ikatan dan interaksi kimia seperti, ikatan
12
disulfida antar asam amino sistein, ikatan hidrogen, interaksi ionik antar gugus fungsi
yang terionisasi, interaksi hidrofobik dan hidrofilik, bahkan kemungkinan juga terdapat
ikatan kovalen koordinasi seperti pada metaloprotein. Kesemua ikatan maupun interaksi
ini di samping membentuk struktur tersier juga berperan sebagai penstabil. Struktur
yang terakhir, yaitu struktur kwartener, terjadi pada beberapa protein yang memiliki
lebih dari satu sub unit. Pada struktur kwartener terjadi interaksi antar struktur-struktur
tersier protein membentuk agregat yang memiliki aktivitas biologis tertentu. Ikatan yang
terlibat biasanya non kovalen dan kebanyakan adalah interaksi hidrofobik antar daerah
non polar pada permukaan molekul protein. Hemoglobin sebagai contohnya, terdiri atas
empat rantai polipeptida (4 sub unit), biasanya dua pasangan sub unit identik
membentuk hemoglobin tetramer yang memiliki fungsi lebih efektif dalam mentransfort
oksigen dibanding dalam keadaan monomer.
Pada percobaan ini akan dipelajari cara identifikasi protein, dan juga akan diamati
pengaruh fisik seperti suhu, pH serta zat-zat kimia terhadap struktur protein.
Larutan protein dalam basa kuat yang diberi beberapa tetes larutan CuSO 4 encer
akan membentuk warna ungu dan reaksi ini dinamakan reaksi Biuret. Biuret dihasilkan
dengan memanaskan urea pada suhu kira-kira 180 oC.
13
H2N H2N H2N
H2N H2N HN
C=O
H2N
Reaksi Biuret terjadi karena pembentukan kompleks Cu 2+ dengan gugus –CO dan –NH
dari rantai peptida dalam suasana basa. Dipeptida dan asam-asam amino (kecuali
histidin, serin dan tirosin) tidak memberikan reaksi positif terhadap uji ini.
Pereaksi :
- 10% NaOH
- 0,1% CuSO4
- Sampel : albumin 2%, kasein 2%, asam amino
Prosedur :
1. Ke dalam tabung reaksi tambahkan 1 mL sampel dan 1 mL 10% NaOH, aduk kuat-
kuat. Tambahkan 1 tetes 0,1% CuSO 4, aduk baik-baik. Jika tidak timbul warna
tambahkan lagi beberapa tetes CuSO4 sampai terbentuk warna.
2. Ke dalam tabung reaksi masukkan urea sedikit dan panaskan hingga melebur.
Dinginkan dan perhatikan baunya. Larutkan urea yang telah didinginkan tersebut di
atas dengan air, kemudian lakukan seperti pada cara (1).
14
Pertanyaan :
1. Warna dan senyawa kompleks apa yang terbentuk? Mengapa harus dihindari
kelebihan dari CuSO4?
Kation-kation logam berat seperti Hg2+, Pb, Cu, Ag, Au, Pt, dan lain-lain dapat
mengendapkan protein dalam suasana basa. Kation besar dapat merusak interaksi ionik
yaitu menetralisir muatan negatif dalam protein sehingga terjadi denaturasi. Ion-ion ini
juga dapat mendenaturasi protein karena bereaksi dengan gugus –SH membentuk
sulfida.
Pereaksi :
- albumin 2%
- PbAsetat 2%
- HgCl2 2%
- FeCl3 2%
- CuSO4 2%
Prosedur :
Ke dalam 1 mL larutan albumin tambahkan tetes demi tetes larutan logam hingga
terjadi endapan. Perhatikan perubahan yang terjadi pada setiap kali penetesan.
Perhatikan pula apakah endapan terbentuk, dan apakah endapan yang terbentuk larut
kembali atau bertambah dengan penambahan reagen yang berlebih.
Pertanyaan :
15
2.2.3. Titik Isoelektrik Protein
Protein merupakan koloid hidrofil yang distabilkan oleh muatan dan interaksi protein
dengan pelarut. Jika salah satu dari kedua faktor ini dihilangkan maka protein kadang-
kadang dapat mengendap dan bila kedua faktor di atas dihilangkan maka protein selalu
mengendap. Kelarutan protein paling rendah pada titik isoelektriknya yaitu pH larutan
yang menyebabkan jumlah muatan positif dan negatif dalam molekul protein menjadi
sama.
Pereaksi :
- 0,5 % Kasein
- Asam Asetat 0,1 N dan Natrium Asetat 0,1 N
- Bufer Asetat pH 6,0 : tambahkan 10 mL 0,1 N asam asetat ke dalam 190 mL 0,1N
natrium asetat.
- Bufer Asetat pH 5,3 : tambahkan 29 mL 0,1 N asam asetat ke dalam 171 mL 0,1N
natrium asetat.
- Bufer Asetat pH 5,0 : tambahkan 59 mL 0,1 N asam asetat ke dalam 141 mL 0,1N
natrium asetat.
- Bufer Asetat pH 4,1 : tambahkan 147 mL 0,1 N asam asetat ke dalam 53 mL 0,1N
natrium asetat.
- Bufer Asetat pH 3,8 : tambahkan 176 mL 0,1 N asam asetat ke dalam 24 mL 0,1N
natrium asetat.
Prosedur :
16
2. Setelah 30 menit seluruh tabung tersebut dipanaskan dalam penangas air mendidih
selama 30 menit. Pembentukan endapan/ kekeruhan paling cepat terjadi dekat
titik isoelektrik larutan protein. Amati apa yang terjadi dan catat dalam tabel
berikut :
1 6,0
2 5,3
3 5,0
4 4,1
5 3,8
17
LEMBAR KERJA PERCOBAAN
TOPIK : NAMA :
Tanggal : NIM :
Asisten : Kelompok :
Percobaan Pengamatan
18
PERCOBAAN III
HIDROLISIS MENTEGA
Lipida adalah segolongan senyawa dalam organisme hidup yang bersifat larut
dalam pelarut organik. Lipida berfungsi penting bagi tubuh sebagai pelarut beberapa
vitamin (A, D, E, dan K) dan juga merupakan sumber energi yang lebih efektif dibanding
karbohidrat dan protein.
Lemak dan minyak merupakan lipida sederhana. Lemak berwujud padat pada
suhu kamar, sedangkan minyak berwujud cair. Lemak dan minyak adalah trigliserida
yaitu ester yang terbentuk oleh hasil kondensasi tiga molekul asam lemak dengan
trihidroksi alkohol (gliserol). Tiga molekul asam lemak penyusunnya dalam hal ini tidak
mesti semuanya sama, tiga asam lemak yang berbeda satu sama lain dapat
berkondensasi dengan satu molekul gliserol. Asam lemak terpenting yang terdapat
dalam tumbuhan dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Pereaksi :
- 20 % NaOH
- 40 % etanol
19
- 0.1 N CaCl2 (larutkan 22,2 gr CaCl2 dalam 100 ml air)
- 2 N H2SO4 (larutkan 36 ml H2SO4 diencerkan dengan air sampai 1 liter)
Prosedur :
20
3.2. Uji Akrolein
CH2OH CH2
CH2OH CHO
Gliserol Akrolein
Prosedur :
1. Sediakan 3 tabung reaksi yang bersih dan kering, lalu ke dalam masing – masing
tabung masukkan 10 tetes “olive oil” (minyak zaitun), gliserol, dan sedikit asam
palmitat.
2. Ke dalam masing – masing tabung tersebut tambahkan sejumlah volume yang
sama KHSO4, lalu dipanaskan pelan – pelan langsung di atas api. Perhatikan bau
akrolein yang menusuk hidung. (Jangan dikacaukan antara bau akrolein dengan
bau SO2).
21
LEMBAR KERJA PERCOBAAN
TOPIK : NAMA :
Tanggal : NIM :
Asisten : Kelompok :
Percobaan Pengamatan
22
PERCOBAAN IV
Penentuan Kualitas Minyak
4.1.Kualitas Minyak
Lemak yang menjadi tengik mempunyai bau dan rasa yang tidak enak dan
mungkin akan bersifat toksik untuk beberapa orang, selain juga dapat merusak
kandungan gizi zat-zat makanan lainnya. Peristiwa ketengikan (rancidity) dapat
terjadi karena adanya proses oksidasi dan hidrolisa pada lemak, baik secara
enzimatik maupun non enzimatik.
Pereaksi :
23
Prosedur :
4.3. Penentuan Asam Lemak Bebas Dalam Minyak (FFA = Free Fatty
Acid)
Pereaksi :
- NaOH 0,1 N
- Larutan standar asam oksalat 0,1 N
- Indikator PP 1 %
- Etanol 96 %
24
Prosedur :
25
LEMBAR KERJA PERCOBAAN
TOPIK : NAMA :
Tanggal : NIM :
Asisten : Kelompok :
Percobaan Pengamatan
26
PERCOBAAN V
Pati (amilum) sebagai salah satu jenis polisakarida yang berlimpah di alam,
merupakan suatu polimer yang tersusun oleh satuan-satuan glukosa sebagi
monomernya yang terikat melalui ikatan -glikosidik. Melalui reaksi hidrolisis
sempurna, baik secara kimiawi maupun enzimatis, ikatan glikosidik tersebut
diputus sehingga terbentuk satuan-satuan monomernya.
Dalam praktikum kali ini, perubahan yang terjadi selama proses hidrolisis
dengan berjalannya waktu dapat diamati dengan uji Iodin (positif untuk pati) dan uji
Benedict (positif untuk gula reduksi seperti maltosa dan glukosa). Selain itu, dalam
praktikum ini diharapkan dapat dilakukan perbandingan yang signifikan dari
berbagai segi antara proses hidrolisis pati secara kimiawi dengan secara enzimatis.
5.1. Hidrolisis Pati Secara Kimiawi (Hidrolisis Asam)
Pereaksi :
- Larutan Pati 1%
- Larutan Iodin (0,05 M Iodium yaitu : larutkan 10 gr KI dalam satu liter air.
Kemudian tambahkan 2,5 gram Iodium dan aduk).
- Reagen Benedict
- HCl Pekat
Prosedur :
- Sediakan 25 mL larutan pati 1% dalam sebuah gelas piala. Tambahkan 10 tetes HCl
pekat, kemudian campur, kocok dan didihkan dalam waterbath (disebut Larutan
I). Larutan I ini tetap dipanaskan dalam waterbath air mendidih sampai 45 menit,
dan jangan dipindah dari waterbath selama waktu tersebut sambil sekali-sekali
dikocok.
- Untuk mengamati proses hidrolisis pati dan perubahan yang terjadi selama
berjalannya waktu sampai 45 menit tersebut, maka akan dilakukan uji iodin
dan uji benedict pada saat yang bersamaan setiap selang waktu 5 menit
terhadap larutan I tersebut.
27
- Uji iodin dilakukan dalam plat tetes atau cawan petri, dengan cara :
mengambil satu tetes cuplikan dari Larutan I, dan ditambahkan satu tetes
larutan iodin. Setelah diaduk maka amati perubahan warna yang terjadi.
Catat perubahan intensitas warna yang terjadi dengan bertambahnya waktu
pemanasan!
- Sedangkan uji Benedict dilakukan dengan cara : Siapkan 9 tabung reaksi
yang masing-masing mengandung 5 mL larutan Benedict, tambahkan pada
masing-masing tabung reaksi ini 3 tetes Larutan I (lakukan ini dengan
interval 5 menit pada tiap tabung, karena waktu hidrolisis sampai 45 menit
maka dibutuhkan 9 kali uji benedict). Tabung-tabung yang telah
mengandung campuran tersebut selanjutnya dipanaskan dalam waterbath
air mendidih dan amati perubahan warnanya. Setelah didinginkan,
bandingkan warnanya. Warna hijau menunjukkan kandungan glukosa 0,25%
, warna kuning orange menunjukkan kandungan glukosa 1% dan warna
merah menunjukkan kandungan gula lebih dari 2%. Hasil pengamatan
dicatat dalam tabel pengamatan.
Pengamatan :
5’
10’
15’
20’
25’
30’
35’
40’
45'
28
LEMBAR KERJA PERCOBAAN
TOPIK : NAMA :
Tanggal : NIM :
Asisten : Kelompok :
Percobaan Pengamatan
29
PERCOBAAN VI
Air liur atau saliva disekresikan oleh tiga pasang kelenjar air liur yaitu kelenjar
parotis di bawah telinga, kelenjar submaksilaris di bawah rahang bawah dan
kelenjar sublingual di bawah lidah. Cairan ini terdiri dari kira-kira 99,5% air dan
0,5% komponen non air. Dua pertiga bagian dari komponen non air adalah
berupa bahan organik terutama ptialin (amilase sativa) dan musin, sedangkan
sisanya berupa ion-ion anorganik seperti SO4, PO4, HCO3, Cl, Ca, Na dan K. Musin
dalam air liur berfungsi sebagai pelicin rongga mulut dan membasahi makanan
sewaktu makanan dikunyah sehingga mudah ditelan. Ptialin (amilase saliva)
berfungsi menghidrolisis pati menjadi dekstrin-dekstrin dan maltosa. Amilase
saliva ini tidak aktif pada pH 4 atau lebih rendah lagi. Air liur umumnya memiliki pH
sedikit asam yaitu kira-kira 6,8.
- Bubuhkan 2 mL air liur (yang sudah disaring) pada larutan pati atau kanji 1%
dan kocok (dalam tabung reaksi), kemudian simpan atau inkubasi pada suhu 37
o
C(disebut Larutan I). Setiap selang waktu 5 detik, lakukan uji iodin dalam plat
tetes atau cawan petri dengan cara mengambil satu tetes cuplikan Larutan I
dan dicampur dengan satu tetes pereaksi Iodium. Catat kapan terlihatnya
opalesen dan berubahnya kekentalan. Catat pada detik atau menit keberapa
timbulnya warna biru, warna kecoklat-coklatan dan kapan tidak
memperlihatkan perubahan warna lagi (ingat pereaksi Iodium sendiri berwarna
30
kecoklat-coklatan). Saat uji Iodium tidak lagi menunjukkan uji positif disebut
Titik Akhromatik. Lakukan pula uji Benedict pada saat tercapai titik akromatik
untuk meyakinkan terbentuknya gula reduksi.
- Bandingkan waktu yang anda temukan untuk tercapainya titik akhromatik
dengan waktu yang ditemukan kelompok lain. Jika percobaan ini dilakukan
pada waktu dan cara yang sama, apakah hasilnya juga sama? Bagaimanakah
komentar anda?
31
LEMBAR KERJA PERCOBAAN
TOPIK : NAMA :
Tanggal : NIM :
Asisten : Kelompok :
Percobaan Pengamatan
32
PERCOBAAN VII
33
biasanya diperlukan selang waktu tertentu untuk terjadinya reaksi warna yang
sempurna.
Pereaksi :
- Reagen Biuret : Larutkan 1,5 g CuSO4.5H2O dan 6,0 g natrium kalium tartrat
(NaKC4O6 .4H2O) ke dalam kira-kira 500 mL air dalam labu ukur 1 liter.
Kemudian tambahkan 300 mL NaOH 10% sambil dikocok. Dan akhirnya
tambahkan aquades sampai tanda batas. Larutan biru ini dapat disimpan lama.
Apabila pembuatannya kurang baik dapat terbentuk endapan hitam atau
merah (tidak dapat dipakai karena akan mengganggu serapan).
- Larutan standar protein : Buatlah larutan serum albumin murni atau kasein
dalam air dengan konsentrasi 1 - 10 mg per mL. Untuk mempermudah
kelarutan tambahkan beberapa tetes 3% NaOH.
Prosedur :
Pipet 1 mL larutan protein yang mengandung 1 sampai 10 mg per mL protein
ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 4 mL reagen Biuret. Kocok dan diamkan
selama 30 menit pada suhu kamar. Baca serapannya pada 540 nm.
Pereaksi :
Reagen A : 2% Na2CO3 dalam 0,1 N NaOH.
Reagen B : 0,5% CuSO4.5 H2O dalam 1% Na atau K tartrat.
Reagen C : Campur 50 mL reagen A dengan 1 mL reagen B. Buang setelah 1 hari.
Reagen D : Encerkan reagen Folin-Ciocalteu dengan aquades sampai 1 N dalam
asam.
Reagen Folin-Ciocalteu : Refluks selama 10 jam campuran berikut :
- 100 g natrium tungstat atau natrium wolframat
- 25 g natrium molibdat
- 700 mL aquades
- 50 mL asam fosfat 85% dan 100 mL HCl pekat
35
Prosedur :
Penambahan
Nomor Tabung
(mL) 1 2 3 4 5 6 7 8 (sampel)
Standar BSA (200 g /mL) - 0,1 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 -
Sampel Protein - - - - - - - X
Reagen C (Biuret) 5 5 5 5 5 5 5 5
Aduk hingga tercampur merata. Inkubasi selama 10 menit pada suhu kamar
Reagen D ( Folin –Ciocalteu) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
36
Aduk segera hingga tercampur merata . Inkubasi selama 30 menit pada suhu kamar baca
dengan menggunakan spektrofotometer pada 700 nm dengan tabung 1 sebagai blanko.
%T700 nm
g/aliquot (g/tabung)
Pustaka :
Colowick S.P. dan Kaplan N.O., ( 1957), “ Methods in Enzimology”, vol. V, Acad.
Tugas Pendahuluan :
37
LEMBAR KERJA PERCOBAAN
TOPIK : NAMA :
Tanggal : NIM :
Asisten : Kelompok :
Percobaan Pengamatan
38
PERCOBAAN VIII
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI DNA
Pada dasarnya isolasi DNA dapat dilakukan dari berbagai sumber, misalnya
organ manusia, darah, daun, daging buah, serangga, akar, batang, daging dan sisik
ikan. Pada individu yang sama, DNA yang diperoleh dari berbagai bagian tersebut
akan memiliki urutan basa dan ukuran atau panjang yang sama. Sedangkan DNA
dari sel hewan lebih banyak mengandung protein. Salah satu kesulitan isolasi DNA
dari tanaman tinggi adalah proses destruksi dinding sel yang kuat dan sering kali
pada beberapa jenis tanaman, kontaminasi tersebut sulit dipisahkan dari ekstrak
asam nukleat. Kehadiran kontaminasi diatas dapat menghambat aktivitas enzim
misalnya, DNA tidak sensitive oleh enzim restriksi dan mengganggu proses
amplifikasi DNA dengan teknik PCR. Demikian pula metode khusus untuk
menghancurkan sel hingga isi sel dapat keluar dari selnya.
Isolasi DNA dapat dilakukan pada skala makro dan skala mikro. Pada
praktikum kali ini, kita akan melakukan isolasi DNA skala makro secara sederhana
dari tanaman. Bagian tanaman yang dipilih adalah menggunakan jaringan tanaman
yang mengandung sedikit kontaminan diatas, misalnya daging buah atau daun yang
masih muda. Jika digunakan sampel buah, kadar air pada masing-masing buah
dapat mempengaruhi hasil isolasi DNA.
Pada prinsipnya isolasi DNA dapat dilakukan melalui tiga tahap yaitu,
pemecahan atau lisis sel agar DNA keluar dari sel, pemurnian DNA dari ekstrak sel,
39
dan presipitasi DNA. Proses lisis sel dapat dilakukan secara mekanis, kimiawi dan
enzimatis. Secara mekanis dapat dilakukan dengan cara homogenisasi dengan
blender atau dengan cara penggerusan, sedangkan secara kimiawi dapat dilakukan
dengan penambahan detergen, karena detergen dapat merusak membrane sel inti.
Tahap pemurnian DNA dalam praktikum kali ini dilakukan dengan cara sederhana
yaitu penyaringan, sedangkan pada tahap terakhir dilakukan presipitasi DNA dengan
cara penambahan etanol/alcohol dingin. Sehingga akan diperoleh DNA yang berupa
benang-benang halus yang tampak berupa kabut putih yang sangat lembut.
Bahan :
- Pisau
- Spatula
- Mortar
- Pipet tetes
- Beaker gelas
- Tabung reaksi.
Cara Kerja:
Tahap yang dilakukan pertama kali yaitu kupas buah, dan timbang 5 gr
bagian daging buah. Setelah itu dihaluskan dengan mortar, kemudian dipindahkan
kedalam gelas beaker. Tambahkan 50 mL aquades, tambahkan garam dan detergen
masing-masing 2,5 gr. Selanjutnya aduk bahan hingga homogen, dan biarkan 10
menit. Detergen berguna untuk meluruhkan membran sel. Setelah bahan homogen,
lakukan penyaringan terhadap campuran tersebut dengan kertas saring/tissue.
Selanjutnya ambil filtrate hasil penyaringan sebanyak 5 mL, lalu masukkan ke
tabung reaksi. Kemudian tambahkan etanol dingin sebanyak 0,6 mL. Etanol dingin
40
digunakan untuk mempresipitasi DNA. Amati perubahan yang terjadi, perhatikan
warna dan gumpalan yang terbentuk.
Media penunjang yang biasa dipakai adalah gel agarosa, gel pati, gel
poliakrilamida dan kertas sellulose poliasetat. Elektroforesis DNA merupakan teknik
untuk memisahkan sampel DNA berdasarkan ukuran (berat molekul) atau struktur
fisik molekulnya sehingga moleku DNA dengan ukuran berbeda tetapi mempunyai
komposisi basa yang sama dapat dipisahkan. Gel yang biasa digunakan adalah
agarose yang merupakan suatu polisakarida yang diekstraksi dari rumput laut
sehingga elektroforesis ini dikenal dengan elektroforesis gel agarose. Teknik ini
sederhana, cepat terbentuk, dan mampu memisahkan fragmen DNA sesuai dengan
ukurannya. Elektroforesis gel agarose dapat memisahkan sampel DNA dari ukuran
41
beberapa ratus hingga 20.000 pasang basa (pb). Gel agarosa digunakan sebagai
media pergerakan (running) DNA.
Tahapan ini dilakukan untuk mengetahui DNA yang berhasil diisolasi serta
dapat dilihat kualitas DNA yang diperoleh, Gel agarosa 1% yang digunakan untuk
elektroforesis dibuat dengan melarutkan 0,4 gr agarosa dalam 40 ml buffer TAE
(Tris-asetat 40 mM dan Na2EDTA 1mM pH 8) dengan pemanasan. Setelah agarosa
terlarut dan didinginkan sampai kira-kira suhu 45oC , selanjutnya gel agarosa
dituangkan pada cetakan dan dibiarkan memadat. Sampel DNA yang akan
dielektroforesis dicampur dengan loading buffer 1X (loading buffer 6x :
bromophenol blue 0,25% (b/v) dan sukrosa 40% (b/v). Elektroforesis dilakukan
dalam buffer TAE pada tegangan 70-100 Volt. Elektroforesis dihentikan ketika
bromophenol blue telah bermigrasi kira-kira 2/3 dari panjang gel. Gel agarosa
42
kemudian direndam dalam larutan EtBr 250 ug/mL selama 3 – 5 menit, selanjutnya
direndam dalam buffer TAE selama 5 – 10 menit atau aquades. Pita DNA dapat
diamati dengan sinar UV menggunakan UV Transiluminator.
Nilai ini adalah factor konversi, sehingga diproleh rumus untuk menghitung
konsentrasi DNA sebagai berikut (Tenriulo et.al,2001):
43
Gambar 5.1. Rangkaian Alat Elektroforesis
44
LEMBAR KERJA PERCOBAAN
TOPIK : NAMA :
Tanggal : NIM :
Asisten : Kelompok :
Percobaan Pengamatan
45
PERCOBAAN IX.
PENENTUAN AKTIVITAS ENZIM LIPASE
Enzim adalah protein khusus yang berfungsi mengkatalisis reaksi hayati secara
efektif, tepat dan spesifik. Nama konvensional enzim didasarkan pada nama
substrat yang dikatalisisnya dengan menambahkan sufiks –ase, misalnya : urease
mengkatalisis hidrolisis urea menjadi amonia dan CO 2. Struktur enzim adalah
protein, tetapi ada banyak enzim yang baru dapat bekerja sebagai katalisator
apabila ada satu atau beberapa senyawa lain (non protein) yang disebut kofaktor.
Kofaktor dapat berupa ion logam atau berupa senyawa organik yang disebut
koenzim, misalnya vitamin-vitamin. Dengan demikian bagian proteinnya saja
disebut apoenzim, dan gabungan apoenzim dengan kofaktor disebut holoenzim.
- Aktivitas lipase tergantung pada jenis substratnya, dan juga sangat tergantung
pada pH dan suhu. Lipase Pankreas misalnya mempunyai pH optimum antara
8,0 - 9,0. Tetapi dapat menurun menjadi 6,0 – 7,0 bila substratnya berbeda.
- Aktivitas lipase juga tergantung dari senyawa pengemulsi yang digunakan dan
ada tidaknya garam dalam substrat.
46
- Suhu optimum lipase pada umumnya berkisar antara 30 oC dan 40 oC. Meskipun
telah ditemukan adanya lipase yang masih aktif pada suhu – 29 oC, terutama
pada ikan dan udang yang belum dibekukan.
- Adanya garam sangat mempengaruhi aktivitas enzim lipase, misalnya pada
konsentrasi garam NaCl sampai 7,0 mMol, lipase menunjukkan aktivitas yang
maksimal dan akan menurun jika konsentrasi garam ditingkatkan. Garam
kalsium juga meningkatkan aktivitas lipase dan membantu meningkatkan daya
tahan panas enzim.
- Enzim lipase terdapat pada berbagai jaringan, tetapi sumber utama lipase yang
digunakan dalam proses hidrolisis adalah jaringan pankreas. Lipase juga
terdapat pada susu mamalia, juga dapat diperoleh dari biji-bijian, mikroba,
kacang-kacangan, biji kapas dan lain-lain.
9.2. Alat dan Bahan
ALAT :
- Erlenmeyer 250 mL
- Tabung Reaksi
- Inkubator 37 oC
- Penangas Air
BAHAN :
47
9.4. Prosedur
Hitung aktivitas lipase yaitu jumlah mMol NaOH yang diperlukan untuk menetralkan
hasil reaksi pada tabung no. 2 s/d 4 . Buatlah grafik aktivitas lipase terhadap waktu
inkubasi.
48
LEMBAR KERJA PERCOBAAN
TOPIK : NAMA :
Tanggal : NIM :
Asisten : Kelompok :
Percobaan Pengamatan
49
PERCOBAAN X
PEMURNIAN PROTEIN
Perlu diingat bahwa protein merupakan molekul yang relatif rapuh (’fragil’),
yang mempertahankan aktivitas biologisnya hanya pada daerah pH dan suhu yang
relatif sempit. Isolasi suatu protein tertentu dalam bentuk murni dari sel atau
jaringan merupakan usaha yang tidak mudah, terutama karena dalam sel
kandungan protein tersebut sangat rendah dan bercampur pula dengan ribuan
protein lainnya. Pemurnian protein dapat dilakukan berdasarkan : 1. Ukuran
molekul, 2. Kelarutan, 3. Muatan Listrik, 4. Sifat Adsorpsi dan 5. Afinitas biologis
terhadap molekul lain.
Gradien
50
3. Muatan Listrik Protein -Elektroforesis(ionoforesis)
51
Jika suatu protein mengandung lebih dari satu sub unit maka pada elektroforesis
akan terdapat lebih dari dua molekul yang bermigrasi. Berat molekul protein dapat
ditentukan dengan menggunakan kurva kalibrasi antar logaritme berat molekul
protein standar dan jarak migrasi.
Teknik elektroforesis SDS-PAGE ini juga dapat digunakan untuk berbagai keperluan,
misalnya : penentuan kemurnian protein, penentuan konsentrasi protein,
penentuan adanya proteolisis dan deteksi adanya modifikasi pada protein.
Teknik elektroforesis SDS-PAGE ini juga dapat digunakan untuk berbagai keperluan,
misalnya : penentuan kemurnian protein, penentuan konsentrasi protein,
penentuan adanya proteolisis dan deteksi adanya modifikasi pada protein.
1. Percobaan
Alat :
1. Bio-Rad Mini-Protean II
2. Power Supply
3. Tabung eppendorf
4. Gel loading tips
Bahan :
52
Gambar 1. Molekul protein dalam larutan SDS (a) dan Kurva standar (b).
Acr/Bis 2,5 10
H2O 14,84 13
1M Tris pH 8,7 - 15
TEMED ( µ L) 16 30
PERHATIAN !!!
Akrilamid adalah senyawa neurotoxin. Jadi gunakan sarung tangan kalau membuat
gel akrilamid.
Prosedur :
A. Persiapan Gel
1. Campurkan semua larutan untuk separating gel dengan urutan penambahan
sesuai dengan Tabel 1.
53
2. Tuangkan (dengan menggunakan pipet) larutan kedalam gel sandwich sampai
kira-kira 1,5 cm dari bagian atas plate.
3. Tambahkan air sampai ketinggian kira-kira 1 – 5 mm.
4. Diamkan sampai terjadi polimerisasi (30 menmit)
5. Campurkan semua larutan untuk stacking gel dengan urutan penambahan
sesuai dengan tabel diatas.
6. Buang air yang terdapat pada bagian atas separating gel.
7. Tuangkan campuran stacking gel di atas separating gel dan sisipkan comb
8. Diamkan sampai terjadi polimerisasi (30 menit)
B. Persiapan Sampel
1. Siapkan larutan protein standar dan sampel protein
2. Tambahkan larutan 5 x sample buffer
3. Didihkan selama 5 menit
4. Dinginkan dalam es selama 5 menit
C. Elektroforesis Gel
1. Pasangkan gel sandwich yang telah disiapkan kealat elektroforesis.
2. Tuangkan running buffer kedalam tank elektrofresis
3. Masukan sampel protein (10-20 µg) kedalam tiap-tiap lubang gel dengan pipet
mikro (eppendorf)
4. Pasang penutup alat elektroforesis.
5. Sambungkan ke power supply dan lakukan elektroforesis pada voltase tetap
200 v.
6. Matikan alat setelah blue dye tepat keluar dari gel (kira-kira 60 menit)
54
Tugas :
Pertanyaan :
Percobaan
Alat :
-Tabung reaksi
-Batang pengaduk
-Gelas kimia
- Alat Sentrifuge
55
Bahan :
-Buffer Tris pH 7, 20 mM
-Tabung selofan
Prosedur :
1. Lakukan analisa protein setiap fraksi amonium sulfat yang diperoleh dengan
metoda SDS-PAGE.
Tugas :
Tugas Pendahuluan :
57
LEMBAR KERJA PERCOBAAN
TOPIK : NAMA :
Tanggal : NIM :
Asisten : Kelompok :
Percobaan Pengamatan
58
DAFTAR PUSTAKA
1. Bollag, D.M., Rozycki, M.D. and Edeistein, S.J.,1996. Protein Methods, 2nd ed.,A
John Wiley & Sons, Inc,Pub, New York.
2. Boyer, R.F., 1993, Modern Experimental Biochemistry, 2nd ed, The Benyamin/
Cummings Publishing Company, Inc, California.
5. Sindumarta, M., et al., 1999, Petunjuk Praktikum Biokima Dasar, Jurusan Kimia ,
ITB, Bandung.
8. Stryer,L., 1998, Biochemistry, 4 th ed, W.H. Freeman and Company, New York.
59
60