KELAS :I
KELOMPOK 7
NAMA KELOMPOK :
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS
PANCASILA JAKARTA
2023
I. JUDUL PRAKTIKUM
- Mengidentifikasi karbohidrat dari reaksi kimia yang paling umum sampai spesifik
III. TEORI
DASAR
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan derivat senyawa karbonil (aldehid atau keton) yang juga
mempunyai beberapa gugus hidroksil (polihidroksi). Karbohidrat dikenal juga dengan
nama Sakarida, yang tersebar luas pada tumbuhan serta hewan. Pada tumbuhan,
karbohidrat dihasilkan oleh fotosintesis yang mencakup selulosa dan pati sedangkan
pada jaringan hewan karbohidrat ditemukan dalam bentuk glukosa dan glikogen.
Lipid
Lemak adalah senyawa ester asam lemak dan gliserol. Asam lemak adalah asam
organik rantai Panjang yang mempunyai atom C dari 4 sampai 24, asam lemak memiliki
gugus karboksil tunggal dan ekor hidrokarbon non polar Panjang, yang menyebabkan
kebanyakan lemak bersifat tidak larut dalam air dan tampak berminyak atau berlemak.
Penggolongan lemak dibagi menjadi golongan besar yaitu :
Bahan
a. Sampel Kode : C (Karbohidrat), Z (Lipid)
b. Reagen :
Karbohidrat Lemak
1. Tes Molisch
c. Di kocok ad homogen
2. Tes Benedict
a. Diambil 1 mL benedict.
d. Di kocok ad homogen
3. Tes Barfoed
a. Diambil sampel 2 mL
f. Ditambahkan fosfomolibdtat 1 mL
5. Tes Iodium
6. Tes Bial
LIPID
1. Uji Asam lemak tak jenuh (reaksi addisi)
a. Diambil 2 mL sampel
2. Liebermann – Buchard
a. Diambil 2 sampel
d. Dihomogenkan
Metode Uji
Instruksi Pengamatan Hasil
No. yang digunakan Kesimpulan
Hasil pengamata
n
Tentukan apakah Tes Molisch (+) terbentuk Merupakan
larutan C termasuk cincin ungu karbohidrat
kelompok
1 biomolekul
karbohidrat
Sampel : Larutan C
Reagen :
Prosedur Hidrolisis : 10 ml sukrosa 2% + 5 tetes HCl pekat kemudian dipanaskan
selama 30 menit. Dinginkan dan netral pH nya, lalu encerkan hingga 20 ml
Pada praktikum kali ini melakukan identifikasi karbohidrat dan lipid dengan
menggunakan berbagai uji dan pereaksi. Adapun uji yang dilakukan antara lain :
1. Uji Molisch
berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan sampel menunjukan hasil positif, ini
ditandai dengan terbentuknya warna kompleks ungu.hal ini terjadi karena asam sulfat
pekat akan dihidrolisa menjadi monosakarida dan selanjutnya monosakarida
mengalami dehidrasi oleh asam sulfat menjadi furfural atau hidroksi metil furfural.
Furfural atau hidroksi metil furfural dengan alfanaftol akan berkondensasi membentuk
senyawa kompleks yang berwarna ungu. Apabila pemberian asam sulfat pada larutan
karbohidrat yang telah diberi alfanaftol melalui dinding gelas dan secara hati-hati
maka warna ungu yang terbentuk berupa cincin pada batas antara larutan karbohidrat
dengan asam sulfat.
2. Uji Seliwanoff
berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan menunjukan hasil positif, ini ditandai
dengan terbentuknya warna merah pada larutan yang diujikan, hal ini terjadi karena
pembentukan 4-hidroksi metil furfural yang bereaksi dengan resorsinol membentuk
senyawa yang berwarna merah
3. Uji Benedict
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan menunjukan hasil negatif, hal ini
dikarenakan sampel bukan termasuk gula karena tidak mempunyai gugus aldehyde
atau keton bebas sehingga tidak terbentuk endapan kuprooksida yang merupakan
indicator hasil positif
4. Uji Barfoed
Prinsip uji barfoed adalah suatu sampel monosakarida dan disakarida pereduksi
dicampur dengan reagen barfoed kupri asetat dan asam asetat dalam keadaan basa.
Akibat reaksi antara reagen dan gula pereduksi membentuk endapan Cu2O berwarna
merah bata
Mekanisme reaksinya adalah cupri asetat akan direduksi oleh gugus gula pereduksi,
sehingga bilangan Cu2+ akan turun menjadi Cu2O. Mekanisme reaksi tersebut dapat
digambarkan pada reaksi dibawah ini.
R-COH + 2 Cu2+ + 2H2O R-CO + Cu2O + 4 H+
Langkah pertama yang dilakukan pada uji barfoed adalah mempersiapkan alat dan
bahan terlebih dahulu. Alat yang dibutuhkan diantaranya piper ukur, pipet tetes untuk
mengambil sampel, tabung reaksi gelas beaker, penjepit tabung reaksi untuk
memanaskan sampel di penangas air, tujuan pemanasan tidak langsung adalah karena
reagen barfoed sudah cukup reaktif, sehingga tidak perlu dengan api langsung. Hasil
uji yang didapat negatif, hal ini sudah sesuai dengan literatur, karena sukrosa sudak
tidak memiliki gula pereduksi, sukrosa sebenarnya terdiri dari glukosa dan fruktosa
yang masing-masing memiliki gugus gula pereduksi dan akan bereaksi positif dengan
reagen barfoed. Namun Ketika membentuk sukrosa, kedua gugus gula pereduksi itu
akan menyatu sehingga sukrosa jadi kehilangan kemampuan mereduksinya. Hal ini
menyebabkan apabila dilakukan uji barfoed, sukrosa tidak akan mereduksi reagen
barfoed sehingga warna lautan baik sebelum pemanasan atau reaksi maupun setelah
pemanasan warnanya tetap sama (bansal, 2009)
5. Uji Bial
Pada uji bial dengan sampel sukrosa membentuk larutan berwarna kuning, ini
disebabkan hidroksimetulfultral yang terbentuk dari hexosa akan bereaksi dengan
orsinol membentuk warna kuning kecoklatan sehingga sukrosa bukan merupakan
pentose
6. Uji Iodium
Prinsip dari uji iodium adalah larutan iodium dalam bentuk tri iodide akan masuk
kedalam struktur helical pada karbohidrat kompleks dan akan membentuk biru
pekat/biru kehitaman. Karbohidrat kompleks seperti pati memiliki gulungan helix
yang Panjang sehingga akan bereaksi dengan iodium. Sedangkan pada monosakarida
dan disakarida, gulungan helix yang dimilikinya kecil sehingga terbentu biru pudar
bahkan tidak terbentuk warna. Mekanisme uji iodium adalah kalium iodide yang
diteteskan pada sampel akan membentuk suatu ion tri iodide. Tri iodide ini kemudian
akan masuk kedalam sturuktur helix karbohidrat kompleks dan membentuk warna
biru/kehitaman. Hasil uji yang didapatkan pada uji iodium adalah negative ini ditandai
warna larutan nya adlah coklat tua, berdasarkan literatur sukrosa merupakan
disakarida. Disakarida hanya terdiri dari dua gula. Sehingga gulungan helix yang
dimilikinya kecil. Hal ini menyebabkan tri iodide susah masuk kegulungan sukrosa
sehingga tidak terbentuk warna biru tua (sinnot, 2007)
7. Uji Liebermann Burchard
Prinsip uji Lieberman Burchard untuk mengidentifikasi senyawa golongan
steroid salah satunya adalah kolesterol. Pereaksi Lieberman Burchard merupakan
campuran antara asam setat anhidrat dan asam sulfat pekat. Asam asetat anhidrat
digunakan untuk mengekstraksi kolesterol, memastikan media bebas air dan
membentuk turunan asetil dari steroid, asam sulfat pekat ditetesi melewati dinding
akan
menghasilkan warna hijau untuk senyawa steroid termasuk kolesterol. Penambahan
kloroform untuk melarutkan kolesterol, karena 1 bagian kolesterol yang bersifat non
polar larut dalam pelarut non polar yaitu 4,5 bagian kloroform sesuai dengan prinsip
“like dissolve like” maka senyawa non polar akan larut non polar (Lehninger 1988).
Hasil didapat pada uji ini sudah sesuai literatur ditandai dengan terbentuknya warna
merah, kemudian biru dan hijau ini dikarenakan mekanisme yang terjadi dalam uji ini
ketika asam sulfat ditambahkan ke dalam campuran yang berisi kolesterol, maka
molekul air berpindah dari gugus C 3kolesterol, kolesterol kemudian teroksidasi
membentuk 3,5-kolestadiena. Produk ini dikonversi menjadi polimer yang
mengandung kromofor yang menghasilkan warna hijau. Warna ini disebabkan karena
adanya gugus hidroksi (−OH) dari kolesterol bereaksi dengan
pereaksi Lieberman Burchard dan meningkatkan konjugasi dari ikatan tak jenuh dalam
cincin yang berdekatan. Warna hijau ini menandakan hasil yang positif
8a. Tes asam lemak tidak jenuh (Reaksi Addisi)
Pada uji sifat ini, reaksi yang terjadi adalah reaksi adisi oleh unsur halogen (bromin
atau iodin). Spesi halogen akan memutus ikatan rangkap yang terdapat pada
molekul zat, kemudian spesi tersebut akan menggantikan posisi dari ikatan rangkap
tersebut melalui reaksi adisi sehingga jumlah ikatan rangkap dalam molekul zat akan
berkurang atau menjadi tidak ada sama sekali (jika semuanya teradisi oleh unsur
Hasil yang didapatkan pada uji kali ini memberikan hasil negatif ini di tandai
terbentuknya warna merah, ini dikarenakan kolesterol tidak memiliki Ikatan rangkap
menunjukkan bahwa senyawa itu memiliki lemak jenuh.
8b Berdasar hasil reaksi addisi pada beberapa kelompok maka dapat diurutkan
sampel berdasarkan kejenuhannya 1. Kolesterol, 2. Lemak padat, 3. Margarin, 4.
Minyak kelapa
9. Hidrolisis Sukrosa
Berdasarkan hasil percobaan hidrolisis sukrosa diperoleh data bahwa sukrosa yang
ditambahkan Hcl pekat dan dipanaskan serta dinetralkan dengan dengan NaOH bila
diambil beberapa tetes dan diuji dengan benedict sebelum dipanaskan tidak berwarna
ternyata setelah dipanaskan menghasilkan suatu endapan berwarna merah bata.
Terbentuknya endapan merah bata ini sebagai hasil reduksi ion Cu2+ menjadi ion Cu+
oleh suatu gugus aldehid atau keton bebas yang terkandung dalam gula pereduksi
yang berlangsung dalam suasana alkali basa. Dengan uji seliwanoff yang ditambah
Hcl pekat , sebelum dipanas tidak berwarna dan setelah dipanaskan terbentuk larutan
merah. Uji seliwanoff menunjukkan hasil positif, hal ini membuktikan bahwa pada
sukrosa terkandung fruktosa setelah dihidrolisis.
PEMBAHASAN KISI-KISI :
(-) tidak terjadi perubahan warna / tetap biru jernih (kadar glukosa < 0,5%) (+1)
terjadi warna hijau kekuningan (kadar glukosa 0,5% - 1%)
(+2) terjadi warna kuning keruh (kadar glukosa 1% - 1,5%)
(+3) terjadi warna jingga/lumpur keruh (kadar glukosa 2% - 3,5%) (+4)
terjadi warna merah bata (kadar glukosa > 3,5%).
Uji Benedict menggunakan prinsip bahwa larutan CuSO4 dalam suasana alkali
(basa) akan bereaksi dengan gula yang mempunyai gugus aldehida atau keton bebas
(gula pereduksi) sehingga cupri oksida (CuO) tereduksi menjadi Cu2O yang
berwarna merah bata. Ketika gula pereduksi dicampur dengan reagen Benedict dan
dipanaskan, maka menyebabkan reagen Benedict berubah warna. Warna ini
bervariasi dari hijau sampai merah bata, tergantung pada jumlah dan jenis gula.
Oleh karena itu, reaksi benedict bersifat semi kuantitatif.
Terbentuknya endapan merah bata ini sebagai hasil reduksi ion Cu2+ menjadi ion
Cu+ oleh suatu gugus aldehid atau keton bebas yang terkandung dalam gula reduksi
yang berlangsung dalam suasana alkalis (basa). Sifat basa yang dimiliki oleh
pereaksi Benedict ini dikarenakan adanya senyawa natrium karbonat, hal ini lah
yang membedakan dari tes Barfoed yang berlangsung dalam suasana asam. Uji
Benedict menggunakan prinsip bahwa larutan CuSO4 dalam suasana alkali (basa)
akan bereaksi dengan gula yang mempunyai gugus aldehida atau keton bebas (gula
pereduksi) sehingga cupri oksida (CuO) tereduksi menjadi Cu2O yang berwarna
merah bata. Ketika gula pereduksi dicampur dengan reagen Benedict dan
dipanaskan, maka menyebabkan reagen Benedict berubah warna. Warna ini
bervariasi dari hijau sampai merah bata, tergantung pada jumlah dan jenis gula.
Oleh karena itu, reaksi benedict bersifat semi kuantitatif.
5. Pengujian untuk membedakan antara glukosa dan frukstosa, adalah menggunakan
pereaksi seliwanoff / Tes uji seliwanoff. yaitu larutan resorsinol (1,3 dihidroksi-
benzena) dalam asam HCl. Dengan pereaksi ini, mula-mula fruktosa diubah
menjadi hidroksimetilfurfural yang selanjutnya bereaksi dengan resorsinol
membentuk senyawa yang berwarna merah. Dengan uji ini, gula ketosa seperti
fruktosa akan menghasilkan warna merah ceri, sedangkan gula aldosa seperti
glukosa akan memberikan hasil negatif dengan tidak muncul warna merah pada
larutan. Namun apabila pemanasan tidak sesuai dengan prosedur (lebih dari 5
menit), gula aldosa kadang akan menghasilkan warna merah muda Sedangkan
sukrosa (gabungan antara fruktosa dan glukosa) akan menghasilkan warna merah
ceri karena adanya fruktosa di dalamnya.
1. Suatu karbohidrat dapat dibuktikan dengan terbentuknya warna cincin berwarna ungu,
sehingga dapat dinyatakan sampel sukrosa yang diujikan termasuk karbohidrat
2. Pada pengujian ketosa dibuktikan dengan terbentuknya senyawa kompleks berwarna merah orange
pada sukrosa sehingga mengandung ketosa.
3. Pada pengujian benedict menunjukkan hasil yang negatif karena sampel sukrosa bukan termasuk gula
pereduksi
4. Monosakarida hasil positif ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata. Sampel sukrosa yang di
ujikan terbentuk warna biru muda sehingga dapat disimpulkan sukrosa bukan termasuk monosakarida
5. pentosan hasil negatif ditandai dengan tidak terbentuknya warna kuning. Sampel sukrosa yang di ujikan
terbentuk wanrna merah sehingga dapat disimpulkan sukrosa bukan termasuk pentosan
6. Iodium hasil positif ditandai dengan terbentuknya warna biru. Sampel sukrosa yang di ujikan terbentuk
wanrna biru muda sehingga dapat disimpulkan sukrosa bukan termasuk amilum. berdasarkan literatur
sukrosa merupakan disakarida. Disakarida hanya terdiri dari dua gula. Sehingga gulungan
helix yang dimilikinya kecil. Hal ini menyebabkan tri iodide susah masuk kegulungan sukrosa
sehingga tidak terbentuk warna biru tua
7. Pada pengujian kolesterol didapatkan hasil positif ini ditandai dengan terbentuknya warna merah, biru,
kemudian hijau
8. Pada uji ketidak jenuhan lemak (reaksi addisi) hasil yang didapatkan negatif, kerena sampel
kolesterol yang diujikan tidak memiliki ikatan rangkap
9. Berdasarkan kejenuhannya dari yang jenuh sampai tidak jenuh maka dapat diurutkan sebagai
berikut :
1. Kolesterol
2. Lemak padat
3. Margarin
4. Minyak kelapa
IX. Daftar Pustaka