Anda di halaman 1dari 7

Salah satu bagian penting dalam kimia analitik adalah analisis dengan metode gravimetri.

Analisis secara gravimetri didasarkan atas pengukuran massa analit atau beberapa senyawa yang secara kimia berhubungan dengan analit. Metode gravimetri secara umum dibedakan menjadi dua golongan utama, yaitu metode pengendapan dan penguapan. Metode pengendapan merupakan cara analisis dengan mengendapkan analit menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan susunan kimia yang tetap (Selamat, 2002). Tahap-tahap dalam analisis gravimetri metode pengendapan adalah mengendapkan analit, menapis endapan, mencuci endapan, memanaskan atau memijarkan endapan dan menimbang endapan. Dari keseluruhan tahap tersebut, pembentukan endapan memegang peranan yang penting untuk keberhasilan suatu analisis. Endapan yang diharapkan dalam analisis gravimetri harus memenuhi tuntutan teoritis dan praktis. Secara teoritis, suatu zat akan mengendap apabila harga hasil kali konsentrasi ion-ion (HKI) dalam larutan melampaui konstanta hasil kali kelarutannya (Ksp). Harga Ksp dapat dilampaui apabila sebagian atau semua konsentrasi ion-ionnya diperbesar. Secara praktis, endapan yang diharapkan adalah berupa endapan kasar, bersifat bulky, dan spesifik. Endapan dengan susunan kasar sangat diharapkan dalam proses pengendapan karena dengan struktur yang kasar maka endapan dapat dengan mudah disaring dan dicuci. Selain bersifat kasar, endapat juga harus bersifat bulky dan spesifik. Endapan yang bersifat bulky maksudnya endapan tersebut memiliki volume atau massa besar, tetapi berasal dari sampel dalam jumlah sedikit. Sedangkan endapan bersifat spesifik maksudnya endapan tersebut terbentuk apabila pereaksi yang digunakan hanya dapat mengendapkan komponen yang akan dianalisis saja. Tahap selanjutnya setelah pembentukan endapan dalam analisis gravimetri adalah menapis endapan. Menapis endapan adalah proses pemisahan zat yang mengendap dari cairannya dan apabila alat yang digunakan adalah kertas saring maka prosesnya adalah menyaring. Setelah melewati tahap penapisan endapan maka tahap selanjutnya adalah mencuci endapan. Mencuci endapan adalah memisahkan zat-zat lain yang teradsorpsi secara fisik oleh endapan. Tahap selanjutnya dari analisis gravimetri ini adalah memanaskan atau memijarkan endapan. Memanaskan atau memijarkan endapan bertujuan untuk memperoleh endapan dengan susunan kimia yang tetap. Bila endapan yang diperoleh memiliki sifat yang dapat dipengaruhi

oleh situasi dan kondisi lingkungannya, maka sebelum ditimbang endapan tersebut dipanaskan atau dipijarkan sehingga mengalami perubahan kimia dan secara cepat menghasilkan zat baru yang mempunyai susunan kimia tetap. Contoh: CaC2O4.H2O(basah) CaC2O4.H2O(basah) berbeda. Setelah didapatkan endapan dengan susunan kimia yang tetap tahap akhir yang dilakukan adalah menimbang endapan. Menimbang adalah suatu cara untuk menetapkan jumlah massa dari endapan yang diperoleh. Untuk memperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan, penimbangan dilakukan dengan neraca yang mempunyai kepekaan yang cukup tinggi. Kepekaan dari neraca ditentukan oleh kemampuannya membedakan perbedaan berat. Dalam analisis gravimetri endapan yang dihasilkan ditimbang dan dibandingkan dengan berat sampel. Persentase berat analit A terhadap sampel dinyatakan dengan persamaan. CaC2O4(kering) + H2O(uap) CaCO3(kering) + CO(gas) + H2O(uap)

Dengan pemanasan atau pemijaran pada temperatur yang berbeda akan memberikan hasil yang

Untuk menetapkan berat analit dari berat endapan sering dihitung melalui faktor gravimetri. Faktor gravimetri didefinisikan sebagai jumlah berat analit dalam 1 gram berat endapan. Hasil kali dari berat endapan P dengan faktor gravimetri sama dengan berat analit Berat analit A = berat endapan P x faktor gravimetri, sehingga:

Faktor gravimetri dapat dihitung bila rumus kimia analit dari endapan diketahui dengan tepat. Faktor gravimetri ditentukan oleh dua faktor, yaitu berat molekul atau berat atom dari analit dan berat molekul dari endapan. a. Alat dan Bahan TABEL 2. RINCIAN ALAT No 1 2 Nama Alat Neraca analisis Spatula Jumlah 1 buah 1 buah

3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Gelas kimia Batang pengaduk Penangas Termometer Pemanas listrik (oven) Corong Kaca Desikator Pipet tetes Kaca arloji Tabung reaksi Tabung Reaksi Penjepit kayu Gelas kimia Gelas ukur Cawan porselin

2 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 2 buah 6 buah 1 set 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah

TABEL 3. RINCIAN BAHAN No 1 2 3 4 5 Nama Bahan Batu kapur Larutan HCl Pekat Amonium oksalat Aquades Kertas Saring Konsentrasi Jumlah 0,25 M Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya Secukupnya

I.

Prosedur Kerja dan Hasil Pengamatan No. a. Prosedur Kerja Hasil Pengamatan Ditimbang dengan teliti sampel batu Sampel batu kapur berupa serbuk yang kapur sebanyak 0,200 gram. Saat berwarna putih. bersamaan kertas saring dikeringkan Sampel batu kapur yang digunakan dalam oven sampai didapatkan berat adalah sebanyak 0,200 gram.

yang konstan.

Massa kertas saring yang digunakan adalah 1,2841gram.

b.

Sampel tersebut dilarutkan dengan HCl Setelah sampel kapur sirih dilarutkan encer sampai larut sempurna. Hati-hati dengan HCl 3 M, terbentuk larutan putih terhadap adanya gas. susu, namun sampel belum melarut seluruhnya. Setelah dilarutkan dalam HCl 11,9 M, larutan menjadi bening dan sampel melarut seluruhnya. Larutan tersebut diendapkan dengan Larutan (NH4)2C2O4 tidak berwarna menambahkan amonium oksalat (asam Setelah larutan sampel ditambahkan oksalat) sampai sempurna. Untuk hal ini dilakukan uji kualitatif untuk beberapa tetes amonium oksalat 0,25M, mula-mula terbentuk larutan berwarna putih setelah didiamkan dan dipanaskan terbentuk 2 lapisan (endapan putih di bawah dan larutan keruh). Selanjutnya dilakukan penyaringan dan filtrat ditambahkan amonium oksalat lagi untuk menguji kesempurnaan

c.

memastikannya.

pengendapan, dan setelah diuji pada filtrat ternyata masih terbentuk lagi endapan putih. d

Pembahasan Pada praktikum kali ini, dilakukan uji analisis kandungan kalsium terhadap sampel batu kapur. Mula-mula kertas saring dan sampel ditimbang dengan menggunakan neraca analitik. Penggunaan neraca analitik ini dikarenakan neraca ini memiliki kepekaan yang cukup tinggi dan mampu membedakan berat sampai 0,1 miligram. Berat sampel yang digunakan adalah 0,200 gram. Sedangkan, kertas saring yang akan digunakan ditimbang dan dikeringkan dalam oven sampai didapatkan berat yang konstan. Berat awal kertas saring sebelum dikeringkan adalah gram dan setelah dikeringkan didapatkan berat kertas saring yang konstan. Berat konstan kertas

saring yang didapatkan adalah 1,5173 gram. Pengurangan berat kertas saring ini disebabkan karena adanya pengurangan kadar air pada kertas saring. Berat kertas saring yang konstan akan sangat bagus untuk analisis kuantitatif. Pengeringan dan penimbangan terhadap kertas saring dilakukan dengan tujuan dalam penimbangan endapan. Setelah penimbangan sampel dilakukan, selanjutnya sampel dilarutkan dengan menggunakan HCl 2M. Setelah penambahan 2M larutan HCl, tidak semua serbuk batu kapur larut sehingga digunakan HCl 11,9M untuk melarutkan keseluruhan sampel batu kapur dan didapatkan terbentuk larutan berwarna putih, sedikit keruh, dan terbentuk sedikit gelembunggelembung gas. Ketika didiamkan larutan menjadi lebih bening. Larutnya sampel menyebabkan larutan yang terbentuk tidak berwarna. Reaksi yang terjadi :
Ca2+(sampel) + 2HCl(aq) CaCl2(aq) + 2H2(g)

untuk mempermudah perhitungan berat endapan yang didapatkan

karena kertas saring digunakan sebagai alas pada saat penimbangan

Dari reaksi tersebut terbentuknya sedikit gelembung-gelembung gas karena adanya gas CO dalam sistem. Pada keadaan ini belum terbentuk endapan, karena ion C2O42- akan diikat oleh HCl membentuk H2C2O4. Reaksi yang terjadi adalah 2H+(aq) + C2O42-(aq) H2C2O4(aq) Selanjutnya, ke dalam larutan ditambahkan pereaksi pengendap. Pada percobaan ini digunakan amonium oksalat dalam suasana asam karena pada pengendapan Ca2+ sebagai CaC2O4 dengan penambahan zat pengendap pada larutan yang telah direaksikan dengan HCl. Apabila pengendapan tidak dilakukan dalam suasana asam maka dalam keadaan ini tidak akan terbentuk endapan karena ion C2O42- akan diikat membentuk H2C2O4 dengan adanya HCl. Secara teori, penambahan pereaksi pengendap amonium oksalat akan membentuk garam oksalat yaitu kalsium oksalat (CaC2O4). Reaksi yang terjadi antara amonium oksalat dengan ion kalsium adalah sebagai berikut: Ca2+ (aq) + C2O42- (aq) CaC2O4(s) Setelah larutan sampel ditambahkan beberapa tetes larutan amonium oksalat, mula-mula terbentuk larutan berwarna putih. Setelah didiamkan dan dipanaskan maka akan terbentuk dua lapisan dimana lapisan bawah merupakan endapan putih dari CaC2O4 dan lapisan atas berupa larutan keruh.

Selanjutnya campuran ini disaring dengan menggunakan kertas saring yang telah ditimbang sebelumnya. Filtrat hasil penyaringan ditambahkan lagi dengan amonium oksalat. Hal ini bertujuan untuk mengendapkan ion kalsium yang masih tersisa dalam filtrat. Penambahan amonium oksalat kembali pada filtrat menghasilkan endapan putih dari CaC2O4. Kemudian endapan ini disaring kembali. Selanjutnya filtrat ditambahkan lagi dengan amonium oksalat. Penambahan ini tidak menghasilkan endapan putih (ion kalsium dalam filtrat telah mengendap sempurna pada penambahan amonium oksalat sebelumnya). Terjadinya endapan CaC2O4 tersebut disebabkan karena harga hasil kali ion-ion (HKI) dalam larutan melampui konstanta hasil kali kelarutannya (Ksp CaC2O4 adalah 2,3 10-9). Apabila konsentrasi Ca2+ dan atau C2O42diperbesar maka kesetimbangan diatas akan terganggu akibatnya reaksi akan bergeser ke arah pembentukan endapan. Setelah endapan disaring, selanjutnya endapan dipanaskan pada suhu 220C. Tujuan dari pemanasan ini adalah untuk mengeringkan endapan (menghilangkan H2O) sehingga diperoleh endapan dengan susunan kimia yang tetap. Pada proses pengeringan ini kemungkinan endapan tersebut dapat terurai, teroksidasi, menguap atau tereduksi. Adapun kemungkinan reaksi yang terjadi adalah: CaC2O4.H2O (basah) CaC2O4 (kering) + H2O(g) CaC2O4.H2O (basah) CaCO3 (kering) + CO(g) + H2O(g) CaC2O4 (kering) CaO(s) + CO(g) + CO2(g) Sebelum ditimbang, endapan yang telah dipanaskan selanjutnya didinginkan.

Pendinginan bertujuan untuk menghindari penyerapan uap air yang ada di udara oleh CaC2O4 dalam jumlah yang tidak tertentu. Pendinginan dilakukan agar tidak terjadi perbedaan suhu yang terlalu besar antara endapan dan neraca yang dapat mengakibatkan kerusakan pada neraca sehingga endapan yang ditimbang menjadi tidak teliti karena terjadi konveksi udara. Setelah suhunya turun, endapan kemudian ditimbang. Untuk memperoleh berat endapan yang konstan dan menjamin bahwa endapan tersebut telah kering atau mempunyai susunan yang tetap maka dilakukan pemanasan, pendinginan, dan penimbangan endapan berulang kali sampai diperoleh berat endapan yang tetap. Dalam percobaan ini dilakukan proses pemanasan-pendinginan-penimbangan sebanyak tiga kali. Ketiga data yang didapatkan dari hasil pengukuran yaitu:

Penimbangan I = 0,735 gram Penimbangan II = 0,741 gram Penimbangan II = 0,762 gram Rata-rata berat endapan yang diperoleh adalah

Massa endapan yang diperoleh sebesar

gram gram = gram. Endapan yang

diperoleh merupakan endapan CaC2O4 yang telah terbebas dari H2O dengan reaksi: CaC2O4.H2O (basah) CaC2O4 (kering) + H2O(g) Perhitungan Gravimetri untuk Menghitung % Ca, CaO dan CaCO3 dalam Sampel Persentase Ca =
Berat endapan Faktor gravimetri 100 % Berat sampel

= Persentase CaO =
Berat endapan Faktor gravimetri 100 % Berat sampel

= Persentase CaCO3 =
Berat endapan Faktor gravimetri 100 % Berat sampel

Anda mungkin juga menyukai