Anda di halaman 1dari 36

ANALISIS GRAVIMETRI

DAN PERMANGANOMETRI
Disusun Oleh:
Hizam Ali Akbar
(202184204001)
Pengertian
Analisis gravitrimetri atau analisis kuantitatif berdasarkan bobot, yaitu
dimana suatu proses isolasi serta penimbangan suatu unsur atau senyawa
tertentu dari unsur tersebut dalam bentuk yang semurni mungkin. Bagian
terbesar dari penentuan secara analisis gravimetri meliputi transformasi
unsur atau radikal senyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi
bentuk yang dapat di timbang dengan teliti. Lalu, bobot unsur atau radikal
senyawa itu dengan mudah dapat dihitung dari pengetahuan tentang
rumus senyawaannya serta bobot atom unsur-unsur penyusunannya
(konstituennya).
pengertian
Gravimetri adalah pemeriksaan jumlah zat dengan cara penimbangan
hasil reaksi pengendapan. Gravimetri merupakan pemeriksaan jumlah zat
yang paling tua dan paling sederhana dibandingkan dengan cara
pemeriksaan kimia lainnya. Kesederhanaan itu kelihatan karena dalam
gravimetri jumlah zat ditentukan dengan cara menimbang langsung massa
zat yang dipisahkan dari zat-zat lain.
pengertian
Pada pemisahan unsur atau senyawaan yang mengandungnya dapat
dicapai dengan beberapa metode, antara lain :
(a) pengendapan,
(b) metode penguapan atau pembebasan (gas),
(c) metode elektrolisis,
(d) metode ekstraksi dan kromatografi.
PRINSIP DASAR
Metode gravimetri untuk analisa kuantitatif didasarkan pada stokiometri reaksi
pengendapan, yang secara umum dinyatakan dengan persamaan :
aA + pP → AaPp
“a” adalah koefisien reaksi setara dari reaktan analit (A), “p” adalah koefisien reaksi
setara dari reaktan pengendap (P) dan AaPp adalah rumus molekul dari zat kimia
hasil reaksi yang tergolong sulit larut (mengendap) yang dapat ditentukkan beratnya
dengan tepat setelah proses pencucian dan pengeringan. Penambahan reaktan
pengendap P umumnya dilakukan secara berlebih agar dicapai proses pengendapan
yang sempurna.
PRINSIP DASAR
Misalnya, pengendapan ion Ca2+ dengan menggunakan reaktan pengendap ion oksalat C2O4 2- dapat

dinyatakan dengan persamaan reaksi berikut:

a. Reaksi yang menyertai pengendapan :

Ca2+ + C2O4 2- → CaC2O4 (s)

b) Reaksi yang menyertai pengeringan:

CaC2O4(s) →CaO(s) + CO2(g) + CO(g)


Agar penetapan kuantitas analit dalam metode gravimetri
mencapai hasil yang mendekati nilai sebenarnya, harus
dipenuhi dua kriteria berikut :
(1) proses pemisahan atau pengendapan analit dari
komponen lainnya berlangsung sempurna;
(2) endapan analit yang dihasilkan diketahui dengan tepat
komposisinya dan memiliki tingkat kemurnian yang tinggi,
tidak bercampur dengan zat pengotor.
Metode Gravimetri
Metode gravimetri merupakan suatu metode yang digunakan
dalam analisis gravimetri yang digunakan untuk menentukan
kuantitas analit secara konvensional. Pada dasarnya, metode
gravimetri dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a) Gravimetri cara penguapan, misalnya untuk menentukan
kadar air, (air kristal atau air yang ada dalam suatu spesies).
b) Gravimetri elektrolisa, zat yang dianalisa di tempatkan di
dalam sel elektrolisa. Setelah dilakukan elektrolisa, maka
logam yang mengendap pada katoda selanjutnya dapat
ditimbang.
Metode Gravimetri
Metode gravimetri merupakan suatu metode yang digunakan
dalam analisis gravimetri yang digunakan untuk menentukan
kuantitas analit secara konvensional. Pada dasarnya, metode
gravimetri dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
c) Gravimetri metode pengendapan menggunakan pereaksi
yang akan menghasilkan endapan dengan zat yang dianalisa
sehingga mudah untuk di pisahkan dengan cara penyaringan.
a. Gravimetri dengan metode pengendapan Pada metode ini, pereaksi
tertentu yanda dapat digunakan untuk mengendapkan zat yang
dianalisis. Syarat endapan yang dihasilkan harus berbentuk hablur kasar
atau berupa kristal kasar agar mudah untuk dipisahkan dengan
penyaringan. Contoh : Kalsium oksalat merupakan kalsium yang
ditetapkan secara gravimetri dengan metode cara pengendapan
sehingga terbentk endapan yang selanjutnya akan dikeringkan dan
dipanggang. Endapan kalsium oksalat tersebut akan berubah menjadi
kalsium oksida dengan melepaskan gas karbon dioksida dan karbon
monoksida. Reaksi yang terjadi adalah :
Gravimetri dengan cara penguapan atau pembebasan (gas)
Pada metode ini, analit akan diuapkan kemudian untuk zat
yang tidak menguap akan ditimbang. Dengan demikian, pada
massa bagian yang hilang/menguap dapat ditentukan
kuantitatifnya. Contoh : pada penentuan kadar air yang
terdapat dalam sampel organik dan penentuan air kristal
(hidrat) yang terikat dalam suatu senyawa.
Gravimetri dengan cara elektrolisis
Pada metode ini, larutan yang mengandung analit diletakkan dalam
sel elektrolisis. Proses elektrolisis berlangsung dalam waktu tertentu.
Selama proses tersebut, logam yang telah mengendap di katode dapat
ditentukan beratnya. Contoh: pada penentuan tembaga (Cu) yang
terdapat dalam larutan sampel dielektrolisis selama waktu tertentu
dengan menggunakan katode platina (Pt) dalam kondisi asam.
Sehingga, reaksi yang terjadi selama proses elektrolisis adalah :
Pada proses tersebut, pada katode ion yang terdapat dalam larutan
sampel telah mengalami reduksi sehingga menghasilkan endapan Cu,
sedangkan pada anade terjadi reaksi oksidasi air yang menghasilkan
ion dan . Massa endapan Cu yang dihasikan di katode dapat digunakan
untuk perhitungan menentuakan selisih antara massa elektroda
sesudah elektrolisis dengan sebelum elektrolisis.
Syarat-syarat umum dalam gravimetri metode pengendapan adalah
sebagai berikut;
a) Kelarutan zat yang dibuat endapannya itu harus kecil sehingga zat
yang harus dipisahkan mengendap secara kuantitatif.
b) Endapan harus dipisahkan dengan cara penyaringan. c) Komponen
yang diinginkan harus dapat dirubah menjadi senyawa murni
dengan susunan kimia yang tepat.
Langkah-Langka Analisis Gravimetri
Langkah-langkah analisis gravimetri adalah sebagai berikut;
a) Cuplikan ditimbang dan dilarutkan sehingga partikel yang
akan diendapkan dijadikan ionionnya.
b) Ditambahkan pereaksi agar terjadi endapan. Perhatikan
reaksi yang terjadi, keadaan optimum untuk pengendapan,
kemurnian endapan, proses terjadinya kopresipitasi, terjadinya
endapan yang mudah disaring, endapan yang mudah dicuci.
c) Proses pemisahan endapan/penyaringan endapan, macam-
macam penyaring, memilih kertas saring yang sesuai, cara-cara
mempersiapkan kertas saring pada corong, cara memelihara
cairan dalam corong waktu menyaring.
Langkah-Langka Analisis Gravimetri
Perhitungan Dalam Analisis Gravimetri Dalam analisis gravimetri endapan
yang dihasilkan ditimbang dan dibandingkan dengan berat sampel. Prosentase
berat analit A terhadap sampel dinyatakan dengan persamaan :

Untuk menetapkan berat analit dari berat endapan sering dihitung melalui
faktor gravimetri. Faktor gravimetri didefinisikan sebagai jumlah berat analit
dalam 1 gram berat endapan. Hasil kali dari endapan P dengan faktor sama
dengan berat analit.
Langkah-Langka Analisis Gravimetri
Berat analit A = berat endapan P x faktor gravimetri, Sehingga :

Faktor gravimetri dapat dihitung bila rumus kimia analit dari endapan
diketahui dengan tepat.
Contoh Soal
0,6025 gram sampel garam klorida dilarutkan dalam air, kemudian
ditambahkan larutan perak nitrat berlebih untuk mengendapakan
seluruh kloridanya sebagai endapan perak klorida. Setelah disaring dan
dicuci, perak klorida yang dihasilkan adalah 0,7134 gram. Tentukkan
prosentase klorida (Cl-) dalam sampel.
Penyelesaian :
Reaksi pengendapan : Ag+ + Cl- → AgCl (s)
Faktor gravimetri
= Ar (Cl-) : Mr (AgCl)
= 35,45 : 143,32 = 0,27

faktor gravimetri ditentukkan oleh dua faktor,yaitu berat molekul


(atau berat atom) dari analit dan berat molekul dari endapan,
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.1 berikut.
Memahami perhitungan stoikiometri reaksi antara analit,
pengendapan dan hasil endapannya merupakan bagian penting
dalam mengaplikasikan metode gravimetri
Tabel Rumusan Faktor Gravimetri
Contoh Soal
Contoh Soal : Aplikasi stoikiometri dalam metode gravimetri

Phosphor dalam batuan phosphat ditimbang beratnya sebesar


0,5428 gr, dilarutkan dan diendapkan sebagai MgNH4PO4.6H2O,
kemudian dipanaskan untuk menghasilkan Mg2P2O7. Jika berat
Mg2P2O7 keringnya adalah 0,2234 g, hitung : (a) Prosentase P2O5
dalam sampel dan (b) prosentase P
Proses Pengendapan Dalam Analisis Gravimetri
Partikel hasil proses pengendapan ditentukan oleh proses nukleasi
dan pembentukan nukleus. Dalam analisa gravimetri harus selalu
diupayakan agar didapat endapan yang murni dan
partikelpartikelnya cukup besar sehingga mudah disaring dan dicuci.
Pembentukan partikel endapan terjadi dalam larutan yang lewat
jenuh. Langkah pertama terjadi partikel-partikel nukleus. Kation dan
anion dalam larutan bertambah dengan nukleus-nukleus itu dan
melekat pada permukaannya dengan ikatan kimia. Itulah yang
menyebabkan tumbuhnya suatu kisi kristal berdimensi tiga
Jadi dalam prakteknya harus diusahakan menambahkan
sedikit pereaksi agar terjadi nukleasi atau inti-inti hablur
yang jumlahnya tidak terlalu besar dan inti-inti hablur itu
yang selanjutnya menjadi partikel-partikel endapan yang
mudah disaring.
PENGGUNAAN ANALISIS GRAVIMETRI
Analisis gravimetri telah banyak diaplikasikan untuk analisis kation dari
unsur-unsur yang terdapat dalam sistem periodik unsur seperti yang
dicantumkan pada Tabel berikut :
Penetapan Berbagai Unsur Melalui Metode
Gravimetri
PENGGUNAAN ANALISIS GRAVIMETRI
Metode gravimetri dapat juga digunakan untuk analisis kuantitatif
bahan organik tertentu seperti kolesterol pada cereal dan laktosa pada
produk susu. Kolesterol sebagai steroid alkohol dapat diendapkan
secara kuantitatif dengan saponin organik yang disebut digitonin (Mr =
1214) membentuk kompleks 1:1 yang tidak larut.

Metode gravimetri bukanlah metode analisis kuantitatif yang spesifik,


sehingga dapat digantikan dengan metode analisis instrumentasi
moderen spektroskopi dan kromatografi. Walaupun demikian, sering
metode gravimetri menjadi pilihan karena peralatan dan prosedur
pelaksanaannya yang sederhana. Analisis gravimetri masih banyak
diterapkan untuk analisis konstituen makro yang menghasilkan
endapan AgCl, BaSO4, Fe(OH)3
PERMANGANOMETRI
Permanganometri merupakan salah satu metode titrasi yang
menggunakan prinsip reaksi reduksi dan oksidasi. Permanganometri
merupakan suatu metode yang sering digunakan karena
permanganometri memiliki kelebihan antara lain
Permanganometri merupakan oksidator kuat, tidak memerlukan
indikator, mudah diperoleh dan terjangkau (Khopkar, 2003).
Adapun kekurangan dari metode ini adalah larutan ini tidak stabil
dalam penyimpanan, jadi harus sering dilakukan pembakuan
(Mursyidi dan Rohman, 2006).
Titrasi permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan
reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi
oksidasi dan reduksi. Yang terjadi antara dengan suatu bahan tertentu. Pada
reaksi permanganometri ini, ion MnO4- bertindak sebagai oksidator kuat. Ion
MnO4- akan berubah menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam.

Kalium permanganat ( ) merupakan oksidator yang mudah diperoleh,


murah, dan tidak memerlukan indikator (autoindikator) untuk menunjukkan
perubahan warna yang terjadi.
Oleh karena itu, setetes larutan KMnO4 0,1 N saja sudah
memberikan warna merah muda yang jelas. Apabila titik
ekuivalen belum tercapai, maka warna tersebut akan hilang
ketika kembali dihomogenkan. Pada saat warna larutan analit
berubah menjadi merah muda dan warna tersebut tidak
berubah atau hilang (relatif permanen), maka proses titrasi
sudah bisa dihentikan atau sudah mencapai titik akhir titrasi.
Kalium permanganat bukan merupakan larutan baku primer, maka larutan harus
distandarisasi, antara lain dengan arsen(III) oksida (As 2O3 ) dan Natrium oksalat

( Na2C2O4 ). Permanganometri dapat digunakan untuk penentuan kadar besi, kalsium


dan hidrogen peroksida. Pada penentuan besi, pada biji besi mula-mula dilarutkan
dalam asam klorida, kemudian semua besi direduksi menjadi Fe 2+, lalu dititrasi secara
permanganometri. Sedangkan pada penetapan kalsium, mula-mula .kalsium diendapkan
sebagai kalsium oksalat kemudian endapan dilarutkan dan oksalatnya lalu dititrasi
dengan permanganat.
Permanganat bereaksi secara beraneka, karena mangan dapat memiliki
keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7 . Larutan permanganat berwarna
ungu, jika titrasi dilakukan untuk larutan yang tidak berwarna, indikator tidak
diperlukan. Namun jika larutan permanganat yang digunakan dalam keadaan
encer, maka penambahan indikator dapat dilakukan. Beberapa indikator yang
dapat dipergunakan seperti feroin, asam N-fenil antranilat.
Reaksi antara larutan kalium permanganat (KMnO4) dengan suatu bahan
reduktor dapat menghasilkan senyawa mangan (Mn2+ ) dengan beberapa jenis
bilangan oksidasi. Sehingga jumlah bilangan oksidasi mangan (Mn 2+) yang
dihasilkan tergantung pada pH larutan seperti yang terjadi pada reaksi reduksi
berikut ini :
Pada reaksi (a) dan (d) terlihat relatif kurang stabil dibandingkan dengan
reaksi (b) dan (c). Oleh sebab itu, larutan standar KMnO 4 akan berubah
menjadi ion pada suasana asam, sedangkan pada suasana basa akan berubah
menjadi mangan dioksida (MnO2 ).

Larutan kalium permanganat (KMnO4) merupakan larutan standar sekunder


karena larutan tersebut mudah terurai jika terkena cahaya, temperatur tinggi,
dan asam atau basa. Sehingga larutan kalium permanganat (KMnO 4) harus
distandarisasi terlebih dahulu sebelum digunakan untuk analisis kimia
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai