Oleh:
DEA RIFQI SAPUTRA
NIM. 135080300111057
KATA PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
memberikan kesempatan, bimbingan, serta kekuatan kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul Pendinginan dengan Es (Icing)
dalam Mata Kuliah Teknik Refrigerasi ini.
Dalam menyusun makalah ini, kami banyak memperoleh bantuan serta
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada para dosen pembimbing Teknik Refrigerasi serta
berbagai pihak yang telah membantu kami dalam membuat makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk kritik dan saran
yang bersifat membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penyusun khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................1
DAFTAR ISI.......................................................................................................... 2
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................3
1.1 Latar Belakang........................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................3
1.3 Maksud dan Tujuan.................................................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN........................................................................................5
2.1 Pengertian Pendinginan dan Macam-Macam Pendinginan.....................5
2.2 Pendinginan dengan Es..........................................................................8
2.3 Pendinginan dengan Es........................................................................12
2.4 Pendinginan dengan es + garam..........................................................14
2.5 Pendinginan dengan es + es kering (CO2 padat)..................................16
2.6 Kelebihan dan Kekurangan Pendinginan dengan Es (Icing)..................18
BAB 3 PENUTUP...............................................................................................19
3.1 Kesimpulan............................................................................................19
3.2 Saran....................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Proses pembusukan ikan dapat terjadi karena perubahan akibat aktivitas
Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah Teknik Refrigerasi Hasil Perikanan
yang
dimaksud
dengan
pendinginan
dan
macam-macam
pendinginan?
2. Bagaimana proses pendinginan dengan menggunakan es?
3. Bagaimana proses pendinginan dengan menggunakan es + garam?
3
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1
pembekuan. Ikan yang didinginkan atau dibekukan mempunyai daya awet yang
temporer, artinya ikan tersebut akan tetap segar selama disimpan ditempat yang
bersuhu rendah. Oleh karena itu, biasanya selama proses pengangkutan atau
sebelum diolah menjadi produk lain ikan selalu diusahakan berada tetap dalam
lingkungan bersuhu rendah agar kualitasnya tetap baik dan memenuhi syarat
sebagai ikan segar.
Menurut Ciobanu
(2000),
pada
dasarnya
pendinginan
maupun
terletak pada suhu khir yang digunakan. Suhu akhir yang digunakan pada proses
pendinginan adalah 0o C sedangkan pada proses pembekuan suhu ahkir dapat
mencapai -42o C.
Ada beberapa media pendingin yang dapat digunakan diantaranya
adalah:
a. Pendinginan dengan pengesan (icing).
b. Pendinginan dengan air yang didinginkan (chilling in cold water).
c. Pendinginan dengan udara yang didinginkan (chilling in cold air).
Menurut Pinar dan Nalan (2015), refrigerasi adalah tindakan
menghilangkan panas dari ruang tertutup atau bahan untuk tujuan menurunkan
suhu. Sebuah sistem refrigerasi harus mapu membuat panas dapat berkurang
atau hilang sama sekali. Sistem refrigerasi melakukan ini dengan memberikan
permukaan yang dingin. Karena panas hanya mengalir dari bagian yang lebih
hangat ke bagian yang dingin, suhu permukaan dingin harus lebih kecil dari
bahan pendingin. Sebuah sistem refrigerasi adalah kumpulan peralatan yang
menghasilkan dingin dan permukaan pendinginan yang dapat menghentikan
panas. Setelah panas atau energi termal melewati permukaan yang dingin, maka
tujuan sistem refrigerasi adalah untuk memindahkan energi ke bagian atau
tempat yang lain. Ada berapa hal yang harus diperhatikan dalam system
refrigerasi, yaitu:
a. Suhu
Suhu adalah komponen utama dalam sistem refrigerasi. Hampir semua
sistem refrigerasi memiliki tujuan untuk mengurangi suhu pada bahan seperti
udara pada sebuah ruang atau bahanyang disimpan siruangan tersebut. Satuan
SI untuk suhu adalah K (Kelvin), K ini merupakan suhu mutlak karena titik acuan
(0 K) adalah suhu terendah dalam teori yang sudah ada. Ketika membahas
system refrigerasi maka satuan yang sering digunakan adalah derahat celcius
(OC). Celcius bukan satuan mutlak karena suhu terendahnya yaitu 0o C
merupakan titik beku dari air. Perbedaan antara Kelvin dan Celius adalah titik
acuan.
b. Tenaga dan tekanan
5
Pendinginan dengan Es
Es yang digunakan sebagai media pendingin sebaiknya dibuat dari air
bersih sebagai mana persyaratan untuk air minum. Es yang digunakan untuk
media pendingin mempunyai suhu antara -12C sampai -18C (es matang). Es
yang matang memiliki beberapa sifat:
1. Butiran-butiran es nya lebih kecil bila di hancurkan.
2. Waktu peleburannya lebih lama.
3. Tidak mudah membentuk masa padat seperti es biasa. Bentuk es ada
lima kelompok yaitu:
a. Es balok (block ice), berupa balok berukuran 12-60 kg per balok.
Sebelum dipakai, es balok harus dipecahkan.
b. Es tabung (tube ice), berupa tabung kecil-kecil yang siap pakai
c. Es keping tebal (plate ice), berupa lempengan besar dan tebal (815 mm), kemudian dipecahkan menjadi potongan kecil (diameter 5
cm)
d. Es keping tipis (flake ice), berupa lempengan tipis (5 mm,
diameter 3 cm), merupakan hasil pengerukan dari lapisan es yang
terbentuk diatas permukaan pembeku yang berbentuk silinder.
e. Es halus (slush ice), berupa butiran yang sangat halus (diameter,
mm) dan lembek, umumnya berair.
Menurut Liviawaty dan Eddy (1989), untuk mendapat hasil yang maksimal
dari penggunaan es sebagai media pendingin dalam penanganan ikan segar,
berikut beberapa hal yang harus di perhatikan:
a. Jumlah es yang digunakan
Jumlah es yang di gunakan harus di sesuaikan dengan jumlah ikan yang
akan di tangani akan di peroleh suhu pendinginan yang optimal. Jika jumlah es
terlalu sedikit dibandingkan jumlah ikannya maka suhu pendinginan yang
dihasilkan tidak cukup dingin untuk mempertahankan kesegaran ikan dalam
waktu yang di tentukan. Sebaiknya, bila jumlah es terlalu banyak dapat
menyebabkan ikan kerusakan fisik karena himpitan atau tekanan dari bongkahan
es. Es yang di tambahkan harus dapat menurunkan suhu ikan sampai 0C dan
7
2
4
6,5
9
24
120
(Pinar dan Nalan, 2015)
b. Lama Pemberian Es
Perkiraan lama pendinginan ikan dengan es harus di perhitungkan
dengan cermat. Hal yang menyangkut jumlah es yang digunakan untuk
mengatasi es yang mencair. Kecepatan es mecair atau melebur di pengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu:
Volume kotak atau wadah yang di gunakan.
Bahan atau material wadah.
Penggunaan isolasi dan jenis isolasi.
Suhu lingkungan di luar wadah atau kotak pendinginan.
c. Ukuran dan Jenis Wadah yang Digunakan
Volume kotak yang lebih luas akan mempercepat pencairan es. Hal ini
dengan jumlah panas yang masuk ke dalam kotak melalui permukaannya.
Semakin besar luas permukaan maka panas yang masuk ke dalam kotak
semakin besar pula.
Jenis material kotak pengesan yang sering sering di gunakan saat ini oleh
para pelaku penanganan ikan di Indonesia antara lain: kayu, plastik polietilen,
fiberglass, dan Styrofoam. Dari berbagai macam kemasan tersebut urutan jenis
kemasan yang dapat memperlambat peleburan es adalah Styrofoam, kemudian
di ikuti dengan plastik polietilen, fiberglass, dan kayu. Namun, dalam praktiknya
kotak atau wadah untuk pendinginan ikan dengan es umumnya di buat dari
kombinasi berbagai jenis material, misalnya Styrofoam dengan kayu dan plastik
dengan kayu. Penggunaan isolasi dalam wadah pendinginan di maksudkan
untuk memperkecil jumlah panas yang masuk dari luar kemasan ke dalam
kemasan sehingga es menjadi lebih lama untuk melebur. Suhu luar kemasan
yang tinggi akan menyebabkan panas yang masuk kedalam kemasan juga besar
sehingga peleburan es semakin cepat.
d. Kondisi Fisik Ikan
Kondisi fisik ikan sebelum penanganan ( sebelum di eskan ) harus di
perhatikan. Ikan-ikan yang kondisi fisiknya jelek, misalnya lecet-lecet, memar,
sobek, atau luka pada kulit, sebaiknya dipisahkan dari ikan yang kondisi fisiknya
baik. Hal ini di sebabkan darah dari ikan yang luka akan mencemari atau
mengontaminasi ikan yang masih baik kondisinya. Ada beberapa hal yang harus
diketahui alam pendinginan dengan menggunakan es, diantaranya adalah:
1.
Cara kerja es dalam mendinginkan Ikan
Dalam proses pendinginan dengan menggunakan es batu, terjadi
perpindahan panas dari tubuh ikan ke kristal es batu. Ikan dengan suhu tubuh
relative lebih tinggi akan melepaskan sejumlah energi panas yang kemudian
diserap oleh kristal es batu. Dengan demikian kristal es batu akan meleleh
karena terjadi peningkatan suhu dan suhu tubuh ikan akan menurun. Proses
9
perpindahan panas ini akan berhenti jika suhu tubuh ikan sudah mencapai 0 o C
yaitu sama dengan suhu es batu.
Jika es batu yang digunakan masih banyak, maka sisa es batu yang
belum melelh akan digunakan untuk empertahankan suhu wadah pendinginan
agar tetap 0o C. Dengan demikian kesegaran ikan dapat dipertahankan lebih
lama (Strumillo dan Tadeusz, 1998).
2.
Cara pendinginan dengan menggunakan es batu
Menurut Koswara (2009), cara pendinginan dengan es batu ada 2, yaitu:
Tumpukan, es batu ditebarkan ke dasar wadah peyimpanan ikan hingga
membentuk lapisan es setebal 5 cm. Kemudian ikan dicampurkan ke
dalam wadah tersebut. Pada lapisan ikan yang paling atas ditutupi
dengan hancuran es setebal 7 cm, lalu wadah ditutup agar tidak terjadi
10
2.3.
sebagai berikut :
1. Bulking
Bulking diartikan bahwa ikan dan es disusun selapis demi selapis
dalam sebuah wadah. Dasar wadah diberi lapisan es setebal 5 cm. Tebal antara
lapisan ikan dan lapisan es sebaiknya sama dan usahakan aga setiap tubuh ikan
terbungkus oleh es sehingga lebih cepat dingin. Bil jumlah ikan yang didinginkan
sangat banyak sebaiknya wada dilengkapi dengan sekat hidup (sekat yang
mudah dibongkar pasang) terbuat dari kayu. Pada setiap dasar sekat sebaiknya
diberi lapisan plastik agar cairan es batu tidak jatuh ke lapisan ikan di bawahya
tetap mengalir ke dasar melalui sisi wadah.
2. Shelfing
Prinsip kerja ini sama dengan bulking yang dilengkapi dengan sekat
hidup. Jarak antar sekat sekitar 20 cm dan setiap sekat hanya menampung 1
lapis ikan. Cara ini hanya digunakan untuk ikan berukuran besar karena
dianggap menghabiskan banyak waktu,tenaga, dan tempat. Namu mutu ikan
11
dapat lebih baik karena kehilangan berat akibat tekanan lebih sedikit jika
dibandingkan dengan cara bulking.
3. Boxing
Penyusunan ikanmenggunakan kotak atau boks yang terbuat dari
kayu, aluminium, atau plastik. Ikan disusun di dalam kotak kemudian dicampur
dengan es batu secukupnya. Keuntungan cara ini jika dibandingkan dengan dua
cara penyusunan ikan lain yaitu ikan tidak banyak mengalami luka, tingkat
kesegaran ikan tidak banyak mengalami perubahan, penyususnan dan
pembongkaran ikan dari dalam kotak dapat dilakukan dengan lebih mudah dan
cepat.
2.4.
12
3,67 kg
8,26 kg
9,72 kg
3,67 kg
3,24 kg
7,95 kg
9,12 kg
3,24 kg
es
minimal
2,5%
dan
maksimum
10%
dari
berat
es
yang
14
3. Masukkan ikan kedalam wadah dengan posisi sebelah mata ikan yang
satu berada diatas mata yang lain.
4. Masukkan kembali bongkahan es sehingga menutupi semua permukaan
ikan. Begitulah seterusnya dilakukan penyusunan ikan dan lapisan es.
5. Masukkan kepingan-kepingan es kering pada lapisan teratas sebelum
2.6
BAB 3
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Dari makalah Teknik Refrigerasi Hasil Perikanan materi Pendinginan
harus mapu membuat panas dapat berkurang atau hilang sama sekali.
Sedangkan pendinginan adalah usaha untuk menurunkan hingga suhu
yang di dinginkan.
Pendinginan dengan es dibagi lagi menjadi 3 bagian yaitu: pendinginan
dengan es, pendinginan dengan es+garam dan pendinginan dengan
es+es kering.
Kelebihan dari pendinginan dengan es adalah murah, tidak berbahaya,
mempunyai kapasitas pendingian yang besar, bersifat thermostatik dan
3.2
Saran
Disarankan
dalam
proses
pendinginan
kita
harus
benar-benar
17
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, A.A., A. Baheramsyah dan B. Cahyono. 2012. Desain Sistem Pendingin
Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional Dengan Memanfaatkan Uap Es
Kering. Jurnal Teknik Pomits Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5.
Ciobanu, Aurel. 2000. Cooling Technology in the Food Industry. CRC Press, 1
Jan 2000. Halaman 110-116.
Huda, M.A., A. Baheramsyah dan B. Cahyono. 2013. Desain Sistem Pendingin
Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional dengan Menggunakan Campuran Es
Kering dan Cold Ice yang Berbahan Dasar Propylene Glycol. Jurnal
Teknik Pomits Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539.
Ibrahim, R. dan E.N. Dewi. 2008. Pendinginan Ikan Bandeng (Chanos chanos
Forsk.) dengan Es Air Laut Serpihan (Sea Water Flake Ice) dan Analisis
Mutunya. Jurnal Saintek Perikanan Vol. 3 No. 2 2008 : 27 32.
Koswara, Sutrisno. 2009. Pengolahan Pangan dengan Suhu Rendah.
Ebookpangan.com. Diakses pada hari Senin, 1 Juni 2015 pukul 12.34
WIB.
Liviawaty, E. dan Eddy A. 1989. Pengawetan Dan Pengolahan Ikan. Kanisius:
Yogyakarta. Hal. 33-37.
Pinar, Y. dan Nalan G. 2015. Seafood Chilling, Refrigeration and Freezing:
Science and Technology. John Wiley & Sons Press: Jul 13, 2015.
Strumillo, C dan Tadeusz K. 1998. Thermal Processing of Bio-Materials. CRC
Press, 16 Sep 1998 Hal. 245-255.
Toldr, Fidel. 2010. Handbook of Meat Processing. John Wiley & Sons Press: 21
Jan 2010. Hal. 68-72.
18