Anda di halaman 1dari 109

1.

PENDINGINAN

1.1 Latar Belakang

Ikan merupakan salah satu komoditi bahan pangan yang mudah


mengalami

kerusakan dan pembusukan. Proses pembusukan akan lebih cepat terjadi pada
suhu tinggi, sehingga proses pembusukan dapat dihambat pada perlakuan
penyimpanan suhu rendah. Penyimpanan suhu rendah pada produk perikanan
bertujuan untuk menghambat atau menghentikan kegiatan zat-zat dan
mikroorganisme yang dapat menimbulkan pembusukan (kemunduran mutu) dan
kerusakan. Penyimpanan dengan suhu dingin dan beku juga dapat
menghancurkan mikroba-mikroba pembusuk. Pada suhu dingin dan beku, terjadi
kenaikan konsentrasi padatan intraseluler sehingga mengakibatkan perubahan
fisik dan kimia sel-sel bakteri dan fungi penyebab busuk.

Pada prinsipnya, pengawetan ikan dengan suhu rendah merupakan suatu


proses pengambilan atau pemindahan panas dari tubuh ikan ke bahan lain. Selain
itu pendinginan juga diartikan proses pengambilan panas dari suatu ruangan
terbatas untuk menurunkan dan mempertahankan suhu diruangan tersebut
bersama isinya agar selalu lebih rendah daripada suhu di luar ruangan.

Cara Penyimpanan pada suhu rendah dibedakan atas pendinginan


(cooling) dan pembekuan (freezing). Pendinginan adalah penyimpanan bahan di
atas suhu pembekuan bahan (-2 10 oC). Pendinginan yang biasa dilakukan sehari-
hari dalam lemari es pada umumnya mencapai 5-8 oC. Meskipun air murni
membeku pada suhu 0oC, tetapi beberapa makanan ada yang tidak membeku
sampai suhu -2oC atau di bawah, hal ini terutama disebabkan oleh pengaruh
kandungan zat-zat di dalam makanan tersebut.

Prinsip pendinginan adalah mendinginkan ikan secepat mungkin ke suhu


serendah mungkin, tetapi tidak sampai menjadi beku. Pada umumnya,
pendinginan tidak dapat mencegah pembusukan secara total, tetapi semakin
dingin suhu ikan, semakin besar penurunan aktivitas bakteri dan enzim. Dengan
demikian melalui pendinginan proses bakteriologi dan biokimia pada ikan hanya
1|TEKNIK REFRIGERASI 2016
tertunda, tidak dihentikan. Untuk mendinginkan ikan, seharusnya ikan diselimuti
oleh medium yang lebih dingin darinya, dapat berbentuk cair, padat, atau
gas.Pendinginan ikan dapat dilakukan dengan menggunakan refrigerasi, es, slurry
ice (es cair), dan air laut dingin (chilled sea water).

2|TEKNIK REFRIGERASI 2016


Proses refrigerasi umumnya terdiri atas tahap pendinginan (chilling) yakni
penurunan suhu mencapai 0oC dan tahap pembekuan (freezing) yakni penurunan
suhu dari 0oC sampai jauh dibawah 0oC. Pada refrigerasi hasil perikanan,
penurunan suhu pada tahap pendinginan dapat mencapai 0 oC atau 1oC. Pada 1oC
produk ikan basah belum membeku berhubung deret titik beku daging ikan basah
terletak antara 1,1oC sampai 2,2oC.

Hingga dewasa ini secara komersial dipraktekkan 3 metode pendinginan


dalam kegiatan usaha perikanan, yaitu pengesan, pendinginan dengan udara
dingin, dan pendinginan dengan air dingin.

A. Pendinginan dengan Es Kering (dry ice)

Untuk keperluan pemindahan panas, pada proses pendinginan dibutuhkan

suatu media pemindah panas yang lebih dikenal dengan bahan pendingin
(refrigerant). Suatu media dapat digunakan sebagai bahan pendingin, apabila
memiliki sifat-sifat tertentu yang menguntungkan dan tidak menimbulkan bahaya.
Adapun sifat-sifat tersebut adalah memiliki titik didih dan titik kondensasi rendah,
bersifat non korosif terhadap logam, tidak berbahaya, tidak merusak aroma khas
ikan, tidak mengubah warna maupun bentuk ikan, murah dan mudah diperoleh.

Es kering terbuat dari karbondioksida (CO2) yang dipadatkan, titik


sublimasinya pada tekanan atmosfir adalah 78,5 oC, dari keadaan padat langsung
berubah menjadi gas CO2 dalam keadaan cair, bersama dengan nitrogen (N2) cair
dan lain-lain, dikelompokkan dengan nama kriogen (cryogen). Karbondioksida
merupakan gas tidak berwarna, bau agak lunak dan rasa agak asam. Digunakan
secara luas dalam bentuk padat, cair dan gas.

Proses penurunan suhu tubuh ikan dengan menggunakan es kering biasa


disebut sebagai proses penurunan suhu secara tidak langsung. Es kering memang
tidak langsung menurunkan suhu tubuh ikan, tetapi hanya berfungsi menurunkan
suhu udara di dalam ruangan tempat penyimpanan. Dengan menurunnya suhu
ruangan penyimpanan ikan, maka suhu tubuh ikan juga akan menurun.

3|TEKNIK REFRIGERASI 2016


Es kering mempunyai efek refigerasi yang lebih besar daripada es yang
dibuat dari air es oleh karena es kering menguap langsung menjadi gas yang tidak
meninggalkan sisa cairan saat menguap dan suhunya luar biasa rendah.
Kegunaannya yang istimewa adalah sebagai pengawet bahan dari pangan yang
cepat rusak (perishables) dalam pengangkutan misalnya makanan, daging, ikan,
buah-buahan dan sayuran. Caranya adalah dengan menyisipkan sepotong blok
kecil atau sejumlah pelet es kering ke dalam pak atau kemasan yang
merefrigerasinya.

B. Pendinginan dengan Es Air Tawar

Pendinginan ikan secara sederhana, murah dan praktis dapat


dilakukan dengan menggunakan es, hanya saja penerapannya tidak efisien.
Faktor penyebabnya adalah antara lain suhu udara yang panas di daerah tropis
seperti Indonesia, dapat mengakibatkan es cepat sekali mencair.

Pendinginan ikan segar dengan menggunakan es adalah cara yang paling


sering dilakukan. Es yang dibuat dari air bersih mampu menurunkan suhu ikan dari
suhu udara luar (30oC) menjadi 0oC atau mendekati suhu tersebut. Untuk
mendapatkan hasil pendinginan yang baik untuk produk-produk perikanan agar
kesegarannya tetap terjaga, perlu diperhatikan beberapa hal pada pekerjaan
pengesan yaitu :

1. jumlah es yang digunakan

2. cara menambahkan es pada hasil perikanan

3. waktu (lamanya) pemberian es

4. ukuran wadah yang digunakan

5. menghindari pengesan ikan yang masih kotor dan luka

Dalam proses pendinginan ikan dengan menggunakan es batu, terjadi


perpindahan panas dari tubuh ikan ke kristal es batu. Ikan dengan suhu tubuh
relatif lebih tinggi akan melepaskan sejumlah energi panasyang kemudian diserap
oleh kristal es batu. Sehingga suhu tubuh ikan akan menurun dan sebaliknya
4|TEKNIK REFRIGERASI 2016
kristal es batu akan meleleh karena terjadi peningkatan suhu. Proses pemindahan
panas ini akan terhenti apabila suhu tubuh ikan telah mencapai 0 oC yaitu sama
dengan es batu.

Cara ideal yang digunakan untuk mencampur ikan dengan es adalah


dengan membuat lapisan es pada dasar, kemudian diatasnya diletakkan selapis
ikan berikutnya dibuat lapisan es dan ikan berganti-ganti dan ditutup dengan
lapisan es sebagai lapisan teratas. Supaya efektif es yang dipakai haruslah yang
yang berukuran kecil. Makin kecil ukuran es, makin banyak permukaan ikan yang
bersinggungan dengan es sehingga pendinginan berlangsung lebih cepat.

C. Pendinginan dengan Es dan Garam

Secara umum cara yang terbaik untuk mendinginkan ikan adalah dengan
menggunakan es karena es mendinginkan dengan cepat tanpa banyak
mempengaruhi keadaan ikan dan dengan biaya yang murah. Namun es yang
ditumbuk halus-halus dan dicampur dengan garam mempunyai titik cair jauh
dibawah 0oC. Es yang bercampur dengan garam ini dapat mendinginkan ikan
dengan lebih cepat dan lebih efisien.

Garam yang ditaburkan ke seluruh tubuh ikan, secara lambat namun pasti
akan meresap ke dalam daging ikan sehingga terjadi tekanan osmosis yang
seimbang antara cairan yang terdapat di luar dan di dalam tubuh ikan. Dengan
menggunakan campuran garam kristal serta es batu yang memiliki titik cair di
bawah 0oC suhu tubuh ikan dengan cepat akan menurun. Pendinginan dengan
cara ini akan mampu menghasilkan suhu 1,7 oC sehingga ikan yang didinginkan
akan mampu bertahan lebih lama dibanding hanya dengan menggunakan es yang
hanya menghasilkan suhu antara 3-5oC.

Selain mempunyai keuntungan, pendinginan dengan menggunakan es dan


garam ini juga mempunyai kerugian yaitu campuran garam kristal dan es batu
dapat mengakibatkan ikan menjadi lebih asin serta kadar airnya menurun karena
cairan di dalam tubuh ikan tertarik ke luar oleh kristal garam yang mempunyai
konsentrasi lebih tinggi.

5|TEKNIK REFRIGERASI 2016


1.2 Ruang Lingkup

Metode pendinginan secara langsung dan tidak langsung digunakan untuk


beberapa jenis bahan pangan termasuk hasil perikanan seperti ikan, udang, serta
hasil olahannya.

1.3 Prinsip Penentuan

Pada prinsipnya pendinginan ikan didasarkan pada proses pengambilan


atau pemindahan panas dari tubuh ikan ke bahan pendingin yang dinyatakan
dalam satuan panas yaitu kalori atau kilokalori (yaitu jumlah panas yang
dibutuhkan untuk meningkatkan suhu 1 kg air sebesar 1 oC).

1.4 Metode Kerja

Praktikum 1 (Pendinginan dengan Es Kering/dry ice)

a) Ikan segar dicuci sampai bersih dan ditimbang beratnya.

b) Menimbang es kering/dry ice hingga diperoleh perbandingan berat ikan dan es


kering/dry ice sebesar 1:1, 1:2 dan 1:3.

c) Mengukur suhu awal tubuh ikan (bagian thermal) dengan menggunakan


thermocouple dan suhu ruangan coolbox dengan menggunakan thermometer.

d) Ikan dimasukkan ke dalam coolbox ditambah dengan es kering/dry ice yang


dibungkus dengan plastik.

e) Didiamkan selama 15 menit untuk mengetahui reaksi antara ikan dengan es


kering/dry ice (coolbox ditutup).

f) Mengukur suhu tubuh ikan (bagian thermal) dengan menggunakan


thermocouple dan suhu ruangan coolbox dengan menggunakan thermometer.

g) Mengulangi langkah tersebut di atas setiap 15 menit selama 2 jam.

6|TEKNIK REFRIGERASI 2016


Praktikum 2 (Pendinginan dengan Es Air Tawar)

a) Ikan segar dicuci sampai bersih dan ditimbang beratnya.

b) Menimbang es air tawar hingga diperoleh perbandingan berat ikan dan es air
tawar sebesar 1:1, 1:2 dan 1:3.

c) Mengukur suhu awal tubuh ikan (bagian thermal) dengan menggunakan


thermocouple dan suhu ruangan coolbox dengan menggunakan thermometer.

d) Memasukkan ikan dan es air tawar kedalam coolbox secara berselang


tumpukannya.

e) Didiamkan selama 15 menit untuk mengetahui reaksi antara ikan dengan es air
tawar (coolbox ditutup).

f) Mengukur suhu tubuh ikan (bagian thermal) dengan menggunakan


thermocouple dan suhu ruangan coolbox dengan menggunakan thermometer.

g) Mengulangi langkah tersebut di atas setiap 15 menit selama 2 jam.

Praktikum 3 (Pendinginan dengan Es dan Garam)

a) Ikan segar dicuci sampai bersih dan ditimbang beratnya.

b) Menimbang berat es dan garam hingga diperoleh perbandingan berat ikan, es


dan garam sebesar 1:1:0,25, 1:1:0,5 dan 1:1:0,75.

c) Mengukur suhu awal tubuh ikan (bagian thermal) dengan menggunakan


thermocouple dan suhu ruangan coolbox dengan menggunakan thermometer.

d) Memasukkan bahan-bahan ke dalam coolbox dengan urutan penempatan es


garam- ikan es garam ikan dan seterusnya.

7|TEKNIK REFRIGERASI 2016


e) Didiamkan selama 15 menit untuk mengetahui reaksi antara ikan dengan es air
tawar (coolbox ditutup).

f) Mengukur suhu tubuh ikan (bagian thermal) dengan menggunakan


thermocouple dan suhu ruangan coolbox dengan menggunakan thermometer.

g) Mengulangi langkah tersebut di atas setiap 15 menit selama 2 jam.

1.5 Perhitungan

Q = m (T1 T2) C

Q = banyaknya tenaga panas (kkal)

M = berat bahan (kg)

T1 = suhu awal (oC)

T2 = suhu akhir (oC)

C = panas spesifik bahan (0,84 kkal/kg oC)

8|TEKNIK REFRIGERASI 2016


PRAKTIKUM I. Pendinginan dengan Es Kering/dry ice

1. Maksud dan Tujuan


Maksud dari praktikum Teknik Refrigerasi materi Pendinginan Es Kering
adalah untuk mengetahui cara pendinginan ikan dengan menggunakan es kering
dan mengetahui perbandingan suhu pendinginan menggunakan es kering tiap
beberapa menit.

Tujuan dari praktikum Teknik Refrigerasi materi Pendinginan Es Kering


adalah agar praktikan dapat mempraktikan cara pendinginan dengan es kering
dan dapat mengukur suhu perbandingan dengan es kering tiap beberapa menit.

2. Alat dan Bahan

2.1 Alat
Alat alat yang digunakan pada praktikum Teknik Refrigerasi materi
Pendinginan Es Kering adalah
Paku : untuk membunuh ikan dengan ditusuk pada
medula oblongata
Coolbox : sebagai media pendingin
Thermometer : untuk mengukur suhu coolbox
Thermocouple : untuk mengukur suhu ikan pada bagian
thermal
Nampan : sebagai wadah dan alas ikan
Serbet : untuk memegang dan menutup mata ikan
agar tidak stress
Pisau : untuk memberi sayatan pada ikan
Timbangan digital : untuk menimbang ikan dan es kering
dengan ketelitian 10-2
Kamera digital : untuk mendokumentasikan setiap perlakuan
dalam praktikum
Sendok : untuk mengambil es kering

2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada Praktikum Teknik Refrigerasi materi
Pendinginan Es Kering adalah
Ikan nila (Oreochromis niloticus) : sebagai sampel
Es kering : sebagai bahan pendingin
Plastik : sebagai wadah es kering dan alas
untuk menimbang
Air : untuk mencuci peralatan yang telah
9|TEKNIK REFRIGERASI 2016
digunakan
Tisue : untuk mengeringkan peralatan yang
telah dicuci

3. Cara Kerja (flow chart)

10 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
11 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
4. Data dan Perhitungan
4.1. Data
Ber Bera Suhu pada waktu ke (0C)
Kelo Perlak at t
0 15 30 45 60 75 90 105 12
mpok uan Ikan Es 0
(kg) (kg)

1,2 1:1 0,03 0,03 31, 29,1 26, 27, 28,1 28, 29, 29, 29,
4 4 5 3 8 6 1 4 7

3,4 1:2 0,04 0,08 30, 29,7 28, 28, 28,0 27, 28, 28, 29,
8 9 0 9 3 6 4

5,6 1:3 0,02 0,07 29, 25,4 16, 17 18,6 20, 22, 25, 26,
6 8 6 4 6 8 4 7

4.2 Perhitungan

1. Kelompok 1 dan 2 (perbandingan ikan : es kering 1:1)


a. Q1 = 0,034 x 0,84 (31,5 29,10) = 0,0685 kkal
b. Q2 = 0,034 x 0,84 (31,5 26,30) = 0,1485 kkal
c. Q3 = 0,034 x 0,84 (31,5 27,80) = 0,1056 kkal
d. Q4 = 0,034 x 0,84 (31,5 28,10) = 0,097 kkal
e. Q5 = 0,034 x 0,84 (31,5 28,60) = 0,0828 kkal
f. Q6 = 0,034 x 0,84 (31,5 29,10) = 0,0685 kkal
g. Q7 = 0,034 x 0,84 (31,5 29,40) = 0,0599 kkal
h. Q8 = 0,034 x 0,84 (31,5 29,70) = 0,0514 kkal
2. Kelompok 3 dan 4 (perbandingan ikan : es kering 1:2)
a. Q1 = 0,04 x 0,84 (30,8 29,7) = 0,0369 kkal
b. Q2 = 0,04 x 0,84 (30,8 28,9) = 0,0368 kkal
c. Q3 = 0,04 x 0,84 (30,8 28,0) = 0,094 kkal
d. Q4 = 0,04 x 0,84 (30,8 28,0) = 0,094 kkal
e. Q5 = 0,04 x 0,84 (30,8 27,9) = 0,0974 kkal
f. Q6 = 0,04 x 0,84 (30,8 28,3) = 0,084 kkal
g. Q7 = 0,04 x 0,84 (30,8 28,6) = 0,0739 kkal
h. Q8 = 0,04 x 0,84 (30,8 29,4) = 0,047 kkal
3. Kelompok 5 dan 6 (perbandingan ikan : es kering 1:3)
a. Q1 = 0,026 x 0,84 (29,6 25,4) = 0,0917 kkal
b. Q2 = 0,026 x 0,84 (29,6 16,4) = 0,2882 kkal
c. Q3 = 0,026 x 0,84 (29,6 17) = 0,2751 kkal

12 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
d. Q4 = 0,026 x 0,84 (29,6 18,6) = 0,2402 kkal
e. Q5 = 0,026 x 0,84 (29,6 20,6) = 0,1965 kkal
f. Q6 = 0,026 x 0,84 (29,6 22,8) = 0,1485 kkal
g. Q7 = 0,026 x 0,84 (29,6 25,4) = 0,0917 kkal
h. Q8 = 0,026 x 0,84 (29,6 26,7) = 0,0633 kkal

5. Hasil dan Pembahasan

5.1 Analisa Prosedur

Pada praktikum Teknik Refrigerasi materi pendinginan dengan es kering /


dry ice, langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan. Alat
yang digunakan antara lain thermometer, thermocouple, timbangan digital,
coolbox, nampan, pisau, stopwatch, dan serbet. Sedangkan bahan yang
digunakan antara lain ikan nila, es kering, plastik, tissue, dan air.

Langkah selanjutnya yaitu ikan nila segar dicuci sampai bersih agar
kotoran hilang. Ikan dimatikan dengan cara ditusuk medula oblongatanya
tujuannya agar ikan cepat mati dan tidak menyiksa ikan.lalu ikan ditimbang
menggunakan timbangan digital untuk mengetahui berat ikan. Lalu ditimbang es
kering hingga diperoleh perbandingan berat ikan dan berat es kering sebesar 1:1,
1:2, 1:3. Untuk mengetahui dalam penyerapan kalornya. Cara penggunaan
thermocouple yaitu pertama nyalakan terlebih dahulu. Setelah itu baru sampel
diletakkan diatas timbangan. Es kering harus selalu tertutup agar tidak bereaksi
dengan udara sehingga tidak menguap. Kemudian ikan disayat pada bagian
thermal atau dibelakang operkuum untuk mengetahui suhu ikan dengan
thermocouple. Cara penggunaan thermocouple yaitu pertama nyalakan terlebih
dahulu. Setelah itu dimasukkan ujung thermocouple kedalam bagianikan yang
telah disayat. Setelah itu tunggu hingga angka suhu yang tertera di thermocouple
stabil lalu tekan tombol hold. Dan dicatat sebgai suhu awal ikan. Selanjutnya
mengukur suhu coolbox menggunakan thermometer tidak boleh langsung
tersentuh oleh tangan sehingga menggunakan tali untuk memegangnya.
Kemudian tunggu sekitar 1 menit untuk mengetahui suhu kemudian di catat
hasilnya. Lalu ikan dimasukkan coolbox dan es kering diletakkan berdampingan
karena ikan tidak boleh langsung terkena es kering. Selanjutnya tunggu 15 menit
untuk mengetahui reaksi antara ikan dengan es kering dan coolbox dalam
keadaan tertutup. Tujuan ditutupnya coolbox yaitu agar suhu didalam coolbox tidak
terpengaruh oleh suhu luar dan tidak terjadi kontaminasi mikroorganisme dari luar.

13 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
Setelah 15 menit diukur suhu ikan dan suhu coolbox menggunakan thermocouple
dan thermometer. Ulangi langkah tersebut setiap 15 menit sekali selama 2 jam.
Kemudian dicatat hasilnya dan dihitung menggunakan rumus:

Keterangan:

Q= banyaknya tenaga panas

M= berat benda (kg)

C= panas spesifik bahan (kkal/kg )

T1= suhu awal (

T2= suhu akhir (

Es kering tidak boleh menempel langsung pada ikan yang didinginkan

karenaa suhu yang sangat rendah (-78 dapat merusak kulit dan daging. Es

kering dipisahkan dengan menempatkannya didalam wadah berlubang yang


terbuat dari streoform. Dekat dengan ikan dan diletakkan pada suhu CO 2 padat
agar tidak mencair seperti es (Adawiyah, 2007).

Kombinasi efek pembekuan lepas CO 2 pada mikroba pembusukan ikan


dapat dicapai dengan menggunakan es kering dan kontrol kondisi penyimpanan
efek dan CO2 pada penyimpanan dipelajari dalam MPU (Modifikasi penyimpanan
udara) yang semua dari O2 digantikan oleh CO2 dan N2 untuk memperpanjang
masa simpan (Bao et al ., 2007)

5.2 Analisa Hasil

14 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
Pada praktikum Teknik Refrigrasi materi Pendinginan dengan Es Kering
(dry ice) diperoleh hasil pengamatan pendinginan dengan perbandingan ikan dan
Es (1:1) data tertinggi diperoleh kelompok 1 dan 2 pada menit ke 30 dengan nilai
Q3 sebesar 0,1485 kkal. Data terendah diperoleh pada menit ke 120 dengan nilai
Q9 sebesar 0,0514 kkal.

Pendinginan dengan perbandingan ikan dan Es (1:2) data tertinggi


diperoleh kelompok 3 dan 4 pada menit ke 75 dengan nilai Q 6 sebesar 0,9974
kkal. Data terendah diperoleh pada menit ke 15 dengan nilai Q 2 sebesar 0,0369
kkal.

Perbandingan ikan dan Es (1:3) data tertinggi diperoleh kelompok 5 dan 6


pada menit ke 30 dengan nilai Q3 sebesar 8,2883 kkal. Data terendah diperoleh
pada menit ke 120 dengan nilai Q 9 sebesar 0,0633 kkal.

Nilai Q akan tinggi jika suhu (T) rendah, sebaliknya jika nilai Q rendah
maka suhu (T) tinggi. Nilai Q rendah terjadi karena refrigran (es kering) sudah
menguap sehingga suhu didalam coolbox kembali naik, dan nilai Q tinggi
disebabkan karena kerja refrigran (es kering) cepat mendinginkan coolbox pada
waktu atau menit tertentu.

Es kering sebagai pendinginan system. Kelebihan es kering juga lebih


ringan sehingga ruang muat bisa dimaksimalkan untuk hasil tangkapan dengan
adanya pengurangan penggunaan es balok. Es kering juga memiliki suhu rendah
hingga mencapai 99,98%, tidak berbau, dan tidak beralkohol sehingga cocok
sebagai bahan pendinginan ( Aziz et al., 2012 ).

15 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
Salah satu bentuk metode pendingin yang lebih efektif dibandingkan
dengan metode yang telah ada adalah metode dengan menggunakan es basah,
es kering, serta ditambah dengan gel. Ardianto (2012), menyatakan bahwa
penggunaan es basah, es kering dan gel dengan campuran CaCl 2 mampu
mempertahankan suhu rendah hingga -20C dan mencapai suhu 20 0C setelah 122
jam. Adanya penurunan nilai Q akibat Es kering berfungsi untuk mendinginkan
ruang penyimpanan (coolbox) terus menerus dan mendinginkan suhu tubuh ikan
sehingga menguap dan habis. Semakin banyak Es kering yang digunakan maka
proses pendinginan akan semakin efektif

6. Kesimpulan dan Saran

6.1 Kesimpulan

Pada praktikum Teknik Refrigrasi materi Pendinginan dengan Es Air Tawar


diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

Pendinginan ikan merupakan salah satu proses pengawetan menggunakan


suhu rendah untuk menghambat perombakan yang diakibatkan oleh
aktifitas enzimatis mikroba.
Kelebihan dari metode pendinginan adalah dapat mempertahankan sifat
asli ikan ( rasa, aroma, tekstur, dan nilai gizi)
Nilai Q tertinggi didapatkan pada kelompok 5 dan 6 dengan perbandingan
ikan dan es (1:3) sebesar 0,8330 kkal pada menit ke 60, dan nilai Q
terendah pada kelompok 9 dan 10 dengan perbandingan ikan dan es (1:2)
sebesar 0,0903 kkal pada menit ke 15.

Es kering yang terbuat dari CO2 akan menguap dan membuat coolbox
menjadi dingin ( suhu turun ) setelah mendinginkan coolbox, maka panas
yang ada didalam ikan akan ditarik oleh suhu coolbox sehingga suhu tubuh
ikan menjadi dingin ( suhu turun ). Aktivitas enzimatis dari mikroba akan
terhenti karena mikroba harus beradaptasi kembali dengan suhu rendah
ikan, sehingga perubahan atau kerusakan ikan dapat dihambat.

16 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
6.2 Saran
Diharapkan pada praktikum Teknik Refrigrasi materi Pendinginan dengan
Es Kering lebih memperhatikan perbandingan berat ikan dan es yang digunakan.
Apabila semakin kecil berat ikan, maka es yang digunakan semakin sedikit dan
akan berakibat pencairan yang lebih cepat sebelum praktikum pendinginan
dilakukan.

17 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, R.2006. Pengolahan Ikan. Bumi Aksara: Jakarta.

Ardianto, Rizki. 2012. Desain Sistem Pendingin Ruang Muat Ikan Tradisional
dengan Menggunakan Eutectic Gel. Tugas Akhir S-1, Teknik Sistem
Perkapalan FTK-ITS, Surabaya.

Aziz, A.A., A. Baheramsyah dan B. Cahyono. 2012. Desain sistem pendingin ruang
muat kapal ikan tradisional dengan Memanfaatkan Uap Es Kering. Jurnal
Teknik Pomits Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5.

Bao, H. N. D: S.Arerum: K.A. Loratimdeffor. 2007. Effect of arctic chose


(Solvelenes opinus) fillets. International Journal of Food Engineering 317)

18 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
LAMPIRAN GAMBAR

19 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
PRAKTIKUM II. Pendinginan dengan Es Air Tawar

1. Maksud dan Tujuan


Maksud dari praktikum Teknik Refrigerasi materi Pendinginan Es Air Tawar
adalah mengetahui cara pendinginan ikan dengan menggunakan es air tawar dan
mengetahui perbandingan suhu pendinginan menggunakan es air tawar tiap
beberapa menit.

Tujuan dari praktikum Teknik Refrigerasi materi Pendinginan Es Air Tawar


adalah agar praktikan dapat mempraktikan cara pendinginan dengan es air tawar
dan dapat mengukur suhu

perbandingan dengan es air tawar tiap beberapa menit.

2. Alat dan Bahan

2.1 Alat
Alat alat yang digunakan pada praktikum Teknik Refrigerasi materi
Pendinginan Es Air Tawar adalah
Paku : untuk membunuh ikan dengan ditusuk pada
medula oblongata
Coolbox : sebagai media pendingin
20 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
Thermometer : untuk mengukur suhu coolbox
Thermocouple : untuk mengukur suhu ikan pada bagian
thermal
Nampan : sebagai wadah dan alas ikan
Serbet : untuk memegang dan menutup mata ikan
agar tidak stress
Pisau : untuk memberi sayatan pada ikan
Timbangan digital : untuk menimbang ikan dan es kering dengan
ketelitian 10-2
Kamera digital : : untuk mendokumentasikan setiap perlakuan
dalam praktikum
Sendok : untuk mengambil es air tawar

21 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada Praktikum Teknik Refrigerasi materi
Pendinginan Es Air Tawar adalah
Ikan nila (Oreochromis niloticus) : sebagai sampel
Es air tawar : sebagai bahan pendingin
Plastik : sebagai alas untuk menimbang ikan dan es
Air : untuk mencuci peralatan yang telah
digunakan
Tisue : untuk mengeringkan peralatan yang
telah dicuci

3. Cara Kerja (flow chart)

22 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
4. Data dan Perhitungan

4.1. Data

Bera Ber Suhu pada waktu ke (0C)


Kelo Perla t at
mpok kuan 0 15 30 45 60 75 90 10 12
Ikan Es 5 0
(kg) (kg)
7,8 1:1 0,02 0,02 29, 21, 18, 18, 20, 23, 22, 25, 25,
8 8 8 0 1 4 5 8 9 9 7
9,10 1:2 0,04 0,08 29 26, 18, 17, 17, 20, 21, 22, 24,
3 6 5 6 8 6 9 6 6 4
11,12 1:3 0,04 0,14 32 15, 13, 11, 10, 15, 17, 21, 24,
7 1 4 1 2 9 3 3 8 3

4.2 Perhitungan

Q = m . C . (T1 T2)

23 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
A. Kelompok 7 dan 8 (Perlakuan Ikan : Es = 1 : 1)

Q1 = 0.028 X 0.84 (29,8 21.0) = 0,2069 kkal

Q2 = 0.028 X 0.84 (29,8 18.1) = 0,2751 kkal

Q3 = 0.028 X 0.84 (29,8 18.4) = 0,2681 kkal

Q4 = 0.028 X 0.84 (29,8 - 20.5) = 0,2187 kkal

Q5 = 0.028 X 0.84 (29,8 23.8) = 0,1411 kkal

Q6 = 0.028 X 0.84 (29,8 22.9) = 0,1622 kkal

Q7 = 0.028 X 0.84 (29,8 25.9) = 0,0917 kkal

Q8 = 0.028 X 0.84 (29,8 25.7) = 0,0964 kkal

B. Kelompok 9 dan 10 (Perlakuan ikan : es = 1 : 2)

Q1 = 0.028 X 0.84 (29 26.5) = 0,0903 kkal

Q2 = 0.028 X 0.84 (29 18.6) = 0,3756 kkal

Q3 = 0.028 X 0.84 (29 17.8) = 0,4045 kkal

Q4 = 0.028 X 0.84 (29 17.6) = 0,3921 kkal

Q5 = 0.028 X 0.84 (29 20,9) = 0,2925 kkal

Q6 = 0.028 X 0.84 (29 21.6) = 0,2672 kkal

Q7 = 0.028 X 0.84 (29 22,6) = 0,2311 kkal

Q8 = 0.028 X 0.84 (29 24,4) = 0,1661 kkal

C. Kelompok 11 dan 12 (Perlakuan ikan : es = 1 : 3)

Q1 = 0.028 X 0.84 (32 15.4) = 0,6553 kkal

Q2 = 0.028 X 0.84 (32 13.1) = 0,7461 kkal

Q3 = 0.028 X 0.84 (32 11.2) = 0,8211 kkal

Q4 = 0.028 X 0.84 (32 10.9) = 0,8330 kkal

Q5 = 0.028 X 0.84 (32 15.3) = 0,6593 kkal

Q6 = 0.028 X 0.84 (32 17.3) = 0,5803 kkal

Q7 = 0.028 X 0.84 (32 21.8) = 0,4026 kkal

Q8 = 0.028 X 0.84 (32 24.3) = 0,3039 kkal

24 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
5. Hasil dan Pembahasan

5.1 Analisa Prosedur

Pada praktikum Teknik Refrigerasi materi pendinginan dengan es air tawar,


langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan. Alat yang
digunakan antara lain thermometer, thermocouple, timbangan digital, coolbox,
nampan, pisau, stopwatch, dan serbet. Sedangkan bahan yang digunakan antara
lain ikan nila, es kering, plastik, tissue, dan air.

Langkah selanjutnya yaituikan nila segar dicuci sampai bersih agar kotoran
hilang. Ikan dimatikan dengan cara ditusuk medula oblongatanya tujuannya agar
ikan cepat mati dan tidak menyiksa ikan. Lalu ikan ditimbang menggunakan
timbangan digital untuk mengetahui berat ikan. Lalu ditimbang es air tawar hingga
diperoleh perbandingan berat ikan dan berat es air tawar sebesar 1:1, 1:2, 1:3.
Untuk mengetahui dalam penyerapan kalornya. Es air tawar yang digunakan
dalam bentuk bongkahan bongkahan kecil kecil agar tidak melukai ikan. Setelah
itu, sampel diletakkan diatas timbangan dan ditimbang beratnya. Es air tawar
harus selalu tertutup agar tidak bereaksi dengan udara sehingga tidak menguap.
Kemudian ikan disayat pada bagian thermal atau dibelakang operkulum untuk
mengetahui suhu ikan dengan thermocouple. Cara penggunaan thermocouple
yaitu pertama nyalakan terlebih dahulu. Setelah itu dimasukkan ujung
thermocouple kedalam bagian ikan yang telah disayat. Setelah itu tunggu hingga
angka suhu yang tertera di thermocouple stabil lalu tekan tombol hold. Dan
dicatat sebgai suhu awal ikan. Selanjutnya mengukur suhu coolbox menggunakan
thermometer tidak boleh langsung tersentuh oleh tangan sehingga menggunakan
tali untuk memegangnya. Kemudian tunggu sekitar 1 menit untuk mengetahui
suhu kemudian di catat hasilnya. Lalu ikan dimasukkan coolbox serta es air tawar.
Peletakkan ikan dan es dilakukan berselang seling yaitu es-ikan-es dengan tujuan
agar seluruh permukaan ikan terkena es dan suhu antar bagian sama. Selanjutnya
tunggu 15 menit untuk mengetahui reaksi antara ikan dengan es kering dan
coolbox dalam keadaan tertutup. Tujuan ditutupnya coolbox yaitu agar suhu
didalam coolbox tidak terpengaruh oleh suhu luar dan tidak terjadi kontaminasi
mikroorganisme dari luar. Setelah 15 menit diukur suhu ikan dan suhu coolbox
menggunakan thermocouple dan thermometer. Ulangi langkah tersebut setiap 15
menit sekali selama 2 jam. Kemudian dicatat hasilnya dan dihitung menggunakan
rumus:

25 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
Keterangan:

Q = banyaknya tenaga panas

M = berat benda (kg)

C = panas spesifik bahan (kkal/kg )

T1 = suhu awal (

T2 = suhu akhir (

Es menurut Adawiyah (2006), kebanyakan dibuat dari air tawar dan


selebihnya air laut. Es mendingikan dengan cepat tanpa banyak mempenaruhi
kedalam ikan serta biayanya murah. Jumlah panas yang terlihat didalamnya
proses pemanasan dihitung dengan rumus: Q=BPxJx .

Pendinginan dengan es umumnya ditunjukkan untuk memasarkan ikan


dalam keadaan basah dengan menurunkan suhu pusat daging ikan dalam
keadaan basah dengan menurunkan suhu pusat daging ikan sampai -1 . Fungsi
dari es untuk mempertahankan ikan tetap segar, mencegah pembusukkan
sehingga gizi dapat dipertahankan. Disamping itu lelehan es mencuci lendir, sisa
darah dan kotoran lain akan terhanyut (Sanger, 2010).

5.2 Analisa Hasil

26 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
Pada praktikum Teknik Refrigrasi materi Pendinginan dengan Es Air Tawar
diperoleh hasil pengamatan Pendinginan dengan perbandingan ikan dan Es (1:1)
data tertinggi diperoleh kelompok 7 dan 8 pada menit ke 30 dengan nilai Q 3
sebesar 0,2751 kkal. Data terendah diperoleh pada menit ke 120 dengan nilai Q 9
sebesar 0,0954 kkal.

Pendinginan dengan perbandingan ikan dan Es (1:2) data tertinggi


diperoleh kelompok 9 dan 10 pada menit ke 45 dengan nilai Q 4 sebesar 0,4045
kkal. Data terendah diperoleh pada menit ke 15 dengan nilai Q 2 sebesar 0,0903
kkal.

Pendinginan dengan perbandingan ikan dan Es (1:3) data tertinggi


diperoleh kelompok 11 dan 12 pada menit ke 60 dengan nilai Q 5 sebesar 0,8330
kkal. Data terendah diperoleh pada menit ke 120 dengan nilai Q 9 sebesar 0,3039
kkal.

Nilai Q akan tinggi jika suhu (T) rendah, sebaliknya jika nilai Q rendah
makan suhu (T) tinggi. Nilai Q rendah terjadi karena refrigran (es air tawar) sudah
mencair sehingga suhu didalam coolbox kembali naik, dan nilai Q tinggi
disebabkan karena kerja refrigran (es air tawar) cepat mendinginkan coolbox pada
waktu atau menit tertentu.

Mekanisme pendinginan menggunakan es, yakni ikan yang telah


tertangkap diberi es. Tubuh ikan akan kontak langsung dengan permukaan es.
Suhu panas yang ada didalam tubuh ikan akan ditarik oleh es sehingga suhu
tubuh ikan akan menjadi rendah ( dingin ). Kecepatan proses pendinginan oleh
bergantung pada perbedaan suhu es dan tubuh ikan. ( Wibowo, 2007)

Hal pertama yang dilakukan dalam penyimpanan dingin ikan dengan


menggunakan es adalah menghitung berapa jumlah es yang diperlukan untuk
mendinginkan ikan, lalu wadah penyimpanan, dan suhu yang optimal. Proses
pendinginan ikan optimalnya pada suhu 0 oC ( Irianto dan Soesilo, 2007 ).

Nilai Q terus mengalami penurunan karena terjadi proses penyerapan


panas oleh es air tawar terus berlangsung dan mengakibatkan es tersebut meleleh
seiring dengan penyerapan panas.

6. Kesimpulan dan Saran

27 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
6.1 Kesimpulan

Pada praktikum Teknik Refrigrasi materi Pendinginan dengan Es Air Tawar


diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

Pendinginan ikan merupakan salah satu proses pengawetan menggunakan


suhu rendah untuk menghambat perombakan yang diakibatkan oleh
aktifitas enzimatis mikroba.
Kelebihan dari metode pendinginan adalah dapat mempertahankan sifat
asli ikan ( rasa, aroma, tekstur, dan nilai gizi)
Nilai Q tertinggi didapatkan pada kelompok 5 dan 6 dengan perbandingan
ikan dan es (1:3) sebesar 0,8330 kkal pada menit ke 60, dan niali Q
terendah pada kelompok 9 dan 10 dengan perbandingan ikan dan es (1:2)
sebesar 0,0903 kkal pada menit ke 15.
Es air tawar diberikan pada ikan sampel. Es akan kotak langsung dengan
tubuh ikan dan akan menyerap panas yang ada didalam tubuh ikan karena
prinsip panas adalah panas akan berpindah dari suhu tinggi ke suhu
rendah. Kecepatan dari penarikan panas akan bergantung pada
perbedaan antara suhu es dan tubuh ikan. Semakin jauh perbedaan suhu,
maka akan semakin lama. Sebaliknya semakin dekat perbedaan suhu,
maka akan semakin cepat es mendinginkan suhu ikan dan menghambat
aktivitas enzimatis mikroba karena mikroba harus beradaptasi lagi dengan
suhu tubuh ikan yang baru.

6.2 Saran

Diharapkan pada praktikum Teknik Refrigrasi materi Pendinginan dengan


Es Air Tawar lebih memperhatikan perbandingan berat ikan dan es yang
digunakan. Apabila semakin kecil berat ikan, maka es yang digunakan semakin
sedikit dan akan berakibat pencairan yang lebih cepat sebelum praktikum
pendinginan dilakukan.

28 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, R.2006. Pengolahan Ikan. Bumi Aksara: Jakarta..

Irianto, H.E., dan I. Soesilo.2007. Dukungan Tekhnologi Penyediaan Produk


Perikanan. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. DEPARTEMEN
KELAUTAN DAN PERIKANAN. Hal 1-20.

Sanger,G. 2013. Mutu Kesegaran Ikan Tongkol (Auxis tazard) selama


Penyimpanan Dingin. Warta Wiplek, No.35

Wibowo, E. 2007. Modul Kuliah Budidaya Perairan. Universitas Diponegoro


Semarang.

29 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
LAMPIRAN GAMBAR

30 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
PRAKTIKUM III. Pendinginan dengan Es dan

Garam

1. Maksud dan Tujuan

Maksud dari praktikum Teknik Refrigerasi materi Pendinginan Es Kering


adalah untuk mengetahui cara pendinginan ikan dengan menggunakan es kering
dan mengetahui perbandingan suhu pendinginan menggunakan es kering tiap
beberapa menit.

31 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
Tujuan dari praktikum Teknik Refrigerasi materi Pendinginan Es Kering
adalah agar praktikan dapat mempraktikan cara pendinginan dengan es kering
dan dapat mengukur suhu perbandingan dengan es kering tiap beberapa menit

2. Alat dan Bahan

2.1 Alat

Alat alat yang digunakan pada praktikum Teknik Refrigerasi materi


Pendinginan Es Kering adalah
Paku : untuk membunuh ikan dengan ditusuk
pada medula oblongata
Coolbox : sebagai media pendingin
Thermometer : untuk mengukur suhu coolbox
Thermocouple : untuk mengukur suhu ikan pada bagian
thermal
Nampan : sebagai wadah dan alas ikan
Serbet : untuk memegang dan menutup mata ikan
agar tidak stress
Pisau : untuk memberi sayatan pada ikan
Timbangan digita l : untuk menimbang ikan dan es kering
dengan ketelitian 10-2
Kamera digital : untuk mendokumentasikan setiap
perlakuan dalam praktikum
Sendok : untuk mengambil es kering

2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada Praktikum Teknik Refrigerasi materi


Pendinginan Es Kering adalah
Ikan nila (Oreochromis niloticus) : sebagai sampel
Es kering : sebagai bahan pendingin
Plastik : sebagai wadah es kering dan alas
untuk menimbang
Air : untuk mencuci peralatan yang telah

32 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
digunakan
Tisue : untuk mengeringkan peralatan yang
telah dicuci

3. Cara Kerja (flow chart)

33 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
4. Data dan Perhitungan

4.1. Data

Bera Suhu pada waktu ke (0C)


Berat
Kelo Perla t
0 15 30 45 60 75 90 105 12
mpok kuan Ikan
Es 0
(kg)
(kg)

1,2 1:1 0,034 0,034 31, 29, 26,3 27, 28,1 28,6 29, 29, 29,
5 1 8 1 4 7

3,4 1:2 0,04 0,08 30, 29, 28,9 28, 28,0 27,9 28, 28, 29,
8 7 0 3 6 4

5,6 1:3 0,026 0,078 29, 25, 16,4 17 18,6 20,6 22, 25, 26,
6 4 8 4 7

4.2 Perhitungan

Q = m.c. (T1-T2)

Kelompok
13 dan 14 Q1 = 0,045. 0,84 (29,3-28,1)

34 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
= 0,04536 kkal = 0,167832 kkal
Q2 = 0,045.0,84 (29,3-15,8) Q6 = 0,037. 0,84 (29,5-28,0)
= 0,5103 kkal = 0,04662 kkal
Q3 = 0,045.0,84. (29,3-11,5) Q7 = 0,037.0,84 ( 29,5-27,9)
= 0,62784 kkal = 0,049728 kkal
Q4 = 0,045. 0,84 (29,3-15,8) Q8 = 0,037.0,84 (29,5-28,8)
= 0,5103 kkal = 0,021756 kkal
Q5 = 0,045. 0,84. (29,3-20,7)
= 0,32508 kkal Kelompok 17 dan 18
Q6 = 0,045.0,84 (29,3-23,5)
= 0,21924 kkal Q1 = 0,036. 0,84 ( 30,3-29,1)
Q7 = 0,045.0,84 (29,3-26) = 0,036288 kkal
= 0,12474 kkal Q2 = 0,036.0,84 (30,3-29,1)
Q8 = 0,045.0,84 (29,3-27,5) = 0,076288 kkal
= 0,06426 kkal Q3 = 0,036.0,84 (30,3-15,1)
= 0,459648 kkal
Kelompok 15 dan 16 Q4 = 0,036.0,84 (30,3-19,7)
= 0,320544 kkal
Q1 = 0,037.0,84 (29,5-27,9) Q5 = 0,036. 0,84 (30,3-23,8)
= 0,049728 kkal = 0,19656 kkal
Q2 = 0,037.0,84 ( 29,5-17,9) Q6 = 0,036.0,84 (30,3-27,5)
= 0,9600529 kkal = 0,084672 kkal
Q3 = 0,037.0,84 (29,5-19,7) Q7 = 0,036.0,84 (30,3-27,5)
= 0,304584 kkal = 0,084672 kkal
Q4 = 0,037. 0,84 (29,5-20,9) Q8 = 0,036.0,84 (30,3-29,1)
= 0,267288 kkal
= 0,036288 kkal
Q5 = 0,037.0,84 (29,5-24,1)

5. Hasil dan Pembahasan

5.1 Analisa Prosedur

Pada praktikum Teknik Refrigerasi materi Pendinginan dengan Es dan


Garam, langkah awal yaitu menyiapkan alat dan bahan. Selanjutnya ikan
dimatikan dengan cara ditusuk medulla oblongata dengan menggunakan palu
karena merupakan pusat syaraf dan untuk mempercepat proses kematian pada
ikan. Kemudian ikan dicuci bersih dengan air mengalir dan ditimbang dengan
timbangan digital ketelitian 10 -2 dan dicatat beratnya, lalu diberi sayatan pada
bagian belakang operkulum. Disayat dibagian tersebut karena bagian tersebut
merupakan bagian yang paling tebal, dan diletakkan ikan pada nampan ditutupi
dengan serbet.

Langkah berikutnya yaitu ditimbang es dan garam dengan timbangan


digital dengan perbaningan ikan: es: garam yaitu 1:1:0,25 ; 1:1:0,50 dan 1:1:0,75.
Penggunaan perbedaan perbandingan bertujuan untuk mengetahui penyerapan
kalor pada masing-masing perbandingan dan kecepatan pendinginan. Kemudian
ikan diukur suhunya pada pusat thermal dengan thermocouple untuk mengetahui

35 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
suhu awal ikan nila dan diukur suhu coolbox dengan thermometer untuk
mendapatkan suhu awal coolbox.

Selanjutnya ikan, es, dan garam dimasukkan ke dalam coolbox dengan


pengaturan letak es-garam-ikan-es-garam-ikan dan seterusnya. Tujuannya untuk
mendinginkan ikan lebih cepat dan efisien. Tutup coolbox dengan cepat agar tidak
terjadi perbedaan suhu luar dan dalam coolbox sehingga pendinginan dapat
maksimal. Tunggu selama 15 menit agar dapat terjadi reaksi penyerapan panas
oleh es dari ikan nila.

Setelah 15 menit coolbox dibuka sedikit untuk meminimalisir masuknya


kalor ke coolbox. Ukur suhu ikan dengan thermocouple dan suhu coolbox dengan
thermometer. Selanjutnya coolbox ditutup kembali dan dilakukan pengukuran
ulang suhu dengan langkah yang sama. Pengukuran suhu dilakukan selama 15
menit sekali selama 2 jam dan dicatat hasilnya. Tujuannya yaitu mengetahui nilai
perpindahan panas tiap 15 menit dan dihitung banyaknya tenaga panas (Q)
dengan rumus :

Keterangan:

Q = banyaknya tenaga panas (kkal)

m = berat ikan (kg)

T1 = suhu awal (oC)

T2 = suhu akhir (oC)

C = panas spesifik buatan (0,84kkal/kg oC)

Larutan garam dingin merupakan media yang dapat mengendalikan


pertumbuhan mikroorganisme dengan suatu metode yang bebas dari pengaruh
luarnya. Dengan penurunan suhu dibawah 0 oC. Pertumbuhan bakteri pembusuk
akan terganggu sehingga bahan yang dimasukkan ke dalam larutan garam akan
tetap awet dan tahan lama (Birgo, 2007).

Ikan merupakan produk yang memiliki karakteristik mudah rusak dan


mudah membusuk, sehingga perlu dilakukan pengawetan. Prinsip pengawetan
adalah unuk mempertahankan ikan selama mungkin dengan menghambat
aktivitas mikroorganisme. Pengawetan ikan dapat dilakukan dengan cara
tradisional dan modern (Sutami, 2013).

36 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
5.2 Analisa Hasil

Pada praktikum Teknik Refrigrasi materi Pendinginan dengan Es dan


Garam diperoleh hasil pengamatan pendinginan dengan perbandingan ikan, Es,
dan garam (1:1:0,25) data tertinggi diperoleh kelompok 13 dan 14 pada menit ke
30 dengan nilai Q3 sebesar 0,627 kkal. Data terendah diperoleh pada menit ke 15
dengan nilai Q2 sebesar 0,045 kkal.

Pendinginan dengan perbandingan ikan dan Es (1:1:0,5) data tertinggi


diperoleh kelompok 15 dan 16 pada menit ke 15 dengan nilai Q 2 sebesar 0,366
kkal. Data terendah diperoleh pada menit ke 90 dengan nilai Q 7 sebesar 0,046
kkal.

Pendinginan dengan perbandingan ikan dan Es (1:1:0,75) data tertinggi


diperoleh kelompok 17 dan 18 pada menit ke 30 dengan nilai Q 3 sebesar 0,1485
kkal. Data terendah diperoleh pada menit ke 120 dengan nilai Q 9 sebesar 0,0514
kkal.

Nilai Q akan tinggi jika suhu (T) rendah, sebaliknya jika niali Q rendah
makan suhu (T) tinggi. Nilai Q rendah terjadi karena refrigran (es kering) sudah
menguap sehingga suhu didalam coolbox kembali naik, dan nilai Q tinggi
disebabkan karena kerja refrigran (es kering) cepat mendinginkan coolbox pada
waktu atau menit tertentu.

Garam merupakan salah satu kebutuhan perlengkapan pada kebutuhan


pangan. Kualitas garam yang diolah secara tradisional dapat dijadikan garam
konsumsi. Garam dapat menarik kadar air dalam bahan pangan. Hal ini sesuai
dengan kebutuhan proses mempertahankan mutu dan kualitan hasil perikanan
yang banyak mengandung air sebagai media perkembangan mikroba ( Purbani,
2007 ).

Larutan garam dingin dapat mengendalikan mikroorganisme dengan suatu


metode yang bebas dari pengaruh racun. Dengan penurunan suhu dibawah 0 oC,
pertumbuhan bakteri pembusuk terganggu, sehingga bahan yang dimasukkan

37 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
kedalam larutan garam dingin akan tetap awet dan tahan lama. Hal ini cocok
dengan prinsip pendinginan hasil perikanan ( Bigo, 2007 ).

Grafik cenderung menurun karena semakin banyak penambahan garam,


maka pendinginan akan semakin rendah dan proses pelepasan panas efektif pada
coolbox juga menurun. Artinya proses penyerapan panas berlangsung efektif

6. Kesimpulan dan Saran

6.1 Kesimpulan

Pada praktikum Teknik Refrigrasi materi Pendinginan dengan Es dan Garam


diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

Pendinginan ikan merupakan salah satu proses pengawetan menggunakan


suhu rendah untuk menghambat perombakan yang diakibatkan oleh
aktifitas enzimatis mikroba.
Nilai Q tertinggi didapatkan pada kelompok 13 dan 14 dengan
perbandingan ikan,es, dan garam (1:1:0,25) sebesar 0,627 kkal pada menit
ke 30, dan niali Q terendah pada kelompok 13 dan 14 dengan
perbandingan ikan,es, dan garam (1:1:0,25) sebesar 0,045 kkal pada menit
ke 15.
Es dan garam dapat menurunkan suhu pendinginan lebih rendah dari 0 oC,
hal ini dikarenakan garam dapat mengikat air sehingga saat proses
pendinginan air akan dingin terlebih dahulu lalu dilanjutkan dengan garam
+ air sehingga titik beku es dan garam dibawah 0 oC.
Susunan peletakan es dan garam pada materi Pendinginan dengan Es dan
Garam adalah garam lalu es kemudian ikan.

6.2 Saran

38 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
Diharapkan pada praktikum Teknik Refrigrasi materi Pendinginan dengan
Es dan garam lebih memperhatikan perbandingan berat ikan dan es yang
digunakan. Apabila semakin kecil berat ikan, maka es yang digunakan semakin
sedikit dan akan berakibat pencairan yang lebih cepat sebelum praktikum
pendinginan dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Bigo. 2007. Air dan Garam. UGM. Press : Yogyakarta.

Purbani, O. 2007. Proses Pembentukan Kristalisasi Garam. Pasar Riset Wilayah


Laut dan Sumberdaya Nurhayati. Badan Riset Kelautan dan Perikanan
Departemen Kelautan Perikanan

Sutami. 2013. Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi Pengawetan Ikan Asin


Teri di Kecamatan Labuhan Maringgas, Kabupaten Lampung Timur.
Program Studi Agrobisnis. Jurnal Ilmiah Esai.

39 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
40 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
LAMPIRAN GAMBAR

41 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
2. TEKNIK INSULASI

2.1 Latar Belakang

Insulator atau bahan insulasi adalah material yang rendah


konduktivitas panasnya atau dengan perkataan lain adalah material yang tinggi
tahanan panasnya terhadap aliran panas. Daya insulatif wadah penyimpan atau
palka ikan merupakan hal yang terpenting dalam operasi penanganan hasil
tangkapan. Secara hukum alam, panas selalu berpindah dari wilayah yang
bersuhu tinggi ke wilayah yang bersuhu rendah. Dalam hal ini panas dari luar
wadah ikan akan menerobos ke dalam wadah yang dingin. Untuk mereduksi
panas atau menghambat arus panas tersebut, maka perlu menginsulasi
sedemikian rupa sehingga palka seolah-olah seperti selubung yang tidak dapat
ditembus panas.

Peranan insulasi sebagai penahan aliran panas ke dalam wadah pendingin


ikan sangat besar. Pilihan akan jenis insulasi dan tebalnya penting karena
menyangkut bagian besar dari biaya konstruksi total dan biaya energi selama
operasi pendinginan. Ciri yang penting dari insulasi adalah:

1. Densitas atau berat relatif (kg/m3)

2. Konduktivitas panas, petunjuk utama efesiensi insulasi, semakin rendah

konduktivitasnya semakin baik efesiensi insulasi (kkal/m.jam. 0C atau


BTU.in/ft 2.jam.K)

3. Ketahanan terhadap perembesan air atau uap air

4. Keamanan terhadap kebakaran atau api

5. Kekuatan kompresi yaitu berat yang dapat dibebankan pada permukaan


tertentu tanpa mengakibatkan perubahan bentuk atau pecah (kg/m 2)

6. Harga bahan (Rp./m3)

42 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
7. Biaya pemasangan

Pelapisan dinding ruang dingin dengan insulator merupakan salah satu


cara mempertahankan suhu yang rendah di dalam ruang penyimpanan. Berbagai
jenis bahan alami yang sering dipakai sebagai insulator antara lain ijuk, sabut
kelapa, merang, gabus, kayu, dan bubuk gergaji. Sedangkan bahan sintetik yang
dapat digunakan adalah styrophore-foam, polyurethane, foam glass, dan
polystyrene.

Sterofoam paling sering digunakan dalam penyimpanan ikan karena


memiliki beberapa keuntungan diantaranya :

43 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
1. Insulasi panas yang sangat baik.

2. Bagus dalam menginsulasi suara / akustik.

3. Daya tahan yang lama, karena tidak membusuk (non biodegradable).

4. Dapat dibuat dalam berbagai macam bentuk dan ukuran.

5. Harga terjangkau.

6. Mudah dalam pengiriman karena ringan.

7. Mudah dalam pengaplikasiannya.

8. Dengan jenis Fire Retardant, sehingga tidak merambatkan api.

9. Tidak beracun.

10.Dapat didaur ulang. Sisa dari Styrofoam dapat dilebur dengan Styrofoam
murni dan dapat didaur ulang kembali menjadi produk yang baru kembali.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan insulasi adalah


menjaga agar insulasi tidak kemasukan air karena daya penahan panas akan
banyak berkurang jika mengandung air. Kebutuhan refrigerasi dapat ditekan
sekecil mungkin dengan cara mengisolasi wadah penyimpan ikan dengan baik.
Sifat-sifat beberapa insulator yang biasa digunakan adalah sebagai berikut:

Sifat Insulator Lempeng Foam glass Polystyrene Polyurethae

gabus

Densitas (kg/m2) 100-150 145 15-30 40

Konduktivitas 0,032 0,046 0,030 0,020

Panas

(kkal/m.jam.0C)

Ketebalan (mm) 130 NA 120 90


Ketahanan thd air cukup Sempurna Baik baik

Ketahanan thd api jelek sangat baik Jelek jelek

Kekuatan 5.000 30.000 2.000 3.000

kompresi (kg/m3)

Biaya pasang agak tinggi agak tinggi agak tinggi tinggi

Sumber: Ilyas (1988)

2.2 Ruang Lingkup

Teknik insulasi dengan menggunakan insulator alami (gabus dan asbes)


pada proses pendinginan bahan pangan dari hasil perikanan.

2.3 Prinsip Penentuan dan Perhitungan

Pada prinsipnya, pendinginan ikan dengan menggunakan insulator


adalah untuk menahan aliran panas dari luar ke dalam wadah pendingin sehingga
dapat mempertahankan suhu rendah dalam wadah pendingin. Perhitungan
banyaknya panas yang berkonduksi kedalam wadah berinsulasi adalah:

2.3.1 Insulator Tunggal

Q = k. A. (T1 - T2 )
d

Keterangan:
Q = laju pengaliran panas ke dalam wadah (BTU/jam)
k = konduktivitas insulator (BTU.in/ft 2.jam.oF)

(k asbes = 3,7 BTU.in/ft 2.jam.oF, k gabus = 0,337 BTU.in/ft 2.jam.oF)

A = luas insulator (ft2)

= 2 (p x l) + 2 (p x t) + 2 (l x t)

T1= suhu di luar wadah pendingin (oF)

T2= suhu di dalam wadah pendingin (oF)

d = tebal insulator (inchi)

2.3.2 Insulasi Ganda

Q = kgab.A.(T1- T2)

k =
gab

d 1 / k1 + d 2 / k 2

Keterangan :

Q = Laju pengaliran panas kedalam wadah (BTU/jam

Kgab = Konduktivitas gabungan

D1 = Tebal insulator 1 (asbes)

D2 = Tebal insulator 2 (gabus)


K1 = konduktivitas insulator 1 (asbes)

K2 = konduktivitas insulator 2 (gabus)

2.4 Metode Kerja

Praktikum 4 : Perlakuan Insulasi dengan Gabus atau Asbes (Insulator


Tunggal)

a. Ikan dicuci sampai bersih dan ditimbang beratnya.

b. Es yang telah dihancurkan ditimbang hingga dicapai perbandingan berat ikan


dan es 1:1 dan 1:2

c. Insulator gabus atau asbes diukur panjang, lebar, tinggi, dan tebalnya.

d. Insulator dipasang dalam wadah pendingin.

e. Ikan dan es dimasukkan dalam wadah berinsulasi tunggal.

f. Diukur suhu di luar wadah berinsulasi.

g. Dibiarkan selama 15 menit, kemudian diukur suhu di dalam wadah pendingin.

h. Pengukuran suhu seperti langkah g dilakukan setiap 15 menit sekali selama 2


jam.

Praktikum 5 : Perlakuan Insulasi dengan Gabus dan Asbes (Insulator Ganda)

a. Ikan dicuci sampai bersih dan ditimbang beratnya.

b. Es yang telah dihancurkan ditimbang hingga dicapai perbandingan berat ikan


dan es 1:1 dan 1:2
c. Insulator gabus dan asbes diukur panjang, lebar, tinggi, dan tebalnya.

d. Kedua insulator dipasang dalam wadah pendingin.

e. Ikan dan es dimasukkan dalam wadah berinsulasi ganda.

f. Diukur suhu di luar wadah berinsulasi.

g. Dibiarkan selama 15 menit, kemudian diukur suhu di dalam wadah pendingin.

h. Pengukuran suhu seperti langkah g dilakukan setiap 15 menit sekali selama 2


jam.

PRAKTIKUM IV. Insulasi Tunggal dengan Gabus atau Asbes

1. Maksud dan Tujuan

Maksud dari praktikum Teknik Refrigerasi materi Insulasi Tunggal dengan


Gabus atau Asbes adalah agar praktikan mengetahui pengaruh penggunaan
insulator sintetis pada proses pendinginan bahan pangan hasil perikanan.

Tujuan dari praktikum Teknik Refrigerasi materi Insulasi Tunggal dengan


Gabus atau Asbes adalah agar praktikan dapat melakukan teknik insulasi pada
proses pendinginan hasil perikanan serta hubungan antara laju perpindahan
panas ke dalam wadah dengan waktu dan dapat mengetahui sifat dari masing-
masing insulator.

2. Alat dan Bahan

2.1 Alat

Alat- alat yang digunakan pada praktikum Teknik Refrigerasi materi Insulasi
Tunggal dengan Asbes atau Gabus adalah

Coolbox : sebagai wadah pendinginan sampel


Timbangan digital : untuk menimbang es dan garam dengan
ketelitian 10-2
Thermometer : untuk mengukur suhu ruang dan dalam
coolbox
Nampan : sebagai wadah ikan sebelum dilakukan
pendinginan
Pisau : untuk memotong es dengan ukuran lebih
kecil
Kamera digital : untuk mendokumentasikan setiap perlakuan
Paku : untuk membunuh ikan dengan menusuk
medula oblongatanya
Serbet : untuk memegang dan menutup kepala ikan
agar tidak stress
Penggaris : untuk mengukur area coolbox
Jam tangan : untuk menghitung waktu

2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada Praktikum Teknik Refrigerasi materi


Pendinginan Es Kering adalah
Ikan nila (Oreochromis niloticus) : sebagai sampel
Es kering : sebagai bahan pendingin
Plastik : sebagai wadah es kering dan alas
untuk menimbang
Air : untuk mencuci peralatan yang telah
digunakan
Tisue : untuk mengeringkan peralatan yang telah
Dicuci
3. Cara Kerja (Flow Chart)
4. Data dan Perhitungan

4.1 Data

Panj Leba Ting Suhu Coolbox (0F)


ang r Tebal
gi
Perla Insul Insul Insulat 1
Insul Insul 1 3 4 6 7 9 12
kuan ator ator or 0 0
ator ator 5 0 5 0 5 0 0
(inchi) 5
(ft) (ft) (ft)

1:1 Gab 1.09 0.61 0.59 0.3144 9 8 8 8 8 8 8 9 89


us 224 664 696 3, 7, 6 4, 4, 6 9, 1, ,6
2 8 2 2 6 4

1:2 Gab 1.09 0.61 0.59 0.31 8 8 8 8 7 8 8 8 86


us 8, 6 4, 4, 8, 3, 6 6 ,9
7 2 2 8 3

1:1 Asbe 1.08 0.61 0.68 0.16 8 8 8 8 8 8 9 8 91


s 7, 2, 0, 4, 7, 9, 1, 7, ,4
8 4 6 2 8 6 4 8

1:2 Asbe 1.10 0.61 0.67 0.1574 8 8 8 8 8 8 8 8 87


s 208 664 24 8 6, 6 6 4, 6 6, 7, 7, ,8
9 2 9 8 8

4.2 Perhitungan

A. Perhitungan Q Kelompok 1, 7, 13
B. Q kelompok 2, 8, 14

C. Perhitungan Q kelompok 3, 9, 15
D. Perhitungan Q Kelompok 4, 10, 16

5. Hasil dan Pembahasan

5.1 Analisa Prosedur

Pada praktikum Teknik Refrigerasi materi Insulasi Tunggal dengan Gabus


atau Asbes, langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan.
Langkah selanjutnya adalah mematikan ikan dengan cara menusuk pada bagian
medula oblongata dengan menggunakan paku agar ikan lebih cepat mati.
Kemudian ikan dicuci sampai bersih dan ditimbang beratnya dengan timbangan
digital dengan ketelitian 10 -2 dan dicatat hasilnya. Es yang telah dihancurkan
kemudian ditimbang hingga dicapai perbandingan ikan dan es 1:1 dan 1:2.
Perbandingan yang berbeda bertujuan untuk mengetahui penyerapan kalor dari
tiap-tiap perbandingan. Kemudian gabus atau atau asbes diukur panjang, lebar,
tinggi, dan tebalnya dengan menggunakan penggaris. Hasil pengukuran panjang,
lebar, dan tinggi dikonversikan dalam satuan feet (ft) sedangkan pengukuran tebal
insulator dikonversikan dalam satuan inchi. Lalu insulator gabus atau asbes
dipasang di coolbox atau wadah pendingin dengan tujuan agar insulator dapat
menyerap panas dari luar sehingga panas dari luar tidak masuk ke dalam coolbox
atau wadah pendingin. Kemudian ikan dan es dimasukkan dalam wdah berinsulasi
tunggal dan diukur suhu diluar wadah berinsulasi. Coolbox atau wadah berinsulasi
ditutup rapat dan dibiarkan selama 15 menit untuk mengetahui reaksi antara es
dan ikan dan juga dengan insulator. Setelah 15 menit, coolbox dibuka sedikit untuk
meminimalisir masuknya kalor ke coolbox lalu diukur suhu didalam coolbox
menggunakan thermometer. Kemudian coolbox ditutup dan pengukuran suhu
dilakukan setiap 15 menit selama 2 jam. Tujuannya adalah untuk mengetahui nilai
perpindahan panas tiap 15 menit. Setelah itu dihitung laju perpindahan panas ke
dalam wadah dengan rumus :

Keterangan :

Q = laju pengaliran panas ke dalam wadah (BTU/jam)

k = konduktivitas insulator

T1 = suhu diluar wadah pendinginan (oF)

T2 = suhu didalam wadah pendinginan (oF)

d = tebal insulator (inchi)

A = luas insulator (ft2)

Untuk mencegah kemunduran mutu yang cepat, ikan dicuci dengan air laut.
Setelah itu dilakukan penyortiran ikan yang bernilai jual tinggi seperti bandeng.
Dimasukkan dalam coolbox sterofoam berukuran 90x40x35 cm yang berisi es.
Ikan yang bernilai juak rendah dimasukkan dalam wadah ember yang berisi air laut
tanpa es. Es diberi dengan bentuk blok dengan berat 20 kg (Suryawan, 2006).

Wadah yang digunakan untuk penyimpanan ika nila pada suhu rendah ini adalah
sterofoam. Penggunaan wadah seperti sterofoam akan memperkecil jumlah panas
yang masuk kedalam kemasan sehingga es akan lebih lama untuk melebur.
Bagian bawah sterofoam tersebut diberi lubang air agar air lelehan dari es curai
yang telah tercampur dengan darah, lendir, dan kotoran lainnya dapat mengalir
keluar (Munandar et al., 2009)
5.2 Analisa Hasil
Pada praktikum Teknik Refrigrasi Materi Insulasi Tunggal dengan gabus
atau asbes didapatkan analisa hasil dengan insulator gabus dari kelompok 1, 7,
dan 13 perbandingan 1:1 diperoleh data tertinggi pada Q 4 sebesar 4,1 BTU/jam
dan data terendah pada Q1 sebesar -6,16 BTU/jam. Kelompok 2,8, dan 14
dengan perbandingan 1:2 diperoleh data tertinggi pada Q5 sebesar 10,07
BTU/jam dan terendah -1,01 BTU/jam.

Data Insulasi tunggal dengan gabus dari kelompok 1,7, dan 13 data
tertinggi pada Q1 sebesar 19,61 BTU/jam dan terendah pada Q7 dan Q9 sebesar
-6,63 BTU/jam. Pada perlakuan (1:2) kelompok 2,8, dan 14 degan diperoleh data
tertinggi pada Q5 sebesar 32,48 BTU/jam dan terendah pada Q1 dan Q9 sebesar
3,24 BTU/jam.

Data insulasi tunggal dengan menggunakan asbes diperoleh data tertinggi


pada penggunaan asbes dengan perbandingan 1:1 pada kelompok 3,9, dan 15
pada Q3 sebesar 96,44 BTU/jam. Data terendah diperoleh insulasi dengan asbes
pada kelompok 3,9, dan 15 pada Q7 dan Q9 sebesar -48,22 BTU/jam.

Asbes merupakan mineral mineral berbentuk serat yang terjadi secara


alamiah. Sesuai dengan definisi yang diberikan oleh occupation safety and healthy
administration,mereka menjelaskan bahwa ada jenis mineral yang dikategorikan
sebagai bahan asbes yaitu cysotile, rebectile, grumente, dan thermontile ( Thamrin
et al., 2005 )

Story foam atau dikenal sebagai gabus putih biasa yang digunakan
sebagai pembungkus bahan elektronik . penggunaan ozon berencana mencegah
molekul membentuk garis yang sangat lurus sebagai hasilnya mempunyai bentuk
tidak transparan dan dalam berbagai bentuk plastic ( Giri et al., 2008 )

Dari grafik insulasi tunggal dengan Gabus atau Asbes dengan


perbandingan 1:1 dan 1:2 nilai Q coolbox naik turun Sehingga Q terkecil tidak
selalu pada Q1 dan Q2 dan terbesar tidak selalu Q5. Hal ini tidak sesuai dengan
teori yang menyebutkan Q terkecil pada Q1 dan Q2
6. Kesimpulan dan Saran

6.1 Kesimpulan

Pada praktikum teknik refrigerasi materi insulasi ganda dengan asbes dan gabus
didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

Cara penempatan ikan dan es adalah berselang seling dan peletakkan


bahan insulator adalah dinding dalam coolbox yang diletakkan pada bagian
atas, bawah, samping kanan dan kiri.
Perbedaan Q dalam bahan insulator antara gabus atau asbes dapat
dipengaruhi perbedaan yang digunakan yaitu 1:1 dan 1:2 karena ketebalan
dari bahan insulator mempengaruhi panas yang masuk dan keluar dari
coolbox.
Nilai Q tertinggi pada Insulasi tunggal dengan asbes dari kelompok 3,9,dan
15 pada Q3 sebesar 96,44 BTU/jam, dan terendah pada kelompok 3,9, dan
15 pada Q7 dan Q9 sebesar -48,22 BTU/jam.
Asbes dapat menghambat aliran panas dari luar untuk mempertahankan
suhu didalam coolbox tetap rendah, namun bila udara didalam coolbox
tinggi tidak bisa keluar sehingga cepat menaikkan suhu ruang.

6.2 Saran

Pada praktikum teknik refrigerasi materi insulasi tunggal dengan asbes


atau gabus diharapkan thermometer yang digunakan lebih atau sama dengan
jumlah kelompok. Hal ini dikarenakan jika kurang akan menyebabkan
keterlambatan dalam perhitungan dapat mempengaruhi keakuratan data serta
membuat waktu praktikum menjadi kurang efisien.
DAFTAR PUSTAKA

Giri, D.B., D.F.I. Ketut, dan N. Rolia. 2008. Kiat Tarik Belah dan Lentur Bentuk
dengan PnambahanStrekofoam. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil. 12(2) : 30-39.

Munandar, A., Nurjannah., dan M. Nurimala. 2009. Kemunduran Mutu Ikan Nila
pada Penyimpanan Suhu Rendah dengan Perlakuan Cara Kematian dan
Penyiangan. Jurnal Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 12(2)

Suryawan. 2006. Dampak Radiologis Pelepasan Serat Asbes. Volume 1 (2)

Thamrin, M., Thoyra, dan Mukhris. 2005. Dampak Radiologis Pelepasan Serat
Asbes. Buletin Acara. 6(2) : 67-76
LAMPIRAN GAMBAR

PRAKTIKUM V. Insulasi

Ganda dengan Gabus dan Asbes

1. Maksud dan Tujuan

Maksud dari praktikum Teknik Refrigerasi materi Insulasi Ganda dengan


Gabus dan Asbes adalah agar praktikan mengetahui pendinginan hasil perikanan
dengan insulasi ganda serta mengetahui pengaruhnya.
Tujuan dari praktikum Teknik Refrigerasi materi Insulasi Ganda dengan
Gabus dan Asbes adalah agar praktikan dapat menerapkan teknik insulasi ganda
pada proses pendinginan ikan serta mengetahui laju perpindahan panas ke dalam
wadah.
2. Alat dan Bahan

2.1 Alat

Alat- alat yang digunakan pada praktikum Teknik Refrigerasi materi Insulasi
Gandal dengan Asbes dan Gabus adalah

Coolbox : sebagai wadah pendinginan sampel


Timbangan digital : untuk menimbang es dan garam dengan
ketelitian 10-2
Thermometer : untuk mengukur suhu ruang dan dalam
coolbox
Nampan : sebagai wadah ikan sebelum dilakukan
pendinginan
Pisau : untuk memotong es dengan ukuran lebih
kecil
Kamera digital : untuk mendokumentasikan setiap perlakuan
Paku : untuk membunuh ikan dengan menusuk
medula oblongatanya
Serbet : untuk memegang dan menutup kepala ikan
agar tidak stress
Penggaris : untuk mengukur area coolbox
Jam tangan : untuk menghitung waktu

2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum Teknik Refrigerasi materi


Insulasi Tunggal dengan Gabus atau Asbes adalah
Asbes : sebagai insulator
Gabus : sebagai insulator
Es air tawar : sebagai media pendinginan
Air : untuk mencuci peralatan yang telah
digunakan
Tisue : untuk mengeringkan peralata yang
telah digunakan
Ikan nila (Oreochromis niloticus) : sebagai sampel
Plastik : sebagai alas menimbang sampel dan
es air tawar
3. Cara Kerja (flow chart)
4. Data dan Perhitungan

4.1 Data

Panja Leba Tebal Suhu Coolbox (0F)


ng r Tinggi Insul
Perla Kelo Insul Insula ator 0 15 30 45 60 75 9 10 1
kuan mpok Insula ator tor (ft) (inchi 0 5 2
tor ) 0
(ft) (ft)
Asbe
s:
8 6 4
0,157 53 82 82 67 53 6.
1:1 5,11,1 1,102 0,616 0,606 7. .4 .0 89. .0 .8 0. .4 3
7 6 2 4 24 4 2 6 2 2
Gabu 2 2 8
s:
0,510

Asbe
s:
4 1 1
0,157 53 60 82 96 1 11 2
1:2 6,12,1 1,102 0,616 0,606 6. .4 .4 67. .0 .2 0. 7. 4.
8 2 2 4 64 4 6 6 68 8
Gabu 2 6 8
s:
0,510

4.2 Perhitungan

Pada praktikum Teknik Refrigerasi materi Insulasi Ganda dengan Gabus


dan Asbes menggunakan rumus :

Kelompok 5, 11, dan 17 (perlakuan 1 : 1) Kelompok 6, 12, dan 18 (perlakuan 1 :


2)

Q1 = kgab A (T1-T2) Q1 = kgab A (T1-T2)

Q1 = 0,643 x 3,440 x (87,8-87,6) Q1 = 0,643 x 3,440 x (89,6-46,220)

Q1 = 0,643 x 3,440 x 0,2 Q1 = 0,643 x 3,440 x 43,338

Q1 = 0,398 BTU/jam Q1 = 95,914 BTU/jam

Q2 = kgab A (T1-T2) Q2 = kgab A (T1-T2)

Q2 = 0,643 x 3,440 x (87,8-53,420) Q2 = 0,643 x 3,440 x (89,6-53,420)


Q2 = 0,643 x 3,440 x 34,38 Q2 = 0,643 x 3,440 x 36,18

Q2 = 76,015 BTU/jam Q2 = 79,995 BTU/jam

Q3 = kgab A (T1-T2) Q3 = kgab A (T1-T2)

Q3 = 0,643 x 3,440 x (87,8-82,040) Q3 = 0,643 x 3,440 x (89,6-60,440)

Q3 = 0,643 x 3,440 x 5,76 Q3 = 0,643 x 3,440 x 29,16

Q3 = 12,736 BTU/jam Q3 = 64,473 BTU/jam

Q4 = kgab A (T1-T2) Q4 = kgab A (T1-T2)

Q4 = 0,643 x 3,440 x (87,8-89,240) Q4 = 0,643 x 3,440 x (89,6-67,640)

Q4 = 0,643 x 3,440 x -1,44 Q4 = 0,643 x 3,440 x 21,96

Q4 = -3,184 BTU/jam Q4 = 48,554 BTU/jam

Q5 = kgab A (T1-T2) Q5 = kgab A (T1-T2)

Q5 = 0,643 x 3,440 x (87,8-82,040) Q5 = 0,643 x 3,440 x (89,6-82,040)

Q5 = 0,643 x 3,440 x 5,76 Q5 = 0,643 x 3,440 x 7,56

Q5 = 12,736 BTU/jam Q5 = 16,715 BTU/jam

Q6 = kgab A (T1-T2) Q6 = kgab A (T1-T2)

Q6 = 0,643 x 3,440 x (87,8-67,820) Q6 = 0,643 x 3,440 x (89,6-96,260)

Q6 = 0,643 x 3,440 x 19,98 Q6 = 0,643 x 3,440 x -6,66

Q6 = 44,176 BTU/jam Q6 = -14,725 BTU/jam

Q7 = kgab A (T1-T2) Q7 = kgab A (T1-T2)

Q7 = 0,643 x 3,440 x (87,8-60,620) Q7 = 0,643 x 3,440 x (89,6-110,660)

Q7 = 0,643 x 3,440 x 27,18 Q7 = 0,643 x 3,440 x -21,06

Q7 = 60,096 BTU/jam Q7 = -46,564 BTU/jam


5. Hasil dan Pembahasan

5.1 Analisa Prosedur

Pada praktikum Teknik Refrigrasi materi insuli ganda dengan gabus dan
asbes, langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan,
kemudian ikan nila diambil dan dicuci hingga bersih agar kotoran pada ikan hilang.
Lalu mematikan ikan nila dengan paku dan ditusuk medulla oblonga agar cepat
mati. Setelah itu, ditimbang ikan nila dengan timbangan digital dan es yang sudah
dihancurkan juga ditimbang menggukana timbangan digital dengan perbandingan
ikan:es 1:1; 1:2 dengan tujuan untuk mengetahui efek perbandingan berbeda dan
penyerapan kalor.

Setelah itu diukur gabus dan abes dengan penggaris yang meliputi
panjang, lebar, tinggi dalam satuan cm dan konversikan ke satuan feet, dimana 1
cm=0,0328 feet. Serta diukur tebal insulator dalam satuan cm dan dikonversikan
ke inchi, 1 cm=0,383 inchi. Lalu insulator dipasang pada coolbox, dengan tujuan
insulator dapat menyerap panas dari luar dan tidak masuk ke ikan dan esnya.
Selanjutnya suhu ikan diukur dengan thermocouple untuk mengetahui suhu awal
ikan dan suhu coolbox dengan thermometer untuk mengetahui suhu awal coolbox.

Tutup coolbox dengan rapat agar pendinginan dapat maksimal. Tunggu


selama 15 menit agar terjadi reaksi kimia antara ikan, es dan juga insulator.
Setelah itu coolbox dibuka sedikit untuk meminimalisir masuknya kalor pada
coolbox diukur suhu ikan dengan thermocouple dan suhu coolbox dengan
thermometer. Kemudian coolbox ditutup kembali dan dilakukan pengukuran suhu
ulang dengan langkah yang sama. Pengukuran suhu dilakukan setiap 15 menit
selama 2 jam bertujuan untuk mengetahui nilai perpindahan panas setiap 15
menit. Setelah itu hitung banyaknya laju pengalihan panas ke dalam wadah
dengan rumus :

Q = k.gab A (T1-T2) dimana, k.gab =

Keterangan =

Q = laju pengeringan panas dalam wadah (BTU/jam)


k.gab = konduktivitas gabungan insulator (BTU lb/Ft 2 jam oF)
T1 = suhu di luar wadah pendingin (oF)
T2 = suhu di dalam wadah pendingin (oF)
d1 = tebal insulator 1 (asbes)(feet)
d2 = tebal insulator 2 (gabus) (feet)
k1 = konduktivitas insulator 1
k2 = konduktivitas insulator 2

Pada prinsip insulasi sangat baik diterapkan untuk mengatasi kebisingan


yang merambat secara airbone maupun fluturebone. Objek yang akan bertugas
sebagai insulator, memenuhi persyaratan seperti berat material harus bisa
menahan tekanan, prinsip insulasi digunakan, elastisitas, kerapatan bahan
(Kristanto, et al., 2011).
Bahan insulasi panas adalah suatu bahan yang berfungsi untuk menahan
panas yang datang kepadanya dan akan dipantulkan atau diserap oleh bahan
insulasi tersebut. Tujuan insulasi tersebut adalah mengurangi perpindahan panas
antara dua temperature yang berbeda dengan meningkatkan tekanan thermal
terhadap aliran panas. Secara karateristik p[erpindahan panas yang menyangkut
insulasi dibedakan menjadi kondisi lunak dan tak lunak (Kabari, 2009).

5.2 Analisa Hasil

Pada praktikum teknik refrigrasi dengan materi insulasi ganda dengan


gabus dan asbes dengan perbandingan 1:1 pada kelompok 5, 11, 17 diperoleh
data sebesar 1,979 BTU/jam. Untuk insulasi ganda dengan gabus dan asbes pada
perbandingan 1:2 pada kelompok 6,12, 18 diperloreh data tertinggi pada Q 9 pada
nilai 48,5 BTU/jam sedangkan data terendah pada Q 1 dengan nilai sebesar 7,5
BTU/jam.

Tinggi rendahnya nilai Q dapat dipengaruhi oleh banyak factor yaitu factor
internal dan eksternal. Factor internal dapat dari ikan dan esnya. Sedangkan factor
eksternal dapat dilihat dari cara membuka tutup coolbox.

Tingkat insulasi yang akan diberikan pada baik pada saat pengujian objek tersebut
tergantung pada frekuensi yang diberikan pada objek variasi tersebut maupun
pada saat pemasangan di lapangan. Tingkat insulasi ini berpengaruh pada nilai
kebisingan dengan maksimal frekuensi 500 Hz dan biasanya dijadikan acuan
untuk menentukan nilai frekuensi (Nugroho et al., 2013)

Menurut Kristanto et al (2011), EPS (expand Polystyrene) adalah material


insulasi yang dibuat dengan cara menyemprotkan styrene resin polymerization
(sejenis resin) dibawah tekanan pada suatu cetakan atau dengan menekan biji-biji
polystyrene pada cetakan dan diperluas dibawah uap atau air hangat dengan
bantuan bahwa air dan uap kembali.

6. Kesimpulan dan Saran

6.1 Kesimpulan
Pada praktikum Teknik Refrigrasi materi insulasi ganda menggukan asbes dan
gabus didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

Insulator atau bahan insulasi adalah material rendah konduktivitas rendah


panasnya atau material tinggi ketahana panasnya terhadap aliran panas.
Ciri-ciri insulator yang baik :
1. Densitas atau berat relative
2. Konduktivitas panas semakin rendah
3. Tahan terhadap perembesan air
4. Keamanan terhadap kebakaran dan api
5. Kekuatan kompresi yang cukup tinggi
Perbedaan Q pada bahan insulator antara gabus dan assbes dapat
dipengaruhi perbedaan yang digunakan yaitu 1:1 dan 1:2. Karena
ketebalan dari bahan insulator mempengaruhi panas yang masuk dan
keluar dari coolbox

6.2 Saran

Pada praktikum Teknik Refrigrasi materi insulasi ganda menggukan asbes


dan gabus disarankan agar praktikum kedepannya dapat dimulai lebih awal
sehingga praktikum dapat terselesaikan sebelum larut malam.

DAFTAR PUSTAKA

Kabari H. 2009. Menentukan Konduktivitas Thermal Tendon Kosong Sawit Dengan


Polystyrene Sebagai Heat Flux Meter. Jurnal Penelitian Sains . 12
(02).
Kristanto, L, H. Sugiharto; A. D. Atmojo, dan L. D. Darmawan. 2011. Studi Reduksi
Bunyi Pada Material Insulasi Atap Zineolume. Journal Of
Architecture And Built Environment. 38(02).

Nugroho, B. A; Andi. R; dan W. A. Asmoro. 2013. Peningkatan Insulasi Akustik


Dinding Luar Kamar Hotel Studi Kasus Di Dalam Bandar Udara.
Jurnal Teknik POM ITS . 12 (02).156-161
LAMPIRAN

GAMBAR
3. PALKA

1.1 Latar Belakang

Penanganan ikan laut sejak ditangkap nelayan sebagai produsen sampai


ke

tangan konsumen atau pembeli pada dasarnya terdiri dari dua tahap, yaitu
penanganan diatas kapal dan penanganaan di darat. Penanganan ikan diatas
kapal merupakan penanganan awal. Tahap penanganan ini sangat menentukan
nilai jualnya dan proses pemanfaatan selanjutnya serta suatu produk olahan ikan
yang dihasilkan. Batasan penanganan ikan diatas kapal adalah perlakuan-
perlakuan yang bertujuan untuk meminimalkan kerusakan-kerusakan fisik, kimia
dan mikrobiologi serta memperlambat proses biokimia yang mengarah pada
proses pembusukan. Penanganan ikan diatas kapal haruslah baik dan benar agar
diperoleh hasil yang semaksimal mungkin. Keberhasilan penanganan ikan di atas
kapal dapat dipengaruhi keterampilan pekerja. Sarana yang digunakan untuk
penanganan ikan diatas kapal bermacam-macam tergantung dari ukuran kapal
penangkap ikan. Sarana utama yang digunakan antara lain wadah (peti, keranjang
atau tong) dan palka.

Palka adalah suatu ruangan yang terdapat dalam kapal untuk menyimpan
ikan hasil tangkapan selama operasi penangkapan ikan. Ukuran palaka
disesuaikan dengan kemampuan kapal beroperasi dan menangkap ikan.

Persyaratan yang harus dipenuhi dalam mendesain dan mengkontruksi


palka dalam rangka memperoleh kualitas ikan yang baik. Berikut ini adalah
persyaratan palka ideal antara lain :

a) Persyaratan teknis

1. Dinding alka diisolasi

2. Tidak memasang alat-alat yang terbuat dari logam melalui dinding palka

3. Kondisi penerangan dalam palka memadai

4. Membatasi awak kapal keluar masuk palka


b) Persyaratan ekonomis

Ukuran ruang palka disesuaikan dengan kemampuan kapal dalam


beroperasi dan menangkap ikan. Adanya system refrigerasi palka
disesuaikan dengan lamanya operasi penangkapan

c) Persyaratan sanitasi dan hygiene

Palka harus mempunyai sistem sanitasi dan hygiene yang baik. Palka
harus mudah dibersihkan pada saat sebelum maupun sesudah
penyimpananikan dan tidak terbuat dari bahan korosif sehingga ikan yang
disimpan di dalamnya aman dari pencemaran bakteri atau kondisi-kondisi
lain yang dapat mempercepat penurunan mutu ikan.

d) Persyaratan biologis

Palka dibuat dengan drainase yang baik untuk mengeluarkan air lelehan
es, lendir dan darah yang terkumpul di dasar palka. Selama penyimpanan
dalam palka, es yang digunakan dalam penanganan ikan akan mencair
dan air lelehan ini akan melarutkan kotoran dan darah ikan. Air lelehan
tersebut, jika tidak dikeluarkan akan menggenangi dasar palka dan menjadi
sumber pencemaran yang serius karena dalam air tersebut banyak
mengandung bakteri.

e) Persyaratan biaya

Biaya juga salah satu bahan pertimbangan dalam mendesain dan


mengkontruksi palka.

Jenis palka yang biasa dipakai kapal perikanan antara lain:

a) Palka yang tidak diisolasi

Umumnya digunakan pada kapal penangkap ikan yang berukuran kecil


dan lama operasinya hanya 1-2 hari. Pertimbangan penggunaan jenis
palka ini adalah keterbatasan ruangan dalam kapal. Apabila diisolasi,
ruangan palka menjadi sempit dan daya muatnya menjadi terbatas.
Resiko penggunaaan palka yang tidak diisolasi adalah diperlukannya
es dalam jumlah lebih banyak sebagai media pendingin. Es yang
digunakan tersebut harus dapat menyerap panas yang dikeluarkan oleh
tubuh ikan dan panas yang masuk kedalam palka.

b) Palka yang diisolasi

Umumnya digunakan pada kapal penangkap ikan yang berukuran


sedang dan lama operasinya 1 minggu. Pemakaina palka yang diisolasi
ini dimaksudkan untuk menekan sekecil mungkin penggunaan es.
Dengan menghemat penggunaan es maka diperoleh beberapa
keuntungan antara lain, pengurangan beban pengangkat kapal ke
tempat penangkapan, pemanfaatan banyak ruang untuk keperluan lain
dan pengurangan biaya pendinginan.

c) Palka yang diisolasi dan direfrigerasi

Palka jenis ini banyak digunakan pada kapal yang berukuran besar dan
beroperasi selama 1 bulan atau lebih. Daya simpan ikan dalam palka ini
lebih lama dibandingkan dengan palka yang berisolasi. Penggunaan
palka yang diisolasi dan direfrigerasi ini dapat meningkatkan
perbandingan ikan dengan es. Artinya es yang digunakan dalam wadah
pengesan lebih sedikit sehingga ikan yang dimuat lebih banyak.
Namun, investasi dan biaya operasionalnya menjadi besar. Oleh sebab
itu, pemakaian jenis palka ini harus benar-benar dipertimbangkan
dengan memperhatikan jenis yang mempunyai nilai jual tinggi dan
golongan konsumennya. Evaporator yang merupakan bagian dari alat
refrigerasi diletakkan di dalam dinding palka.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui berbagai macam


system palka kapal. Sedangkan tujuannya agar mahasiswa memahami system
palka kapal, jenis-jenis palka kapal dan persyaratan yang ideal dalam mendesain
konstruksi palka kapal serta cara-cara penyusunan ikan dalam palka kapal.
PRAKTIKUM VI. Palka I

1. Tempat dan Waktu

Pada praktikum Teknik Refrigasi materi Palka dilaksanakan pada hari


Minggu 17 April 2016 pukul 08.00 WIB bertempat di palka pelabuhan Mayangan,
Probolinggo.
2. Pembahasan

Pada praktikum Teknik Refrigasi materi Palka kami melakukan praktikum ke


pelabuhan Mayangan Probolinggo. Palka berfungsi untuk penanganan ikan saat
diatas kapal untuk mempertahankan mutu ikan sehingga nilai jual ikan dapat
meningkat. Penerapan palka yang berinsulasi sangat penting karena produk
perikanan khususnya ikan merupakan komoditi yang mudah rusak sehingga
penanganan rantai dingin. Kondisi palka dari kapal yang kami datangi sangat baik.
Sudah memenuhi persyaratan palka yang ideal ke dalam palka dilakukan
penanganan awal. Setelah ikan ditangkap yaitu dicuci untuk mengurangi
kontaminasi dan dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam plastik dan
dimasukkan dalam palka. Ikan tidak disertai berdasarkan ukuran dan jenis
sebelum dimasukkan ke dalam palka karena untuk mempersingkat waktu.

Kondisi palka dilapangan cukup baik karena bersih dan tidak berbau ikan.
Palka tersebut terbuat dari bahan yang memiliki nilai konduktivitas rendah seperti
kayu yang kemudian dilapisi oleh asbes. Pada bagian bawah palka juga terdapat
lubang untuk tempat keluaran air dan segala kotoran. Ukuran palka pada kapal
bercariasi mengikuti bentuk kapal mulai dari panjang 20 m dan lebar 6 m. Semakin
keujung kapal ukuran palka semakin kecil. Kapasitas penyimpanan ikan pada satu
buah palka juga bervariasi bergantung ukuran palka rata-rata satu bahan palka
dapat menampung 8-7 ton ikan dan pada kapal yang kami datangi terdapat 2
buah kapal dan kapasitas penyimpanan ikan dari 2 buah palka 30 ton. Ikan dapat
bertahan selama 1 bulan didalam plka karena sistem kerja palka yang digunakan
adalah palka refrigasi tidak menggunakan sehingga dapat menyimpan ikan dalam
waktu cukup lama. Palka mengguakan sistem refrigasi kapal yang jangkauan
penangkapan luas dan lama penangkapan berbulan-bulan. Pada kapal yang kami
datangimampu berlayas selama 6 bulan dan paling cepat 1 bulan. Selama
berlayar jika dari kelima palka sudah terisi ikan semua maka akan ada kapal
penjemput ikan untuk dibawa ke pelabuhan sehingga ikan masih terjaga
kesegarannya. Penggunaan insulasi pada palka ini untuk menahan panas dari luar
sehingga suhu rendah pada palka dapat dipertahankan.

Palka ikan adalah tempat penyimpanan ikan hasil tengkapan baik


penempatannya yang permanen maupun tidak permanen (yang tidak dapat
diturunkan dan diangkat) berbentuk ruang segi empat persegi dan berbentuk
mengikuti bentuk kapal dibagian dasar dan atau sisi samping (Furkanudin, 2008).

Perencanaan modifikasi palka ikan menggunakan sistem pendingan


dengan air laut ini erat kaitannya dengan perhitungan beban pendinginan,
pemilihan kompressor, kondensor, evaporator, refrigeran. Perencanaan ini
dilakukan untuk mengingkatkan kesegaran ikan, kualitas ikan. Perencanaan
sistem pendingin dan air laut pada palka dapat menjaga kesegaran dan kualitas
serta membuat harga ikan bernilai tinggi (Idris dan Custer, 2012) .
3. Kesimpulan

Pada praktikum Teknik Refrigasi materi Palka dapat disimpulkan sebagai


berikut.

Palka terdapat pada pelabuhan Mayangan adalah jenis palka yang diisolasi
dan direfrigasi. Dimana masa pelayaran kapal dapat selama 1 bulan atau
lebih. Daya simpan 12 ton, tiap satu palka dilengkapi dengan mesin seperti
evaporator, kondensor, kompressor.

Persyaratan ideal palka adalah dinding palka diisolasi, tidak terbuat dari
bahan yang berbahaya, penerangan cukup.

Bahan yang terdapat dari palka pelabuhan Mayangan adalah fiber, kayu
lalu di cor, ditempeli kayu lalu dilapisi fiber.

4. Saran

Pada praktikum Teknik Refrigasi materi Palka disarankan seharusnya yang


disediakan adalah pemilik kapal sehingga dapat menjadi sumber informasi yang
akurat dan benar serta dari jenis palka yang disiapkan dibedakan tiap kapalnya
agar dapat dibandingkan nilai keefektifannya masing-masing kapal.
DAFTAR PUSTAKA

Furkanudin. 2008. Desain Palka Kapal Ikan yang Efisien Guna Melayani
Kebutuhan Pelayaran di Daerah Zona Ekonomi Eksklusif. Teknik
Perkapalan, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang.

Idris, P da J. Custer. 2012. Redisan Sistem Pendingin Ruang Palka dan Air Laut
Babahan Fiber. Politeknik Negeri Bangkalis. Jurnal Ilmiah Mahasiswa 1(1) :
140-145
LAMPIRAN GAMBAR

Bagian dalam Palka

Bagian dinding Palka

Bagian luar Palka


Palka II

1. Tempat dan Waktu

Pada praktikum Teknik Refrigasi materi Palka dilaksanakan pada hari


Minggu 17 April 2016 pukul 08.00 WIB bertempat di palka pelabuhan Mayangan,
Probolinggo.

2. Pembahasan (Melampirkan Foto)

Pada praktikum Teknik Refrigerasi materi palka dijelaskan bahwa palka


adalah tempat pada kapal untuk menyimpan ikan, fungsinya yaitu untuk menjaga
kualitas ikan dan agar ikan tidak rusak. Palka yang ada di Pelabuhan Mayangan
terbuat dari fiber, kayu lalu diletakkan dan dicor. Kemudian ditempel kayu dan
terakhir adalah fiberglass yang berwarna biru pada bagian luarnya.
Kondisi palka yang ada di Mayangan sudah dapat dikatakan baik karena
bahan dari palka itu sendiri sudah memenuhi standart yang baik yaitu fiber. palka
yang terdapat di Mayangan dalam 1 kapal terdapat 12 palka ukuran 7 x 225 meter
tiap palka. Dalam satu palka terdapat menyimpan kapasitas ikan sebesar 12 ton
tiap palka.
Waktu pelayaran rata rata 30 35 hari dengan masa simpan ikan 30 35
hari. Ada metode penanganan yang harus dilakukan sebelum ikan dimasukkan
dalam palka yaitu ikan dicuci dengan air laut agar bersih dari kotoran dan lendir.
Dilakukan pensortiran untuk mendapatkan ukuran yang sama dalam 1 palka, lalu
ikan dibekukan pada suhu 0C 12 jam. Lalu dimasukkan dalam palka.
Palka ikan adalah ruangan dalam lambung kapal untuk menyimpan ikan
yang tertangkap. Sesuai dengan fungsinya standart penilaian kapal dilihat dari
ukuran akan tetapi juga harus disesuaikan dengan kemampuan kapal beroperasi
dan menangkap ikan (Murniati dan Sunarman, 2009).
Pustlitbang Perikanan Departemen Pertanian telah mengeluarkan
introduksi mengenai teknologi palka berinsulasi untuk penanganan ikan segar.
Palka yang diperkenalkan merupakan sebuah box penampung ikan. Palka dibagi
menjadi 2 jenis yaitu palka permanen dan tidak permanen. Dinding palka memiliki
lapisan berturut turut dari bahan fiberglass (2 mm), triplek (2 mm), plastik (gram),
payurethary (5 mm) (Erlina dan Kurniasari, 2007).

3. Kesimpulan

Pada praktikum Teknik Refrigerasi materi palka didapat kesimpulan sebagai


berikut :
o Palka yang digunakan adalah palka insulasi dan refrigerasi. Pelayaran kapal
selama 30 35 hari dengan kapasitas palka 12 ton dan jumlah palka 12 buah.
o Persyaratan ideal dalam pembuatan palka adalah dinding palka diisolasi, tidak
terbuat dari bahan berbahaya, penerangan dalam palka yang cukup, serta
adanya pembatasan awak kapal yang masuk kapal.
o Bahan palka pada pelabuhan Mayangan adalah fiber kayu, lalu dilakukan
pengecoran, ditempeli kayu kemudian terakhir dilapisi fiber.

4. Saran

Pada praktikum Teknik Refrigasi materi Palka disarankan seharusnya yang


disediakan adalah pemilik kapal sehingga dapat menjadi sumber informasi yang
akurat dan benar serta dari jenis palka yang disiapkan dibedakan tiap kapalnya
agar dapat dibandingkan nilai keefektifannya masing-masing kapal.
DAFTAR PUSTAKA

Erlina, Mei Dwi dan N. Kurniasari. 2007. Adopsi Teknologi Palka Berinsulasi Untuk
Pendinginan Ikan Segar di Pelabuhan Sukabumi Jurnal Perikanan (J. Fisck
Sa). 12 (2) : 241 2531 ISSN 0853 6384.

Murniyati, S.A dan Sunarman. 2000. Pendinginan / Pembekuan dan Pengawetan


Ikan. Kanisius : Yogyakarta
LAMPIRAN GAMBAR

4. PEMBEKUAN IKAN

1.1 Latar Belakang

Pembekuan merupakan suatu cara pengawetan bahan pangan dengan


cara
membekukan bahan pada suhu di bawah titik beku pangan tersebut. Pembekuan
juga berarti pemindahan panas dari bahan yang disertai dengan perubahan fase
dari cair ke padat, dan merupakan salah satu proses pengawetan yang umum
dilakukan untuk penanganan bahan pangan. Pada proses pembekuan, penurunan
suhu akan menurunkan aktifitas mikroorganisme dan sistem enzim, sehingga
mencegah kerusakan bahan pangan. Selain itu, kristalisasi air akibat pembekuan
akan mengurangi kadar air bahan dalam fase cair di dalam bahan pangan tersebut
sehingga menghambat pertumbuhan mikroba atau aktivitas sekunder enzim.

Pembekuan menggunakan suhu yang lebih rendah, yaitu jauh dibawah titik
beku ikan. Tujuan pembekuan ikan adalah menerapkan metode unggul guna
mempertahankan sifat sifat mutu pada ikan dengan teknik penarikan panas
secara efefktif dari ikan agar suhu ikan turun sampai pada suatu tingkat suhu
rendah yang stabil, dalam arti ikan itu hanya mengalami proses perubahan yang
minimum selama proses pembekuan, penyimpanan beku dan distribusi, sehingga
dapat dinikmati oleh konsumen akan nilai dan faktor mutunya dalam keadaan
segar atau keadaan seperti yang dimiliki produk itu sebelum dibekukan.

Proses Pembekuan Ikan

Bahan baku yang diterima diangkut dengan menggunakan containers.


Adapun standar suhu ikan yang diterima untuk bahan baku dalam bentuk
beku adalah -18C/0F atau dibawahnya.

Setelah pembongkaran, ikan selanjutnya dicuci dengan cara menyikat


seluruh bagian tubuh ikan dengan hati-hati, kemudian disiram dengan
menggunakan air mengalir yang mengandung Chlorin 50 ppm.

Pemfilletan (Cutting 1)

Sebelum pemotongan, alat pemotong (band saw) terlebih dahulu disiram


dengan air mengalir yang mengandung Chlorin 50 ppm, untuk mencegah
kontaminasi antara alat dan ikan. Selanjutnya alat pemotong (band saw)
dikeringkan dengan menggunakan alat pengering. Pemotongan dilakukan
dengan cara ikan diletakkan diatas meja pemotongan, kemudian dilakukan
pemotongan dengan cara membujur dimulai dari kepala hingga ke ekor
sehingga menghasilkan dua belahan yang sama

Penimbangan I (Weighing 1)

Penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan digital ukuran


60 kg yang dikalibrasi secara berkala untuk mendapatkan hasil timbangan
yang akurat. Adapun tujuan penimbangan disini adalah untuk mengetahui
sizenya agar mudah dikelompokkan

Pembentukan Steak

Sebelum dilakukan pemotongan, alat pemotong harus dalam keadaan


bersih. Setelah itu hasil pemotongan pertama dipotong kembali dengan
cara melintang. Kemudian hasil pemotongan tersebut kembali di potong
menjadi dua bagian yang sama besar.

Perapian I

Sebelum dirapikan, steak hasil pemotongan diusap dengan menggunakan


spon basah terlebih dahulu, kemudian dirapihkan dengan cara membuka
tulang dan daging hitamnya (dark meat), dengan menggunakan pisau
stainless yang tajam. Perapihan dilakukan dengan cepat dan tepat dangan
tetap mempertahankan rantai dingin agar suhu pusat ikan tidak naik

Penimbangan II

Untuk mengetahui berat masing-masing steak maka perlu dilakukan


penimbangan, alat penimbangan yang digunakan yaitu timbangan digital
ukukran 60 kg yang telah dikalibrasi secara rutin.

Steak lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik jenis Union dan bebas dari
kotoran dan debu untuk mencegah kontaminasi antara ikan dengan plastik.
Pengisian steak kedalam plastik dengan sangat hati-hati dan dilapisi
dengan spon, agar memudahkan penetrasi gas CO, serta mencegah
melengkungnya steak pada saat dikeluarkan dari ruangan
pendingin(chilling room).

Penyemprotan Gas CO

Steak kemudian disemprotkan gas CO selanjutnya plastik diikat dan


disimpan dalam chilling room. Tujuan pamberian gas CO adalah untuk
memberi kenampakan pada steak sehingga warna steak tampak cerah dan
cemerlang.
Penyimpanan dalam ruang Chilling

Setelah penyemprotan gas CO, steak dimasukkan kedalam ruang chilling dan
disusun rapi diatas rak dan diurut berdasarkan tanggal masuknya.
Penyimpanan dalam ruang chilling dilakukan selama 24 jam, dengan suhu -
2C sampai 0C. Adapun tujuan penyimpanan steak dalam ruang chilling
yakni, agar gas CO menyerap secara sempurna

Perapihan Ulang

Perapihan ulang (Retaucing) adalah perapihan kembali daging ikan yang


meliputi pengeluaran dari kantong plastik, perapihan, penimbangan dan
terakhir adalah vakum Pembekuan

Pembekuan

Sebelum pembekuan, ABF (Air Blast Freezing) yang akan digunakan


dibersihkan terlebih dahulu dan tidak boleh terdapat air pada saat ABF
dioperasikan. Steak yang selesai divakum kemudian ditata rapi di atas pan
dan selanjutnya pan di susun dalam rak pembekuan dengan suhu awal ABF
-20C. Setelah penyusunan pan dalam rak pembekuan, maka ABF
diopersikan hingga mencapai suhu -40C selama 6 jam.

Pengepakan dan pelabelan

Setelah produk berada dalam ABF, kemudian pan dilepaskan dari rak
pembekuan dan produk di pisahkan berdasarkan sizenya dan sebelum di
susun di dalam MC (Master Carton) produk satu per satu dilewatkan dibawah
Metal Detector untuk mamastikan ada tidaknya kandungan logam di dalam
produk beku. Setelah itu produk disusun di dalam master karton yang dilapisi
dengan palstik gelembung dan diberi label tentang produk yang di kemas.
Pada MC (Master Carton) label sesuai spesifikasi produk seperti : berat
bersih, tanggal produksi, tanggal kadaluarsa, dan lain-lain. Setiap MC (Master
Carton) beratnya 10 lbs (4.54 kg).

Penyimpanan dingin

Steak yang telah diberi label, dikemas dan dimasukkan kedalam ruang
penyimpanan dingin (Cold Storage) dengan suhu -25C atau dibawahnya.
Ruang pendingin harus dalam keadaan bersih dan di lakukan pengontrolan
suhu setiap satu jam oleh Quality Control atau teknisi mesin.
Pemuatan

Setelah ada permintaaan Buyer maka produk dimuat dalam Container, dan
sebelum digunakan, kontainer dibersihkan terlebih dahulu dan selanjutnya
diturunkan suhunya hingga mencapai -18C atau dibawahnya. Penanganan
yang buruk akan manimbulkan kerusakan fisik pada karton. Untuk itu
pemuatan dikerjakan secara hati-hati.

Macam- macam Pembekuan yang biasanya digunakan oleh Pabrik yaitu :

Sharp Freezing

Air Blast Freezing

Contact Plate Freezing

Immersion Freezing

Cryogenic Freezing

Mekanisme Pembekuan

Proses pembekuan terjadi secara bertahap dari permukaan sampai pusat


bahan. Pada pemukaan bahan, pembekuan berlangsung cepat sedangkan pada
bagian yang lebih dalam, proses pembekuan berlangsung lambat. Pada awal
proses pembekuan, terjadi fase precooling dimana suhu bahan diturunkan dari
suhu awal ke suhu titik beku. Pada tahap ini semua kandungan air bahan berada
pada keadaan cair. Setelah tahap precooling terjadi tahap perubahan fase, pada
tahap ini terjadi pembentukan kristal es.

Metode Pembekuan

Berdasarkan pada kecepatan pembekuannya proses pembekuan dapat


dikelompokan sebagai berikut :

1. Pembekuan lambat (slow freezing) yang membekukan suatu bahan


dengan laju pergerakan permukaan beku sekitar 0,2 cm/jam. Still air
freezers (pembeku udara diam) dan pembeku untuk penyimpanan dingin
termasuk dalam kelompok pembeku lambat.

2. Pembekuan cepat bisa dikelompokkan menjadi :

a) Quick freezing, dengan laju pergerakan permukaan beku sekitar


0,5-3 cm/jam. Quick freezing bisa dilakukan dengan menggunakan
air blast dan plate freezers.

b) Rapid freezing, dengan laju pergerakan permukaan beku sekitar 5-


10 cm/jam. Rapid freezing bisa dilakukan dengan menggunakan
fluidized bed freezing.

c) Ultra rapid freezing, dengan laju pergerakan permukaan beku


sekitar 10-100 cm/jam, yang umumnya terjadi pada pembeku
kriogenik.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui berbagai macam sistem
pembekuan ikan. Sedangkan tujuannya agar mahasiswa memahami sistem
pembekuan, macam- macam pembekuan, proses serta mekanisme pembekuan
yang ada di masing- masing UPI.
PRAKTIKUM VII. Pembekuan Ikan

1. Tempat dan Waktu

Dalam praktikum Teknik Refrigrasi materi Pembekuan Ikan dilaksanakan


pada hari Sabtu, tanggal 16 April 2016 pukul 07.30 WIB sampai 12.30 bertempat
di PT. Inti Luhur Fuja Abadi, Beji, Pasuruan.

2. Pembahasan

Tiap cold storage. Sehingga dalam sehari bisa memproduksi untuk fillet 5-6
ton dengan bentuk whole round yaitu 10 ton. Produk yang dibuat PT. ILUFA yaitu
fillet, Pada praktikum Teknik Refrigrasi materi Pembekuan Ikan pada PT. ILUFA
dapat dijelaskan bahwa penanganan awal yang harus dilakukan yaitu pertama
penyiapan, lalu penyiangan dan pembersihan kemudian penyesuaian jenis bahan
pangan dan ukurannya serta kualitas bahan. Pada PT. ILUFA jenis pembekuan
yang digunakan adalah Air Blast Freezing (ABF) dengan suhu -20C sampai
dengan -40C dilakukan selama 4 jam. Bahan pendinginan atau refrigerant yang
dipakai adalah freon cair dengan kapasitas cold storage 70-200 ton whole round,
steaks dan lain. Untuk proses produksinya produk ikan ini didistribusikan di negara
Vietnam, Uni Eropa, USA, Jepang, Cina, Korea, Australia, dan Malaysia.
Setelah melalui proses awal ikan dibekukan dengan dua alur yang
berbeda. Alur pertama setelah proses awal ikan kemudian dimasukkan ke dalam
chilling room kedalam suhu 1-10C. Kemudian dibekukan dengan sistem ABF dan
disimpan kedalam cold storage. Alur kedua setelah ikan melalui proses pertama
ikan akan di ABF kemuadian di packing dan di simpan kedalam cold storage.
Kemampuan daya simpan ikan di cold storage bisa mencapai 1 tahun
bahkan bisa lebih jika kondisi produk tidak mengalami kerusakan pada suhu -20C.
Namun berdasarkan hasil limit market maksimal penyimpanan adalah 3 bulan.
Setelah itu ikan akan dijual ke lokal atau dalam negeri.
Pembekuan merupakan suatu cara pengawetan bahan pangan dengan
cara membekukan suhu dibawah titik beku pangan tersebut. Sehingga dengan
membekunya sebagian kandungan air bahan dengan terbentuknya es maka
kegiatan enzim dan jasad renik dapat dihambat dan dihentikan (Nugraheni et al
.,2013).
Laju pembekuan ada dua macam yaitu: pembekuan lambat dan
pembekuan cepat. Waktu yang diperlukan untuk melewati temperatur 0C sampai
-5C biasanya dipergunakan sebagai petunjuk kecepatan pembekuan. Beberapa
metode pembekuan yang dapat digunakan adalah udara, pembekuan plat,
pembekuan cepat, pencelupan dalam cairan atau pemerataan cairan pembeku
dan pembekuan kirogenik (Sutaryo,2005)
3. Kesimpulan

Pada praktikum lapang Teknik Refrigrasi materi Pembekuan Ikan dapat


disimpulkan sebagai berikut:
Tahapan prosesing dalam menangani bahan baku ikan yaitu dimulai dari
penerimaan bahan baku, sortasi, pengambangan, penyiangan, penurunan
suhu sebelum masuk ke mesin refrigrasi. Setelah itu masuk ke ABF,
pengemasan dan yang terakhir penyimpanan.
Proses sistem refrigrasi yang digunakan pada pabrik PT. Inti Luhur Fuja Abadi
yaitu ABF (Air Blast Freezing) dengan refrigeran jenis freon dengan cold
storage kurang lebih -20C sedangakn suhu pembekuan mencapai -40C
dengan kapasitas produk sebesar 70-200 ton tiap cold storage .
4. Saran

Pada praktikum lapang Teknik Rerigrasi Materi Pembekuan Ikan,


disarankan agar praktikan kedepannya diberikan pengetahuan tentang simulasi
sampel, sehingga para praktuikan dapat mengetahui proses pembekuan secara
garis besar.
DAFTAR PUSTAKA

Nugraheni, H ; A. Rasyid ; dan H. Boesono. 2013 . Analisis Pengelolaan


Pelabuhan Perikanan Pantai Tasikagung Kabupaten Rembang untuk
Peningkatan Produksi Perikanan Tangkap. Jurnal of Frisheries Resources
Utilization Management and Tecnologi. FPIK Universitas Diponegoro.
Semarang.
Sutarya.2005. Pentimpanan dan Pengawetan Daging. Faktultas Peternakan
Universitas Diponegoro Semarang.
LAMPIRAN GAMBAR

Termometer

Pan Pembekuan

Thermologger

Produk Fillet

Rak Pembekuan

Produk WR
Menuju Proses Pembekuan

Proses Pembekuan

Contoh produk yang sudah dibekuan


5. REFRIGERASI MEKANIS

1.1 Latar Belakang

Refrigerasi adalah produksi dan pemeliharaan tingkat suhu dari bahan atau
ruangan pada tingkat yang lebih rendah dari suhu lingkungan atau atmosfer
sekitarnya dengan cara penyerapan atau penarikan panas dari bahan atau
ruangan tersebut, secara singkat refrigerasi adalah usaha memindahkan panas
dari suatu bahan atau ruangan ke bahan atau ruangan yang lain.

Prinsip dasar refrigerasi mekanik:


Dalam suatu sistem refrigerasi, tenaga panas dan efek panas antara lain
terlibat dari suatu jenis bahan yang terkait dengan proses-proses refrigerasi.
Perubahan dari suatu jenis bahan dari keadaan padat menjadi cair atau gas (uap)
dan sebaliknya dari gas menjadi cairan atau padatan melibatkan sejumlah tertentu
tenaga panas yang berhubungan dengan suhu, tekanan dan volume bahan
tersebut, jadi refrigerasi mekanik adalah suatu sistem refrigerasi yang
menggunakan tenaga khusus untuk menggerakkan guna memproduksi dingin
dengan bantuan mesin. Siklus kerja sistem refrigerasi ada empat yaitu : kompresi,
kondensasi, pengurangan tekanan dan penguapan (evaporasi).

Keterangan Proses :

Proses 1 2 disebut kompresi : Refrigeran dikompresi secara isentropik dan fasa


berubah

dari saturated vapor menjadi superheated vapor. Alat yang digunakan yakni
kompresor, dimana kompresor menaikkan tekanan uap refrigran. Kenaikan ini
diikuti dengan kenaikan temperatur uap refrigran.
Proses 2 3 disebut kondensasi: uap refrigeran memasuki kondensor dan
mendapatkan pendinginan dari kondensor. Pendinginan ini terjadi akibat
pertukaran panas antara uap refrigeran dengan fluida luar. Fasa berubah menjadi
saturated liquid.

Proses 3 4 disebut pengurangan tekanan : katup ekspansi pada prinsipnya


berupa penyempitan daerah aliran yang berakibat pada penurunan tekanan fluida
secara drastis. Refrigeran melalui katup ekspansi secara iso-enthalpi dan pada
tingkat ini, refrigeran berada pada keadaan campuran cair dan uap

Proses 4 1 disebut evaporasi : refrigeran berada pada tekanan jenuhnya


(tekanan penguapan), sehingga mengalami penguapan. Penguapan
membutuhkan enargi sehingga terjadi penyerapan energi thermal dari luar
evaporator yang menyebabkan efek pendinginan oleh mesin refrigerasi. Fasa
berubah menjadi saturated vapor.

Fasa superheated vapor dikehendaki dalam praktek karena fasa ini


menampilkan vaporisasi yang sempurna dari cairan refrigeran sebelum masuk ke
kompresor. Salah satu efek dari superheated vapor ini adalah meningkatkan
volume spesifik dari suction vapor. Efek lainnya adalah meningkatnya entalpi fasa
uap yang meningkatkan kegunaan dari refrigerasi. Kedua efek ini saling
mempengaruhi dan memberikan pengaruh pada kapasitas sistem yang berbeda
untuk tiap refrigeran. Penyerapan panas terjadi di evaporator, sedangkan
pengeluaran panas terjadi di kondensor.

Mesin Utama Refrigerasi

1. Kompresor

Kompresor mempunyai fungsi menggerakkan sistem refrigerasi agar dapat


mempertahankan suatu perbedaan tekanan tinggi dan sistem. Dalam
melaksanakan fungsi ini, kompresor :

a. Menciptakan sisi tekanan rendah.


b. Menciptakan sisi tekanan tinggi.

2. Kondensor

Kondensor berfungsi untuk menaikkan uap refrigeran yang bertekanan dan


bertemperatur tinggi (yang keluar dari kompresor), diperlukan usaha melepaskan
sebanyak kalor laten pengembunan, dengan cara mendinginkan uap refrigeran itu.
Jumlah kalor yang dibebaskan oleh uap refrigeran kepada air atau udara
pendingin, di dalam kondensor sama dengan selisih entalpi uap refrigeran pada
seksi masuk dan seksi keluar kondensor. Jumlah kalor yang dilepaskan di dalam
kondensor sama dengan jumlah kalor yang diserap oleh refrigeran di dalam
evaporator dan kalor yang ekuivalen dengan energi yang diperlukan untuk
melakukan kerja kompresor di dalam kompresor.

3. Evaporator

Evaporator adalah penukar kalor yang memegang peranan yang paling


penting yaitu mendinginkan media sekitarnya. Ada beberapa evaporator, sesuai
dengan tujuan penggunaannya, bentuknyapun dapat berbeda-beda. Hal tersebut
dapat disebabkan karena media yang hendak didinginkan dapat berupa gas,
cairan atau zat padat. Maka evaporator dapat dibagi menjadi beberapa golongan,
sesuai dengan keadaan refrigeran yang ada di dalamnya, yaitu jenis ekspansi
kering, jenis setengah basah dan sistem pompa cairan.

4. Katup Ekspansi

Katup ekspansi dipergunakan untuk menjatuhtekankan secara adiabatik


cairan refrigeran yang bertekanan dan bertemperatur tinggi sampai menjadi tingkat
keadaan tekanan dan temperatur rendah. Selain itu ekspansi juga berfungsi
mengatur pemasukan refrigeran sesuai dengan beban pendinginan yang harus
dilayani oleh evaporator, jadi katup ekspansi mengatur supaya evaporator dapat
selalu bekerja sehingga diperoleh efisiensi siklus mesin refrigerasi yang maksimal.
1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari praktikum teknik refrigerasi materi Refrigerasi Mekanik adalah

untuk mengetahui sistem refrigerasi mekanik yang ada di UPI. Sedangkan tujuan
dari praktikum adalah agar praktikan mengetahui jenis refrigrasi mekanik,
mekanisme refrigerasi, mesin- mesin refrigerasi dan memiliki keterampilan untuk
menghitungan kapasitas refrigerasi dimasing- masing UPI.
PRAKTIKUM VIII. Refrigerasi Mekanik

1. Tempat dan Waktu

Pada praktikum teknik refrigrasi materi Refrigrasi Mekanik dilaksanakan pada


hari Sabtu, 16 April 2016 pukul 08.30 12.00 WIB bertempat di PT. Inti Luhur Fuja
Abadi Pasuruan, Jawa Timur.

2. Pembahasan

2.1 Refrigerasi Mekanis yang Ada Di UPI

Pada praktikum teknik refrigrasi mekanik yang dilaksanakan pada PT. Inti
Luhur Fuja Abadi (ILUFA) yang terletak di Pasuruan menggunakan siklus uap dan
refrigran berupa Freon. Dengan sirkulasi uap menggunakan alat-alat yang saling
berhubungan. Adapun alat yang digunakan yaitu receiver, kondensor, katup
ekspansi, dan evaporator.
Proses pertama yang dilakukan yaitu kompresi. Pada proses ini kondisi
awal refrigran pada saat masuk kedalam kompresor adalah uap jenuh bertekanan
rendah. Setelah mengalami kompresi refrigran menjadi uap bertekanan tinggi.
Fungsi dari kompresor adalah menggerakkan sistem refrigrasi agar dapat
mempertahankan suatu perbedaan tekanan dari sistem.
Selanjutnya uap panas atau superheated evapor akan menuju ke
kondensor dan terjadi reaksi kondensasi dimana refrigran yang bertekanan tinggi
dari kompresor akan membuang kalor sehingga fasenya akan berubah menjadi
cair. Hal ini berarti panas berpindah dari refrigran mengembun menjadi cair.
Fungsi dari kondensor adalah untuk menaikkan uap refrigran yang bertekanan
tinggi dengan cara pendinginan uap refrigran tersebut.
Kemudian cairan tersebut akan mengalir pada tutup ekspansi dimana
terjadi pengurangan tekanan dengan adanya penyemprotan daerah aliran fluida.
Fungsi dari katup ekspansi adalah memisahkan tekanan cairan yang akan masuk
ke evaporator sarta mengatur efisiensi cairan yang masuk.
Terakhir cairan akan masuk ke evaporator dimana terjadi proses
evaporasi. Panas dari lingkungan akan diserap oleh cairan refrigran yang
bertekanan rendah sehingga refrigran mencair. Lalu terjadi penguapan dan
pendinginan ruangan. Fungsi dari evaporator adalah mendinginkan media
disekitarnya.
Kebanyakan mesin pendingin bekerja pada siklus pendinginan kompresi
uap. Pada siklus pendinginan ini ada kumparan utama yaitu evaporator,
kompresor, kondensor, dan alat ekspansi. Alat ekspansi berfungsi untuk
menurunkan tekanan refrigran cair setelah keluar dari kondensor dan mengatur
laju aliran refrigran yang masuk ke evaporator (Anwar et al., 2010).
Menurut Seragih (2011), menyatakan pada siklus kompresi uap
dievaporator refrigran akan menghisap panas dari dalam ruangan sehingga
panas tersebut akan menguapkan regrigran. Kemudian uap refrigran akan
dikondensor dan kembali diteruskan kedalam evaporator.

3. Kesimpulan

Pada praktikum refrigrasi materi Refrigrasi Mekanik didapatkan


kesimpulan sebagai berikut :
Refrigrasi Mekanik adalah metode pengkondisisan temperatur ruangan agar
temperatur dibawah kondisi lingkungan sehingga suhu ruangan menjadi
dingin.
PT ILUFA menggunakan refrigran berupa Freon.
Pada sistem refrigrasi mekanik pada PT ILUFA menggunakan mesin utama
dengan sistem yang digunakan adalah sistem uap.
Empat mesin utama yang digunakam adalah kondensor, kompresor, katup
ekspansi, dan evaporator.

4. Saran

Pada praktikum teknik refrigrasi materi Refrigrasi Mekanik disarankan


untuk praktikum kedepannya para praktikan ditunjukkan secara detail alat dan
bahan yang digunakan sehingga praktikan dapat memahami pada materi ini
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Khairil; E. Arif, dan Wahyu H. 2010. Efek Temperatur Pipa Kapiler
Terhadap Kinerja Mesin Pendingin. Jurnal Mekanikal 1(1). Hal : 30-39.

Seragih, CT. 2011. Ranjang Bangun dan Pengujian Evaporator Siklus Kompresi
Uap Aibrid Pengkondisian Udara Ruangan 22, 932 M. Fakultas Teknik. Universitas
Sumatra Utara: Medan
LAMPIRAN GAMBAR

Sistem Kompresi
Evaporator Cold Storage

Evaporator ABF

Kondensor Pendingin Air

Kondensor Pendingin Udara


Unit Refrigerasi Container

Anda mungkin juga menyukai