PENDINGINAN
kerusakan dan pembusukan. Proses pembusukan akan lebih cepat terjadi pada
suhu tinggi, sehingga proses pembusukan dapat dihambat pada perlakuan
penyimpanan suhu rendah. Penyimpanan suhu rendah pada produk perikanan
bertujuan untuk menghambat atau menghentikan kegiatan zat-zat dan
mikroorganisme yang dapat menimbulkan pembusukan (kemunduran mutu) dan
kerusakan. Penyimpanan dengan suhu dingin dan beku juga dapat
menghancurkan mikroba-mikroba pembusuk. Pada suhu dingin dan beku, terjadi
kenaikan konsentrasi padatan intraseluler sehingga mengakibatkan perubahan
fisik dan kimia sel-sel bakteri dan fungi penyebab busuk.
suatu media pemindah panas yang lebih dikenal dengan bahan pendingin
(refrigerant). Suatu media dapat digunakan sebagai bahan pendingin, apabila
memiliki sifat-sifat tertentu yang menguntungkan dan tidak menimbulkan bahaya.
Adapun sifat-sifat tersebut adalah memiliki titik didih dan titik kondensasi rendah,
bersifat non korosif terhadap logam, tidak berbahaya, tidak merusak aroma khas
ikan, tidak mengubah warna maupun bentuk ikan, murah dan mudah diperoleh.
Secara umum cara yang terbaik untuk mendinginkan ikan adalah dengan
menggunakan es karena es mendinginkan dengan cepat tanpa banyak
mempengaruhi keadaan ikan dan dengan biaya yang murah. Namun es yang
ditumbuk halus-halus dan dicampur dengan garam mempunyai titik cair jauh
dibawah 0oC. Es yang bercampur dengan garam ini dapat mendinginkan ikan
dengan lebih cepat dan lebih efisien.
Garam yang ditaburkan ke seluruh tubuh ikan, secara lambat namun pasti
akan meresap ke dalam daging ikan sehingga terjadi tekanan osmosis yang
seimbang antara cairan yang terdapat di luar dan di dalam tubuh ikan. Dengan
menggunakan campuran garam kristal serta es batu yang memiliki titik cair di
bawah 0oC suhu tubuh ikan dengan cepat akan menurun. Pendinginan dengan
cara ini akan mampu menghasilkan suhu 1,7 oC sehingga ikan yang didinginkan
akan mampu bertahan lebih lama dibanding hanya dengan menggunakan es yang
hanya menghasilkan suhu antara 3-5oC.
b) Menimbang es air tawar hingga diperoleh perbandingan berat ikan dan es air
tawar sebesar 1:1, 1:2 dan 1:3.
e) Didiamkan selama 15 menit untuk mengetahui reaksi antara ikan dengan es air
tawar (coolbox ditutup).
1.5 Perhitungan
Q = m (T1 T2) C
2.1 Alat
Alat alat yang digunakan pada praktikum Teknik Refrigerasi materi
Pendinginan Es Kering adalah
Paku : untuk membunuh ikan dengan ditusuk pada
medula oblongata
Coolbox : sebagai media pendingin
Thermometer : untuk mengukur suhu coolbox
Thermocouple : untuk mengukur suhu ikan pada bagian
thermal
Nampan : sebagai wadah dan alas ikan
Serbet : untuk memegang dan menutup mata ikan
agar tidak stress
Pisau : untuk memberi sayatan pada ikan
Timbangan digital : untuk menimbang ikan dan es kering
dengan ketelitian 10-2
Kamera digital : untuk mendokumentasikan setiap perlakuan
dalam praktikum
Sendok : untuk mengambil es kering
2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada Praktikum Teknik Refrigerasi materi
Pendinginan Es Kering adalah
Ikan nila (Oreochromis niloticus) : sebagai sampel
Es kering : sebagai bahan pendingin
Plastik : sebagai wadah es kering dan alas
untuk menimbang
Air : untuk mencuci peralatan yang telah
9|TEKNIK REFRIGERASI 2016
digunakan
Tisue : untuk mengeringkan peralatan yang
telah dicuci
10 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
11 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
4. Data dan Perhitungan
4.1. Data
Ber Bera Suhu pada waktu ke (0C)
Kelo Perlak at t
0 15 30 45 60 75 90 105 12
mpok uan Ikan Es 0
(kg) (kg)
1,2 1:1 0,03 0,03 31, 29,1 26, 27, 28,1 28, 29, 29, 29,
4 4 5 3 8 6 1 4 7
3,4 1:2 0,04 0,08 30, 29,7 28, 28, 28,0 27, 28, 28, 29,
8 9 0 9 3 6 4
5,6 1:3 0,02 0,07 29, 25,4 16, 17 18,6 20, 22, 25, 26,
6 8 6 4 6 8 4 7
4.2 Perhitungan
12 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
d. Q4 = 0,026 x 0,84 (29,6 18,6) = 0,2402 kkal
e. Q5 = 0,026 x 0,84 (29,6 20,6) = 0,1965 kkal
f. Q6 = 0,026 x 0,84 (29,6 22,8) = 0,1485 kkal
g. Q7 = 0,026 x 0,84 (29,6 25,4) = 0,0917 kkal
h. Q8 = 0,026 x 0,84 (29,6 26,7) = 0,0633 kkal
Langkah selanjutnya yaitu ikan nila segar dicuci sampai bersih agar
kotoran hilang. Ikan dimatikan dengan cara ditusuk medula oblongatanya
tujuannya agar ikan cepat mati dan tidak menyiksa ikan.lalu ikan ditimbang
menggunakan timbangan digital untuk mengetahui berat ikan. Lalu ditimbang es
kering hingga diperoleh perbandingan berat ikan dan berat es kering sebesar 1:1,
1:2, 1:3. Untuk mengetahui dalam penyerapan kalornya. Cara penggunaan
thermocouple yaitu pertama nyalakan terlebih dahulu. Setelah itu baru sampel
diletakkan diatas timbangan. Es kering harus selalu tertutup agar tidak bereaksi
dengan udara sehingga tidak menguap. Kemudian ikan disayat pada bagian
thermal atau dibelakang operkuum untuk mengetahui suhu ikan dengan
thermocouple. Cara penggunaan thermocouple yaitu pertama nyalakan terlebih
dahulu. Setelah itu dimasukkan ujung thermocouple kedalam bagianikan yang
telah disayat. Setelah itu tunggu hingga angka suhu yang tertera di thermocouple
stabil lalu tekan tombol hold. Dan dicatat sebgai suhu awal ikan. Selanjutnya
mengukur suhu coolbox menggunakan thermometer tidak boleh langsung
tersentuh oleh tangan sehingga menggunakan tali untuk memegangnya.
Kemudian tunggu sekitar 1 menit untuk mengetahui suhu kemudian di catat
hasilnya. Lalu ikan dimasukkan coolbox dan es kering diletakkan berdampingan
karena ikan tidak boleh langsung terkena es kering. Selanjutnya tunggu 15 menit
untuk mengetahui reaksi antara ikan dengan es kering dan coolbox dalam
keadaan tertutup. Tujuan ditutupnya coolbox yaitu agar suhu didalam coolbox tidak
terpengaruh oleh suhu luar dan tidak terjadi kontaminasi mikroorganisme dari luar.
13 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
Setelah 15 menit diukur suhu ikan dan suhu coolbox menggunakan thermocouple
dan thermometer. Ulangi langkah tersebut setiap 15 menit sekali selama 2 jam.
Kemudian dicatat hasilnya dan dihitung menggunakan rumus:
Keterangan:
karenaa suhu yang sangat rendah (-78 dapat merusak kulit dan daging. Es
14 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
Pada praktikum Teknik Refrigrasi materi Pendinginan dengan Es Kering
(dry ice) diperoleh hasil pengamatan pendinginan dengan perbandingan ikan dan
Es (1:1) data tertinggi diperoleh kelompok 1 dan 2 pada menit ke 30 dengan nilai
Q3 sebesar 0,1485 kkal. Data terendah diperoleh pada menit ke 120 dengan nilai
Q9 sebesar 0,0514 kkal.
Nilai Q akan tinggi jika suhu (T) rendah, sebaliknya jika nilai Q rendah
maka suhu (T) tinggi. Nilai Q rendah terjadi karena refrigran (es kering) sudah
menguap sehingga suhu didalam coolbox kembali naik, dan nilai Q tinggi
disebabkan karena kerja refrigran (es kering) cepat mendinginkan coolbox pada
waktu atau menit tertentu.
15 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
Salah satu bentuk metode pendingin yang lebih efektif dibandingkan
dengan metode yang telah ada adalah metode dengan menggunakan es basah,
es kering, serta ditambah dengan gel. Ardianto (2012), menyatakan bahwa
penggunaan es basah, es kering dan gel dengan campuran CaCl 2 mampu
mempertahankan suhu rendah hingga -20C dan mencapai suhu 20 0C setelah 122
jam. Adanya penurunan nilai Q akibat Es kering berfungsi untuk mendinginkan
ruang penyimpanan (coolbox) terus menerus dan mendinginkan suhu tubuh ikan
sehingga menguap dan habis. Semakin banyak Es kering yang digunakan maka
proses pendinginan akan semakin efektif
6.1 Kesimpulan
Es kering yang terbuat dari CO2 akan menguap dan membuat coolbox
menjadi dingin ( suhu turun ) setelah mendinginkan coolbox, maka panas
yang ada didalam ikan akan ditarik oleh suhu coolbox sehingga suhu tubuh
ikan menjadi dingin ( suhu turun ). Aktivitas enzimatis dari mikroba akan
terhenti karena mikroba harus beradaptasi kembali dengan suhu rendah
ikan, sehingga perubahan atau kerusakan ikan dapat dihambat.
16 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
6.2 Saran
Diharapkan pada praktikum Teknik Refrigrasi materi Pendinginan dengan
Es Kering lebih memperhatikan perbandingan berat ikan dan es yang digunakan.
Apabila semakin kecil berat ikan, maka es yang digunakan semakin sedikit dan
akan berakibat pencairan yang lebih cepat sebelum praktikum pendinginan
dilakukan.
17 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Rizki. 2012. Desain Sistem Pendingin Ruang Muat Ikan Tradisional
dengan Menggunakan Eutectic Gel. Tugas Akhir S-1, Teknik Sistem
Perkapalan FTK-ITS, Surabaya.
Aziz, A.A., A. Baheramsyah dan B. Cahyono. 2012. Desain sistem pendingin ruang
muat kapal ikan tradisional dengan Memanfaatkan Uap Es Kering. Jurnal
Teknik Pomits Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5.
18 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
LAMPIRAN GAMBAR
19 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
PRAKTIKUM II. Pendinginan dengan Es Air Tawar
2.1 Alat
Alat alat yang digunakan pada praktikum Teknik Refrigerasi materi
Pendinginan Es Air Tawar adalah
Paku : untuk membunuh ikan dengan ditusuk pada
medula oblongata
Coolbox : sebagai media pendingin
20 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
Thermometer : untuk mengukur suhu coolbox
Thermocouple : untuk mengukur suhu ikan pada bagian
thermal
Nampan : sebagai wadah dan alas ikan
Serbet : untuk memegang dan menutup mata ikan
agar tidak stress
Pisau : untuk memberi sayatan pada ikan
Timbangan digital : untuk menimbang ikan dan es kering dengan
ketelitian 10-2
Kamera digital : : untuk mendokumentasikan setiap perlakuan
dalam praktikum
Sendok : untuk mengambil es air tawar
21 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada Praktikum Teknik Refrigerasi materi
Pendinginan Es Air Tawar adalah
Ikan nila (Oreochromis niloticus) : sebagai sampel
Es air tawar : sebagai bahan pendingin
Plastik : sebagai alas untuk menimbang ikan dan es
Air : untuk mencuci peralatan yang telah
digunakan
Tisue : untuk mengeringkan peralatan yang
telah dicuci
22 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
4. Data dan Perhitungan
4.1. Data
4.2 Perhitungan
Q = m . C . (T1 T2)
23 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
A. Kelompok 7 dan 8 (Perlakuan Ikan : Es = 1 : 1)
24 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
5. Hasil dan Pembahasan
Langkah selanjutnya yaituikan nila segar dicuci sampai bersih agar kotoran
hilang. Ikan dimatikan dengan cara ditusuk medula oblongatanya tujuannya agar
ikan cepat mati dan tidak menyiksa ikan. Lalu ikan ditimbang menggunakan
timbangan digital untuk mengetahui berat ikan. Lalu ditimbang es air tawar hingga
diperoleh perbandingan berat ikan dan berat es air tawar sebesar 1:1, 1:2, 1:3.
Untuk mengetahui dalam penyerapan kalornya. Es air tawar yang digunakan
dalam bentuk bongkahan bongkahan kecil kecil agar tidak melukai ikan. Setelah
itu, sampel diletakkan diatas timbangan dan ditimbang beratnya. Es air tawar
harus selalu tertutup agar tidak bereaksi dengan udara sehingga tidak menguap.
Kemudian ikan disayat pada bagian thermal atau dibelakang operkulum untuk
mengetahui suhu ikan dengan thermocouple. Cara penggunaan thermocouple
yaitu pertama nyalakan terlebih dahulu. Setelah itu dimasukkan ujung
thermocouple kedalam bagian ikan yang telah disayat. Setelah itu tunggu hingga
angka suhu yang tertera di thermocouple stabil lalu tekan tombol hold. Dan
dicatat sebgai suhu awal ikan. Selanjutnya mengukur suhu coolbox menggunakan
thermometer tidak boleh langsung tersentuh oleh tangan sehingga menggunakan
tali untuk memegangnya. Kemudian tunggu sekitar 1 menit untuk mengetahui
suhu kemudian di catat hasilnya. Lalu ikan dimasukkan coolbox serta es air tawar.
Peletakkan ikan dan es dilakukan berselang seling yaitu es-ikan-es dengan tujuan
agar seluruh permukaan ikan terkena es dan suhu antar bagian sama. Selanjutnya
tunggu 15 menit untuk mengetahui reaksi antara ikan dengan es kering dan
coolbox dalam keadaan tertutup. Tujuan ditutupnya coolbox yaitu agar suhu
didalam coolbox tidak terpengaruh oleh suhu luar dan tidak terjadi kontaminasi
mikroorganisme dari luar. Setelah 15 menit diukur suhu ikan dan suhu coolbox
menggunakan thermocouple dan thermometer. Ulangi langkah tersebut setiap 15
menit sekali selama 2 jam. Kemudian dicatat hasilnya dan dihitung menggunakan
rumus:
25 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
Keterangan:
T1 = suhu awal (
T2 = suhu akhir (
26 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
Pada praktikum Teknik Refrigrasi materi Pendinginan dengan Es Air Tawar
diperoleh hasil pengamatan Pendinginan dengan perbandingan ikan dan Es (1:1)
data tertinggi diperoleh kelompok 7 dan 8 pada menit ke 30 dengan nilai Q 3
sebesar 0,2751 kkal. Data terendah diperoleh pada menit ke 120 dengan nilai Q 9
sebesar 0,0954 kkal.
Nilai Q akan tinggi jika suhu (T) rendah, sebaliknya jika nilai Q rendah
makan suhu (T) tinggi. Nilai Q rendah terjadi karena refrigran (es air tawar) sudah
mencair sehingga suhu didalam coolbox kembali naik, dan nilai Q tinggi
disebabkan karena kerja refrigran (es air tawar) cepat mendinginkan coolbox pada
waktu atau menit tertentu.
27 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
28 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
DAFTAR PUSTAKA
29 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
LAMPIRAN GAMBAR
30 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
PRAKTIKUM III. Pendinginan dengan Es dan
Garam
31 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
Tujuan dari praktikum Teknik Refrigerasi materi Pendinginan Es Kering
adalah agar praktikan dapat mempraktikan cara pendinginan dengan es kering
dan dapat mengukur suhu perbandingan dengan es kering tiap beberapa menit
2.1 Alat
2.2 Bahan
32 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
digunakan
Tisue : untuk mengeringkan peralatan yang
telah dicuci
33 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
4. Data dan Perhitungan
4.1. Data
1,2 1:1 0,034 0,034 31, 29, 26,3 27, 28,1 28,6 29, 29, 29,
5 1 8 1 4 7
3,4 1:2 0,04 0,08 30, 29, 28,9 28, 28,0 27,9 28, 28, 29,
8 7 0 3 6 4
5,6 1:3 0,026 0,078 29, 25, 16,4 17 18,6 20,6 22, 25, 26,
6 4 8 4 7
4.2 Perhitungan
Q = m.c. (T1-T2)
Kelompok
13 dan 14 Q1 = 0,045. 0,84 (29,3-28,1)
34 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
= 0,04536 kkal = 0,167832 kkal
Q2 = 0,045.0,84 (29,3-15,8) Q6 = 0,037. 0,84 (29,5-28,0)
= 0,5103 kkal = 0,04662 kkal
Q3 = 0,045.0,84. (29,3-11,5) Q7 = 0,037.0,84 ( 29,5-27,9)
= 0,62784 kkal = 0,049728 kkal
Q4 = 0,045. 0,84 (29,3-15,8) Q8 = 0,037.0,84 (29,5-28,8)
= 0,5103 kkal = 0,021756 kkal
Q5 = 0,045. 0,84. (29,3-20,7)
= 0,32508 kkal Kelompok 17 dan 18
Q6 = 0,045.0,84 (29,3-23,5)
= 0,21924 kkal Q1 = 0,036. 0,84 ( 30,3-29,1)
Q7 = 0,045.0,84 (29,3-26) = 0,036288 kkal
= 0,12474 kkal Q2 = 0,036.0,84 (30,3-29,1)
Q8 = 0,045.0,84 (29,3-27,5) = 0,076288 kkal
= 0,06426 kkal Q3 = 0,036.0,84 (30,3-15,1)
= 0,459648 kkal
Kelompok 15 dan 16 Q4 = 0,036.0,84 (30,3-19,7)
= 0,320544 kkal
Q1 = 0,037.0,84 (29,5-27,9) Q5 = 0,036. 0,84 (30,3-23,8)
= 0,049728 kkal = 0,19656 kkal
Q2 = 0,037.0,84 ( 29,5-17,9) Q6 = 0,036.0,84 (30,3-27,5)
= 0,9600529 kkal = 0,084672 kkal
Q3 = 0,037.0,84 (29,5-19,7) Q7 = 0,036.0,84 (30,3-27,5)
= 0,304584 kkal = 0,084672 kkal
Q4 = 0,037. 0,84 (29,5-20,9) Q8 = 0,036.0,84 (30,3-29,1)
= 0,267288 kkal
= 0,036288 kkal
Q5 = 0,037.0,84 (29,5-24,1)
35 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
suhu awal ikan nila dan diukur suhu coolbox dengan thermometer untuk
mendapatkan suhu awal coolbox.
Keterangan:
36 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
5.2 Analisa Hasil
Nilai Q akan tinggi jika suhu (T) rendah, sebaliknya jika niali Q rendah
makan suhu (T) tinggi. Nilai Q rendah terjadi karena refrigran (es kering) sudah
menguap sehingga suhu didalam coolbox kembali naik, dan nilai Q tinggi
disebabkan karena kerja refrigran (es kering) cepat mendinginkan coolbox pada
waktu atau menit tertentu.
37 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
kedalam larutan garam dingin akan tetap awet dan tahan lama. Hal ini cocok
dengan prinsip pendinginan hasil perikanan ( Bigo, 2007 ).
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
38 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
Diharapkan pada praktikum Teknik Refrigrasi materi Pendinginan dengan
Es dan garam lebih memperhatikan perbandingan berat ikan dan es yang
digunakan. Apabila semakin kecil berat ikan, maka es yang digunakan semakin
sedikit dan akan berakibat pencairan yang lebih cepat sebelum praktikum
pendinginan dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
39 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
40 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
LAMPIRAN GAMBAR
41 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
2. TEKNIK INSULASI
42 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
7. Biaya pemasangan
43 | T E K N I K R E F R I G E R A S I 2 0 1 6
1. Insulasi panas yang sangat baik.
5. Harga terjangkau.
9. Tidak beracun.
10.Dapat didaur ulang. Sisa dari Styrofoam dapat dilebur dengan Styrofoam
murni dan dapat didaur ulang kembali menjadi produk yang baru kembali.
gabus
Panas
(kkal/m.jam.0C)
kompresi (kg/m3)
Q = k. A. (T1 - T2 )
d
Keterangan:
Q = laju pengaliran panas ke dalam wadah (BTU/jam)
k = konduktivitas insulator (BTU.in/ft 2.jam.oF)
= 2 (p x l) + 2 (p x t) + 2 (l x t)
Q = kgab.A.(T1- T2)
k =
gab
d 1 / k1 + d 2 / k 2
Keterangan :
c. Insulator gabus atau asbes diukur panjang, lebar, tinggi, dan tebalnya.
2.1 Alat
Alat- alat yang digunakan pada praktikum Teknik Refrigerasi materi Insulasi
Tunggal dengan Asbes atau Gabus adalah
2.2 Bahan
4.1 Data
4.2 Perhitungan
A. Perhitungan Q Kelompok 1, 7, 13
B. Q kelompok 2, 8, 14
C. Perhitungan Q kelompok 3, 9, 15
D. Perhitungan Q Kelompok 4, 10, 16
Keterangan :
k = konduktivitas insulator
Untuk mencegah kemunduran mutu yang cepat, ikan dicuci dengan air laut.
Setelah itu dilakukan penyortiran ikan yang bernilai jual tinggi seperti bandeng.
Dimasukkan dalam coolbox sterofoam berukuran 90x40x35 cm yang berisi es.
Ikan yang bernilai juak rendah dimasukkan dalam wadah ember yang berisi air laut
tanpa es. Es diberi dengan bentuk blok dengan berat 20 kg (Suryawan, 2006).
Wadah yang digunakan untuk penyimpanan ika nila pada suhu rendah ini adalah
sterofoam. Penggunaan wadah seperti sterofoam akan memperkecil jumlah panas
yang masuk kedalam kemasan sehingga es akan lebih lama untuk melebur.
Bagian bawah sterofoam tersebut diberi lubang air agar air lelehan dari es curai
yang telah tercampur dengan darah, lendir, dan kotoran lainnya dapat mengalir
keluar (Munandar et al., 2009)
5.2 Analisa Hasil
Pada praktikum Teknik Refrigrasi Materi Insulasi Tunggal dengan gabus
atau asbes didapatkan analisa hasil dengan insulator gabus dari kelompok 1, 7,
dan 13 perbandingan 1:1 diperoleh data tertinggi pada Q 4 sebesar 4,1 BTU/jam
dan data terendah pada Q1 sebesar -6,16 BTU/jam. Kelompok 2,8, dan 14
dengan perbandingan 1:2 diperoleh data tertinggi pada Q5 sebesar 10,07
BTU/jam dan terendah -1,01 BTU/jam.
Data Insulasi tunggal dengan gabus dari kelompok 1,7, dan 13 data
tertinggi pada Q1 sebesar 19,61 BTU/jam dan terendah pada Q7 dan Q9 sebesar
-6,63 BTU/jam. Pada perlakuan (1:2) kelompok 2,8, dan 14 degan diperoleh data
tertinggi pada Q5 sebesar 32,48 BTU/jam dan terendah pada Q1 dan Q9 sebesar
3,24 BTU/jam.
Story foam atau dikenal sebagai gabus putih biasa yang digunakan
sebagai pembungkus bahan elektronik . penggunaan ozon berencana mencegah
molekul membentuk garis yang sangat lurus sebagai hasilnya mempunyai bentuk
tidak transparan dan dalam berbagai bentuk plastic ( Giri et al., 2008 )
6.1 Kesimpulan
Pada praktikum teknik refrigerasi materi insulasi ganda dengan asbes dan gabus
didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
6.2 Saran
Giri, D.B., D.F.I. Ketut, dan N. Rolia. 2008. Kiat Tarik Belah dan Lentur Bentuk
dengan PnambahanStrekofoam. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil. 12(2) : 30-39.
Munandar, A., Nurjannah., dan M. Nurimala. 2009. Kemunduran Mutu Ikan Nila
pada Penyimpanan Suhu Rendah dengan Perlakuan Cara Kematian dan
Penyiangan. Jurnal Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 12(2)
Thamrin, M., Thoyra, dan Mukhris. 2005. Dampak Radiologis Pelepasan Serat
Asbes. Buletin Acara. 6(2) : 67-76
LAMPIRAN GAMBAR
PRAKTIKUM V. Insulasi
2.1 Alat
Alat- alat yang digunakan pada praktikum Teknik Refrigerasi materi Insulasi
Gandal dengan Asbes dan Gabus adalah
2.2 Bahan
4.1 Data
Asbe
s:
4 1 1
0,157 53 60 82 96 1 11 2
1:2 6,12,1 1,102 0,616 0,606 6. .4 .4 67. .0 .2 0. 7. 4.
8 2 2 4 64 4 6 6 68 8
Gabu 2 6 8
s:
0,510
4.2 Perhitungan
Pada praktikum Teknik Refrigrasi materi insuli ganda dengan gabus dan
asbes, langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan,
kemudian ikan nila diambil dan dicuci hingga bersih agar kotoran pada ikan hilang.
Lalu mematikan ikan nila dengan paku dan ditusuk medulla oblonga agar cepat
mati. Setelah itu, ditimbang ikan nila dengan timbangan digital dan es yang sudah
dihancurkan juga ditimbang menggukana timbangan digital dengan perbandingan
ikan:es 1:1; 1:2 dengan tujuan untuk mengetahui efek perbandingan berbeda dan
penyerapan kalor.
Setelah itu diukur gabus dan abes dengan penggaris yang meliputi
panjang, lebar, tinggi dalam satuan cm dan konversikan ke satuan feet, dimana 1
cm=0,0328 feet. Serta diukur tebal insulator dalam satuan cm dan dikonversikan
ke inchi, 1 cm=0,383 inchi. Lalu insulator dipasang pada coolbox, dengan tujuan
insulator dapat menyerap panas dari luar dan tidak masuk ke ikan dan esnya.
Selanjutnya suhu ikan diukur dengan thermocouple untuk mengetahui suhu awal
ikan dan suhu coolbox dengan thermometer untuk mengetahui suhu awal coolbox.
Keterangan =
Tinggi rendahnya nilai Q dapat dipengaruhi oleh banyak factor yaitu factor
internal dan eksternal. Factor internal dapat dari ikan dan esnya. Sedangkan factor
eksternal dapat dilihat dari cara membuka tutup coolbox.
Tingkat insulasi yang akan diberikan pada baik pada saat pengujian objek tersebut
tergantung pada frekuensi yang diberikan pada objek variasi tersebut maupun
pada saat pemasangan di lapangan. Tingkat insulasi ini berpengaruh pada nilai
kebisingan dengan maksimal frekuensi 500 Hz dan biasanya dijadikan acuan
untuk menentukan nilai frekuensi (Nugroho et al., 2013)
6.1 Kesimpulan
Pada praktikum Teknik Refrigrasi materi insulasi ganda menggukan asbes dan
gabus didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
GAMBAR
3. PALKA
tangan konsumen atau pembeli pada dasarnya terdiri dari dua tahap, yaitu
penanganan diatas kapal dan penanganaan di darat. Penanganan ikan diatas
kapal merupakan penanganan awal. Tahap penanganan ini sangat menentukan
nilai jualnya dan proses pemanfaatan selanjutnya serta suatu produk olahan ikan
yang dihasilkan. Batasan penanganan ikan diatas kapal adalah perlakuan-
perlakuan yang bertujuan untuk meminimalkan kerusakan-kerusakan fisik, kimia
dan mikrobiologi serta memperlambat proses biokimia yang mengarah pada
proses pembusukan. Penanganan ikan diatas kapal haruslah baik dan benar agar
diperoleh hasil yang semaksimal mungkin. Keberhasilan penanganan ikan di atas
kapal dapat dipengaruhi keterampilan pekerja. Sarana yang digunakan untuk
penanganan ikan diatas kapal bermacam-macam tergantung dari ukuran kapal
penangkap ikan. Sarana utama yang digunakan antara lain wadah (peti, keranjang
atau tong) dan palka.
Palka adalah suatu ruangan yang terdapat dalam kapal untuk menyimpan
ikan hasil tangkapan selama operasi penangkapan ikan. Ukuran palaka
disesuaikan dengan kemampuan kapal beroperasi dan menangkap ikan.
a) Persyaratan teknis
2. Tidak memasang alat-alat yang terbuat dari logam melalui dinding palka
Palka harus mempunyai sistem sanitasi dan hygiene yang baik. Palka
harus mudah dibersihkan pada saat sebelum maupun sesudah
penyimpananikan dan tidak terbuat dari bahan korosif sehingga ikan yang
disimpan di dalamnya aman dari pencemaran bakteri atau kondisi-kondisi
lain yang dapat mempercepat penurunan mutu ikan.
d) Persyaratan biologis
Palka dibuat dengan drainase yang baik untuk mengeluarkan air lelehan
es, lendir dan darah yang terkumpul di dasar palka. Selama penyimpanan
dalam palka, es yang digunakan dalam penanganan ikan akan mencair
dan air lelehan ini akan melarutkan kotoran dan darah ikan. Air lelehan
tersebut, jika tidak dikeluarkan akan menggenangi dasar palka dan menjadi
sumber pencemaran yang serius karena dalam air tersebut banyak
mengandung bakteri.
e) Persyaratan biaya
Palka jenis ini banyak digunakan pada kapal yang berukuran besar dan
beroperasi selama 1 bulan atau lebih. Daya simpan ikan dalam palka ini
lebih lama dibandingkan dengan palka yang berisolasi. Penggunaan
palka yang diisolasi dan direfrigerasi ini dapat meningkatkan
perbandingan ikan dengan es. Artinya es yang digunakan dalam wadah
pengesan lebih sedikit sehingga ikan yang dimuat lebih banyak.
Namun, investasi dan biaya operasionalnya menjadi besar. Oleh sebab
itu, pemakaian jenis palka ini harus benar-benar dipertimbangkan
dengan memperhatikan jenis yang mempunyai nilai jual tinggi dan
golongan konsumennya. Evaporator yang merupakan bagian dari alat
refrigerasi diletakkan di dalam dinding palka.
Kondisi palka dilapangan cukup baik karena bersih dan tidak berbau ikan.
Palka tersebut terbuat dari bahan yang memiliki nilai konduktivitas rendah seperti
kayu yang kemudian dilapisi oleh asbes. Pada bagian bawah palka juga terdapat
lubang untuk tempat keluaran air dan segala kotoran. Ukuran palka pada kapal
bercariasi mengikuti bentuk kapal mulai dari panjang 20 m dan lebar 6 m. Semakin
keujung kapal ukuran palka semakin kecil. Kapasitas penyimpanan ikan pada satu
buah palka juga bervariasi bergantung ukuran palka rata-rata satu bahan palka
dapat menampung 8-7 ton ikan dan pada kapal yang kami datangi terdapat 2
buah kapal dan kapasitas penyimpanan ikan dari 2 buah palka 30 ton. Ikan dapat
bertahan selama 1 bulan didalam plka karena sistem kerja palka yang digunakan
adalah palka refrigasi tidak menggunakan sehingga dapat menyimpan ikan dalam
waktu cukup lama. Palka mengguakan sistem refrigasi kapal yang jangkauan
penangkapan luas dan lama penangkapan berbulan-bulan. Pada kapal yang kami
datangimampu berlayas selama 6 bulan dan paling cepat 1 bulan. Selama
berlayar jika dari kelima palka sudah terisi ikan semua maka akan ada kapal
penjemput ikan untuk dibawa ke pelabuhan sehingga ikan masih terjaga
kesegarannya. Penggunaan insulasi pada palka ini untuk menahan panas dari luar
sehingga suhu rendah pada palka dapat dipertahankan.
Palka terdapat pada pelabuhan Mayangan adalah jenis palka yang diisolasi
dan direfrigasi. Dimana masa pelayaran kapal dapat selama 1 bulan atau
lebih. Daya simpan 12 ton, tiap satu palka dilengkapi dengan mesin seperti
evaporator, kondensor, kompressor.
Persyaratan ideal palka adalah dinding palka diisolasi, tidak terbuat dari
bahan yang berbahaya, penerangan cukup.
Bahan yang terdapat dari palka pelabuhan Mayangan adalah fiber, kayu
lalu di cor, ditempeli kayu lalu dilapisi fiber.
4. Saran
Furkanudin. 2008. Desain Palka Kapal Ikan yang Efisien Guna Melayani
Kebutuhan Pelayaran di Daerah Zona Ekonomi Eksklusif. Teknik
Perkapalan, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang.
Idris, P da J. Custer. 2012. Redisan Sistem Pendingin Ruang Palka dan Air Laut
Babahan Fiber. Politeknik Negeri Bangkalis. Jurnal Ilmiah Mahasiswa 1(1) :
140-145
LAMPIRAN GAMBAR
3. Kesimpulan
4. Saran
Erlina, Mei Dwi dan N. Kurniasari. 2007. Adopsi Teknologi Palka Berinsulasi Untuk
Pendinginan Ikan Segar di Pelabuhan Sukabumi Jurnal Perikanan (J. Fisck
Sa). 12 (2) : 241 2531 ISSN 0853 6384.
4. PEMBEKUAN IKAN
Pembekuan menggunakan suhu yang lebih rendah, yaitu jauh dibawah titik
beku ikan. Tujuan pembekuan ikan adalah menerapkan metode unggul guna
mempertahankan sifat sifat mutu pada ikan dengan teknik penarikan panas
secara efefktif dari ikan agar suhu ikan turun sampai pada suatu tingkat suhu
rendah yang stabil, dalam arti ikan itu hanya mengalami proses perubahan yang
minimum selama proses pembekuan, penyimpanan beku dan distribusi, sehingga
dapat dinikmati oleh konsumen akan nilai dan faktor mutunya dalam keadaan
segar atau keadaan seperti yang dimiliki produk itu sebelum dibekukan.
Pemfilletan (Cutting 1)
Penimbangan I (Weighing 1)
Pembentukan Steak
Perapian I
Penimbangan II
Steak lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik jenis Union dan bebas dari
kotoran dan debu untuk mencegah kontaminasi antara ikan dengan plastik.
Pengisian steak kedalam plastik dengan sangat hati-hati dan dilapisi
dengan spon, agar memudahkan penetrasi gas CO, serta mencegah
melengkungnya steak pada saat dikeluarkan dari ruangan
pendingin(chilling room).
Penyemprotan Gas CO
Setelah penyemprotan gas CO, steak dimasukkan kedalam ruang chilling dan
disusun rapi diatas rak dan diurut berdasarkan tanggal masuknya.
Penyimpanan dalam ruang chilling dilakukan selama 24 jam, dengan suhu -
2C sampai 0C. Adapun tujuan penyimpanan steak dalam ruang chilling
yakni, agar gas CO menyerap secara sempurna
Perapihan Ulang
Pembekuan
Setelah produk berada dalam ABF, kemudian pan dilepaskan dari rak
pembekuan dan produk di pisahkan berdasarkan sizenya dan sebelum di
susun di dalam MC (Master Carton) produk satu per satu dilewatkan dibawah
Metal Detector untuk mamastikan ada tidaknya kandungan logam di dalam
produk beku. Setelah itu produk disusun di dalam master karton yang dilapisi
dengan palstik gelembung dan diberi label tentang produk yang di kemas.
Pada MC (Master Carton) label sesuai spesifikasi produk seperti : berat
bersih, tanggal produksi, tanggal kadaluarsa, dan lain-lain. Setiap MC (Master
Carton) beratnya 10 lbs (4.54 kg).
Penyimpanan dingin
Steak yang telah diberi label, dikemas dan dimasukkan kedalam ruang
penyimpanan dingin (Cold Storage) dengan suhu -25C atau dibawahnya.
Ruang pendingin harus dalam keadaan bersih dan di lakukan pengontrolan
suhu setiap satu jam oleh Quality Control atau teknisi mesin.
Pemuatan
Setelah ada permintaaan Buyer maka produk dimuat dalam Container, dan
sebelum digunakan, kontainer dibersihkan terlebih dahulu dan selanjutnya
diturunkan suhunya hingga mencapai -18C atau dibawahnya. Penanganan
yang buruk akan manimbulkan kerusakan fisik pada karton. Untuk itu
pemuatan dikerjakan secara hati-hati.
Sharp Freezing
Immersion Freezing
Cryogenic Freezing
Mekanisme Pembekuan
Metode Pembekuan
Maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui berbagai macam sistem
pembekuan ikan. Sedangkan tujuannya agar mahasiswa memahami sistem
pembekuan, macam- macam pembekuan, proses serta mekanisme pembekuan
yang ada di masing- masing UPI.
PRAKTIKUM VII. Pembekuan Ikan
2. Pembahasan
Tiap cold storage. Sehingga dalam sehari bisa memproduksi untuk fillet 5-6
ton dengan bentuk whole round yaitu 10 ton. Produk yang dibuat PT. ILUFA yaitu
fillet, Pada praktikum Teknik Refrigrasi materi Pembekuan Ikan pada PT. ILUFA
dapat dijelaskan bahwa penanganan awal yang harus dilakukan yaitu pertama
penyiapan, lalu penyiangan dan pembersihan kemudian penyesuaian jenis bahan
pangan dan ukurannya serta kualitas bahan. Pada PT. ILUFA jenis pembekuan
yang digunakan adalah Air Blast Freezing (ABF) dengan suhu -20C sampai
dengan -40C dilakukan selama 4 jam. Bahan pendinginan atau refrigerant yang
dipakai adalah freon cair dengan kapasitas cold storage 70-200 ton whole round,
steaks dan lain. Untuk proses produksinya produk ikan ini didistribusikan di negara
Vietnam, Uni Eropa, USA, Jepang, Cina, Korea, Australia, dan Malaysia.
Setelah melalui proses awal ikan dibekukan dengan dua alur yang
berbeda. Alur pertama setelah proses awal ikan kemudian dimasukkan ke dalam
chilling room kedalam suhu 1-10C. Kemudian dibekukan dengan sistem ABF dan
disimpan kedalam cold storage. Alur kedua setelah ikan melalui proses pertama
ikan akan di ABF kemuadian di packing dan di simpan kedalam cold storage.
Kemampuan daya simpan ikan di cold storage bisa mencapai 1 tahun
bahkan bisa lebih jika kondisi produk tidak mengalami kerusakan pada suhu -20C.
Namun berdasarkan hasil limit market maksimal penyimpanan adalah 3 bulan.
Setelah itu ikan akan dijual ke lokal atau dalam negeri.
Pembekuan merupakan suatu cara pengawetan bahan pangan dengan
cara membekukan suhu dibawah titik beku pangan tersebut. Sehingga dengan
membekunya sebagian kandungan air bahan dengan terbentuknya es maka
kegiatan enzim dan jasad renik dapat dihambat dan dihentikan (Nugraheni et al
.,2013).
Laju pembekuan ada dua macam yaitu: pembekuan lambat dan
pembekuan cepat. Waktu yang diperlukan untuk melewati temperatur 0C sampai
-5C biasanya dipergunakan sebagai petunjuk kecepatan pembekuan. Beberapa
metode pembekuan yang dapat digunakan adalah udara, pembekuan plat,
pembekuan cepat, pencelupan dalam cairan atau pemerataan cairan pembeku
dan pembekuan kirogenik (Sutaryo,2005)
3. Kesimpulan
Termometer
Pan Pembekuan
Thermologger
Produk Fillet
Rak Pembekuan
Produk WR
Menuju Proses Pembekuan
Proses Pembekuan
Refrigerasi adalah produksi dan pemeliharaan tingkat suhu dari bahan atau
ruangan pada tingkat yang lebih rendah dari suhu lingkungan atau atmosfer
sekitarnya dengan cara penyerapan atau penarikan panas dari bahan atau
ruangan tersebut, secara singkat refrigerasi adalah usaha memindahkan panas
dari suatu bahan atau ruangan ke bahan atau ruangan yang lain.
Keterangan Proses :
dari saturated vapor menjadi superheated vapor. Alat yang digunakan yakni
kompresor, dimana kompresor menaikkan tekanan uap refrigran. Kenaikan ini
diikuti dengan kenaikan temperatur uap refrigran.
Proses 2 3 disebut kondensasi: uap refrigeran memasuki kondensor dan
mendapatkan pendinginan dari kondensor. Pendinginan ini terjadi akibat
pertukaran panas antara uap refrigeran dengan fluida luar. Fasa berubah menjadi
saturated liquid.
1. Kompresor
2. Kondensor
3. Evaporator
4. Katup Ekspansi
untuk mengetahui sistem refrigerasi mekanik yang ada di UPI. Sedangkan tujuan
dari praktikum adalah agar praktikan mengetahui jenis refrigrasi mekanik,
mekanisme refrigerasi, mesin- mesin refrigerasi dan memiliki keterampilan untuk
menghitungan kapasitas refrigerasi dimasing- masing UPI.
PRAKTIKUM VIII. Refrigerasi Mekanik
2. Pembahasan
Pada praktikum teknik refrigrasi mekanik yang dilaksanakan pada PT. Inti
Luhur Fuja Abadi (ILUFA) yang terletak di Pasuruan menggunakan siklus uap dan
refrigran berupa Freon. Dengan sirkulasi uap menggunakan alat-alat yang saling
berhubungan. Adapun alat yang digunakan yaitu receiver, kondensor, katup
ekspansi, dan evaporator.
Proses pertama yang dilakukan yaitu kompresi. Pada proses ini kondisi
awal refrigran pada saat masuk kedalam kompresor adalah uap jenuh bertekanan
rendah. Setelah mengalami kompresi refrigran menjadi uap bertekanan tinggi.
Fungsi dari kompresor adalah menggerakkan sistem refrigrasi agar dapat
mempertahankan suatu perbedaan tekanan dari sistem.
Selanjutnya uap panas atau superheated evapor akan menuju ke
kondensor dan terjadi reaksi kondensasi dimana refrigran yang bertekanan tinggi
dari kompresor akan membuang kalor sehingga fasenya akan berubah menjadi
cair. Hal ini berarti panas berpindah dari refrigran mengembun menjadi cair.
Fungsi dari kondensor adalah untuk menaikkan uap refrigran yang bertekanan
tinggi dengan cara pendinginan uap refrigran tersebut.
Kemudian cairan tersebut akan mengalir pada tutup ekspansi dimana
terjadi pengurangan tekanan dengan adanya penyemprotan daerah aliran fluida.
Fungsi dari katup ekspansi adalah memisahkan tekanan cairan yang akan masuk
ke evaporator sarta mengatur efisiensi cairan yang masuk.
Terakhir cairan akan masuk ke evaporator dimana terjadi proses
evaporasi. Panas dari lingkungan akan diserap oleh cairan refrigran yang
bertekanan rendah sehingga refrigran mencair. Lalu terjadi penguapan dan
pendinginan ruangan. Fungsi dari evaporator adalah mendinginkan media
disekitarnya.
Kebanyakan mesin pendingin bekerja pada siklus pendinginan kompresi
uap. Pada siklus pendinginan ini ada kumparan utama yaitu evaporator,
kompresor, kondensor, dan alat ekspansi. Alat ekspansi berfungsi untuk
menurunkan tekanan refrigran cair setelah keluar dari kondensor dan mengatur
laju aliran refrigran yang masuk ke evaporator (Anwar et al., 2010).
Menurut Seragih (2011), menyatakan pada siklus kompresi uap
dievaporator refrigran akan menghisap panas dari dalam ruangan sehingga
panas tersebut akan menguapkan regrigran. Kemudian uap refrigran akan
dikondensor dan kembali diteruskan kedalam evaporator.
3. Kesimpulan
4. Saran
Anwar, Khairil; E. Arif, dan Wahyu H. 2010. Efek Temperatur Pipa Kapiler
Terhadap Kinerja Mesin Pendingin. Jurnal Mekanikal 1(1). Hal : 30-39.
Seragih, CT. 2011. Ranjang Bangun dan Pengujian Evaporator Siklus Kompresi
Uap Aibrid Pengkondisian Udara Ruangan 22, 932 M. Fakultas Teknik. Universitas
Sumatra Utara: Medan
LAMPIRAN GAMBAR
Sistem Kompresi
Evaporator Cold Storage
Evaporator ABF