PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikan merupakan sumber protein hewani dan juga memiliki kandungan gizi yang
tinggi di antaranya mengandung mineral, vitamin, dan lemak tak jenuh. Protein
dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan dan pengganti sel-sel tubuh kita yang telah
rusak.
Tetapi produk perikanan tersebut merupakan produk yang memiliki sifat sangat
mudah rusak/busuk. Tubuh ikan mempunyai kadar air yang tinggi dan pH tubuhyang
mendekati netral sehingga merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri
pembusuk maupun organisme lain. Bahkan setelah ikan mati, berbagai proses
perubahan fisik, kimia, dan organoleptik berlangsung dengan cepat. Semua proses
perubahan ini akhirnya mengarah ke pembusukan.
Proses perubahan pada tubuh ikan terjadi karena adanya aktivitas enzim,
mikroorganisme atau oksidasi oksigen Penanganan dilakukan dalam rangka
menghambat proses penguraian jaringan tubuh (pembusukan) sehingga ikan dapat
disimpan selama mungkin dalam keadaan baik. Salah satunya dengan cara
menurunkan suhu tubuh ikan (didinginkan).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengrtian pendinginan ikan?
2. Apa media yang digunakan untuk mendinginkan ikan?
3. Bagaimana teknik pendinginan ikan?
C. Tujuan
Memberikan informasi yang lebih dalam tentang media dan teknik pengawetan
ikan dengan cara menurunkan suhu tubuh ikan (didinginkan).
Es yang digunakan sebagai media pendingin sebaiknya dibuat dari air bersih
sebagai mana persyaratan untuk air minum. Es yang digunakan untuk media
pendingin mempunyai suhu antara -12ºC sampai -18ºC (es “matang”). Es yang
matang memiliki beberapa sifat:
1) Butiran-butiran es nya lebih kecil bila di hancurkan.
2) Waktu peleburannya lebih lama.
3) Tidak mudah membentuk masa padat seperti es biasa.
Tabel 1. Waktu yang diperlukan untuk mencapai suhu 1,5ºC dari 10ºC pada
berbagai ketebalan lapisan ikan.
Tebal Lapisan Ikan (cm) Waktu (jam)
2,5 2
10 4
12,5 6,5
15 9
25 24
60 120
b. Lama Pemberian Es
Perkiraan lama pendinginan ikan dengan es harus di perhitungkan dengan
cermat. Hal yang menyangkut jumlah es yang digunakan untuk mengatasi es yang
mencair. Kecepatan es mecair atau melebur di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1) Volume kotak atau wadah yang di gunakan.
2) Bahan atau material wadah.
3) Penggunaan isolasi dan jenis isolasi.
4) Suhu lingkungan di luar wadah atau kotak pendinginan.
Jenis material kotak pengesan yang sering sering di gunakan saat ini oleh para
pelaku penanganan ikan di Indonesia antara lain: kayu, plastik polietilen, fiberglass,
dan Styrofoam. Dari berbagai macam kemasan tersebut urutan jenis kemasan yang
dapat memperlambat peleburan es adalah Styrofoam, kemudian di ikuti dengan
plastik polietilen, fiberglass, dan kayu. Namun, dalam praktiknya kotak atau wadah
untuk pendinginan ikan dengan es umumnya di buat dari kombinasi berbagai jenis
material, misalnya Styrofoam dengan kayu dan plastik dengan kayu. Penggunaan
isolasi dalam wadah pendinginan di maksudkan untuk memperkecil jumlah panas
yang masuk dari luar kemasan ke dalam kemasan sehingga es menjadi lebih lama
untuk melebur. Suhu luar kemasan yang tinggi akan menyebabkan panas yang
masuk kedalam kemasan juga besar sehingga peleburan es semakin cepat.
Pada umumnya garam yang digunakan adalah garam rakyat yang komponen
utamanya adalah natrium klorida dan selebihnya berupa garam-garam kalsium dan
magnesium.garam rakyat diperoleh dari hasil penjemuran air laut yang berkadar
garam tinggi dan belum di perkaya dengan jat mineral lainnya,seperti
yodium.kemurnian garam ini dapat mempengaruhi daya penetrasi garam adalah
konsentrasi garam,suhu penetrasi,dan lama penetrasi.
Jumlah garam yang di tambahkan dalam es minimal 2,5% dan maksimum 10%
dari berat es yang digunakan.pemberian garam dari 2,5% justru akan memacu
pertumbuhan bakteri dalam tubuh ikan.sementara itu,penambahan garam lebih dari
10% akan menyebabkan daging ikan menjadi asin.jumlah penambahan garam pada
es juga mempengaruhi titik lebur es.semakin banyak jumlah garam yang di
tambahkan maka titik lebur es semakin rendah.sebagai gambaran dalam table 6
memperlihatkan hubungan antara konsentrasi larutan garam dengan titik bekunya.
Tabel 3. Hubungan antara konsentrasi garam dalam air dengan titik bekunya.
Konsentrasi Titik beku 0c
garam(berat/berat)
O O
1,0 -0,593
2,0 -1,186
3,0 -1,790
4,0 -2,409
5,0 -3,046
Kombinasi gas CO2 dengan uap air yang dikeluarkan oleh ikan menhasilkan
asam karbonik yang dapat menurunkan pH (derajat keasaman). Dengan adanya
penurunan pH ini maka bakteri-bakteri dalam tubuh ikan yang tidak tahan pada
keadaan asam akan terhambat. Proses reaksinya sebagai berikut:
CO2 + H2O ? H+ + HCO3
Selama perendaman, ikan dalam air yang di dinginkan dengan es ini harus
selalu di aduk. Pengadukan tersebut di tunjukkan untuk memperoleh suhu yang
homogen antara suhu air bagian atas (di permukaan) dan suhu air d bagian bawah.
Apabila suhu air tidah homogen, proses penurunan suhu ikan tidak merata. Ikan
yang di bagian atas mempunya suhu lebih rendah di bandingkan dengan ikan yang
ada di bagian bawah. Suhu air di bagian atas lebih rendah di bandingkan suhu air di
bagian bawan karena air di bagian atas berdekatan dengan es.
Suhu pendinginan dari CSW lebih rendah dan penurunan suhu nya lebih cepat
dari pada suhu pendinginan dengan media pendingin es saja. Hal ini di sebabkan
media pendingin CSW lebih banyak bersinggungan lagsung dengan permukaan
ikan. Selain itu, air laut yang mengandung garam dapat menurunkan titik lebur es
sehingga es lebih lambat melebur. Dengan demikian, panas yang dapat di serap
menjadi lebih besar. Namun, dalam praktiknya kecepatan penurunan suhu
tergantung pada sirkulasi air dalam wadah penyimpanan.
Jumlah es yang digunakan untuk menurunkan suhu awal air laut sampai -1°C
dapat di hitung. Seandainya hasil tangkapan ikan yang akan di tangani sebanyak
4.000 kg (4 ton) ikan dan suhu awal air laut yang digunakan sebagai media
pendingin adalah 24°C secara perbandingan ikan dengan air yang di gunakan
adalah 4 : 1 maka es yang harus di tambahkan agar suhu air laut menjadi -1°C
adalah sebagi berikut:
Berat campuran ikan dengan air = 4:1
4.000 kg + 1.000 kg = 5.000 kg
Jadi untuk menurunkan suhu awal air laut dari 24°C menjadi -1°C di perlukan
sebanyak 1.562,5 kg atau sekitar 1,5 ton es.
Dari perhitungan diatas dapat di simpulkan bahwa perbandingan ikan, air laut,
dan es adalah 4 : 1 : 1,5. Jumlah es dalam perbandingan tersebut hanya untuk
menurunkan suhu air laut saja. Sementara untuk mempertahankan suhu air laut
perlu ditambahkan es lagi. Banyaknya es yang harus ditambahkan tergantung pada
lamanya penyimpanan, isolasi pada wadah atau tangki penyimpanan, dan suhu
lingkungan luar tangki.
Ikan yang ditangani dengan menggunakan medium CSW akan terasa sedikit
asin karena adanya garam yang masuk kedalam tubuh ikan selama perendaman.
Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi masuknya garam dalam tubuh ikan.
1) Ukuran dan spesies ikan, ikan yang berukuran kecil dan spesies ikan dengan
kandungan lemak rendah akan lebih terasa asin dibandingkan dengan ikan yang
besar dan berlemak.
2) Penyiangan. Ikan yang disiangi sebelum pendinginan akan terasa lebih asin
dibandingkan dengan ikan yang tidak disiangi.
3) Perbandingan ikan dengan air laut yang digunakan. Semangkin banyak air laut
yang digunakan maka ikan akan lebih asin.
4) Lamanya penyimpanan. Semangkin lama penyimpanan ikan maka akan
menyebabkan rasa ikan akan semangkin asin.
Setelah larutan garam dalam tangki dingin (suhu dapat mencapai lebih rendah
dati o°C, tergantung dari konsentrasi larutan daram yang didinginkan), larutan garam
dingin tersebut kemudian disirkulasikan atau dipompakan ke wadah atau tangki lain
dan siap digunakan untuk penanganan ikan.
Media pendingin dengan udara dingin ini selalu dikombinasikan dengan media
pendingin lain, misalnya es. Umumnya penggunaan udara dingin dalam kapal
ditempatkan pada ruangan palkah, yaitu, ruangan penyimpanan ikan selama
penangkapan. Udara dingin yang dikombinasikan dengan es dalam penanganan
ikan ditujukan untuk meminimalkan peleburan es sehingga fungsi es sebagai media
pendingin menjadi maksimal.
A. Kesimpulan
Pendinginan ikan dapat terjadi secara maksimal jika media pendinginnya
memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi, yaitu tidak meninggalkan zat racun atau
zat berbahaya lainnya pada ikan, mempunyai kemampuan untuk menyerap panas
dari tubuh ikan, mudah dan praktis dalam penggunaannya, dan ekonomis.
B. Saran
Pendinginan merupakan satu metode yang cukup efektif untuk menjaga
kesegaran ikan, namun metode yang saat ini digunakan perlu dikembangkan lagi
terutama pada faktor kapasitas dan keefektifan alat pendingin.