= . (3.5)
3.6.2. Penentuan Ketidakpastian dalam Significant Figure
3.6.2.1. Menghitung ketidakpastian volume
Ketidakpastian gelas ukur 25 ml
Preparasi sampel menggunakan gelas ukur 25 ml untuk mengukur volume 20 ml
sampel yang akan di transfer ke labu takar 100 ml.
Ketidakpastian gelas ukur 25 ml, dengan toleransi 0,5 ml dapat dihitung dari
penggabungan tiga pengaruh utama terhadap volume, yaitu : kalibrasi, pengaruh suhu
dan perulangan.
( 1 ) kalibrasi
6
5 . 0
) (
_ 25
=
cal
V u
= 20.412 x 10
-2
ml
( 2 ) perbedaan suhu laboratorium dengan suhu kalibrasi
Suhu yang tertera pada alat gelas volumetri 20
0
C, sedangkan suhu
laboratorium bervariasi antara 10
0
C. Ketidakpastian karena pengaruh ini dapat
dehitung dari perbedaan suhu dengan koefisien pemuaian volume air ( 2,1 x 10
-4 o
C
-1
),
dimana akan memberikan :
Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap
Mutu Karet, 2010.
( )
3
0525 . 0
0525 . 0
10 1 . 2 10 25
_ 20
4
=
=
temp
V u
mL
x x x
x t x V
=3.03 x 10
-2
mL
(3) Perulangan
Dalam penelitian ini perulangan tidak ditentukan secara langsung dalam
laboratoriun, maka diasumsikan ketidakpastian perulangan pengisian gelar ukur
adalah dengan distribusi seragan. Ini dikarebakan gelas ukur diisi setetes demi
setetes.
( )
3
05 . 0
_ 25
=
rep
V u
=2.8868 x 10
-2
mL
Ketidakpastian Gabungan Gelas Ukur 25 mL
( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( )
mL x
x x x
V u V u V u V u
rep temp cal
2
2
2
2
2
2
2
2
_ 25
2
_ 25
2
_ 25 25
10 3416 . 4
10 8868 . 2 10 03 . 3 10 412 . 20
=
+ + =
+ + =
3.7. Analisa Data
Data diperoleh dengan metode analisa varians (ANAVA) dengan tingkat signifkasi
5% untuk menolak dan menerima hipotesa yang diajukan. Yang dapat dilihat pada
lampiran.
Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap
Mutu Karet, 2010.
3.7.1. Analisa Variansi
a) Analisa Jumlah Kuadrat (JK) Utama
1. Faktor Koreksi (FK) =
n r
T
FK
ijk
2
= (3.6)
2. Faktor Kuadrat
( ) FK Y JK
ijk total
=
2
(3.7)
3. Jumlah Kuadrat Perlakuan (J K
perlakuan
)
FK
n
TK
JK
perlakuan
=
2
(3.8)
4. Jumlah Kuadrat Galat (JK
galat
)
perlakuan total galat
JK JK JK = (3.9)
b. Analisa Jumlah Kuadrat (JK) Faktorial
5. Derajat Bebas
( ) 1
1
=
=
n r v
n v
galat
perlakuan
(3.10)
6. Kuadrat Tengah
a. Kuadrat Tengah Perlakuan (KT
p
)
p
p
p
v
JK
KT = (3.11)
Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap
Mutu Karet, 2010.
b. Kuadrat Tengah Galat (KT
g
)
g
g
g
v
JK
KT = (3.12)
7. F
hitung
g
p
hitung
KT
KT
F = (3.13)
3.7.2. Uji Hipotesa
Hipotesa-hipotesa yang diuji pada penelitian ini adalah :
1. Hipotesa nol (Ho)
Ho
1
: Ai =0 ; (i =1,2,...,a)
Dimana i adalah taraf konsentrasi dari ekstrak belimbing wuluh, berarti tidak
ada pengaruh konsentrasi ekstrak belimbing wuluh terhadap pengukuran
Plastisitas Awal (Po).
Ho
2
: Ai =0 ; (i =1,2,...,a)
Dimana i adalah taraf konsentrasi dari ekstrak belimbing wuluh, berarti tidak
ada pengaruh konsentrasi ekstrak belimbing wuluh terhadap pengukuran
Plastisitas Retensi Index (PRI).
Ho
3
: Ai =0 ; (i =1,2,...,a)
Dimana i adalah taraf konsentrasi dari ekstrak belimbing wuluh, berarti tidak
ada pengaruh konsentrasi ekstrak belimbing wuluh terhadap pengukuran
Viskositas Mooney (VM).
Ho
4
: Ai =0 ; (i =1,2,...,a)
Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap
Mutu Karet, 2010.
Dimana i adalah taraf konsentrasi dari ekstrak belimbing wuluh, berarti tidak
ada pengaruh konsentrasi ekstrak belimbing wuluh terhadap pengukuran Kadar
Abu.
2. Hipotesa Alternatif (Ha)
H
A
1
: Ai 0 ; (i = 1,2,...,a)
Dimana i adalah taraf konsentrasi dari ekstrak belimbing wuluh, berarti ada
pengaruh konsentrasi ekstrak belimbing wuluh terhadap pengukuran Plastisitas
Awal (Po).
H
A
2
: Ai 0 ; (i = 1,2,...,a)
Dimana i adalah taraf konsentrasi dari ekstrak belimbing wuluh, berarti ada
pengaruh konsentrasi ekstrak belimbing wuluh terhadap pengukuran Plastisitas
Retensi Index (PRI).
H
A
3
: Ai 0 ; (i = 1,2,...,a)
Dimana i adalah taraf konsentrasi dari ekstrak belimbing wuluh, berarti ada
pengaruh konsentrasi ekstrak belimbing wuluh terhadap pengukuran
Viskositas Mooney (VM).
H
A
4
: Ai 0 ; (i = 1,2,...,a)
Dimana i adalah taraf konsentrasi dari ekstrak belimbing wuluh, berarti ada
pengaruh konsentrasi ekstrak belimbing wuluh terhadap pengukuran Kadar
Abu.
- Cara pengujian
H
1
dipakai statistik
Ey
Ay
M
M
F =
1
(3.14)
Dengan daerah kritis pengujian ditentukan oleh F(a-1),a(n-1)
Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap
Mutu Karet, 2010.
- Kriteria Pengujian
Pada taraf signifikasi = 0.05 pada daerah kritis pengujian berlaku :
H
o
1
; H
o
2
; H
o
3
; H
o
4
; diterima bila F
hitung
<F
tabel
H
A
1
; H
A
2
; H
A
3
; H
A
4
; diterima bila F
hitung
>F
tabel
3.8. Skema Pengambilan Data
3.8.1. Pembuatan ekstrak belimbing wuluh
Belimbing Wuluh
Dibersihkan
Diperas
Dipotong kecil-kecil
Dihaluskan
Disaring
Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap
Mutu Karet, 2010.
3.8.2. Ekstrak belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) digunakan sebagai
penggumpal lateks
Dimasukkan kedalam mangkok
penggumpal
*Ditambahkan ekstrak belimbing wuluh
dengan konsentrasi 20% (v/v karet)
Ekstrak belimbing wuluh Residu
Lateks
Koagulum
Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap
Mutu Karet, 2010.
Digiling dengan alat creper sebanyak 6
kali
Dikeringkan selama 7 hari
Digiling dengan lab mill sebanyak 3 kali
Catatan :
* Perlakuan yang sama diulang dengan variasi konsentrasi belimbing wuluh 40%;
60%, 80%, 100% (v/v) karet
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Creper
Karet kering
Pengujian mutu karet
Plastisitas awal
(Po)
Plastisitas Retensi
Index (PRI)
Viskositas
Mooney
Kadar Abu
Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap
Mutu Karet, 2010.
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pengaruh penambahan ekstrak
belimbing wuluh (Averrhoa billimbi L) terhadap lateks diperoleh nilai Plastisitas Awal
(Po) dan Plastisitas Retensi Index (PRI) yang dipaparkan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Nilai plastisitas awal dan plastisitas retensi index karet dengan
penggumpal ekstrak belimbing wuluh (Averrhoa billimbi L)
Perl akuan
Po
Ni lai
Tengah
Rata-
Rata
Pa
Ni lai
Tengah
PRI (%) Rata-Rat a
I II III I II III
0 ml
41 42 40 41
41.5
20 21 21 20.667 50.41
51.4
42 42 42 42 21 22 23 22 52.38
20 ml
39 39 38 38.667
39.33
18 19 20 19 49.14
50
39 40 41 40 20 21 20 20.333 50.83
40 ml
41 38 38 39
38
18 19 18 18.333 47.01
47.4
37 38 36 37 18 18 17 17.667 47.75
60 ml
38 39 38 38.333
37.83
18 18 17 17.667 46.09
46.7
37 38 37 37.333 17 18 18 17.667 47.32
80 ml
38 38 38 38
37.17
17 18 18 17.667 46.49
45.7
36 36 37 36.333 17 16 16 16.333 44.95
100 ml
36 38 35 36.333
36.5
16 17 17 16.667 45.87
44.8
36 37 37 36.667 16 16 16 16 43.64
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pengaruh penambahan ekstrak
belimbing wuluh (Averrhoa billimbi L) terhadap lateks diperoleh nilai Viskositas
Mooney yang dipaparkan pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Nilai Viskositas Mooney karet dengan penggumpal ekstrak
belimbing wuluh (Averrhoa billimbi L).
Asam
beli mbing
1.00' 1.30' 2.00' 2.30' 3.00' 3.30' 4.00' Rata-Rat a Rumus
0 ml
130 78 68 64 69 68 71
70.5 70.5ML(1+4)100C
130 76 67 65 68 69 70
20 ml
118 70 63 63 62 64 66
65.5 65.5ML(1+4)100C
119 68 64 62 62 63 65
40 ml
113 67 62 64 63 64 66
66 66ML(1+4)100C
112 67 61 64 65 65 66
Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap
Mutu Karet, 2010.
60 ml
110 65 64 65 62 66 67
67 67ML(1+4)100C
108 63 63 65 63 67 67
80 ml
110 65 61 63 65 65 67
67.5 67.5ML(1+4)100C
108 65 62 64 64 66 68
100 ml
102 62 59 64 65 66 68
68 68ML(1+4)100C
104 63 60 64 65 67 68
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pengaruh penambahan ekstrak
belimbing wuluh (Averrhoa billimbi L) terhadap lateks diperoleh nilai kadar abu yang
dipaparkan pada tebel 4.3.
Tabel 4.3. Nilai kadar abu karet dengan penggumpal ekstrak belimbing wuluh
(Averrhoa billimbi L).
Asam
belimbing
Berat
Karet
Berat
Cawan
Berat Cawan
+Abu
Berat Abu
Nilai AC
(%)
Rata-Rata
0 ml
5.0020 34.6006 34.6126 0.0120 0.24
0.23
5.0024 34.4550 34.4660 0.0110 0.22
20 ml
5.0028 34.7540 34.7625 0.0085 0.17
0.16
5.0016 34.4528 34.4603 0.0075 0.15
40 ml
5.0002 34.4704 34.4779 0.0075 0.15
0.165
5.0007 34.6005 34.6095 0.0090 0.18
60 ml
5.0014 34.3104 34.3194 0.0090 0.18
0.175
5.0020 34.5283 34.5368 0.0085 0.17
80 ml
5.0013 34.8809 34.8904 0.0095 0.19
0.185
5.0040 34.5816 34.5906 0.0090 0.18
100 ml
5.0018 34.6210 34.6310 0.0100 0.2
0.195
5.0010 34.4380 34.4475 0.0095 0.19
Dengan semakin besarnya konsentrasi ekstrak belimbing wuluh (Averrhoa
Billimbi L) yang ditambahkan memberikan pengaruh yang sangat nyata dalam
menurunkan nilai Plastisitas Awal, Plastisitas Retensi Index dan kadar abu. Dari hasil
penelitian ini juga diperoleh penambahan konsentrasi ekstrak belimbing wuluh 20%
lebih mendekati pada Standar Indonesia Rubber (SIR-20).
Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap
Mutu Karet, 2010.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pengaruh variasi ekstrak belimbing wuluh (Averrhoa Billimbi L) terhadap
nilai Plastisitas Awal (Po)
Besarnya pengaruh penambahan ekstrak belimbing wuluh (Averrhoa billimbi L)
sebagai penggumpal lateks terhadap Plastisitas Awal sebesar 46.9988%. Dari
Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap
Mutu Karet, 2010.
persentase tersebut dapat dijelaskan bahwa penambahan ekstrak belimbing wuluh
memiliki pengaruh terhadap pembentukan lateks sehingga dapat menurunkan nilai
Plastisitas Awal yang digambarkan pada grafik dibawah ini:
Grafik 1 Hubungan nilai Plastisitas Awal (Po) vs Konsentrasi ekstrak belimbing
wuluh (v/v karet)
Plastisitas Awal adalah plastisitas karet mentah yang langsung diuji tanpa
perlakuan khusus sebelumnya, yang ditentukan dengan Wallace Plastimeter. Karet
yang mempunyai Po yang tinggi, mempunyai rantai molekul yang tahan terhadap
oksidasi. Sedangkan yang mempunyai Po yang rendah mudah teroksidasi menjadi
karet lunak (Walujuno, 1972).
Penambahan konsentrasi ekstrak belimbing wuluh dengan perbandingan
20:100 (v/v karet) menghasilkan nilai Plastisitas Awal yang maksimum sebesar 39.33.
Hal ini disebabkan karena ekstrak belimbing wuluh yang mengandung ion kalsium
yang sedikit, sehingga karet yang dihasilkan menjadi keras dan tahan terhadap
oksidasi. Nilai dari Plastisitas Awal tersebut memenuhi SIR-20-1990 yang dapat
dilihat pada lampiran 4 (tabel 4). Proses penggumpalan lateks terjadi karena lateks
Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap
Mutu Karet, 2010.
merupakan suatu sistem koloid dimana partikel karet dilapisi oleh suatu protein dan
fosfolipid yang terdispersi dalam serum, protein ini tersusun atas bermacam-macam
asam amino. Asam amino yang mengandung muatan positif dan muatan negatif
disebut ion zwitter (Poedjadi, 1994). Setiap asam amino yang muatan positif dan
negatifnya berimbang atau muatan bersihnya nol dikatakan berada pada titik
isoelektrik. pH pada saat penimbangan ini terjadi disebut pH isoelektrik (Wilbraham,
1992). Fosfolipid merupakan golongan lipida yang mengandung atom fosfor.
Senyawa induk fosfolipida adalah asam gliserol fosfat (fosfogliserida). Fosfogliserida
mempunyai muatan negatif di gugus fosfat pada pH 7 (Girindra, 1990).
Oleh sebab
itu lateks mempunyai muatan negatif dari protein dan fosfolipida pada permukaan
partikel koloid karet. Adanya muatan negatif pada permukaan partikel koloid karet ini
jika diberikan dengan penambahan suatu asam yang bermuatan positif maka akan
berinteraksi mengakibatkan partikel koloid karet akan terbentuknya suatu flokulasi
atau penggumpalan.
Penambahan konsentrasi ekstrak belimbing wuluh dengan perbandingan
100:100 (v/v karet) menghasilkan nilai Plastisitas Awal yang minimum sebesar 36.15.
Hal ini disebabkan karena penggunaan konsentrasi ekstrak belimbing wuluh yang
banyak mengandung logam kalsium. Dimana dengan adanya logam Kalsium ini akan
mempercepat terjadinya oksidasi oleh oksigen di atmosfer dalam keadaan karet kering
sehingga menyebabkan pemecahan rantai hidrokarbon karet sehingga molekul karet
menjadi pendek dan karetnya lunak (Kartowardoyo, 1980).
4.2.2. Pengaruh variasi ekstrak belimbing wuluh (Averrhoa Billimbi L) terhadap
nilai Plastisitas Retensi Index (PRI)
Besarnya pengaruh penambahan ekstrak belimbing wuluh (Averrhoa billimbi L)
sebagai penggumpal lateks terhadap Plastisitas Retensi Index (PRI) sebesar
66.0617%. Dari persentase tersebut dapat dijelaskan bahwa penambahan ekstrak
Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap
Mutu Karet, 2010.
belimbing wuluh memiliki pengaruh terhadap pembentukan lateks, dimana dapat
menurunkan nilai Plastisitas Retensi Index yang digambarkan pada grafik dibawah ini:
50
47.4
46.7
45.7
44.8
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
20 40 60 80 100
konsentrasi ekstrak bel i mbi ng wul uh (v/v karet)
P
l
a
s
t
i
s
i
t
a
s
R
e
t
e
n
s
i
I
n
d
e
x
(
%
)
Gambar 2. Grafik hubungan nilai Plastisitas Retensi Index (PRI) vs Konsentrasi
ekstrak belimbing wuluh (v/v karet).
Plastisitas Retensi Index (PRI) adalah suatu ukuran ketahanan karet terhadap
pengusangan atau oksidasi pada suhu tinggi. Faktor utama yang berpengaruh terhadap
nilai plastisitas retensi index adalah zat peroksidan (logam-logam) dan zat-zat anti
oksidan (protein dan senyawa lain yang teradsorbsi pada karet).
Dari gambar diatas diperoleh yaitu dengan penambahan ekstrak belimbing
wuluh dapat menurunkan nilai Plastisitas Retensi Index (PRI). Pada konsentrasi
100%, diperoleh nilai Plastisitas Retensi Index minimum sebesar 44.8. Hal ini
disebabkan karena penambahan larutan asam yang banyak. Proses penggumpalan
lateks terjadi karena lateks merupakan suatu sistem koloid dimana partikel karet
dilapisi oleh suatu protein dan fosfolipid yang terdispersi dalam serum, protein ini
tersusun atas bermacam-macam asam amino. Asam amino yang mengandung muatan
positif dan muatan negatif disebut ion zwitter (Poedjadi, 1994). Setiap asam amino
yang muatan positif dan negatifnya berimbang atau muatan bersihnya nol dikatakan
berada pada titik isoelektrik. pH pada saat penimbangan ini terjadi disebut pH
Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap
Mutu Karet, 2010.
isoelektrik (Wilbraham, 1992). Fosfolipid merupakan golongan lipida yang
mengandung atom fosfor. Senyawa induk fosfolipida adalah asam gliserol fosfat
(fosfogliserida). Fosfogliserida mempunyai muatan negatif di gugus fosfat pada pH 7
(Girindra, 1990).
Oleh sebab itu lateks mempunyai muatan negatif dari protein dan
fosfolipida pada permukaan partikel koloid karet. Adanya muatan negatif pada
permukaan partikel koloid karet ini jika diberikan dengan penambahan suatu asam
yang bermuatan positif maka akan berinteraksi mengakibatkan partikel koloid karet
akan terbentuknya suatu flokulasi atau penggumpalan.
Penambahan larutan asam tersebut (ekstrak belimbing wuluh) yang banyak
mengakibatkan terjadinya penurunan pH lateks. Dimana dengan penurunan pH lateks
tersebut terjadi karena terbentuknya asam-asam hasil penguraian bakteri. Semakin
banyak konsentrasi belimbing wuluh yang digunakan maka semakin banyak jenis
asam yang digunakan sehingga terjadinya penurunan pH dan nilai PRI yang
dihasilkan semakin rendah (De Boer, 1952)
dan turunnya nilai Plastisitas Retensi
Index tersebut karena adanya logam Ca
2+
. Adanya ion logam ini akan mempercepat
proses oksidasi karet oleh udara yang menyebabkan terjadinya pengusangan karet
pada suhu tinggi sehingga karet menjadi lunak dan mudah putus. Mula-mula rantai
molekul karet diputuskan oleh tenaga mekanis menjadi radikal-radikal bebas. Dengan
adanya oksigen dari udara maka bagian terbesar dari sejumlahradikal-radikal bebas
yang terbentuk akan mengikat O
2
. Dengan demikian rantai molekul karet terputus
menjadi lebih kecil.
Pada konsentrasi ekstrak belimbing wuluh 20% diperoleh nilai Plastisitas
Retensi Index maksimum sebesar 50. Hal ini disebabkan kandungan ion-ion logam
yang terdapat pada ekstrak belimbing wuluh masih sedikit, ion-ion logam yang
terdapat pada lateks ini dapat menetralkan muatan negatif pada partikel karet dan
meyebabkan terganggunya kemantapan lateks serta rusaknya kestabilan sistem koloid
lateks. Pecahnya partikel koloid lateks akan menyebabkan terbentuknya flokulasi dan
lateks menggumpal
Nilai (Budiman S, 1983) dari Plastisitas Retensi Index (PRI)
tersebut memenuhi SIR-20-1990 yang dapat dilihat pada lampiran 4 (tabel 4).
Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap
Mutu Karet, 2010.
4.2.3. Pengaruh variasi ekstrak belimbing wuluh (Averrhoa Billimbi L) terhadap
nilai Viskositas Mooney
Besarnya pengaruh penambahan ekstrak belimbing wuluh (Averrhoa billimbi L)
sebagai penggumpal lateks terhadap Viskositas Mooney sebesar 68.8732%. Dari
persentase tersebut dapat dijelaskan bahwa penambahan ekstrak belimbing wuluh
memiliki pengaruh terhadap pembentukan lateks, dimana dapat meningkatkan nilai
Viskositas Mooney yang dipaparkan pada grafik dibawah ini:
Grafik 3 Hubungan nilai Viskositas Mooney vs Konsentrasi ekstrak belimbing wuluh
(v/v karet)
Viskositas karet mentah dinyatakan sebagai Viskositas Mooney, yang menunjukkan
panjangnya rantai molekul, berat molekul dan derajat pengikatan silang rantai
molekulnya. J ika nilai viskositas tinggi berarti karet yang dihasilkan keras sehingga
mutu karet yang dihasilkan tinggi, sebaliknya jika nilai viskositas rendah
menghasilkan karet yang lunak sehingga mutu karet yang dihasilkan turun. Mooney
Viskosimeter adalah alat untuk mengukur gesekan rotor pada karet yang berfungsi
sebagai tahanan dengan meletakkan karet di atas dan di bawah rotor yang dapat
berputar yang dirancang pada ML(1+4), dimana dengan melakukan pemanasan
Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap
Mutu Karet, 2010.
pendahuluan pada suhu 100
0
C selama 1 menit dan pembacaan nilai rotor mooney pada
menit ke 4 untuk setiap kecepatan rotor (Cocard, S. 2004)
Dari gambar diatas diperoleh yaitu dengan penambahan ekstrak belimbing
wuluh dapat meningkatkan nilai Viskositas Mooney. Pada konsentrasi 100%,
diperoleh nilai Viskositas Mooney maksimum sebesar 68. Hal ini disebabkan ekstrak
belimbing wuluh yang mengandung senyawa sulfur. Dimana sulfur ini berfungsi
sebagai pembentukan ikatan silang sulfur diantara rantai molekul polimer karet. Hal
ini dilakukan untuk mendapatkan sifat-sifat karet yang lebih baik seperti kekenyalan,
kekuatan, dan kemantapan. Molekul-molekul karet diubah menjadi molekul-molekul
yang kenyal melalui pembentukan ikatan silang sulfur
Nilai d (De Boer, 1952) dari
Viskositas Mooney tersebut memenuhi CV-70-1990 yang dapat dilihat pada lampiran
4 (tabel 4).
Pemanasan yang terjadi pada karet akan menyebabkan terjadinya pemutusan
rantai molekul karet. Rantai-rantai molekul karet ini akan menjadi radikal-radikal
bebas, karena pengaruh dari udara yaitu oksigen maka radikal bebas tersebut akan
berikatan dengan oksigen. Terikatnya rantai molekul karet dengan oksigen
menyebabkan rantai molekul karet menjadi pendek sehingga berat molekul menjadi
lebih kecil dan viskositasnya menurun (Kartowardoyo, 1980).
4.2.4. Pengaruh variasi ekstrak belimbing wuluh (Averrhoa Billimbi L) terhadap
nilai Kadar Abu
Besarnya pengaruh penambahan ekstrak belimbing wuluh (Averrhoa billimbi L)
sebagai penggumpal lateks terhadap kadar abu sebesar 69.5588%. Dari persentase
tersebut dapat dijelaskan bahwa penambahan ekstrak belimbing wuluh memiliki
pengaruh terhadap pembentukan lateks, dimana dapat menurunkan nilai kadar abu
yang dipaparkan pada grafik dibawah ini:
Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap
Mutu Karet, 2010.
0.16
0.165
0.175
0.185
0.195
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
20 40 60 80 100
Konsentrasi ekstrak bel i mbi ng wul uh (v/v karet)
K
a
d
a
r
A
b
u
Grafik 4. Hubungan nilai kadar abu vs Konsentrasi ekstrak belimbing wuluh
(v/v karet)
Kadar abu merupakan gambaran minimum dalam sejumlah mineral yang ada dalam
karet. Kadar abu karet bervariasi berupa karbonat dan fosfat dari kalium, magnesium,
kalsium, natrium, dan beberapa unsur lain dalam jumlah yang berbeda-beda. Beberapa
bahan mineral dalam karet meninggalkan abu yang dapat mengurangi ketahanan karet
lentur dari vulkanisasi karet alam.
Dari gambar diatas diperoleh yaitu dengan penambahan ekstrak belimbing
wuluh dapat meningkatkan nilai kadar abu. Pada konsentrasi 100%, diperoleh nilai
kadar abu maksimum sebesar 0.195. Belimbing wuluh yang mengandung logam
calsium yang besar akan meningkatkan kadar abu yang besar. Adanya ion logam ini
akan berkorelasi dengan kadar abu di dalam analisis karet. Semakin tinggi konsentrasi
ion logam akan semakin tinggi kadar abu. Tingginya kadar abu disebabkan beberapa
faktor seperti tanah yang mengandung calsium tinggi. Nilai dari kadar abu tersebut
memenuhi SIR-20-1990 yang dapat dilihat pada lampiran 4 (tabel 4). Faktor
pengolahan dapat mempengaruhi kadar abu, dimana makin besar tingkat pengolahan
maka kadar abu semakin rendah misalnya lateks yang digumpalkan tanpa pengenceran
mempunyai kadar abu yang lebih tinggi daripada dengan pengenceran (Kartowardoyo,
1980). Dari hasil penelitian penggunaan konsentrasi ekstrak belimbing wuluh pada
20% (v/v karet) dimana menghasilkan nilai kadar abu yang rendah.
Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap
Mutu Karet, 2010.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang kami lakukan, dapatlah diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Bahwa ekstrak belimbing wuluh (Averrhoa billlimbi L) dapat digunakan sebagai
penggumpal lateks yang memenuhi Standar Indonesia Rubber (SIR) yaitu SIR
20.
2. Mutu SIR dari lateks yang digumpalkan dengan variasi konsentrasi ekstrak
belimbing wuluh (Averrhoa billlimbi L) pada 20 % (v/v karet), yang memiliki
nilai Plastisitas Awal (Po) adalah 39.33, Plastisitas Retensi Index (PRI) adalah
50%, Viskositas Mooney adalah 65.5 ML(1+4), dan Kadar Abu adalah 0.16%.
5.2. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan hasil yang diperoleh maka
disarankan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan pengolahan terlebih dahulu
terhadap bahan penggumpal alami yang digunakan dan menambahkan bahan
pengawet pada lateks yang digunakan. Serta menggunakan uji-uji terhadap sifat fisik
yang lain seperti kadar zat menguap dan kadar nitrogen.
Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap
Mutu Karet, 2010.
DAFTAR PUSTAKA
Belimbing wuluh. Diakses tanggal 12 Mei, 2009. http://www.google.co.id/search.
Birt, T. 1993. KIMIA FISIKA UNTUK UNIVERSITAS. J akarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Budiman, S. 1983. Rencana Perbaikan Pengolahan Karet Rakyat dalam Perbaikan
Mutu Ekspor. Kelompok Teknologi Pengolahan Hasil Riset Penelitian
Perkebunan Sungei Putih
Cocard, S. 2004. Revisiting the Rheological Characterization of NR Using a Mooney
Viscometer. France.
De Boer, G. 1952. Pengetahuan Praktis Tentang Karet. Bogor : Balai Penyelidikan
Karet Indonesia.
Girindra, A. 1990. Biokimia I. Jakarta : PT Gramedia.
Hariana, H. A. 2004. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Seri I. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Honggokusumo, S dan Suharto, R. 1994. Permintaan Konsumen Mengenai Spesifikasi
SIR. Vol 3. Warta Perkaretan.
Khasiat-belimbing-wuluh. Diakses tanggal 12 Mei, 2009. http://paperless-
media.blogspot.com.html.
Kartowardoyo, S. 1980. Penggunaan Wallace-Plastimeter Untuk Penentuan
Karakteristik-Karakteristik Pematangan Karet Alam. Yogyakarta : Universitas
Gadjah Mada.
Morton, M. 1987. Rubber Technology. 3
rd
. New York : Van Nostrand Reinhold.
Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap
Mutu Karet, 2010.
Ompusunggu, M dan Darussamin, A. 1989. Pengolahan Umum Lateks. Balai
Penelitian Perkebunan Sungei Putih.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia-Press.
Tim Penulis PS. 1999. Karet, Strategi Pemasaran Tahun 2000. Budidaya dan
Pengolahan. Cetakan Keenam. Jakarta : Penebar Swadaya.
Refrizon. 2000. Viskositas Mooney Karet Alam. Skripsi Jurusan Fisika. FMIPA USU.
Riset, P. 2004. Pengaruh Bahan Pengawet Sekunder Pada Kestabilan Lateks Alam
Irridiasi. Jakarta : Badan Tenaga Nuklir Nasional.
Robert, A. D. 1988. Raw Rubber Science and Technology. New York : Oxford.
Sanir, I. 1997. Kimia Organik II. Bogor : Departemen Perindustrian dan Perdagangan,
Akademi Kimia Analis.
Setyamidjaja, D. 1993. Karet. Yogyakarta : Kanisius.
Spillene, J.J. 1989. Komoditi Karet. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Stevens, M. P. 2001. Kimia Polimer. Cetakan Pertama. Jakarta : Pradnya Paramita.
Walujono, K dan Kartowardoyo, S. 1970. Kemungkinan Pengolahan Karet Remah di
Indonesia dan Pembahasan Berbagai Proses Karet Butiran Karet Remah.
Jakarta : PT Soeroengan.
Wilbraham, A.C. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. Jakarta : ITB.
Yusuf, W. 2005. Metode Statisitk. Yogyakarta : UGM Press.
Zahara. 2005. Pengaruh Campuran Pengawet (Amonia-Asam Borat) Terhadap Nilai
Plastisitas Awal (Po) dan Plastisitas Retensi Index (PRI) Karet Dengan
Penggumpal Asam Asetat. Skripsi Jurusan Kimia. FMIPA USU.
Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap
Mutu Karet, 2010.
Lampiran 1
Tabel 1. Penentuan Plastisitas Awal (Po) dan Plastisitas Retensi Index (PRI) karet
dengan penggumpal ekstrak belimbing wuluh (Averrhoa billimbi L)
Perl akuan
Po
Ni lai
Tengah
Rata-
Rata
Pa
Ni lai
Tengah
PRI
(%)
Rata-
Rata
Jenis SIR
I II III I II III
0 ml
41 42 40 41
41.5
20 21 21 20.667 50.41
51.4 SIR 20
42 42 42 42 21 22 23 22 52.38
20 ml
39 39 38 38.667
39.33
18 19 20 19 49.14
50 SIR 20
39 40 41 40 20 21 20 20.333 50.83
40 ml
41 38 38 39
38
18 19 18 18.333 47.01
47.4 SIR 20
37 38 36 37 18 18 17 17.667 47.75
60 ml
38 39 38 38.333
37.83
18 18 17 17.667 46.09
46.7 SIR 20
37 38 37 37.333 17 18 18 17.667 47.32
80 ml
38 38 38 38
37.17
17 18 18 17.667 46.49
45.7 SIR 20
36 36 37 36.333 17 16 16 16.333 44.95
100 ml
36 38 35 36.333
36.5
16 17 17 16.667 45.87
44.8 SIR 20
36 37 37 36.667 16 16 16 16 43.64
Keterangan : Persen minimum Plastisitas Awal (Po) dan Plastisitas Retensi Index
(PRI) karet untuk Standard Indonesia Rubber (SIR)
Jenis SIR Po (minimum) PRI (% minimum
SIR-5 30 70
SIR-10 30 60
SIR-20 30 50
Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap
Mutu Karet, 2010.
Lampiran 2.
Tabel 2. Penentuan Viskositas Mooney (VM) karet dengan penggumpal ekstrak
belimbing wuluh (Averrhoa billimbi L)
Asam
beli mbing
1.00' 1.30' 2.00' 2.30' 3.00' 3.30' 4.00'
Rata-
Rata
Rumus Jenis SIR
0 ml
130 78 68 64 69 68 71
70.5 70.5ML(1+4)100C CV-70
130 76 67 65 68 69 70
20 ml
118 70 63 63 62 64 66
65.5 65.5ML(1+4)100C CV-70
119 68 64 62 62 63 65
40 ml
113 67 62 64 63 64 66
66 66ML(1+4)100C CV-70
112 67 61 64 65 65 66
60 ml
110 65 64 65 62 66 67
67 67ML(1+4)100C CV-70
108 63 63 65 63 67 67
80 ml
110 65 61 63 65 65 67
67.5 67.5ML(1+4)100C CV-70
108 65 62 64 64 66 68
100 ml
102 62 59 64 65 66 68
68 68ML(1+4)100C CV-70
104 63 60 64 65 67 68
Keterangan : Persen viskositas mooney (VM) karet untuk Standard Indonesia Rubber
(SIR)
Jenis CV VM (% maksimum)
CV-50 45-55
CV-60 55-65
CV-70 65-75
Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap
Mutu Karet, 2010.
Lampiran 3
Tabel 3. Penentuan Kadar Abu karet dengan penggumpal ekstrak belimbing wuluh
(Averrhoa billimbi L)
Asam
belimbing
Berat
Karet
Berat
Cawan
Berat
Cawan +
Abu
Berat
Abu
Nilai Kadar
Abu (%)
Rata-
Rata
J enis
SIR
0 ml
5.0020 34.6006 34.6126 0.0120 0.24
0.23 SIR 20
5.0024 34.4550 34.4660 0.0110 0.22
20 ml
5.0028 34.7540 34.7625 0.0085 0.17
0.16 SIR 20
5.0016 34.4528 34.4603 0.0075 0.15
40 ml
5.0002 34.4704 34.4779 0.0075 0.15
0.165 SIR 20
5.0007 34.6005 34.6095 0.0090 0.18
60 ml
5.0014 34.3104 34.3194 0.0090 0.18
0.175 SIR 20
5.0020 34.5283 34.5368 0.0085 0.17
80 ml
5.0013 34.8809 34.8904 0.0095 0.19
0.185 SIR 20
5.0040 34.5816 34.5906 0.0090 0.18
100 ml
5.0018 34.6210 34.6310 0.0100 0.2
0.195 SIR 20
5.0010 34.4380 34.4475 0.0095 0.19
Keterangan : Persen maksimum Kadar Abu karet untuk Standard Indonesia Rubber
(SIR)
Jenis SIR Kadar Abu (% maskimum)
SIR-5 0.50
SIR-10 0.75
SIR-20 1.00
Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap
Mutu Karet, 2010.
Lampiran 4
Tabel 4. Skema Standard Indonesia Rubber (SIR), sesuai dengan SK Menteri
Perdagangan No. 184/KP/VII/88, 1990.
Skema SIR 3 CV SIR 3 L SIR 3 WF SIR 5 SIR 10 SIR 20
Spesifikasi Lateks
Koagulum
Lapis Tipis
Koagulum Lapangan
Kadar
Kotoran, %
Maks (b/b)
0.03 0.03 0.03 0.5 0.1 0.2
Kadar abu, %
Maks (b/b)
0.5 0.5 0.5 0.5 0.75 0.2
Kadar zat
Menguap, %
Maks
0.8 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8
PRI,
Minimum
60 75 75 70 60 50
Po,
Minimum
0 30 30 30 30 30
Nitrogen, %
Maks
0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6
Uji
Kemantapan
8
Vis/ ASHT,
Maks
Viskositas
Mooney ML
(1+4)100C
(*)
Warna
Lovibond
6
Warna
Lambang
Hijau Hijau Hijau
Hijau
Bergaris
Coklat Merah
Warna
Pembungkus
Transparan Transparan Transparan Transparan Transparan Transparan
Keterangan : Persen viskositas mooney (VM) karet untuk Standard Indonesia Rubber
(SIR) khusus untuk jenis SIR 3-CV
Jenis CV VM (% maksimum)
CV-50 45-55
CV-60 55-65
CV-70 65-75
Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap
Mutu Karet, 2010.
Lampiran 5
Tabel 5. Data hasil analisis sidik ragam pengaruh penambahan ekstrak belimbing
wuluh (Averrhoa billimbi L) terhadap plastisitas awal (Po)
SUMBER
KERAGAMAN
J UMLAH
KUADRAT
DERAJ AT
BEBAS
RAGAM F RASIO F TABEL
Antar Baris -885836.6667 5 -177167 46.99884 3.106
Galat -45235.33333 12 -3769.61
total -931072
Tabel 6. Data hasil analisis sidik ragam pengaruh penambahan ekstrak belimbing
wuluh (Averrhoa billimbi L) terhadap plastisitas retensi index (PRI)
SUMBER
KERAGAMAN
J UMLAH
KUADRAT
DERAJ AT
BEBAS
RAGAM F RASIO F TABEL
Antar Baris -605217.8125 5 -121044 66.06117 3.106
Galat -21987.54113 12 -1832.3
total -627205.3536
Tabel 7. Data hasil analisis sidik ragam pengaruh penambahan ekstrak belimbing
wuluh (Averrhoa billimbi L) terhadap viskositas mooney (VM).
SUMBER
KERAGAMAN
J UMLAH
KUADRAT
DERAJ AT
BEBAS
RAGAM F RASIO F TABEL
Antar Baris -1212149.667 5 -242430 68.87323 3.106
Galat -42239.33333 12 -3519.94
total -1254389
Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap
Mutu Karet, 2010.
Lampiran 6
Tabel 8. Data hasil analisis sidik ragam pengaruh penambahan ekstrak belimbing
wuluh (Averrhoa billimbi L) terhadap kadar abu (AC).
SUMBER
KERAGAMAN
J UMLAH
KUADRAT
DERAJ AT
BEBAS
RAGAM F RASIO F TABEL
Antar Baris -9.1238 5 -1.82476 69.55883 3.106
Galat -0.3148 12 -0.02623
total -9.4386
Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap
Mutu Karet, 2010.
Lampiran 7.
Gambar 5. Viskositas Mooney
Gambar 6. Gilingan Laboratorium/Lab.Mill
Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap
Mutu Karet, 2010.
Lampiran 8.
Gambar 7. Plastimeter
Gambar 8 . Ruang asam
Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap
Mutu Karet, 2010.
Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap
Mutu Karet, 2010.
Lampiran 9.
Gambar 9. Wallace Punch