HIBRIDISASI
Disusun untuk memenuhi Tugas Praktikum Genetika Ikan
Disusun oleh :
Kelompok 11
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur panjatkan kehadirat Illahi Robbi karena atas berkat rahmat,
hidayah dan inayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan laporan praktikum yang
berjudul “Hibridisasi ” pada mata kuliah Genetika Ikan untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah genetika ikan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Padjadjaran.
Proses penyelesaian laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih sebanyak-
banyaknya kepada pihak yang telah terlibat dalam penyusunan laporan akhir kali ini.
Semoga bantuan, kebaikan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis selama
penyelesaian makalah ini mendapat balasan yang tiada terkira dari Tuhan Yang Maha
Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan sangat
jauh dari kata sempurna karena pengetahuan kami yang masih terbatas. Oleh karena
itu, berikan kritik dan saran atas penyusunan laporan ini. Akhir kata, kami penulis
berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Bab Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR............................................................... v
I PENDAHULUAN.................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ........................................................ 2
1.3 Tujuan .............................................................................. 2
1.4 Manfaat ........................................................................... 2
II TINJAUN PUSTAKA ............................................................ 3
2.1 Biologi Ikan Komet ...................................................... 3
2.2 Morfologi Ikan Komet.................................................. 4
2.3 Reproduksi Ikan Komet................................................ 5
2.4 Biologi Ikan Koi ........................................................... 6
2.5 Morfologi Ikan Koi ....................................................... 6
2.6 Reproduksi Ikan Koi..................................................... 8
2.7 Pemijahan Buatan ......................................................... 9
III METEDOLOGI....................................................................... 11
3.1 Waktu dan Tempat .......................................................... 11
3.2 Alat dan Bahan ............................................................... 11
3.3 Prosedur Kerja ................................................................ 12
3.4 Metode Praktikum ........................................................... 13
3.5 Rancangan Praktikum ..................................................... 13
3.6 Analisis Data.................................................................... 14
IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................. 15
4.1 Hasil Pengamatan Kelas ................................................. 15
. 4.2 Hasil Pengamatan Kelompok......................... ............ 16
. 4.3 Pembahasan Kelas....................................................... 17
. 4.4 Pembahasan Kelompok............................................ 18
V SIMPULAN DAN SARAN .................................................... 20
5.1 Simpulan .......................................................................... 20
5.2 Saran ................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 21
LAMPIRAN......................................................................... 23
iii
DAFTAR TABEL
No Tabel Hal
1 Hasil Pengamatan Hibridisasi Setiap Kelompok 15
iv
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Hal
1 Ikan Komet 3
2 Ikan Koi 7
3 Morfologi Ikan Koi 7
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
Manfaat dari praktikum kali ini adalah :
1. Mahasiswa mampu melakukan teknik rekayasa genetik dengan baik dan sesusai
prosedur
2. Praktikan mampu mengaplikasikan teknik hibridisasi dalam kehidupan sehari-hari
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariphisysoidei
Famili : Cyprinidae
Genus : Carassius
Spesies : Carassius auratus
Kebiasaan hidup di alam Ikan Komet aslinya hidup di sungai, danau, dan lain
lambat atau masih menggerakkan tubuh air di kedalaman sampai dengan 20 m. Di
habitat aslinya ikan Komet tinggal di iklim subtropis dan lebih suka air tawar dengan
pH 6,0-8,0, dengan kesadahan air sebesar 5,0 _ 19,0 DGH, dan rentang temperatur
32-106 F (0 – 41 C). Makanan ikan Komet terdiri dari krustasea, serangga, dan
bahan tanaman. Ikan Komet bertelur pada vegetasi air. Hidup di sungai-sungai,
3
4
danau, kolam dan saluran dengan air tergenang dan lambat mengalir. Pemakan
termasuk tumbuhan, krustasea kecil, serangga, dan detritus.
Secara alami, pemijahan terjadi pada tengah malam sampai akhir fajar.
Menjelang memijah, induk-induk ikan mas aktif mencari tempat yang rimbun, seperti
tanaman air atau rerumputan yang menutupi permukaan air. Substrat inilah yang
nantinya akan digunakan sebagai tempat menempel telur sekaligus membantu
perangsangan ketika terjadi pemijahan. (Gursina, 2008). Sifat telur ikan Komet
adalah menempel pada substrat. Telur ikan Komet berbentuk bulat, berwarna bening,
berdiameter 1,5-1,8 mm, dan berbobot 0,17-0,20 mg. Ukuran telur bervariasi,
tergantung dari umur dan ukuran atau bobot induk. Embrio akan tumbuh di dalam
telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa. Antara 2-3 hari kemudian, telur-telur akan
menetas dan tumbuh menjadi larva. Larva ikan Komet mempunyai kantong kuning
telur yang berukuran relatif besar sebagai cadangan makanan bagi larva. Kantong
kuning telur tersebut akan habis dalam waktu 2-4 hari.
Larva ikan Komet bersifat menempel dan bergerak vertikal. Ukuran larva
antara 0,50,6 mm dan bobotnya antara 18-20 mg. Larva berubah menjadi kebul (larva
stadia akhir) dalam waktu 4-5 hari. Pada stadia kebul ini, ikan Komet memerlukan
pasokan makanan dari luar untuk menunjang kehidupannya. Pakan alami kebul
terutama berasal dari zooplankton, seperti rotifera, moina, dan daphnia. Kebutuhan
pakan alami untuk kebul dalam satu hari sekitar 60-70% dari bobotnya. Setelah 2-3
minggu, kebul tumbuh menjadi burayak yang berukuran 1-3 cm dan bobotnya 0,1-0,5
gram. Antara 2-3 minggu kemudian burayak tumbuh menjadi putihan (benih yang
siap untuk didederkan) yang berukuran 3-5 cm dan bobotnya 0,5-2,5 gram. Putihan
6
tersebut akan tumbuh terus. Setelah tiga bulan berubah menjadi gelondongan yang
bobot per ekornya sekitar 100 gram.
Menurut Effendi (1993) Ikan koi berasal dari keturunan ikan karper hitam dan
menghasilkan keturunan yang berwarna-warni. Ikan koi memiliki klasifikasi yang
sama dengan ikan mas sebagai berikut ;
Filum : Chordata
Kelas : Osteichtyes
Ordo : Cypriniformei
Familyi : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio
Ikan koi termasuk ke dalam golongan ikan carp (karper). Harga koi sangat
ditentukan berdasarkan bentuk badan dan kualitas tampilan warna. Ikan koi pertama
kali dikenal pada dinasti Chin tahun 265 dan 361 Masehi. Koi dengan keindahan
warna dan tingkah laku seperti yang kita ketahui saat ini, mulai dikembangkan di
Jepang 200 tahun yang lalu di pegunungan Niigata oleh petani Yamakoshi (Twigg,
2008).
Menurut Susanto (2000), tubuh ikan koi berbentuk seperti torpedo dengan alat
gerak berupa sirip. Sirip-sirip yang melengkapi bentuk morfologi ikan koi adalah
sirip punggung, sepasang sirip dada, sepasang sirip perut, sirip anus, dan sirip ekor.
7
Sirip pada koi terdiri atas jari-jari keras, jari-jari lunak, dan selaput sirip yang
berfungsi sebagai alat gerak. Sirip punggung memiliki 3 jari-jari keras dan 20 jari-jari
lunak. Sirip perut hanya memiliki jari-jari lunak sebanyak 9 buah. Sirip anus
memiliki 3 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak. Pada sisi badan dari pertengahan
batang sampai batang ekor terdapat gurat sisi yang berguna sebagai penerima getaran
suara. Garis ini terbentuk dari urat-urat yang ada di sebelah dalam sisik yang
membayang hingga keluar (Susanto 2000).
gonad ini juga akan didapat keterangan bilamana ikan itu akan memijah, baru
memijah, atau sudah selesai memijah. Mengetahui ukuran ikan untuk pertama kali
gonadnya menjadi masak, ada hubungannya dengan pertumbuhan ikan itu sendiri dan
faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhinya.
Tiap-tiap spesies ikan pada waktu pertama kali gonadnya masak menjadi
masak tidak sama ukuranya. Demikian dengan ikan yang sama spesiesnya. Lebih-
lebih bila ikan yang sama spesiesnya itu tersebar pada lintang yang perbedaanya lebih
dari lima derajat, maka akan terdapat perbedaanya ukuran dan umur ketika mencapai
kematangan gonad untuk pertamakalinya. Sebagai contoh ikan large mouth bass yang
terdapat diAmerika Serikat. Ikan tersebut yang terdapat dibagian Selatan pada waktu
berumur satu tahun dengan berat 180 gram, gonadnya sudah masak dan dapat
bereproduksi. Ikan yang sama spesiesnya yang terdapat di bagian Utara pada umur
satu tahun., ukuranya lebih besar yaitu panjangnya 25 cm dan beratnya 230 gram
tetapi di dalam gonadnya tidak didapatkan telur yang masak, demikian juga
spermanya. Ikan blue gill yang beratnya 42 gram, gonadnya masak dan dapat berpijah
pada umur satu tahun. Tetapi ikan yang sama spesiesnya dalam keadaan banyak
makan, dalam waktu 5 bulan beratnya dapat mencapai 56 gram dan gonadnya masak
dan dapat berpijah. Jadi faktor utama yang mempengaruhi kematangan gonad ikan di
daerah bermusim empat antara lain ialah suhu dan makanan. Tetapi untuk ikan di
daerah tropik faktor suhu secara relatif perubahannya tidak besar dan umumnya
gonad dapat masak lebih cepat (Moch. Ichsan Effendie, 1997: 8).
Sebenarnya pemijahan ikan komet dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak
tergantung pada musim. Namun, di habitat aslinya, ikan ini memijah pada awal
musim hujan, karena adanya rangsangan dari aroma tanah kering yang tergenang air.
Secara alami, pemijahan terjadi pada tengah malam sampai akhir fajar. Menjelang
memijah, induk-induk ikan komet aktif mencari tempat yang rimbun, seperti tanaman
air atau rerumputan yang menutupi permukaan air. Substrat inilah yang nantinya akan
10
3.2.1. Alat
3.2.2. Bahan
1. Ikan Komet betina berfungsi sebagai sampel ikan yang akan diuji
2. Ikan Mas Koi jantan berfungsi sebagai sampel ikan yang akan diuji
3. NaCl fisiologis 0,9 berfungsi sebagai cairan untuk mengencerkan sperma
11
12
3.3. Prosedur
3.5.1. FR
3.5.2. HR
Perlakuan yang dilakukan pada setiap kelompok adalah sama. Kelompok satu
dengan kelompok yang lainnya sama menggunakan sampel ikan mas koi jantan dan
ikan komet betina. Hasil perlakuan pada setiap kelompok disimpulkan pada tabel
berikut.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Hibridisasi Setiap Kelompok
Kelompok FR HR SR
1 70% 0% 0%
2 92% 0% 0%
3 64,33 % 0% 0%
4 59,1% 0% 0%
5 61.23% 0% 0%
6 41,86% 0% 0%
7 22.5% 0% 0%
8 8,34% 0% 0%
9 85,18 % 0% 0%
10 87,4 % 0% 0%
11 50,05% 0% 0%
12 90 0% 0
15
16
4.2.1. FR
Jumlah telur yang kelompok kami dapatkan untuk perlakuan hibridisasi ini
Sebanyak 1091 telur. Tetapi hanya sekitar 551 telur yang berhasil terbuahi. Hal ini
dapat terlihat dari warna telur yang berwarna lebih kuning, yang berarti telur berhasil
terbuahi. Sedangkan sel telur yang tidak terbuahi berwarna putih (telur tidak matang).
Sehingga didapatkan derajat fertilisasi sebesar :
FR (%) = Po x 100%
P
FR (%) = 551 x 100%
1091
FR (%) = 50,05 %
Telur yang dibuahi adalah 551dari total sebanyak 1091. FR yang didapat
adalah sebesar 50,05%. Hasil tersebut sudah menunjukkan nilai setengahnya dari
total seluruh telur.
4.2.2. HR
Telur yang menetas adalah 0 dari total sebanyak 551 yang terbuahi. Hal
tersebut dapat terjadi karena ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil
derajat penetasan telur.
Kegagalan sperma asing untuk menembus sel telur, karena sperma yang tidak bisa
melewati mikrofyl dari korion telur pada ikan.
Sperma asing bisa masuk ke dalam telur, tapi mengecil dan menghilang di
sitoplasma telur tanpa melakukan fungsi apapun.
Sperma asing bisa masuk ke dalam telur dan membesar sebagai pronukleus jantan,
tapi tidak bisa menyatu dengan pronukleus inti telur untuk membentuk zigot.
Sperma asing bisa masuk ke dalam telur dan membesar sebagai pronukleus jantan,
kemudian menyatu dengan pronukleus inti telur sebagai zigot secara terkoordinasi
di dalam telur. Kondisi ini menunjukan proses pembuahan hibridisasi seksual
antara sperma dan telur selesai dan hibrida dibuahi, sehingga telur mulai
berkembang menjadi embrio
Tidak dihasilkannya derajat penetasan telur atau dikatakan 0% telur yang
menetas dapat terjadi dari faktor diatas. Telur yang tidak menetas tersebut diperoleh
oleh setiap kelompok. Akibat sperma asing tersebut atau lemah nya kualitas sperma
dapat mempengaruhi tidak adanya penetasan telur dari proses hibridisasi ini.
Beberapa kelompok memiliki nilai derajat pembuahan telur diatas 50% dapat terjadi
karena kondisi sperma yang masuk ke sel telur dapat menyatu dan terjadi pembuahan
18
yang sudah membentuk embrio. Kegagalan pada saat penetasan terjadi akibat dari
adanya kualitas atau kondisi pemeliharaan yang kurang terkontrol dengan baik.
Effendie (1997) menyebutkan bahwa derajat tetas telur dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain kualitas
telur dan kualitas sperma, karena telur yang terbuahi sperma merupakan zigot hasil
pertemuan gamet betina dan jantan. Faktor eksternal anatara lain suhu, oksigen, dan
kondisi tempat telur diinkubasi.
praktikan tidak mengalami adanya penetasan telur. Hal tersebut dapat terjadi dari
beberapa faktor pada saat praktikum.
Umumnya persentase penetasan ikan secara normal berkisar antara 50–80 %
(Richter dan Rustidja, 1985). Tidak berhasilnya derajat penetasan telur ikan komet
betina dan ikan mas koi jantan disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: kualitas
telur dan kualitas air media inkubasi (penetasan). Kualitas telur dan kualitas air media
inkubasi sangat menentukan keberhasilan proses penetasan telur. Kualitas telur yang
baik dan didukung oleh kualitas air media yang memadai dapat membantu
kelancaran pembelahan sel dan perkembangan telur untuk mencapai tahap akhir
terbentuknya embrio ikan. Yatim (1990) dan Effendie (1997) menyatakan, salah satu
faktor kualitas air yang penting dalam memengaruhi pembelahan sel (penetasan
telur) adalah suhu air medium.
Hasil praktikum ini menunjukkan bahwa perlakuan proses hibridisasi
kelompok 11 menghasilkan nilai derajat penetasan telur sebesar 0% dari total
551byang terbuahi. Faktor-faktor yang mempengaruhi diantaranya kualitas telur dan
kualitas air pemeliharaan telur.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Praktikum selanjutnya mungkin bisa dilakukan dengan lebih teliti dan serius
agar dapat meminimalisir kesalahan-kesalahan yang terjadi sehingga memperkecil
kemugkinan terjadinya kegagalan praktikum.
20
DAFTAR PUSTAKA
Nicholas JC, Thomas EH, Christoper IM, Mark AC, Atsuhi K, Yoshiaka N, Shugo
W, dan Ian AJ. 2010. Temperature and the expression of myogenic regulatory
factors (MRFs) and myosin heavy chain isoforms during embryogenesis in the
vi
common carp Cyprinus carpio L. The Journal of Experimental Biology 207,
4239-4248 p.
Purdom. E.C. 1993. Genetics and Fish Breeding. Chapman and Hall. Fish and
Fisheries Series. 277p.
Rustidja. 2001. Feromon Ikan. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang
Skomal, G. 2007. Goldfish. Second edition. Wiley Publishing. USA
Sudarsono, afik. 2010. http://ardiwilaga88.blogspot.com/2010/05/sperma-ikan.html
(Diakses, 3 Desember 2016 pukul 19.20)
Svenclsen and Anthony MC. 1984 An Introduction to Animal. Phsycology. MTP
Press. Limited USA.
Tave, Douglas. 1986. Genetics for Fish Hatchery Managers. United States of
America : The Avi Publishing Company, Inc.
vii
LAMPIRAN
viii
Alat Praktikum
Mikroskop Aquarium
Aerator
9
Bahan Praktikum
Aquadest
10
Kegiatan Praktikum
11