SEBAGAI BIOPESTIDA
ABSTRAK
Pendahuluan
mengatasi hama mematok harga yang mahal dan penggunaannya yang berlebihan
memberi dampak yang cukup berbahaya bagi pengguna maupun lingkungan. Oleh
karena itu, diperlukan suatu solusi penanganan yang lebih baik. Tanaman yang
dapat digunakan sebagai bahan insektisida alam adalah semua tanaman yang
mengandung bahan kimia saponin, sianida, flavonoid, tanin, steroid, dan minyak
atsiri. Pemanfaatan bahan alam menjadi alternatif yang sangat bagus untuk
dilakukan dalam pengendalian hama karena harganya relatif murah, bahan mudah
didapat karena ketersediannya banyak, dan tidak berbahaya bagi lingkungan dan
pengguna.
daerah tropis Asia, Afrika, dan Pasifik, dan digolongkan sebagai gulma invasif.
Gulma ini berupa semak berkayu yang dapat berkembang dengan cepat dan
penggembalaan. Gulma ini merupakan pesaing agresif dan diduga memiliki efek
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Asterales
Famili : Eupatorium
unsur hara Nitrogen yang tinggi (2,65%) sehingga cukup potensial untuk
dimanfaatkan sebagai sumber bahan organik karena produksi biomassanya tinggi.
Pada umur 6 bulan Kirinyuh dapat menghasilkan biomassa sebanyak 11,2 ton/ha
dan setelah berumur 3 tahun mampu menghasilkan biomassa sebanyak 27,7 to/ha,
Tumbuhan kirinyuh memiliki bentuk daun oval dan bagian bawahnya lebih
lebar, makin ke ujung makin runcing. Panjang daun 6–10 cm dan lebarnya 3–6
bunga terletak di ujung cabang (terminal), dan setiap karangan terdiri atas 20–35
bunga. Warna bunga pada saat muda kebiruan, semakin tua menjadi cokelat.
Waktu berbunga serentak pada musim kemarau selama 3–4 minggu. Pada saat biji
masak, tumbuhan akan mengering kemudian bijinya pecah dan terbang terbawa
angin. Kurang lebih satu bulan setelah awal musim hujan, potongan batang,
cabang, dan pangkal batang akan bertunas kembali. Biji-biji yang jatuh ke tanah
juga mulai berkecambah sehingga dalam waktu dua bulan berikutnya, kecambah
Tumbuhan ini sangat cepat tumbuh dan berkembang biak. Karena cepatnya
cepat ini juga disebabkan oleh produksi bijinya yang sangat banyak.
a. Bidang pertanian
usia 6-12 MST (26,69%) dan jumlah daun 6-8 MST (14,74%) untuk
berat umbi segar per tanaman (70,59%), berat umbi segar per petak
(42,31%) dan berat umbi segar per/ha (42,3%). Hasil dari penambahan
dosis optimum Kirinyuh, yaitu 20 ton/ha adalah tinggi tanaman 37,19 cm,
jumalah daun (6,75 cm) dan hasil tanaman wortel; panjang umbi 10,71
cm, berat berangkasan per tanaman 298,75 gr, berat ymbi segar per
tanaman 48,19 gr, berat umbi segar per petak 11,81 kg dan berat umbi
atau Biopestisida
tumbuhan ini merupakan merupakan pesaing agresif dan memiliki efek allelopati
untuk dibuat ekstraksi sebagai bahan baku pestisida nabati untuk penanggulangan
tanaman Kirinyuh yang diambil sebagai ekstrak adalah daunnya. Daun kirinyuh
yang dipilih sebagai bahan ekstraksi adalah daun yang sehat, dari segi fisik tidak
rusak atau bebas dari serangan hama, memiliki warna daun hijau tua pekat. Daun
kirinyuh yang digunakan adalah daun yang tidak muda atau tidak terlalu tua.
Pemilihan daun kirinyuh untuk eksraksi yaitu dengan cara memilih daun kirinyuh
pada lembar ke 4-6 dari pucuk. Daun kirinyuh sebanyak 1000 gram dicuci bersih
10% atau dapat hancur ketika diremas. Potongan daun kirinyuh kemudian
tertutup rapat. Menurut Syah dan Kristanti (2016), daun kirinyuh yang telah halus
diekstrak dengan menggunakan pelarut etanol 70% dengan perbandingan 1:5 (10
ekstraksi dilakukan dengan cara merendam daun kirinyuh yang telah halus selama
1,3,5,7 dan 9 hari dan dilakukan pengadukan sebanyak 2 kali dalam selang waktu
Ekstrak murni yang telah dihasilkan dapat disimpan di lemari pendingin sampai
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah, daun uji yaitu daun C.
odorata dengan berat kering 1 kg, daun kubis, aquades, air, etanol 96%, madu dan
larva C. pavonana.
Adapun alat yang digunakan adalah, kurungan serangga, pinset, toples kaca,
timbangan analitik, kain mori, gelas ukur, gelas plastik, tissue, penggaris, kertas
2. Metode
konsentrasi ekstraksi daun uji dan 1 jenis tanpa perlakuan (kontrol), masing-
3. Tahap Persiapan
4. Prosedur
dan ditimbang sebanyak 1 kg berat kering. Kedua, daun yang sudah kering
yaitu sampai seluruh serbuk daun ekstrak terendam etanol. Ketiga, hasil
Daun kubis yang akan digunakan untuk bahan pakan dipotong berukuran 3
dengan cara yang sama sampai larva mati atau menjadi pupa.
d.Pengamatan
apabila terdapat beda nyata maka selanjutnya akan diuji dengan uji
larva. Alkaloid jenis Pyrolizidine alkaloids merupakan senyawa kimia aktif yang
penghambat makan dan insektisida bagi serangga (Febrianti dan Rahayu, 2012).
Senyawa kimia seperti alkaloid dan flavonoid yang terdapat dalam tumbuhan C.
Odorata mampu bertindak sebagai racun perut bagi serangga, apabila senyawa
alkaloid dan flavonoid tersebut masuk ke dalam tubuh larva melalui makanan
yang dimakan oleh serangga maka alat pencernaannya akan terganggu sehingga
Mortalitas larva terjadi karena adanya gangguan yang disebabkan oleh bahan
Pada perlakuan ekstrak kirinyuh10%, 20%, 30% dan 40% pada aplikasi pertama
pertama belum terjadi kematian, kematian larva baru terjadi pada aplikasi hari ke
5 larva mati sebanyak 10% pada perlakuan konsentrasi 10%, kematian kembali
terjadi pada pengamatan hari ke 7 sebanyak 20% larva mati, dari 10 kali aplikasi
larva mengalami kematian sebesar 80%. Pada perlakuan ekstrak konsentrasi 20%
larva baru mengalami kematian pada aplikasi hari ke 5 larva mati sebanyak 20%,
dari 10 kali aplikasi dengan 12 kali pengamatan yang dilakukan keseluruhan larva
mengalami kematian sebesar 80%. Lain halnya pada perlakuan konsentrasi 30%
dan 40% yang diuji, pada konsentrasi 30% dan 40% ekstrak tanaman yang
mencapai 100%.
yang dapat bertindak sebagai stomach poisoning atau racun perut, sehingga
apabila senyawa alkaloid dan flavonoid masuk kedalam tubuh serangga maka
akan menghambat proses pencernaan dan juga bersifat toksik bagi serangga.
Senyawa tersebut juga mampu menghambat reseptor perasa pada daerah mulut
pada serangga apabila terjadi kontak secara langsung antara serangga dengan
kandungan bahan kimia yang ada pada pada ekstrak daun tersebut. Ekstrak daun
berasa pahit, sehingga bersifat repellent bagi serangga. Menurut Harborne (1987)
senyawa bioaktif yang terdapat dalam ekstrak daun kirinyuh seperti terpenoid,
tanin, saponin dan sesquiterpene merupakan bahan aktif yang bersifat toksik bagi
mortalitas keong ms, semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang diberikan maka
semakin tinggi pula tingkat mortalitas keong mas. Lebih jauh Sukhthankar dkk.,
(2014) melaporkan bahwa ekstrak daun kirinyuh juga bersifat toksik terhadap
Kesimpulan
Biopestisida merupakan salah satu jenis pestisida yang bahan utamanya berasal
dari ekstrak tumbuhan. Salah satu tumbuhan yang bisa digunakan ekstraknya
mengandung flavonoid yang dapat mengganggu sistem syaraf serangga dan daun
sel sehingga dapat menggagu metabolisme larva. Selain fungsi utamanya yaitu
membasmi hama, biopestisida dari ekstrak kirinyuh juga sangat aman bagi
Cahyadi, R., 2009, Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica
charantia L.) terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine
Shrimp Lethality Test (BST), Skripsi, Semarang, Universitas Diponegoro.
Dewi, P.J.N., Hartati, A., dan Mulyani, S., 2016, Pengaruh Umur Panen dan
Tingkat Maserasi terhadap Kandungan Kurkumin dan Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Kunyit (Curcuma Domestica Val.), Rekayasa dan
Manajemen Agroindustri, 4(2): 101-111.
Febrianti, N. dan Rahayu, D., 2012, Aktivitas Insektisidal Ekstrak Etanol Daun
Kirinyuh (Eupatorium odoratum L.)Terhadap Wereng Coklat
(Nilaparvata lugens Stal.), Biologi, Sains, Lingkungan dan
Pembelajarannya dalam upaya Peningkatan Daya Saing Bangsa.
Nurhasbah, Safrida dan Asiah, 2017, Uji Toksisitas Ekstrak Daun Kirinyuh
(Eupatorium odoratum L.) terhadap Mortalitas Keoang Mas (Pomacea
canaliculata), Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Unsyiah, 2(1): 31-39.
Prawiradiputra, B.R., 2007, Kirinyu (Chromolaena odorata (L.) R.M. King dan
H. Robinson: Gulma padang rumput yang merugikan, Bulletin Ilmu
Peternakan Indonesia (WARTAZOA), 17(1): 46-52.
Syah, B.W. dan Kristanti, I.P., 2016, Pengaruh Ekstrak Daun Belimbing Wuluh
(Averrhoa bilimbi) terhadap Mortalitas dan Perkembangan Larva
Spodoptera Litwura, Sains dan Seni ITS, 5(2): 23-29.
Thamrin, M., Asikin, S., dan Willis, M., 2013, Tumbuhan Kirinyu Chromolaena
odorata (L) (Asteraceae: Asterales) sebagai Insektisida Nabati untuk
Mengendalikan Ulat Grayak Spodoptera litura, J. Litbang Pertanian,
32(3): 112-121.
Wijaya, I.N., Wirawan, I.G.P., dan Adiartayasa, W., 2018, Uji Efektivitas
beberapa Konsentrasi Ekstrak Daun Kirinyuh (Chromolaena odorata L.)
terhadap Perkembangan Ulat Krop Kubis (Crocidolomia pavonana F.),
Agrotrop, 8(1): 11-19.
Yunita, E.A., Nanik, H.S., dan Jafron W.H., 2009, Pengaruh Ekstrak Daun Teklah
(Eupatorium riparium) terhadap Mortalitas dan Perkembangan Larva
Aedes aegypti, BIOMA, 11(1):