Anda di halaman 1dari 25

Makalah Kimia Organik Bahan Alam

SENYAWA TANIN

KELOMPOK VI

NURJANNAH H031181002
ANDI AZIZAH ADI AKBAR H031181012
AYU NOVITRI H031181016
YINDRIANI MOGHURI H031181021
RATNI ANANDA H031181314
ANDI MUHAMMAD AYAD MUAYYAD H031181332

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah tepat pada
waktunya. Adapun tujuan pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari
makalah “Senyawa Tanin” ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen pada mata
kuliah Kimia Organik Bahan Alam Benua Maritim. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang biota laut yang digunakan sebagai obat
bagi pembaca dan juga penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampuh mata kuliah
Kimia Organik Bahan Alam Benua Maritim yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 23 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................ i


Daftar Isi .......................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Senyawa Tanin.......................................................................... 3
2.2 Kerangka Dasar dan Struktur Senyawa Tanin............................................ 3
2.3 Sifat-Sifat Senyawa Tanin........................................................................... 3
2.4 Klasifikasi Senyawa Tanin.......................................................................... 4
2.5 Manfaat Senyawa Tanin............................................................................. 7
2.6 Biosintesis Tanin......................................................................................... 9
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 12
3.2 Saran ........................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam metabolisme sekunder yang terjadi pada tumbuhan akan menghasilkan

beberapa senyawa yang tidak digunakan sebagai cadangan energi melainkan untuk

menunjang kelangsungan hidupnya seperti untuk pertahanan dari predaptor.

Beberapa senyawa seperti alkaloid, triterpen dan golongan fenol merupakan

senyawa-senyawa yang dihasilkan dari metabolisme skunder. Golongan fenol

dicirikan oleh adanya cincin aromatik dengan satu atau dua gugus hidroksil.

Kelompok fenol terdiri dari ribuan senyawa, meliputi flavonoid, fenilpropanoid,

asam fenolat, antosianin, pigmen kuinon, melanin, lignin, dan tanin, yang tersebar

luas di berbagai jenis tumbuhan.

Tanin merupakan senyawa fenolik yang mengandung protein. Tanin terdiri

atas bermacam-macam kelompok oligomer dan polimer. Oleh karena itu ada

beberapa kesimpangsiuran tentang terminologi yang digunakan untuk

mengidentifikasi ataupun mengelompokkan senyawa tanin. Salah satu definisi yang

paling baik yang diberikan oleh Horvath (1981), Tanin adalah suatu senyawa fenolik

dengan berat molekul cukup tinggi yang mengandung hidroksil dan kelompok lain

yang cocok (seperti karboksil) untuk membentuk komplek yang efektif dengan

protein dan makro molekul yang lain dibawah kondisi lingkungan tertentu yang

dipelajari. Tanin merupakan bentuk kompleks dari protein, pati, selulosa dan mineral.

Tanin mempunyai struktur dengan formula empiris C72H52O46.

1
Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae

terdapat khusus dalam jaringan kayu. Secara kimia terdapat dua jenis utama tanin,

yaitu tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Tanin terkondensasi atau flavolan

secara biosintesis dapat dianggap terbentuk dengan cara kondensasi katekin tunggal

(galokatekin) yang membentuk senyawa dimer dan kemudian oligomer yang lebih

tinggi. Ikatan karbon-karbon menghubungkan satu flavon dengan satuan berikutnya

melalui ikatan 4-6 atau 6-8. Kebanyakan flavolan mempunyai 2-20 satuan flavon.

Tanin memiliki peranan biologis yang kompleks. Hal ini dikarenakan sifat tannin

yang sangat kompleks mulai dai pengendap protein hingga pengkhelat logam. Maka

dari itu efek yang disebabkan tanin tidak dapat diprediksi. Tanin juga dapat berfungsi

sebagai antioksidan biologis.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan senyawa tanin?

2. Bagaimana gambar kerangka dasar dan struktur senyawa tannin?

3. Apa sifat-sifat senyawa tannin?

4. Bagaimana klasifikasi dari senyawa tanin?

5. Apa saja manfaat dari senyawa tanin?

6. Bagaimana proses biosintesis senyawa tanin?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan dari makalah ini yaitu:

1. Mengetahui pengertian senyawa tanin.

2. Mengetahui gambar kerangka dasar dan struktur senyawa tannin

3. Mengetahui sifat-sifat senyawa tannin

2
4. Mengetahui klasifikasi dari senyawa tanin.

5. Mengetahui manfaat dari senyawa tanin.

6. Mengetahui proses biosintesis senyawa tanin

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Senyawa Tanin

Tanin merupakan komponen zat organik derivat polimer glikosida yang

terdapat dalam bermacam-macam tumbuhan, terutama tumbuhan berkeping dua

(dikotil). Monomer tannin adalah digallic acid dan D-glukosa. Ekstrak tanin terdiri

dari campuran senyawa polifenol yang sangat kompleks dan biasanya tergabung

dengan karbohidrat rendah. Oleh karena adanya gugus fenol, maka tannin akan dapat

berkondensasi dengan formaldehida. Tanin terkondensasi sangat reaktif terhadap

formaldehida dan mampu membentuk produk kondensasi, berguna untuk bahan

perekat termosetting yang tahan air dan panas. Tanin diharapkan mampu

mensubsitusi gugus fenol dari resin fenol formaldehid guna mengurangi pemakaian

fenol sebagai sumberdaya alam tak terbarukan. Tanin merupakan metabolit sekunder

tanaman yang bersifat astrigen dengan rasa khas yang sepat.

Tanin secara ilmiah didefinisikan sebagai senyawa polipenol yang

mempunyai berat molekul tinggi dan mempunyai gugus hidroksil dan gugus lainnya

(seperti karboksil) sehingga dapat membentuk kompleks dengan protein dan

makromolekul lainnya di bawah kondisi lingkungan tertentu.

Tanin merupakan substansi yang tersebar luas dalam tanaman , seperti daun,

buah yang belum matang , batang dan kulit kayu. Pada buah yang belum

matang ,tanin digunakan sebagai energi dalam proses metabolisme dalam bentuk

oksidasi tannin. Tanin yang dikatakan sebagai sumber asam pada buah.

4
2.2 Kerangka Dasar dan Struktur Tannin

OH
OH

HO O

OH
OH

Gambar 2.1 Kerangka Dasar Tanin

OH OH
OH OH
OH
OH
O OH
O
O
OH
O

O
O
O O
HO O
O
O
O O
HO
O O
O
O OH
O O
O
OH
HO HO HO OH O
OH

HO OH HO O

OH

HO OH

Gambar 2.2 Struktur Tanin

5
2.3 Sifat-Sifat Senyawa tannin

Sifat fisika Tanin :

1. Berwarna putih kekuning-kuningan sampal cokeat kemerah-merahan tergantung

dan sumbemya.

2. Mempunyai bobot molekul yang tinggi dan cenderung mudah dioksadasi menjadi

suatu polimer. Hal ini menyebabkan tanin akan menjadi gelap apabila terkena

cahaya langsung atau dibiarkan diudara terbuka atau dengan larutan alkali

mampu mengoksidasi oksigen.

3. Sebahagian besar tanin tidak berbentuk (amorf) tidak dapat dikristalkan dan tidak

mempunyai titik leleh,

4. Berbau khas, ringan, memberikan rasa astrigerisia atau sepat (zat yang

menciutkan).

5. Dalam air akan berbentuk koloid apabila airnya diuapkan maka akan tinggal

bubuk yang berwarna merah kecokelatan,

6. Memiliki sifat bakteriostatik, fungistatik dan penawar racun.

Sifat kimia Tanin :

1. Merupakan senyawa kompleks dalam bentuk campuran polifenol yang sukar

dipisahkan sehingga sukar mengkristal.

2. Tanin dapat diidentifikasikan dengan kromotografi.

3. Senyawa fenol dari tanin mempunyai aksi adstrigensia, antiseptic dan pemberi

warna.

4. Kelarutan tannin dalam air dengan perbandingan 1:1 dan kelarutan dalam alcohol

dengan perbandingan 1:28

6
5. Tannin memiliki gugus fenol dan bersifat keloid dalam air (asam lemah) dan

alkohol

6. Tannin mengendap dengan mengendap dengan gelatin, alkaloid, albumin, dan

protein-protein lainnya.

2.4 Klasifikasi Senyawa Tanin

Secara kimia terdapat dua jenis tannin yang tersebar tidak merata dalam

dunia tumbuhan. Tannin-terkondensasi hampir terdapat semesta di dalam paku-

pakuan dan gimnospermae, serta tersebar luas dalam angiospermae, terutama pada

jenis tumbuhan berkayu. Sebaliknya, tannin yang terhidrolisiskan penyebarannya

terbatas pada tumbuhan berkeping dua, di Inggris hanya terdapat pada suku yang

nisbi sedikit. Tetapi kedua jenis tannin itu dijumpai bersamaan dalam tumbuhan

yang sama seperti yang terjadi pada kulit dan daun.

1. Tanin Terhidrolisis

Tanin terhidrolisis biasanya berikatan dengan karbohidrat yang dapat membentuk

jembatan oksigen, sehingga dapat dihidrolisis dengan menggunakan asam sulfat atau

asam klorida. Gallotanin merupakan salah satu contoh tanin terhidrolisis, di mana

gallotanin ini merupakan senyawa berupa gabungan dari karbohidrat dan asam galat.

Selain itu, contoh lainnya adalah ellagitanin (tersusun dari asam

heksahidroksidifenil). Secara singkat, apabila tanin mengalami hidrolisis, akan

terbentuk fenol polihidroksi yang sederhana, misalnya piragalol, yang merupakan

hasil dari terurainya asam gallat dan katekol yang merupakan hasil dari hidrolisis

asam protokatekuat. Tanin terhidrolisiskan biasanya berupa senyawa amorf,

7
higroskopis, berwarna cokelat kuning yang larut dalam air (terutama air panas)

membentuk larutan koloid bukan larutan sebenarnya. Makin murni tanin, makin

kurang kelarutannya dalam air dan makin mudah diperoleh dalam bentuk kristal

 Terdiri dari molekul gula pusat yang terikat pada molekul- molekul asam galat
(galitannin atau asam heksahidroksidifenil (ellagitanin)
 Merupakan glikosida sehingga mudah terhidrolisis
 Berat molekul galitanin1000-1500,sedangkan Berat molekul Ellaggitannin 1000-
3000
 Tanin terhidrolisis adalah turunan dari asam galat
O OH

HO OH
OH
Gambar 2.3 Asam Galat
 Salah satu contoh jenis tanin ini adalah galotanin yang merupakan senyawa
gabungan karbohidrat dan asam galat seperti yang terlihat pada gambar
dibawah

8
OH
OH

O OH
O OH
O OH
HO
O
O O
O O OH
HO
O O
OH

OH
HO OH
OH HO OH
gallotannin

Gambar 2.4 Struktur Gallotanin


 Selain bentuk gallotannin, dua asam gallat akan membentuk tannin terhidrolisis
yang disebut ellagitannin. Ellagitannin sederhana disebut juga ester asam
hexahydroxydiphenic (HHDP) (Senyawa ini dapat terpecah menjadi asam galat
jika dilarutkan dalam air yang dapat dilihat pada gambar berikut:
OH
OH

O OH
OH
O OH O
O OH
HO
O OH
O O
O O OH
HO HO
O O OH
OH gallic acid
OH
HO OH
OH HO OH
gallotannin

9
HO
HO OH O
O O OH

ellagitannin HO OH
HO OH
HO
HO OH HO OH O
OH
HHDP ellagic acid

 Hidrolisa Tanin : Tanin apabila dihidrolisa akan menghasilkan fenol

polihidroksi yang sederhana. Hidrolisa :

1. Asam Gallat terurai pirogalol

2. Asam Protokatekuat Katekol

OH OH
OH HO OH
HO

+ CO2

Pirogalol
COOH

Asam Gallat
OH OH

HO HO

COOH Katekol
Protokatekuat

10
2. Tanin terkondensasi
Tanin jenis ini biasanya tidak dapat dihidrolisis, tetapi dapat terkondensasi

meghasilkan asam klorida. Tanin jenis ini kebanyakan terdiri dari polimer flavonoid

yang merupakan senyawa fenol. Oleh karena adanya gugus fenol, maka tannin akan

dapat berkondensasi dengan formaldehida. Tanin terkondensasi sangat reaktif

terhadap formaldehida dan mampu membentuk produk kondensasi Tanin

terkondensasi merupakan senyawa tidak berwarna yang terdapat pada seluruh dunia

tumbuhan tetapi terutama pada tumbuhan berkayu. Tanin terkondensasi telah

banyak ditemukan dalam tumbuhan paku-pakuan. Nama lain dari tanin ini adalah

Proanthocyanidin. Proanthocyanidin merupakan polimer dari flavonoid yang

dihubungan dengan melalui C8 dengan C4. Salah satu contohnya adalah Sorghum

procyanidin, senyawa ini merupakan trimer yang tersusun dari epiccatechin dan

catechin.

OH

O
HO OH

OH epiccatechin

OH

O
HO OH

OH
OH
catechin

11
OH

O
HO OH

OH
OH
OH

O
HO OH

OH 15
OH
OH

O
HO OH

OH
OH

Senyawa ini jika dikondensasi maka akan menghasilkan flavonoid jenis flavan

dengan bantuan nukleofil berupa floroglusinol. Tanin terkondensasi banyak terdapat

dalam paku-pakuan, gymnospermae, dan tersebar luas dalam angiospermae, terutama

pada jenis tumbuhan berkayu.

2.5 Manfaat Senyawa Tanin

Tanin diketahui dapat digunakan sebagai antivirus, antibakteri, dan antitumor.

Tanin tertentu dapat menghambat selektivitas replikasi HIV dan juga digunakan

sebagai diuretik (Heslem, 1989). Tanaman yang mengandung tanin telah diakui

memiliki efek farmakologi dan dikenal agar membuat pohon-pohon dan semak-

semak sulit untuk dihinggapi/dimakan oleh banyak ulat (Heslem,1989).

Tanin merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang diketahui

mempunyai beberapa khasiat yaitu sebagai astringen, anti diare, anti bakteri dan

antioksidan (Desmiaty et al., 2008). Tanin memiliki peranan biologis yang

kompleks mulai dari pengendap protein hingga pengkhelat logam. Tanin juga
12
dapat berfungsi sebagai antioksidan biologis (Hagerman, 2002). Antioksidan

dalam pengertian kimia, merupakan senyawa pemberi elektron. Antioksidan

bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang

bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut bisa

terhambat. Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi

kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas, dan menghambat terjadinya

reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas (Winarsi, 2007). Salah satu

metode yang digunakan untuk uji aktivitas antioksidan adalah metode 1,1-difenil-2-

pikrilhidrazil (DPPH). Interaksi antioksidan dengan DPPH baik secara transfer

elektron atau radikal hidrogen pada DPPH, akan menetralkan karakter radikal

bebas dari DPPH dan membentuk DPPH tereduksi. Jika semua elektron pada

radikal bebas DPPH menjadi berpasangan, maka warna larutan berubah dari

ungu tua menjadi kuning terang dan absorbansi pada panjang gelombang 517

nm akan hilang (Rohman et al., 2010).

Di dalam tumbuhan letak tanin terpisah dari protein dan enzim sitoplasma,

tetapi bila jaringan rusak, misalnya bila hewan memakannya, maka reaksi

penyamakan dapat terjadi. Reaksi ini menyebabkan protein lebih sukar dicapai oleh

cairan pencernaan hewan. Pada kenyataanya, sebagian besar tumbuhan yang banyak

bertanin dihindari oleh hewan pemakan tumbuhan karena rasanya yang sepat. Kita

menganggap salah satu fungsi utama tanin dalam tumbuhan ialah sebagai penolak

hewan pemakan tumbuhan. Fungsi tanin pada tanaman biasanya sebagai senjata

pertahanan untuk menghindari terjadinya over grazing oleh hewan ruminansia dan

13
menghindari diri dari serangga, sebagai penyamak kulit,bahan untuk pembuatan tinta

(+ garam besi(III) → senyawa  berwarna tua),sebagai reagen untuk deteksi gelatin,

protein, alkaloid (karena sifat mengendap), sebagaiantidotum keracunan alkaloid

(membentuk tannat yang mengendap), sebagaiantiinflamasi saluran pencernaan

bagian atas,obat diare karena inflamasi saluran gastro intestinal, dan sebagai

obattopikal (lesi terbuka, luka, hemoroid).

Tanin terutama dimanfaatkan orang untuk menyamak kulit agar awet dan

mudah digunakan. Tanin juga digunakan untuk menyamak (mengubar) jala, tali, dan

layar agar lebih tahan terhadap air laut. Selain itu tanin dimanfaatkan sebagai bahan

pewarna, perekat, dan mordan.

Tanin yang terkandung dalam minuman seperti teh, kopi, anggur, dan bir

memberikan aroma dan rasa sedap yang khas. Bahan kunyahan seperti gambir (salah

satu campuran makan sirih) memanfaatkan tanin yang terkandung di dalamnya untuk

memberikan rasa kelat ketika makan sirih. Sifat pengelat atau pengerut (astringensia)

itu sendiri menjadikan banyak tumbuhan yang mengandung tanin dijadikan sebagai

bahan obat-obatan. Tanin yang terkandung dalam teh memiliki korelasi yang positif

antara kadar tanin pada teh dengan aktivitas antibakterinya terhadap penyakit diare

yang disebabkan oleh Enteropathogenic Esclierichia coli (EPEC) pada bayi. Hasil

penelitian Yulia (2006) menunjukkan bahwa daun teh segar yang belum mengalami

pengolahan lebih berpotensi sebagai senyawa antibakteri, karena seiring dengan

pengolahan menjadi teh hitam, aktivitas senyawa-senyawa yang berpotensi sebagai

antibakteri pada daun teh menjadi berkurang.

14
Senyawa tanin juga bersifat sebagai astringent, yaitu melapisi mukosa usus,

khususnya usus besar dan menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak.

Serta sebagai penyerap racun (antidotum) dan dapat menggumpalkan protein. Oleh

karena itu, senyawa tanin dapat digunakan sebagai obat diare..

2.6 Biosintesis Tanin

A. Biosintesa dari Tanin secara umum :

- Dari jalur asam shikimat


HO HO
O

NH2 HO O O HO O O'
OH
OH
(10) L-Fenilalanin (11) Kafeat
(13) 3,4,5 Trihidroksinnamat

COO-
OH HO
HO O ' O
O
OH HO
NH2 OH O'
O
(9) Arogenate HO
(14) Protokatekuat
(1) Asam Galat

HO O
O O
HO HO
OH O'
HO HO
(8) Shikimat (12) 3-Dehidroshikimat

Tahap ini diawali dari jalur shikimat (8) yang membentuk dua arah reaksi

sintesis asam galat. Arah pertama melalui pembentukan L-fenilalanin (10) dengan

perantara arogenate (9). Pembentukan asam sinamat dari L- fenilalanin (10) dihalangi

oleh enzim L-AOPP (L-2- aminooxy-3-phenylpropionic acid), dan reaksi diarahkan

15
pada senyawa kafeat (11). Arah reaksi kedua melalui pembentukan 3-

dehidroshikimat (12) yang mengalami hidrogenasi pada atom C ke-3 sehingga

terbentuk asam galat.

- Biosintesa asam galat dengan precursor senyawa fenol propanoid

NH2

CH2 CH COOH CH CH COOH CH CH COO

Fenil Alanin As. Sinamat As. P. Kumarat

COOH CH CH COOH CH CH COOH


Asam Kafeat

HO OH OH
HO

OH OH OH
As. Galat As. 3,4,5, trihidroksi Sinamat Asam Kafeat

- Katekin dibentuk dari 3 molekul as. Asetat , as. Sinamat & as. Katekin

OH

C
CO CO O
+ OH
C C
Cinnamic Acid
OC
HOOC OH

3 Acetate OH
Cathecin
16
B. Biosintesis Gallotanin
COOH
OH

+UDP-Glc HO G (2)


HO O
-Glc
HO OH -UDP 1 O
OH G
OH
(1) (2)

G
G O
O
6
G (2) HO G (2)
HO HO O
HO O -Glc -Glc
2 O
O O G
OH G
(9) (10) G

G
G O
O G
HO O O
O G (2)
-Glc O O
O O O G
3
O G G G
G G (3)
(11)

G
O
G
O
O

O O
O G
G G
(3)

A
C
OG (A-E)
OG
G
GO O
OG
GO OG O
GO
OG
O OG
(5) GO GO
OG
GO OG G
OG (6)
A (D) (4) G

E B2 D
E

17
C. Biosintesis Ellagitanin

OH
HO OH

O O
HO O
HO HO C OH

OH OH O
HO OH
(1) Asam Galat (16) Glukogallin

OH
O

HO + 4 molekul galloil
O OH
P N
O
O
HO OH
O
P O N
H
O O

OH
HO OH

HO OH
HO O
O
OO OH
-n [H] atau O
dehidrohenase HO
O O
HO HO O OH

HO OH HO OH

HO OH
OH

-n [H] atau
dehidrogenase

Dimer, Oligomer

1. Tannin-terkondensasi atau flavolan secara biosintesis dapat dianggap terbentuk

dengan cara kondensasi katekin tunggal (atau galotanin) yang membentuk senyawa

dimer dan kemudian oligomer yang lebih tinggi. Ikatan karbon-karbon


18
menghubungkan satu satuan flavon dengan satuan berikutnya melalui ikatan 4-8 atau

6-8. Kebanyakan flavolan memiliki 2 sampai 20 satuan flavon. Nama lain

untuktanin-terkondensasi adalah proantosianidin karena bila direaksikan dengan

asam panas, beberapa ikatan karbon-karbon penghubung satuan terputus dan

dibebaskanlah monomer antosianidin. Kebanyakan proantosianidin adalah

prosianidin, ini berarti bila direaksikan dengan asam akan menghasilkan sianidin.

2. Tannin-terhidrolisiskan terutama terdiri atas dua kelas, yang paling sederhana

adalah depsida galoilglukosa. Pada senyawa ini, inti yang berupa glukosa dikelilingi

oleh lima gugus ester galoil atau lebih. Pada jenis kedua, inti molekul berupa

senyawa dimer asam galat, yaitu asam heksahidroksidifenat, disini pun berikatan

dengan glukosa. Bila dihidrolisis elagitanin ini menghasilkan asam elagat. Tannin

terhidolisiskan ini pada pemanasan dengan asam klorida atau asam sulfat

menghasilkan gallic atau ellagic. Hydrolyzable tanin yang terhidrolisis oleh asam

lemah atau basa lemah untuk menghasilkan karbohidrat dan asam fenolat. Contoh

gallotannins adalah ester asam gallic glukosa dalam asam tannic (C76H52O46),

ditemukan dalam daun dan kulit berbagai jenis tumbuhan.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Tanin secara ilmiah didefinisikan sebagai senyawa polipenol yang mempunyai

berat molekul tinggi dan mempunyai gugus hidroksil dan gugus lainnya (seperti

karboksil) sehingga dapat membentuk kompleks dengan protein dan

makromolekul lainnya di bawah kondisi lingkungan tertentu

2. Secara umum tannin terbagi atas tannin (proanthocyanidins) hidrolisis dan tannin

kondensasi.

3. Tanin merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang diketahui

mempunyai beberapa khasiat yaitu sebagai astringen, anti diare, anti bakteri dan

antioksidan.

4. Biosintesa asam galat dengan precursor senyawa fenol propanoid.

20
3.2 Saran

Demikian makalah ini kami buat, terima kasih atas partisipasi saudara serta

teman-teman, adapun kritik dan saran dari saudara serta teman-teman sekalian kami

ucapkan banyak terima kasih

DAFTAR PUSTAKA

Argoforestry Systems, h. 59-68 Markham, R. K., 1988, Cara Mengidentifikasi


Asriyah Firdausi, Tri Agus Siswoyo, dan Soekandar Wiryadiputra (2013).
Identifikasi Tanaman Potensial Penghasil Tanin-Protein Kompleks untuk
Penghambatan Aktivitas α-Amilase Kaitannya Sebagai Pestisida Nabati. Dari
Imelda Fajriati (2006). Optimasi Metode Penetuan Tanin (Analisis Tanin
secara Spektrofotometri dengan Pereaksi Orto-Fenantrolin).
Carter, F. L., A. M. Carlo and J. B. Stanley. 1978. Termiticidal Components of Wood
Extracts : 7-Methyljuglone from Diospyros virginia. Journal Agriculture
Food Chemistry.
Departemen Kesehatan. 1997. Inventaris Tanaman Obat Indonesia Edisi IV. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta.
Desmiaty, Y.; Ratih H.; Dewi M.A.; Agustin R. Penentuan Jumlah Tanin
Total pada Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) dan Daun
Sambang Darah (Excoecaria bicolor Hassk.) Secara Kolorimetri
dengan Pereaksi Biru Prusia. Ortocarpus. 2008. 8, 106-109.
Hudayani, Miftakhul. 2008. Efek antidiare ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcuma
domestica val) Pada mencit jantan Galur swiss Webster. Skripsi. Fakultas
Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

21
Kiay, N.; Suryanto E.; Mamahit L. Efek Lama Perendaman Ekstrak
Kalamansi (Citrus microcarpa) terhadap Aktivitas Antioksidan
Tepung Pisang Goroho (Musa spp.). Chemistry Progress. 2011. 4, 27-33
Liberty P Malangngi, Meiske S. Sangi, dan Jessy J.E. Paendong. Penentuan
Kandungan Tanin dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Biji Buah Alpukat
(Persea americana Mill.). Jurnal MIPA UNSRAT. Vol 1(1). Hlm 5-10

22

Anda mungkin juga menyukai