TOPIK:
1. Senyawa Makromolekul
2. Polimer Organik Menjadi Anorganik
3. Allotrop Karbon
OLEH:
FAYSAL
10/306493/PPA/3266
DAFTAR ISI
Sampul ........................................................................................................... i
Daftar Isi ........................................................................................................ ii
TUGAS 1
MAKROMOLEKUL ...................................................................................... 1
(Perbedaan Senyawa Makromolekul Polimer dan Non-polimer)
1. Makromolekul Polimer ......................................................................... 1
2. Makromolekul Non-polimer ................................................................. 2
TUGAS 2
POLIMER ...................................................................................................... 4
(Pengubahan Karet Alam (Polimer Organik) menjadi Karet Sintesis (Polimer
Anorganik/Sintesis))
TUGAS 3
ALLOTROP KARBON ................................................................................. 8
(Struktur, Sifat, Penggunaan/Aplikasi dan Nilai)
1. Grafit .................................................................................................... 8
2. Intan ..................................................................................................... 9
3. Fullerene ............................................................................................... 10
REFERENSI .................................................................................................. 15
3
MAKROMOLEKUL
(Perbedaan Senyawa Makromolekul Polimer dan Non-polimer)
1. Makromolekul Polimer
Selulosa merupakan contoh polimer alam yang terdapat pada dinding sel
tumbuhan sebagai komponen utama dari pulp kayu, kapas dan jerami. Selulosa
tersusun dari monomer molekul glukosa (homopolimer) melalui ikatan β(1,4)-
glukosida atau unit disakaridanya adalah selobiosa.
unit selobiosa
unit selobiosa
H
H H
H
H H
1 4 CH2OH O OH
4 CH 2OH O
HO OH HO 1
H O H H O H
O O H O
H H H
CH 2OH O HO 1 4 CH2OH O HO OH
OH
H
H H H
H
nn
Gambar 1. Struktur unit selulosa
Polimer yang memiliki struktur rantai lurus (linier) bersifat lunak dan viskos
(viscous) pada saat dipanaskan dan menjadi keras dan kaku (rigid) pada saat
didinginkan.
Viskositas dan kekuatan polimer meningkat dengan meningkatnya berat
molekulnya. Semakin panjang rantai molekul suatu polimer, semakin besar energi
yang diperlukan untuk mengatasi ikatan-ikatan sekundernya.
Berdasarkan Gambar 2. di atas, maka kelarutan selulosa dalam air akan terjadi
secara bertahap yang dipengaruhi oleh jumlah air. Semakin banyak air yang
ditambahkan, maka semakin banyak molekul air yang berinteraksi dengan ikatan-
ikatan sekunder sehingga struktur selulosa semakin terbuka (memanjang). Pada
akhirnya selulosa larut dalam air.
Tahapan kelarutan selulosa dalam air, yaitu: padat kaku lunak gel
cair larut.
2. Makromolekul Non-polimer
Natrium bromida (NaBr) adalah salah satu contoh senyawa makromolekul
non-polimer. Kristal ion NaBr dibentuk oleh gaya tarik antara ion bermuatan positif
dan negatif. Kristal ionik memiliki titik leleh tinggi dan hantaran listrik yang rendah.
Namun, dalam larutan atau dalam lelehannya, kristal ionik terdisosiasi menjadi ion-
ion yang dapat menghantarkan arus listrik. Dalam kristal ion natrium bromida, ion
natrium dan bromida diikat oleh ikatan ion.
Setiap ion natrium dikelilingi oleh enam ion bromida (bilangan koordinasi = 6)
dan setiap ion bromida dikelilingi oleh enam ion natrium (bilangan koordinasi = 6)
(Gambar 3 (b)) sehingga menghasilkan koordinasi 6:6.
5
POLIMER
(Pengubahan Karet Alam (Polimer Organik) menjadi Karet Sintesis (Polimer
Anorganik/Sintesis))
Menurut Robinson (1995: 169) bahwa karet alam adalah polimer yang
mengandung 3.000 sampai 6.000 satuan isoprena.
H 3C H H 3C H H 3C H
C C C C C C
H 2C CH 2 H 2C CH 2 H 2C CH2
n
isoprena
Karet alam merupakan polimer adisi, disadap dari pohon karet dalam bentuk
suspensi di dalam air yang disebut lateks yang bersifat lunak/lembek dan lengket bila
dipanaskan.
Pada tahun 1844, Charles Goodyear telah menemukan bahwa lateks dari pohon
karet yang dipanaskan dengan belerang dapat membentuk ikatan silang antara rantai-
rantai hidrokarbon di dalam lateks cair. Karet padat yang dibentuk dapat digunakan pada
ban dan bola-bola karet. Proses ini disebut vulkanisasi, untuk menghormati dewa
Romawi yang bernama Vulkan (Azizah, 2004).
Saat perang dunia II, persediaan karet alam berkurang, industri polimer tumbuh
dengan cepat karena ahli kimia telah meneliti untuk pengganti karet. Beberapa pengganti
yang berhasil dikembangkan adalah neoprena yang kini digunakan untuk membuat
selang/pipa air untuk pompa gas, dan karet stirena – butadiena (SBR /styrene – butadiene
rubber), yang digunakan bersama dengan karet alam untuk membuat ban-ban mobil.
Meskipun pengganti – pengganti karet sintesis ini mempunyai banyak sifat-sifat yang
diinginkan, namun tidak ada satu pengganti karet sintesis ini yang mempunyai semua
sifat-sifat dari karet alam yang dinginkan.
Karet alam, memiliki daerah elastisitas non-linear yang sangat besar yang
disebabkan oleh adanya sambungan-sambungan antar rantai (cross links) yang berfungsi
sebagai ’pengingat bentuk’ (shape memory) sehingga karet dapat kembali ke bentuknya
semula, pada saat beban eksternal dihilangkan.
7
Gambar 8. Perilaku Elastis Karet Alam yang Belum dan Telah Divulkanisasi
Perilaku elastis dapat juga terjadi tanpa mekanisme ikatan silang, misalnya
terjadi pada kopolimer Styrene-Butadiene (SB). Elastisitasnya disebabkan karena adanya
tarik menarik polar yang kuat dari domain styrene sebagaimana diilustrasikan pada
Gambar 9.
9
ALLOTROP KARBON
(Struktur, Sifat, Kegunaan/Aplikasi dan Nilai)
1. Grafit
a. Struktur
1. Grafit berstruktur lapisan yang terdiri atas cincin atom karbon beranggotakan 6
yang mirip cincin benzen yang terkondensasi tanpa atom hidrogen.
2. Setiap atom C dikelilingi oleh 3 atom C lainnya.
3. Jarak karbon-karbon dalam lapisan adalah 1,415 Å.
4. Jarak antara lapisan adalah 3,354 Å, sehingga gaya antara lapisannya menjadi
lemah. Hal ini menerangkan sifat halus dan sifat licin daripada grafit, karena
lapisan-lapisan dapat saling menggelincir.
(a)
(b)
Gambar 10. Struktur Grafit
b. Sifat
1. Setiap atom C hanya dikelilingi oleh 3 atom tetangganya. Setelah membentuk satu
ikatan σ dengan setiap tetangga, setiap atom C masih mempunyai satu elektron,
dan elektron-elektron ini kemudian berpasangan ke dalam sistem ikatan π. Sistem
π dalam lapisan memungkinkan adanya hantaran elektrik, dan grafit digunakan
sebagai materi elektroda (Cotton & Wilkinson, 1989: 213-214).
11
2. Jarak antara lapisan adalah 3,354 Å, sehingga gaya antara lapisannya menjadi
lemah. Hal ini menerangkan sifat halus dan sifat licin daripada grafit, karena
lapisan-lapisan dapat saling menggelincir.
3. Kerapatan grafit adalah 2,22 g cm-3 dan stabil hingga 300 K serta tekanan 1 atm
sehingga dikelompokkan sebagai keramik tahan panas.
2. Intan
a. Struktur
Masing-masing atom karbonnya dikelilingi oleh empat atom lainnya sehingga
membentuk tetrahedron sempurn. Setiap atom memberikan ikatan 2-elektron
terlokalisasi dengan setiap atom tetangganya. Struktur tersebut dengan jelas
menerangkan sifat intan yang luar biasa kerasnya. Sel satuan intan terdiri atas 8 atom
karbon dan setiap atom karbon berkoordinasi 4 berbentuk tetrahedral.
b. Sifat
Intan akan terbakar diudara pada suhu sekitar 600 – 8000K. Keaktifannya jauh
lebih rendah daripada grafit atau amorf karbon. Dari strukturnya, intan lebih rapat
daripada grafit. Dari sifat-sifat termodinamika alotrop diperkirakan bahwa intan dan
grafit berada dalam kesetimbangan pada 300 K pada suatu tekanan ~ 15.000 atm.
Karena kesetimbangannya dicapai sangat lambat pada suhu tersebut, struktur intan
akan tetap pada kondisi biasa. Intan dapat dihasilkan dari grafit pada tekanan dan suhu
tinggi. Intan yang terdapat secara alamiah terbentuk bila kondisi-kondisi ini
disediakan oleh proses-proses geologi.
3. Fullerene
a. Sejarah dan Struktur
Sebelum fullerene ditemukan, para ahli kimia karbon beranggapan bahwa
tidak ada lagi material dari unsur karbon yang lebih stabil dari berlian dan grafit.
Penemuan fullerene memicu ditemukannya material baru bernama carbon nanotube
(disingkat CNT) berbentuk pipa.
Pada tahun 1966, David Jones menyarankan bahwa ada kemungkinan untuk
membuat molekul raksasa karbon cekung seperti pesawat heksagonal dengan
penambahan atom lain. Keberadaan C60 diperkirakan oleh Eiji Osawa dari Toyohashi
University of Technology pada tahun 1970. Ia melihat bahwa struktur molekul
corannulene adalah subset dari bentuk bola-bola, dan dia membuat hipotesis bahwa
bentuk bola lengkap juga dapat dimungkinkan. Idenya tersebut dilaporkan di majalah
Jepang, namun tidak mencapai Eropa atau Amerika.
13
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 12. (a), (b) Struktur Fullerene; (c) Ilustrasi fullerene dalam suatu jaringan; (d)
Ilustrasi Fullerene dengan sebuah inti atom logam
(c) Intermediet
Gambar 13. Struktur CNT (Sumber: Kusumadewi)
15
b. Sifat
1. Diameter Van der Waals molekul C60 adalah sekitar 1 nanometer (nm). Inti untuk
diameter inti molekul C60 adalah sekitar 0,71 nm. Cincin antara dua segi enam
dianggap sebagai "ikatan ganda" dan panjang ikatan rata-rata adalah 1,4
angstroms.
2. Didukung oleh bentuknya yang stereo-simetris, fullerene dapat mempertahankan
strukturnya sampai lebih dari 1000°C sebelum karbon-karbonnya tercerai-berai.
Kalau awalnya para ahli hanya mengakui kalau zat C60 bersifat stabil, maka baru.
3. Dilihat dari sifat penghantar listrik, pada umumnya fullerene bersifat isolator.
Tetapi, jika logam alkali didoping/dimasukkan ke dalam fullerene, maka pada
suhu ruangan material ini akan bersifat sebagai logam. Telah ditemukan juga, jika
unsur "kalium" yang didopingkan, benda tersebut berubah menjadi
superkonduktor.
4. Tahun 2001 ditemukan bahwa fullerene bersifat sebagai magnet pada suhu dan
tekanan yang tinggi.
5. Fuleren larut dalam pelarut organik, dalam benzen larutannya bewarna ungu. C70
berwarna cokelat kemerahan. Fullerene yang lebih tinggi untuk C84 dan C76
memiliki berbagai warna. C76 memiliki dua bentuk optik.
6. Pelarut yang dapat melarutkan buckminsterfullerene (C60) yang tercantum di
bawah ini agar dari kelarutan tertinggi. Nilai dalam tanda kurung adalah perkiraan
konsentrasi jenuh (Suhardianto, 2010).
Jenis Pelarut kelarutan
1-chloronaphthalene (51 mg / mL)
1-methylnaphthalene (33 mg / mL)
1,2-dichlorobenzene (24 mg / mL)
1,2,4-trimethylbenzene (18 mg / mL)
tetrahydronaphthalene (16 mg / mL)
karbon disulfida (8 mg / mL)
1,2,3-tribromopropane (8 mg / mL)
xilena (5 mg / mL)
toluena (3 mg / mL)
benzena (1,5 mg / mL)
cyclohexane (1,2 mg / mL)
karbon tetraklorida (0,4 mg / mL)
kloroform (0,25 mg / mL)
n-heksana (0,046 mg / mL)
metanol (0,000 04 mg / mL)
air (1,3 × 10-11 mg / mL)
16
REFERENSI
1. Takeuchi, Y., 2006. (Terjemah: Ismunandar). Buku Teks Pengantar Kimia. Permission
Of Iwanami Shoten, Publishers, Tokyo.
2. Suhardianto, A., 2010. Fullerene. http://www.Masakbarsuhardianto.blogspot.com./
2010/09/fullerene.html/ Kamis, 14 Oktober 2010.
3. Ratno Nuryadi (Shizuoka University), 2004. Fullerene, Material Unik Harapan Masa
Depan. http://www.kimianet.lipi.go.id/ Kamis, 14 Oktober 2010.
4. Susanti H, 2009. Studi Analisa Simulasi Tentang Korelasi Impregnasi Silika (SiO2)
Terhadap Nilai Kalor Bakar Dan Kuat Tekan Serta Karakteristik Briket Arang
Tempurung Kelapa.Tesis USU.
5. Iskandar S., 2003. Nanobola: http://www.Chem-is-try.org/2003/03/Kamis, 14 Oktober
2010.
6. Saito T., 2004. (Terjemahan: Ismunandar). Kimia Anorganik. Kanagawa University.
Iwanami Publishing Company.
7. Anggraeni Kusumadewi: Perangkat memory berbasis CNT. http://www.Chem-is-
try.org/2003/03/Kamis, 14 Oktober 2010.
8. Petrucci, RH., 1993 (Terjemahan: Suminar, 1999). Kimia Dasar: Prinsip dan Terapan.
Edisi 4 Jilid 3. Erlangga. Jakarta.
9. Cotton & Wilkinson, 1976 (Terjemahan: Sahati Suharto, 1989). Kimia Anorganik
Dasar. UI-Press. Jakarta
10. Robinson, T., 1991. (Terjemahan: Kosasih Patmawinata, 1995). Kandungan Organik
Tumbuhan Tinggi. ITB. Bandung
11. Girindra, A. 1993. Biokimia 1. Gramedia Jakarta.
12. http://www.google.co.id/imaging/intan;grafit;fulluerene/Kamis, 14 Oktober 2010.