Anda di halaman 1dari 17

1

TUGAS MATA KULIAH:

KIMIA BAHAN ANORGANIK

TOPIK:
1. Senyawa Makromolekul
2. Polimer Organik Menjadi Anorganik
3. Allotrop Karbon

OLEH:
FAYSAL
10/306493/PPA/3266

PROGRAM PASCA SARJANA


PROGRAM STUDI ILMU KIMIA
FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA, 2010
2

DAFTAR ISI

Sampul ........................................................................................................... i
Daftar Isi ........................................................................................................ ii

TUGAS 1
MAKROMOLEKUL ...................................................................................... 1
(Perbedaan Senyawa Makromolekul Polimer dan Non-polimer)
1. Makromolekul Polimer ......................................................................... 1
2. Makromolekul Non-polimer ................................................................. 2

TUGAS 2
POLIMER ...................................................................................................... 4
(Pengubahan Karet Alam (Polimer Organik) menjadi Karet Sintesis (Polimer
Anorganik/Sintesis))

1. Proses Pembuatan Karet ....................................................................... 5


2. Perilaku Elastis Karet ........................................................................... 5

TUGAS 3
ALLOTROP KARBON ................................................................................. 8
(Struktur, Sifat, Penggunaan/Aplikasi dan Nilai)
1. Grafit .................................................................................................... 8
2. Intan ..................................................................................................... 9
3. Fullerene ............................................................................................... 10
REFERENSI .................................................................................................. 15
3

MAKROMOLEKUL
(Perbedaan Senyawa Makromolekul Polimer dan Non-polimer)

Makromolekul adalah suatu sistem himpunan dari molekul atau kumpulan


molekul kecil hingga membentuk molekul dengan jumlah yang banyak dan bentuk yang
besar. Makromolekul dibedakan menjadi 2, yaitu: makromolekul polimer dan
makromolekul non-polimer.
Ciri makromolekul polimer adalah:
a. pelarutannya berlangsung secara bertahap
b. ikatan antarmolekul dan intramolekul berupa bentuk dan kekuatannya berbeda jauh
Ciri makromolekul non-polimer adalah:
a. pelarutannya berlangsung secara spontan
b. ikatan antarmolekul dan intramolekul berupa bentuk dan kekuatannya tidak berbeda
jauh

1. Makromolekul Polimer

Selulosa merupakan contoh polimer alam yang terdapat pada dinding sel
tumbuhan sebagai komponen utama dari pulp kayu, kapas dan jerami. Selulosa
tersusun dari monomer molekul glukosa (homopolimer) melalui ikatan β(1,4)-
glukosida atau unit disakaridanya adalah selobiosa.

unit selobiosa
unit selobiosa

H
H H
 H
H H
1 4 CH2OH O OH
4 CH 2OH O
HO OH HO 1

H O H H O H
O O H O
H H H
CH 2OH O HO 1 4 CH2OH O HO OH
OH
 H
H H  H
H

nn
Gambar 1. Struktur unit selulosa

Struktur selulosa berrantai lurus (linier) dimana berat molekulnya sekitar


300.000 – 500.000 atau sekitar 1.800 – 3.000 unit glukosa, akibatnya struktur tiga
dimensi berbentuk seperti “mie” atau “benang kusut yang tercelup dalam air”
(bergerombol) berupa ikatan van der Wall dan ikatan hidrogen.
4

Polimer yang memiliki struktur rantai lurus (linier) bersifat lunak dan viskos
(viscous) pada saat dipanaskan dan menjadi keras dan kaku (rigid) pada saat
didinginkan.
Viskositas dan kekuatan polimer meningkat dengan meningkatnya berat
molekulnya. Semakin panjang rantai molekul suatu polimer, semakin besar energi
yang diperlukan untuk mengatasi ikatan-ikatan sekundernya.

Gambar 2. Ilustrasi Struktur Molekul Polimer Rantai Linier

Berdasarkan Gambar 2. di atas, maka kelarutan selulosa dalam air akan terjadi
secara bertahap yang dipengaruhi oleh jumlah air. Semakin banyak air yang
ditambahkan, maka semakin banyak molekul air yang berinteraksi dengan ikatan-
ikatan sekunder sehingga struktur selulosa semakin terbuka (memanjang). Pada
akhirnya selulosa larut dalam air.
Tahapan kelarutan selulosa dalam air, yaitu: padat  kaku  lunak  gel 
cair  larut.

2. Makromolekul Non-polimer
Natrium bromida (NaBr) adalah salah satu contoh senyawa makromolekul
non-polimer. Kristal ion NaBr dibentuk oleh gaya tarik antara ion bermuatan positif
dan negatif. Kristal ionik memiliki titik leleh tinggi dan hantaran listrik yang rendah.
Namun, dalam larutan atau dalam lelehannya, kristal ionik terdisosiasi menjadi ion-
ion yang dapat menghantarkan arus listrik. Dalam kristal ion natrium bromida, ion
natrium dan bromida diikat oleh ikatan ion.
Setiap ion natrium dikelilingi oleh enam ion bromida (bilangan koordinasi = 6)
dan setiap ion bromida dikelilingi oleh enam ion natrium (bilangan koordinasi = 6)
(Gambar 3 (b)) sehingga menghasilkan koordinasi 6:6.
5

Gambar 3. Struktur kristal natrium bromida. Masing-masing ion dikelilingi


oleh enam ion yang muatannya berlawanan (Takeuchi, 2006: 150-151).
.
Ketika kristal NaBr dilarutkan dalam air, maka akan pecah menjadi Na + dan
Br- secara spontan. Hal ini terjadi karena sifat dwi kutub air, dimana gaya tarik antara
kutub-kutub air dengan ion Na+ dan Br- mengalahkan gaya tarik elektrostatik antara
kedua ion tersebut. Makin polar molekul pelarut, tetapan dilelektriknya semakin besar
sehingga makin baik kemampuannya untuk menggunakan kutub negatif dan
positifnya untuk mensolvasi kation dan anion.
Dalam larutan NaBr, ujung negatif molekul air yang terdapat pada atom
oksigen akan terjadi tarik menarik dengan ion Na+, sementara ujung positif molekul
air yang terdapat pada atom hidrogen akan terjadi tarik menarik dengan ion Br-,
akibatnya terjadi peristiwa solvasi (pelarutan). Solvasi kation Na+ terkait dengan
kemampuan ion Na+ untuk mengikat 8 molekul air yang disebut peristiwa hidrasi
(Cotton dan Wilkinson, 1989: 189).

Gambar 4. Solvasi kation Na+ dan anion Cl- dalam air


6

POLIMER
(Pengubahan Karet Alam (Polimer Organik) menjadi Karet Sintesis (Polimer
Anorganik/Sintesis))

Menurut Robinson (1995: 169) bahwa karet alam adalah polimer yang
mengandung 3.000 sampai 6.000 satuan isoprena.

H 3C H H 3C H H 3C H
C C C C C C

H 2C CH 2 H 2C CH 2 H 2C CH2

n
isoprena

Gambar 5. Struktur poliisoprena (karet alam)

Karet alam merupakan polimer adisi, disadap dari pohon karet dalam bentuk
suspensi di dalam air yang disebut lateks yang bersifat lunak/lembek dan lengket bila
dipanaskan.
Pada tahun 1844, Charles Goodyear telah menemukan bahwa lateks dari pohon
karet yang dipanaskan dengan belerang dapat membentuk ikatan silang antara rantai-
rantai hidrokarbon di dalam lateks cair. Karet padat yang dibentuk dapat digunakan pada
ban dan bola-bola karet. Proses ini disebut vulkanisasi, untuk menghormati dewa
Romawi yang bernama Vulkan (Azizah, 2004).
Saat perang dunia II, persediaan karet alam berkurang, industri polimer tumbuh
dengan cepat karena ahli kimia telah meneliti untuk pengganti karet. Beberapa pengganti
yang berhasil dikembangkan adalah neoprena yang kini digunakan untuk membuat
selang/pipa air untuk pompa gas, dan karet stirena – butadiena (SBR /styrene – butadiene
rubber), yang digunakan bersama dengan karet alam untuk membuat ban-ban mobil.
Meskipun pengganti – pengganti karet sintesis ini mempunyai banyak sifat-sifat yang
diinginkan, namun tidak ada satu pengganti karet sintesis ini yang mempunyai semua
sifat-sifat dari karet alam yang dinginkan.
Karet alam, memiliki daerah elastisitas non-linear yang sangat besar yang
disebabkan oleh adanya sambungan-sambungan antar rantai (cross links) yang berfungsi
sebagai ’pengingat bentuk’ (shape memory) sehingga karet dapat kembali ke bentuknya
semula, pada saat beban eksternal dihilangkan.
7

1. Proses Pembuatan Karet


Proses pembuatan karet pada umumnya diikuti dengan proses vulkanisasi, yaitu
penambahan Sulfur dengan tujuan untuk memperbaiki sifat-sifat mekanisnya. Gambar 6.
mengilustrasikan proses pembuatan karet alam dengan vulkanisasi. Penambahan 30-40%
Sulfur akan memperbanyak jumlah kaitan silang (cross link) antar rantai molekulnya yang
akan berpengaruh terhadap sifat-sifat dan perilaku karet alam. Kekerasan dan kekakuan
dari karet alam akan meningkat dengan proses vulkanisasi.

Gambar 6. Pembentukan Kaitan Silang (Cross Link) dengan Proses


Penambahan Sulfur (Vulkanisasi)

2. Perilaku Elastis Karet


Saat karet diberi beban, maka akan mengalami deformasi elastis nonlinier.
Mekanisme dasar yang terjadi pada proses deformasi elastis karet adalah (1) pelurusan
dari gulungan rantai molekul, dan (2) peregangan dari ikatan-ikatan kovalennya.
Adanya ikaitan silang akan berpengaruh terhadap perilaku elastis dari karet atau
elastomer sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 8. Misalnya, karet alam yang telah
divulkanisasi, akan memiliki jumlah ikatan silang lebih banyak sehingga kekakuannya
lebih besar daripada karet alam yang belum divulkanisasi.
8

Gambar 7. Peran Kaitan Silang di Dalam Deformasi Elastis Karet.

Gambar 8. Perilaku Elastis Karet Alam yang Belum dan Telah Divulkanisasi

Perilaku elastis dapat juga terjadi tanpa mekanisme ikatan silang, misalnya
terjadi pada kopolimer Styrene-Butadiene (SB). Elastisitasnya disebabkan karena adanya
tarik menarik polar yang kuat dari domain styrene sebagaimana diilustrasikan pada
Gambar 9.
9

Gambar 9. Perilaku Elastis tanpa Kaitan Silang pada Elastomer Thermoplastik


10

ALLOTROP KARBON
(Struktur, Sifat, Kegunaan/Aplikasi dan Nilai)

1. Grafit
a. Struktur
1. Grafit berstruktur lapisan yang terdiri atas cincin atom karbon beranggotakan 6
yang mirip cincin benzen yang terkondensasi tanpa atom hidrogen.
2. Setiap atom C dikelilingi oleh 3 atom C lainnya.
3. Jarak karbon-karbon dalam lapisan adalah 1,415 Å.
4. Jarak antara lapisan adalah 3,354 Å, sehingga gaya antara lapisannya menjadi
lemah. Hal ini menerangkan sifat halus dan sifat licin daripada grafit, karena
lapisan-lapisan dapat saling menggelincir.

(a)

(b)
Gambar 10. Struktur Grafit
b. Sifat
1. Setiap atom C hanya dikelilingi oleh 3 atom tetangganya. Setelah membentuk satu
ikatan σ dengan setiap tetangga, setiap atom C masih mempunyai satu elektron,
dan elektron-elektron ini kemudian berpasangan ke dalam sistem ikatan π. Sistem
π dalam lapisan memungkinkan adanya hantaran elektrik, dan grafit digunakan
sebagai materi elektroda (Cotton & Wilkinson, 1989: 213-214).
11

2. Jarak antara lapisan adalah 3,354 Å, sehingga gaya antara lapisannya menjadi
lemah. Hal ini menerangkan sifat halus dan sifat licin daripada grafit, karena
lapisan-lapisan dapat saling menggelincir.
3. Kerapatan grafit adalah 2,22 g cm-3 dan stabil hingga 300 K serta tekanan 1 atm
sehingga dikelompokkan sebagai keramik tahan panas.

c. Penggunaan/aplikasi dan nilai


1. Grafit digunakan sebagai pelumas padat dan alat tulis (mata pensil).
2. Aspek yang penting dari teknologi grafit adalah produksi serat yang sangat kuat
dengan pirolisis, pada 15000C atau lebih, atau serat polimer orgnik terorientasi,
misalnya poliakrilonitril, ester poliakrilat, atau selulosa. Bilamana digabungkan
dengan plastik, bahan yang dikuatkan seperti ”foam”, ”foil”, atau ”whisker” dapat
juga dibuat. Keguanaan lainnya sebagai pelumas padat dan alat tulis (mata pensil).
3. Struktur lapisan grafit yang longgar menyebabkan banyak molekul dan ion
menembus lapisan dan membentuk apa yang disebut interkalasi atau senyawa
lamellar.

2. Intan
a. Struktur
Masing-masing atom karbonnya dikelilingi oleh empat atom lainnya sehingga
membentuk tetrahedron sempurn. Setiap atom memberikan ikatan 2-elektron
terlokalisasi dengan setiap atom tetangganya. Struktur tersebut dengan jelas
menerangkan sifat intan yang luar biasa kerasnya. Sel satuan intan terdiri atas 8 atom
karbon dan setiap atom karbon berkoordinasi 4 berbentuk tetrahedral.

Gambar 11. Struktur Intan


12

b. Sifat
Intan akan terbakar diudara pada suhu sekitar 600 – 8000K. Keaktifannya jauh
lebih rendah daripada grafit atau amorf karbon. Dari strukturnya, intan lebih rapat
daripada grafit. Dari sifat-sifat termodinamika alotrop diperkirakan bahwa intan dan
grafit berada dalam kesetimbangan pada 300 K pada suatu tekanan ~ 15.000 atm.
Karena kesetimbangannya dicapai sangat lambat pada suhu tersebut, struktur intan
akan tetap pada kondisi biasa. Intan dapat dihasilkan dari grafit pada tekanan dan suhu
tinggi. Intan yang terdapat secara alamiah terbentuk bila kondisi-kondisi ini
disediakan oleh proses-proses geologi.

c. Penggunaan/aplikasi dan Nilai


Intan adalah material yang transparan dan memendarkan cahaya sehingga
digunakan sebagai perhiasan dengan harga yang mahal. Selain itu, intan merupakan
salah satu material paling keras (10 Mhos), sehingga dimanfaatkan sebagai mata pisau
alat pemotong.
Untuk memenuhi kebutuhan pemanfaatan intan sebagai alat pemotong, maka
telah dikembangkan industri sintesis intan. Proses industri berlangsung pada suhu
tinggi (> 1200oC) dan tekanan tinggi (>5 GPa) dari grafit dengan katalis logam
transisi seperti Cr, Fe dan Pt. Intan sintesis yang dihasilkan memiliki mutu 0,1 karat
(20 mg) dan berwarna kuning.

3. Fullerene
a. Sejarah dan Struktur
Sebelum fullerene ditemukan, para ahli kimia karbon beranggapan bahwa
tidak ada lagi material dari unsur karbon yang lebih stabil dari berlian dan grafit.
Penemuan fullerene memicu ditemukannya material baru bernama carbon nanotube
(disingkat CNT) berbentuk pipa.
Pada tahun 1966, David Jones menyarankan bahwa ada kemungkinan untuk
membuat molekul raksasa karbon cekung seperti pesawat heksagonal dengan
penambahan atom lain. Keberadaan C60 diperkirakan oleh Eiji Osawa dari Toyohashi
University of Technology pada tahun 1970. Ia melihat bahwa struktur molekul
corannulene adalah subset dari bentuk bola-bola, dan dia membuat hipotesis bahwa
bentuk bola lengkap juga dapat dimungkinkan. Idenya tersebut dilaporkan di majalah
Jepang, namun tidak mencapai Eropa atau Amerika.
13

Pada tahun 1970, R.W.Henson mengusulkan struktur dan membuat model


C60. Karena, pembukti untuk bentuk baru karbon ini sangat lemah sehingga tidak
diterima dan tidak pernah dipublikasikan.
Pada tahun 1985, Harold Kroto, James Heath, Sean O'Brien, Robert Curl dan
Richard Smalley di Rice University mendeteksi C60 dalam spektrum massa produk
pemanasan grafit dengan laser. Penemu material tersebut, meraih penghargaan Nobel
bidang kimia tahun 1996. Pada tahun 1990, dua peneliti W. Kratschmer dari Jerman
dan D. Huffman dari Amerika, berhasil memproduksi C60 dalam skala besar.
Hasilnya, bentuk C60 bisa diukur dan dibuktikan memang seperti bola sepak seperti
prediksi penemunya. Pada tahun 1991, dilaporkan isolasi fuleren dari jelaga "soot".
Pada tahun 1992, fullerene juga ditemukan dalam keluarga mineral yang dikenal
sebagai Shungites di Karelia, Rusia.
Fullerene tersusun dari unsur murni karbon berjumlah 60 atom atau lebih yang
antara satu dengan lainnya terhubung dengan ikatan orbital sp3. Bentuknya seperti
bola yang permukaannya bersekat-sekat, mirip dengan hasil karya arsitek Amerika,
Buckminster Fuller, yang gemar membentuk atap-atap rumah seperti kubah bersekat.
Oleh karena itu nanobola yang terbentuk dari 60 buah unsur karbon yang
permukannya terdiri dari 12 pentagon dan 20 heksagon ini diberi nama fullerene atau
buckminsterfullerene (C60). Akhiran "ena" menunjukkan bahwa setiap atom C
berikatan secara kovalen dengan tiga atom lainnya.
Fullerene berbentuk bulat disebut juga buckyballs, dan yang berbentuk silinder
disebut nanotubes karbon atau buckytubes. Saat ini telah dikenal beberapa jenis
fullerene seperti C60, C70, C76, C84 dan C120. Anggota terkecil adalah C20 disebut
buckyball cluster. Fullerene, dalam bentuk C60, C70, C76, dan C84 molekul,
diproduksi di alam, terdapat di jelaga dan dibentuk oleh pelepasan petir di atmosfer
Nanotubes adalah fullerene berbentuk silinder tertutup atau terbuka. Tabung-
tabung karbon yang terbentuk lebarnya hanya beberapa nanometer, tetapi ada juga
yang mencapai ukuran kurang dari satu mikrometer.
14

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 12. (a), (b) Struktur Fullerene; (c) Ilustrasi fullerene dalam suatu jaringan; (d)
Ilustrasi Fullerene dengan sebuah inti atom logam

(a) armchair (b) zig-zag

(c) Intermediet
Gambar 13. Struktur CNT (Sumber: Kusumadewi)
15

b. Sifat
1. Diameter Van der Waals molekul C60 adalah sekitar 1 nanometer (nm). Inti untuk
diameter inti molekul C60 adalah sekitar 0,71 nm. Cincin antara dua segi enam
dianggap sebagai "ikatan ganda" dan panjang ikatan rata-rata adalah 1,4
angstroms.
2. Didukung oleh bentuknya yang stereo-simetris, fullerene dapat mempertahankan
strukturnya sampai lebih dari 1000°C sebelum karbon-karbonnya tercerai-berai.
Kalau awalnya para ahli hanya mengakui kalau zat C60 bersifat stabil, maka baru.
3. Dilihat dari sifat penghantar listrik, pada umumnya fullerene bersifat isolator.
Tetapi, jika logam alkali didoping/dimasukkan ke dalam fullerene, maka pada
suhu ruangan material ini akan bersifat sebagai logam. Telah ditemukan juga, jika
unsur "kalium" yang didopingkan, benda tersebut berubah menjadi
superkonduktor.
4. Tahun 2001 ditemukan bahwa fullerene bersifat sebagai magnet pada suhu dan
tekanan yang tinggi.

5. Fuleren larut dalam pelarut organik, dalam benzen larutannya bewarna ungu. C70
berwarna cokelat kemerahan. Fullerene yang lebih tinggi untuk C84 dan C76
memiliki berbagai warna. C76 memiliki dua bentuk optik.
6. Pelarut yang dapat melarutkan buckminsterfullerene (C60) yang tercantum di
bawah ini agar dari kelarutan tertinggi. Nilai dalam tanda kurung adalah perkiraan
konsentrasi jenuh (Suhardianto, 2010).
Jenis Pelarut kelarutan
1-chloronaphthalene (51 mg / mL)
1-methylnaphthalene (33 mg / mL)
1,2-dichlorobenzene (24 mg / mL)
1,2,4-trimethylbenzene (18 mg / mL)
tetrahydronaphthalene (16 mg / mL)
karbon disulfida (8 mg / mL)
1,2,3-tribromopropane (8 mg / mL)
xilena (5 mg / mL)
toluena (3 mg / mL)
benzena (1,5 mg / mL)
cyclohexane (1,2 mg / mL)
karbon tetraklorida (0,4 mg / mL)
kloroform (0,25 mg / mL)
n-heksana (0,046 mg / mL)
metanol (0,000 04 mg / mL)
air (1,3 × 10-11 mg / mL)
16

c. Penggunaan/Aplikasi dan Nilai


1. Fullerene juga berpotensi digunakan dalam pengembangan fuel cell dalam ukuran
kecil. Aplikasi lain dari fullerene adalah untuk hardisk komputer, karena fullerene
punya sifat magnet dalam kondisi tertentu.
2. Pengembangan solar cell, selain cost-down yang memungkinkan, fullerene
berpotensi menghasilkan solar cell dengan efisiensi yang lebih tinggi dibanding
solar cell dari poli-silikon.
3. Interkalasi atom alkali-logam di C60 padat menyebabkan sifat material ini seperti
logam. Sehingga digunakan sebagai material superkonduktor. Contoh: K3C60,
Cs3C60 dan Cs2RbC60.
4. Sains Populer telah menerbitkan artikel tentang kemungkinan penggunaan
fullerene di baju besi.
5. Fullerene juga bisa diaplikasikan dalam bidang kesehatan. Fullerene berpotensi
untuk mencegah perkembangan virus HIV (Human Immunodeficiency Virus),
yang berarti memungkinkan dipakai sebagai obat AIDS (Acquired Immuno
Deficiency Syndrome).
6. Dapat diaplikasikan dalam penggunaan obat yang berpotensi sebagai antibiotik
spesifik mengikat struktur untuk menargetkan bakteri resisten dan bahkan
menargetkan sel-sel kanker tertentu seperti melanoma dan sebagai agen
antimikroba
7. Pengembangan di bidang nanoteknologi, sebagai material tahan panas dan
superkonduktivitas. Nanotube dapat diaplikasikan dalam industri elektronik;
megatubes: berdiameter lebih besar dari nanotube dan dipersiapkan dengan
ketebalan dinding yang berbeda; berpotensi digunakan untuk pengangkutan
berbagai ukuran molekul yang berbeda; Penggunaan lain yang diusulkan di bidang
teknologi ruang dan fiksi ilmiah adalah untuk menghasilkan kabel karbon berdaya
tarik tinggi yang dapat digunakan untuk ruang lift.
17

REFERENSI

1. Takeuchi, Y., 2006. (Terjemah: Ismunandar). Buku Teks Pengantar Kimia. Permission
Of Iwanami Shoten, Publishers, Tokyo.
2. Suhardianto, A., 2010. Fullerene. http://www.Masakbarsuhardianto.blogspot.com./
2010/09/fullerene.html/ Kamis, 14 Oktober 2010.
3. Ratno Nuryadi (Shizuoka University), 2004. Fullerene, Material Unik Harapan Masa
Depan. http://www.kimianet.lipi.go.id/ Kamis, 14 Oktober 2010.
4. Susanti H, 2009. Studi Analisa Simulasi Tentang Korelasi Impregnasi Silika (SiO2)
Terhadap Nilai Kalor Bakar Dan Kuat Tekan Serta Karakteristik Briket Arang
Tempurung Kelapa.Tesis USU.
5. Iskandar S., 2003. Nanobola: http://www.Chem-is-try.org/2003/03/Kamis, 14 Oktober
2010.
6. Saito T., 2004. (Terjemahan: Ismunandar). Kimia Anorganik. Kanagawa University.
Iwanami Publishing Company.
7. Anggraeni Kusumadewi: Perangkat memory berbasis CNT. http://www.Chem-is-
try.org/2003/03/Kamis, 14 Oktober 2010.
8. Petrucci, RH., 1993 (Terjemahan: Suminar, 1999). Kimia Dasar: Prinsip dan Terapan.
Edisi 4 Jilid 3. Erlangga. Jakarta.
9. Cotton & Wilkinson, 1976 (Terjemahan: Sahati Suharto, 1989). Kimia Anorganik
Dasar. UI-Press. Jakarta
10. Robinson, T., 1991. (Terjemahan: Kosasih Patmawinata, 1995). Kandungan Organik
Tumbuhan Tinggi. ITB. Bandung
11. Girindra, A. 1993. Biokimia 1. Gramedia Jakarta.
12. http://www.google.co.id/imaging/intan;grafit;fulluerene/Kamis, 14 Oktober 2010.

Anda mungkin juga menyukai