TUJUAN
1. Mengenal beberapa perbedaan (titik leleh, kelarutan, dsb.) antara senyawa ko v alen dan
ionik.
2. Mempelajari bagaimana jenis ikatan dan struktur molekul memengaruhi sifat senyawa.
3. Membandingkan sifat fisik dan kimia beberapa isomer.
PERTANYAAN PRAPRAKTIK
1. Mengapa air bersifat polar? Jelaskan sifat dwikutubnya berdasarkan bentuk molekul.
2. Sebutkan beberapa perbedaan senyawa ionik dengan senyawa kovalen. Perbedaan
manakah yang akan Anda pelajari hari ini.
3. Gambarkan struktur semua isomer dengan rumus C3H7Cl, dengan menggunakan tanda
garis bagi setiap ikatan. Apakah jumlah ikatan setiap isomer sama? Berapa jumlahnya?
4. Diantara senyawa-senyawa berikut, manakah yang mempunyai ikatan ionik, dan
manakah yang memiliki ikatan kovalen: MgCl2, C4H10, CO2, LiO, C3H8, PCl3, HCl. Ramalkan
senyawa mana yang menunjukkan titik leleh tertinggi dan yang terendah.
5. Gambarkan struktur rantai (lurus) butana dan cincin siklobutana; tunjukkan setiap ikatan
dengan tanda garis.
LATAR BELAKANG
Bidang kimia dibagi dalam dua kelompok besar yang disebut kimia anorganik dan
kimia organik. Karena semua senyawa organik (sedikit saja senyawa anorganik)
mengandung karbon, kimia organik sering didefinisikan sebagai kimia karbon.
Ikatan kovalen adalah ciri khas senyawaan karbon. Kebanyakan senyawa organik lain
juga memiliki ikatan kovalen, misalnya H 2O, HCl, B2H6, SO 2, NH3, dan PCl3. Karbon, dan
beberapa unsur lain (silikon, fosforus, boron, dan belerang) dapat berikatan kovalen dengan
sesamanya membentuk rantai pendek atau cincin. Namun, karbon jauh lebih mudah
melakukan hal ini. Kemampuan karbon berikatan dengan atom karbon lain membentuk
rantai yang tak berhingga menyebabkan sangat beragamnya senyawaan organik.
Perbedaan yang dapat diamati antara senyawa organik dan anorganik umumnya
disebabkan oleh sifat ikatan kovalen pada karbon. Dalam percobaan hari ini, Anda akan
membandingkan beberapa sifat fisik (kelarutan dan titik leleh) senyawa kova len dan ionik
dan mengamati kemampuan karbon membentuk rantai, cincin, dan isomer.
Penuntun Praktikum SRKO D-4 Analisis Kimia 2
Umumnya, senyawa ionik larut dalam air karena molekul air yang polar memb entuk
ikatan yang nisbi polar dengan ion. Sisi oksigen yang negatif dari molekul air berikatan
dengan kation (M +) dan sisi hidrogen yang positif berikatan dengan anion (X −), seperti
digambarkan berikut ini:
H
H H
H H H O H H H O H
O O M O O H X H O
H O H H O
molekul air
yang polar H H
hidrasi kation
H
hidrasi anion
Seiring bertambahnya jumlah ikatan antara molekul-molekul air dan suatu ion, ikatan antara
ion itu dan ion-ion di sebelahnya dalam struktur kristal akan melemah dan pada akhirnya,
ion yang terhidrasi akan dibebaskan ke dalam larutan.
Sebaliknya, senyawaan kovalen larut dalam pelarut nonpolar (misalnya karbon
tetraklorida, kloroform, heksana dan hidrokarbon lainnya, serta eter), tetapi tidak dalam air,
kecuali jika molekulnya dapat berikatan hidrogen dengan air. Senyawa organik berbobot
molekul rendah (<4 atom karbon) yang mengandung oksigen (misalnya, alkohol dan
senyawaan karbonil) atau nitrogen (seperti amina dan amida) biasanya larut dalam air
karena adanya ikatan hidrogen yang diilustrasikan sebagai berikut:
Penuntun Praktikum SRKO D-4 Analisis Kimia 3
H H
H H
O
H O H O H O O
H H
CH3 O H C O H O H3C C CH3 H3C C N
metil alkohol H formaldehida aseton N-metilasetamidaCH3
(a) (b)
Gambar 1 Aneka radas untuk menetapkan titik leleh.
Dalam percobaan, Anda akan menggunakan radas (b), yang disebut radas titik-
leleh Thiele. Tabung Thiele ialah suatu tabung kaca yang dibentuk sedemikian rupa
sehingga ketika panas diberikan oleh pembakar Bunsen pada lengan samping, panas itu
disebar ke seluruh bagian tabung melalui arus konveksi dalam larutan pemanas. Tidak
Penuntun Praktikum SRKO D-4 Analisis Kimia 4
diperlukan pengadukan. Berikut ini ialah tahapan penetapan titik leleh dengan radas Thiele
yang akan Anda lakukan:
1. Dapatkan tabung kapiler (Gambar 2) dari asisten. Dengan memegang kedua ujung
tabung kapiler itu, panaskan bagian tengahnya di atas nyala pembak ar Bunsen samp ai
melunak. Kemudian, tariklah kedua ujung yang Anda pegang untuk memutuskan tab ung
kapiler menjadi dua bagian, yang masing-masing tertutup pada salah satu ujungnya.
2. Masukkan serbuk contoh yang akan ditentukan titik lelehnya ke dalam tabung, dengan
menekan ujung yang terbuka pada contoh itu.
3. Balikkan tabung, lalu ketuk-ketuklah, atau jatuhkan tabung di dalam sebuah tabung
sempit yang panjang, agar contoh bergerak ke dasar tabung. Anda memerluk an co nto h
setinggi 2 mm yang terkemas dengan rapat dalam tabung.
4. Ikatkan tabung pada termometer 110 oC dengan gelang karet sedemikian rupa sehingga
contoh berada di samping gelembung zat warna dari termometer (lihat Gambar 1b).
Kemudian letakkan tabung beserta termometer di dalam penangas minyak.
5. Panaskan penangas air sedemikian rupa agar suhu naik 10 oC per menit (lihat Gambar
1b).
6. Amati contoh dari dekat. Catat suhu saat contoh mulai meleleh dan ketika contoh
meleleh seluruhnya. Anda mungkin perlu mengulangi pengamatan kisaran titik leleh ini
jika suhu penangas naik terlalu cepat, agar diperoleh pembacaan yang teliti. Bandingk an
hasil pengamatan Anda dengan data titik leleh dari handbook .
Catatan: Digunakan penangas air karena titik leleh contoh di bawah titik didih air. Untuk
senyawa yang titik didihnya lebih tinggi dari air, digunakan penangas minyak atau gliserin.
Penetapan titik leleh dengan radas Thiele cukup memakan waktu. Jika identitas zat
belum diketahui (disebut senyawa anu), Anda dapat menghemat waktu dengan terlebih dulu
mencatat titik leleh taksiran pada radas yang dipanaskan dengan cepat, misalnya 15–20
o
C/menit. Setelah itu, biarkan penangas mendingin sampai 15–20 oC di bawah titik leleh
taksiran. Kemudian gunakan contoh lain untuk menetapkan titik leleh sebenarnya dengan
seksama, dengan laju pemanasan sekitar 1–2 oC/menit.
Catatan : Tabung kapiler dijual di mana-mana, tetapi bila Anda tidak
menemukannya, buatlah sendiri dengan cara sebagai berikut. Putarlah tabung kaca lunak
berdiameter besar dalam nyala api sampai gelas menjadi lentur. Alihkan dari nyala, diamk an
sejenak, kemudian tarik perlahan-lahan sampai dingin dan kaca tak dapat lagi ditarik
(diameter tabung kapiler sebaiknya 1–2 mm). Biarkan bagian tebal dari kaca menjadi dingin
dan potonglah tabung sepanjang 13 cm. Untuk memudahkan memotong kaca, goreslah
tabung kapiler dengan sisi tajam porselen atau kristal karborundum, kemudian tekanlah
dengan jari atau ibu jari pada goresan tersebut. Tutuplah kedua ujung tabung kapiler
dengan menyentuhkannya pada nyala api. Selanjutnya simpan tabung kapiler di dalam
tabung reaksi yang kering. Jika diperlukan potong dualah tabung sehingga anda p eroleh 2
tabung sekaligus. Dalam Gambar 2 Anda melihat ukuran tabung yang sebenarnya.
CH2 CH2
CH3 CH2 CH2 CH2 CH2 CH3 H2C CH2
n-heksana sikloheksana
CH2 CH2
Rantai yang lebih panjang didapati pada dekana, C 10H22, minyak mineral (campuran
hidrokarbon dengan molekul lebih besar dari C20H42), bahkan sampai n-hektana, C100H202.
Isomer
Isomer adalah molekul-molekul dengan rumus molekul yang sama tetapi berbeda
strukturnya (atau, berbeda susunan atomnya dalam molekul). Keisomeran (isomeri) lazim
dijumpai di antara senyawaan karbon, tetapi jarang ditemui dalam senyawaan kovalen
lainnya dan senyawaan ion. Beberapa contoh isomeri pada senyawaan karbon adalah (1)
alkena dan sikloalkana, (2) alkuna, diena, dan sikloalkena, (3) alkohol dan eter, (4) aldehida,
keton, alkenol, sikloalkohol, dan sikloeter, serta (5) asam karboksilat dan ester.
Isomer-isomer biasanya berbeda sifat fisik dan kimianya, seperti yang Anda amati
dalam percobaan hari ini pada pasangan isomer o -(orto )- dan p-(para)-diklorobenzena,
keduanya dengan rumus molekul C6H4Cl2, serta 3 isomer dengan rumus molekul C 4H10O,
yaitu n-butil alkohol, t-butil alkohol, dan dietil eter. Karena sama-sama anggota keluarga
alkohol (R–OH), sebagian besar sifat fisik dan kimia dari n-butil dan t-butil alkohol serupa.
Sementara itu, dietil eter tergolong eter (R–OR), maka amat berbeda sifat fisikokimianya.
PERCOBAAN
Perbandingan kelarutan
Amati apakah isopropil alkohol, (CH 3)2CHOH, dan kelima senyawa yang digunakan
pada percobaan di atas, larut dalam air dan dalam karbon tetraklorida. Caranya, kepada
masing-masing dari 6 tabung reaksi yang berisi 1 mL air atau CCl4, tambahkan satu macam
senyawa (kira-kira seukuran butir kacang hijau). Aduk dan amati apakah seny awa te rseb ut
larut. Laporkan hasilnya dan jawablah pertanyaan.
Isomer
Bandingkan bau dan wujud dari o - dan p -diklorobenzena (dari handbook ).
Penuntun Praktikum SRKO D-4 Analisis Kimia 6
Amati bau n-butil alkohol dan t-butil alkohol. Apakah baunya identik? Bandingkan
pula dengan bau dietil eter. Kemudian tentukan kelarutan kedua alkohol dan eter itu dengan
jalan menambahkan tetes demi tetes (sampai 15 tetes) secara perlahan-lahan ke dalam
tabung reaksi yang berisi 1 mL air. [Perhatian: Sebelum dipakai, bilas dulu pipet tetes
dengan alkohol/eter yang diujikan.] Goyangkan tabung setiap penambahan tetesan, dan
catat jumlah tetesan sampai tidak ada lagi pelarutan, yaitu jika terbentuk lapisan k edua dan
campuran menjadi keruh atau terdapat emulsi.
Sekarang bandingkan sifat kimia n-butil alkohol, t-butil alkohol, dan dietil eter:
Kepada 1 mL alkohol/eter masing-masing dalam tabung reaksi yang kering, tambahkan
sebutir natrium (sebesar kepala korek api) dan catatlah laju pembentukan gelembung
hidrogen. Sesudah pengamatan ini, buanglah alkohol yang tak bereaksi dan sisa natrium
dalam wadah yang khusus disediakan dalam ruang asam. Natrium jangan dibuang dalam
bak cuci karena bereaksi hebat dengan air.
Untuk mengamati sifat kimia lainnya, yaitu terhadap pembakaran (atau, reaksinya
dengan oksigen), letakkan beberapa tetes dietil eter pada sudip (spatula) dan nyalak an eter
dengan mendekatkan sudip pada nyala pembakar bunsen. Catatlah berapa cepat zat
menghilang. Ulangi proses ini untuk setiap alkohol (jumlah tetesan harus sama). (Jangan
membawa lebih dari beberapa tetes eter ke meja anda. Eter sangat mudah terbakar).