Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian


Pada penelitian ini, telah disintesis senyawa pirazolin 5-(4-metoksifenil)-3-
(4-klorofenil)-1-fenil-4,5-dihidropirazol (PF-4Cl-4OMe) yang disintesis melalui
metode one -pot reaksi dengan bantuan iradiasi gelombang mikro. Senyawa hasil
sintesis dikarakterisasi dengan spektroskopi UV, FTIR dan 1H-NMR.

4.1.1. Sintesis senyawa 5-(4-metoksifenil)-3-(4-klorofenil)- 1-fenil-4,5-


dihidropirazol (PF-4Cl-4OMe)

O O NHNH2
H
+ +
Cl H3CO

KOH, Iradiasi microwave


etanol 180 watt, 3 menit

N N

Cl OCH3

PF-4Cl-4OMe
a) Senyawa murni yang diperoleh berupa kristal berwarna putih kekuningan
dengan berat 0,1661 g.
b) Rendemen yang diperoleh sebesar 45,78% ( setelah rekristalisasi).
c) Titik leleh senyawa yang diperoleh 140-141oC.
d) Rf senyawa yang diperoleh yaitu:
0,25 (n-heksana 100%)
0,63 (n-heksana : diklorometan= 8 : 2)
0,75 (n-heksana : etil asetat= 9 : 1) (Lampiran 2).

16
e) Kromatogram HPLC
tR : 23,62 menit, detektor: λ 246 nm
23,62 menit, detektor: λ 365 nm (Lampiran 3).

Gambar 4.1. Senyawa PF-4Cl-4OMe

4.1.2. Karakterisasi Senyawa 5-(4-metoksifenil)-3-(4-klorofenil)- 1-fenil-4,5-


dihidropirazol (PF-4Cl-4OMe)
a) Spektrum UV (EtOH): λ maks (nm) = 207, 246 dan 365 nm (Lampiran 4).
b) spektrum FTIR senyawa PF-4Cl-4OMe ( (Lampiran 5) serta hasil analisis
dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Analisis data spektroskopi FTIR senyawa PF-4Cl-4OMe
Bilangan Gelombang (cm-1) Vibrasi Ikatan
826 C-Cl
1089 C-O
1248 C-N
1494 C=C
1595 C=N
2957 C-H alifatik
3012 C-H aromatik

c) Spektrum 1H-NMR (CDCl3) (ppm): 7,65 (d, 2H, H 2ʹʹ/6ʹʹ, J = 8,5 Hz);

7,35 (d, 2H,H2ʹʹʹ/6ʹʹʹ, J = 8,5 Hz ); 7,24 (d, 2H, H3ʹʹʹ/5ʹʹʹ, J = 8,65 Hz); 7,19
(t, 2H, H3ʹ/H5ʹ, J= 7,98 Hz); 7,08 (d, 2H, H3ʹʹ/H5ʹʹ, J = 7,82 Hz); 6,87
(d,2H, H2ʹ/H6ʹ, J = 8,7 Hz); 6,80 (t, 1H, H4ʹ, J = 7,26 Hz); 5,23 (dd, 1H,
Hx, Jba = 12 Hz dan Jbx = 7 Hz); 3,80 (m, 1H, Hb); 3,79 (s, 3H, OCH3); 3,09
(dd, 1H, Ha, J = 17 Hz dan 7 Hz) (Lampiran 6).

17
4.2. Pembahasan
4.2.1. Sintesis senyawa pirazolin 5-(4-metoksifenil)-3-(4-klorofenil)-1-fenil-
4,5-dihidropirazol (PF-4Cl-4OMe)
Senyawa pirazolin PF-4Cl-4OMe disintesis melalui reaksi satu wadah
(one-pot) untuk memperoleh produk akhir (Hawaiz et al., 2014). Senyawa
PF-4Cl-4OMe diperoleh melalui reaksi antara 4-kloroasetofenon dengan
4-metoksibenzaldehid membentuk senyawa intermediet kalkon melalui reaksi
kondensasi. Intermediet kalkon tanpa melalui proses pemisahan mengalami reaksi
siklisasi dengan fenilhidrazin membentuk molekul target PF-4Cl-4OMe.
Mekanisme reaksi pembentukan senyawa PF-4Cl-4OMe dapat dilihat pada
Gambar 4.2.
Tahapan reaksi diawali oleh penyerangan ion –OH dari katalis basa kuat
KOH yang bertindak sebagai nukleofil dalam pembentukan ion enolat dari
senyawa keton dengan cara mengikat Hα yang bersifat asam pada senyawa keton.
Ion enolat yang terbentuk akan menyerang aldehid yang bertindak sebagai
elektrofil sehingga membentuk senyawa intermediet kalkon serta melepaskan air.
Selanjutnya, Reaksi siklisasi terjadi antara intermediet kalkon dengan
fenilhidrazin dibantu oleh ion H+ dan OH- dari air membentuk senyawa pirazolin.
Reaksi pembentukan senyawa pirazolin melalui metode sintesis one-pot
pada umumnya sama dengan mekanisme reaksi pembentukan pirazolin melalui
dua tahap reaksi. Perbedaan kedua metode tersebut terlihat pada proses reaksi
siklisasinya. Jasril et al., (2016), melakukan sintesis pirazolin dengan dua tahapan
reaksi, reaksi siklisasi yang terjadi antara kalkon dan turunan hidrazin
menggunakan katalis asam asetat glasial. Sedangkan pada sintesis pirazolin
metode reaksi one-pot, reaksi siklisasi antara intermediet kalkon dengan
fenilhidrazin hanya dibantu oleh air yang merupakan produk samping saat
pembentukan senyawa kalkon. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sintesis pirazolin
menggunakan metode sintesis one-pot memiliki kelebihan seperti dapat
mengurangi penggunaan bahan kimia yang tidak perlu menggunakan asam asetat
glasial sebagai katalis.
Sintesis one-pot senyawa PF-4Cl-4OMe ini dilakukan dengan bantuan
iradiasi gelombang mikro (microwave) dengan daya 180 W. Daya dipilih

18
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zamri et al.(2016). Penggunaan
microwave untuk membantu pembentukan pirazolin ini sangat tepat karena
mempercepat pembentukan pirazolin, menurut Kharatmol & Jagdale, (2017)
sintesis dengan metode microwave menyebabkan temperatur reaksi dapat
ditingkatkan kira-kira 40000 kali diatas titik didih pelarutnya, yang tidak dapat
terjadi dalam metode konvensional sehingga reaksi berlangsung lebih cepat dan
produk yang diperoleh memiliki rendemen yang lebih tinggi dibandingkan metode
konvensional, serta kemungkinan terbentuknya senyawa lain lebih sedikit. Pada
metode microwave, reaktan dan pelarut langsung menyerap energi dari gelombang
mikro secara langsung. Sintesis one-pot senyawa pirazolin juga telah dilakukan
menggunakan metode konvensional seperti refluks namun produk yang diperoleh
menghasilkan rendemen sedikit dan pemantauan reaksi melalui KLT
menghasilkan noda pengotor lebih banyak serta waktu yang lebih lama
dibandingkan sintesis menggunakan metode iradiasi gelombang, sehingga metode
iradiasi gelombang mikro lebih efektif daripada metode refluks untuk sintesis
one-pot senyawa pirazolin.
Rendemen senyawa PF-4Cl-4OMe murni yang disintesis pada penelitian
ini adalah sebesar 45,78%. Rendemen senyawa yang diperoleh dipengaruhi oleh
proses reaksi. Hal ini disebabkan oleh terbentuknya beberapa produk samping
pada saat reaksi sintesis one-pot pirazolin. Produk pirazolin PF-4Cl-4OMe yang
diperoleh pada saat reaksi selesai tidak murni, yang diperlihatkan terdapatnya
beberapa noda pengotor pada kontrol reaksi dengan menggunakan uji
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) sehingga untuk mendapatkan senyawa pirazolin
yang murni diperlukan proses pencucian menggunakan akua DM dan metanol
untuk menghilangkan katalis dan pengotor (produk samping) yang bersifat polar.
Proses pencucian padatan dengan metanol untuk menghilangkan pengotor yang
bersifat polar, ada kemungkinan produk pirazolin juga sedikit ikut larut.
Proses rekristalisasi dilakukan karena masih terdapat pengotor selain
molekul target yang sulit dihilangkan melalui proses pencucian. Oleh sebab itu,
proses rekristalisasi dapat menjadi alternatif untuk memperoleh senyawa murni.

19
H OH
O O O
+ H
H Cl OCH3
Cl
Keton Aldehid
OH

O OH O OH

Cl H
OCH3 Cl OCH3

OH
HOH
O O
+ H2O
Cl OCH3 Cl OCH3
Kalkon

H H OH H2N
HO N NH N
H

Cl OCH3
Cl OCH3

OH

H NH
HO N NH N

Cl OCH3 Cl OCH3
H

N N N N H

Cl OCH3 Cl OCH3
Pirazolin

Gambar 4.2. Mekanisme pembentukan senyawa pirazolin PF-4Cl-4OMe

20
Setelah proses rekristalisasi, senyawa yang diperoleh berupa padatan berwarna
putih kekuningan Hasil uji KLT produk sebelum dimurnikan dan sesudah
dimurnikan dapat dilihat pada Lampiran 2.
Kemurnian senyawa PF-4Cl-4OMe dianalisis menggunakan uji KLT, titik
leleh dan HPLC. Hasil menunjukkan bahwa padatan senyawa PF-4Cl-4OMe yang
diperoleh telah murni. Uji kemurnian dengan KLT menghasilkan satu noda
setelah elusi dengan menggunakan tiga sistem eluen yang berbeda pada pelat KLT
(Lampiran 2). Uji kemurnian dengan penentuan titik leleh menunjukkan bahwa
senyawa PF-4Cl-4OMe memiliki titik leleh 140-141oC. Range titik leleh senyawa
diperoleh sebesar 1oC. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa PF-4Cl-4OMe sudah
murni. Kemurnian senyawa PF-4Cl-4OMe ditegaskan dengan melakukan uji
kemurnian menggunakan HPLC. Suatu senyawa dikatakan murni apabila terdapat
satu puncak dominan pada kromatogram. Hasil menunjukkan bahwa diperoleh
kromatogram dengan satu puncak dominan pada tR = 23,62 menit (λ = 246 dan
365 nm) (Lampiran 3).

4.2.2. Karakterisasi Senyawa 5-(4-metoksifenil)-3-(4-klorofenil)- 1-fenil-4,5-


dihidropirazol (PF-4Cl-4OMe)
Senyawa PF-4Cl-4OMe hasil sintesis dikarakterisasi menggunakan
spektroskopi UV, FTIR, dan 1H-NMR. Spektrum UV senyawa PF-4Cl-4OMe
memperlihatkan adanya serapan maksimum pada λ 207, 246, dan 365 nm
(Lampiran4). Serapan maksimum pada λ 207 nm menunjukkan adanya transisi
elektron dari orbital ikatan π π* ikatan rangkap terkonjugasi pada cincin
benzen. Serapan maksimum pada λ 246 nm menunjukkan adanya transisi elektron
dari orbital ikatan π π* ikatan rangkap terkonjugasi pada cincin fenil yang
tersubstitusi p-metoksi yang terikat pada atom C5 pada cincin pirazolin,
sedangkan serapan maksimum pada λ 365 nm menunjukkan adanya transisi
elektron dari orbital ikatan π π* pada ikatan rangkap terkonjugasi pada cincin
fenil tersubstitusi p-kloro yang terikat pada atom C3 pada cincin pirazolin.
Hasil analisis spektroskopi FTIR menunjukkan munculnya beberapa
puncak yang menunjukkan vibrasi ikatan yang khas untuk senyawa pirazolin
PF-4Cl-4OMe (Lampiran 5). Serapan pada bilangan gelombang 3012 cm-1
mengindikasikan adanya vibrasi ikatan C-H aromatik dari ketiga cincin aril;

21
2957 cm-1 mengindikasikan adanya vibrasi ikatan C-H alifatik cincin pirazolin
terutama pada atom C4; 1598 dan 1250 cm-1 masing-masing menunjukkan vibrasi
ikatan C=N dan C-N dari cincin pirazolin. Serapan pada bilangan gelombang
1491 cm-1 mengindikasikan adanya vibrasi ikatan C=C; 1090 cm-1
mengindikasikan adanya vibrasi ikatan C-O pada subtituen metoksi dan 826 cm-1
mengindikasikan adanya vibrasi ikatan C-Cl pada subtituen halogen.
1
Hasil analisis pada spektrum H-NMR senyawa PF-4Cl-4OMe
menunjukkan jumlah proton dari senyawa PF-4Cl-4OMe sesuai dengan jumlah
yang diharapkan, dapat dilihat pada Tabel 4.2. Analisis dari data spektrum
menunjukkan pergeseran kimia yang khas pada proton Ha, Hb, dan Hx cincin
pirazolin mengikuti pola spin sistem ABX seperti yang ditunjukkan pada
(Lampiran 6). Sistem pola ABX ini mengikuti aturan diagram Karplus. Diagram
Karplus merupakan diagram yang memperlihatkan hubungan antara sudut ikatan
pada cincin siklik dengan tetapan kopling (Silverstein et al., 2005). Kopling antara
proton yang terikat pada karbon yang sama (Ha dan Hb pada C4) merupakan
kopling geminal dan kopling antara proton yang terikat pada karbon yang berbeda
(Hx pada C5) adalah kopling vicinal. Pergeseran kimia pada 3,09 dan 3,80 ppm
menunjukkan dua proton Ha dan Hb pada atom C4 cincin pirazolin. Signal proton
Ha muncul pada 3,09 ppm (Jab= 17 Hz dan Jax= 7 Hz) sedangkan proton Hb muncul
pada 3,80 ppm (Jba= 17 Hz dan Jbx= 12,5 Hz) masing-masing puncak
menunjukkan orientasi berbentuk doublet of doublet (dd), tetapi pada spektrum
yang diperoleh satu signal dari Hb tumpang tindih dengan signal proton dari
metoksi pada cincin p-metoksifenil. Proton Ha muncul di daerah upfield
dibandingkan Hb ini disebabkan proton Hb lebih tidak terlindungi (deshielding)
dimana terjadi perbedaan lingkungan kimia kedua proton (Sakthinathan et al.,
2012). Proton Ha memiliki posisi ekuatorial dan proton H b memiliki posisi aksial
pada cincin pirazolin sehingga secara ruang interaksi proton H b dengan dua atom
nitrogen pada ikatan N-N lebih besar. Spektrum juga menunjukkan pergeseran
kimia pada 5,23 ppm yang menunjukkan signal dari proton Hx (Jxb=12,5 Hz dan
Jxa= 7 Hz) pada atom C5 cincin pirazolin dengan bentuk orientasi puncak doublet
of doublet. Signal proton Hx menunjukkan terjadinya kopling vicinal dengan dua

22
proton Ha dan Hb pada atom C4. Interpretasi data 1H-NMR yang menunjukkan
proton pada cincin fenil dapat dilihat pada Tabel 4.2
Tabel 4.2. Analisis data spektroskopi 1H-NMR senyawa PF-4Cl-4OMe
5' 4
6'
3'
2 1 1'
N N H 2'
6" X 6'''
5" 1" 3 4 5 1"' 5'''
H 4"'
2" HA B
Cl 4" 3" 2" OCH3
3"'

Nomor
δH (ppm) dan J (Hz)
atom
1 -
2 -
3 -
Ha: 3,09 (dd, Jab= 17 dan Jax= 7)
4
Hb: 3,80 (dd, Jba= 17 dan Jbx= 12,5)
5 Hx: 5,23 (dd, Jxb=12,5 dan Jxa= 7)
1ʹ -
2ʹ 6,87 (d, J= 8,7 )
3ʹ 7,19 (t, J= 8 )
4ʹ 6,80 (t, J= 7,26 )
5ʹ 7,19 (t, J= 8)
6ʹ 6,87 (d, J= 8,7)
1ʹʹ -
2ʹʹ 7,65(d, J= 8,5)
3ʹʹ 7,08 (d, J= 7,82)
4ʹʹ -
5ʹʹ 7,08 (d, J= 7,82)
6ʹʹ 7,65(d, J= 8,5)
1ʹʹʹ -
2ʹʹʹ 7,35 (d, J= 8,5)
3ʹʹʹ 7,24 (d, J= 8,65)
4ʹʹʹ -
5ʹʹʹ 7,24 (d, J= 8,65)
6ʹʹʹ 7,35 (d, J= 8,5)
-OCH3 3,79 (s, 3H)

23

Anda mungkin juga menyukai