Anda di halaman 1dari 4

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan


3.1.1. Alat yang digunakan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Microwave
(Samsung ME 109F), neraca analitik (BOECO Germany), pompa vakum (GAST),
alat pengukur titik leleh Fisher John (SMP 11-Stuart), lampu UV (254 dan 366
nm), spektrofotometer UV-Visible (Genesys 10S UV-VIS v4.002 2L9N175013),
HPLC (UFLC Prominance-Shimadzu LC Solution, Detektor UV SPD 20AD),
spektrofotometer FTIR (FTIR Shimadzu, IR Prestige-21), spektroskopi 1H-NMR
(Agilent 500 MHz DD2), serta alat-alat gelas yang umum digunakan di
Laboratorium Kimia FMIPA-UR.

3.1.2. Bahan yang digunakan


Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
4-kloroasetofenon (Merck), 4-metoksibenzaldehid (Merck), kalium hidroksida
(KOH) (Merck), fenil hidrazin (Merck), etanol absolut (Merck), plat KLT GF254,
metanol, n-heksana, etilasetat, diklorometan (DCM) dan akua DM.

3.2. Rancangan Penelitian


Senyawa pirazolin dibuat melalui reaksi antara senyawa keton, aldehid dan
fenilhidrazin dengan bantuan katalis kalium hidroksida (KOH). Skema
pendekatan retrosintesis senyawa pirazolin dapat dilihat pada Gambar 3.1.

12
O NHNH2
N N
+
Cl OCH3 Cl OCH3

Pirazolin Kalkon Fenilhidrazin

O O

H
+
Cl H3CO

Keton Aldehid

Gambar 3.1. Skema retrosintesis senyawa pirazolin

Sintesis senyawa pirazolin dilakukan menggunakan metode reaksi one-pot.


Reaksi yang terjadi adalah reaksi tiga komponen antara senyawa
4-kloroasetofenon, 4-metoksibenzaldehid dan fenilhidrazin secara langsung
menghasilkan senyawa 5-(4-metoksifenil)-3-(4-klorofenil)-1-fenil-4,5-dihidro-
pirazol (PF-4Cl-4OMe) didalam satu wadah (one-pot). Skema reaksi sintesis
one-pot dapat dilihat pada Gambar 3.2

O O NHNH2
KOH, etanol N N
H
+ + microwave, 180 watt
Cl H3CO Cl OCH3

Gambar.3.2. Reaksi sintesis one-pot senyawa pirazolin

3.3. Prosedur Kerja


3.3.1. Sintesis senyawa pirazolin PF-4Cl-4OMe
4-kloroasetofenon (0,1540 g; 1mmol), 4-metoksibenzaldehid (0,1360 g; 1
mmol) dilarutkan dalam etanol absolut sebanyak 10 mL. Katalis KOH 3N (4 mL)
ditambahkan pada campuran. Campuran ditambahkan fenilhidrazin (0,414 g; 2,3
mmol) dan diiradiasi menggunakan microwave dengan daya 180 Watt selama 3
menit. Tahapan reaksi dikontrol dengan uji KLT setiap 1 menit. Setelah reaksi
selesai, campuran dibiarkan di dalam lemari pendingin untuk memaksimalkan

13
hasil reaksi (endapan) yang diperoleh. Endapan yang terbentuk disaring
menggunakan corong buchner sambil dicuci dengan akua DM dan metanol
dingin. Rekristalisasi dilakukan dengan menggunakan pelarut sesuai. Kemurnian
senyawa ditentukan dengan uji KLT, titik leleh dan analisis HPLC.

3.3.2. Pemurnian dengan Teknik Rekristalisasi


Padatan senyawa yang telah diperoleh dimasukkan ke dalam Erlenmeyer,
kemudian padatan dilarutkan dengan metanol yang sebelumnya dipanaskan
terlebih dahulu tetes demi tetes sampai semua padatan larut. Larutan yang
diperoleh disaring dan filtratnya ditampung di dalam vial. Setelah itu, larutan
didinginkan sampai terbentuk kristal. Kristal yang terbentuk kemudian disaring
dengan menggunakan corong Buchner, dicuci dengan metanol dingin dan
divakum hingga kering, lalu diuji kemurniannya melalui uji KLT, pengukuran
titik leleh menggunakan Fisher-Johns dan analisis HPLC.

3.3.3. Uji Kemurnian Senyawa


3.3.3.1. Uji Kemurnian dengan KLT
Suatu eluen disiapkan dengan perbandingan tertentu, selanjutnya dibiarkan
menguap pada bejana KLT tertutup agar uapnya menjadi jenuh. Sementara itu,
sampel (PF-4Cl-4OMe) dilarutkan pada pelarut yang sesuai dan ditotolkan dengan
menggunakan pipa kapiler pada jarak 0,6 cm dari tepi bawah pelat (garis awal)
silika gel GF254. Pelat dimasukkan ke dalam bejana KLT yang berisi eluen jenuh
dan eluen dibiarkan naik sampai garis akhir yang berjarak 0,4 cm dari atas pelat.
Kemudian pelat diangkat, dikering anginkan dan noda dilihat dengan bantuan
lampu UV pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm. Jika nodanya ada satu
maka dapat disimpulkan senyawa tersebut sudah murni. Untuk memastikannya
dapat dilakukan kembali analisis KLT dengan eluen yang berbeda, kemudian
ditentukan harga Rfnya.

3.3.3.2. Penentuan Titik Leleh


Senyawa diletakkan di antara dua kaca objek pada alat penentu titik leleh
Fisher-John,kemudian pasang Termometer pada alat dan alat dinyalakan.
Temperatur pada saat kristal mulai meleleh hingga kristal meleleh seluruhnya

14
diperhatikan dengan teliti. Jika senyawa memiliki range lebih kecil atau sama
dengan 2 dapat disimpulkan bahwa senyawa tersebut telah murni.

3.3.3.3. Analisis Kemurnian dengan HPLC


Analisis HPLC ini dilakukan dengan menggunakan sistem pelarut gradien
elusi. Padatan senyawa dilarutkan menggunakan asetonitril (HPLC grade) yaitu
sebanyak 1 mg dalam 1 mL asetonitril. Kemudian larutan disaring dengan
penyaring Grace 0,45 μm PTFE. Sebanyak 20 μL filtrat tersebut diinjeksikan ke
dalam kolom, selanjutnya sampel dianalisis selama 25 menit menggunakan
perbandingan pelarut asetonitril dan air (laju alir 0,75 mL/menit) dengan system
gradient elusi yang dapat dilihat pada Tabel 3.1. Kolom yang digunakan pada
HPLC adalah Shim-pack VP-ODS dengan panjang dan diameternya yaitu
250 x 4,6 mm. Senyawa yang sudah murni dapat ditentukan dari puncak tunggal
dengan intensitas tinggi pada kromatogram yang diperoleh. Analisis HPLC ini
dilakukan di Jurusan Kimia FMIPA Universitas Riau.
Tabel 3.1.Sistem gradien elusi pada analisis kemurnian dengan HPLC
Waktu Persen pelarut
No.
(menit) (Asetonitril : air)
1 0,01 50 : 50
2 1 50 : 50
3 10 90 : 10
4 12 90 : 10
5 14 50 : 50
6 30 Stop

3.4. Karakterisasi senyawa


Senyawa murni yang diperoleh kemudian dikarakterisasi melalui analisis
spektroskopi UV, FTIR dan 1H-NMR. Pengukuran spektrum UV dan FTIR
dilakukan di Jurusan Kimia FMIPA Universitas Riau, sedangkan pengukuran
spektrum 1H-NMR dilakukan di Institut Teknologi Bandung (ITB).

15

Anda mungkin juga menyukai