Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1 Maksud Dan Tujuan
1.1 Maksud
Mengetahui pencelupan kain T/C dengan menggunakan zat warna dispersi – bejana
metoda one bath one stage dengan variasi elektrolit, pH dan metoda.

1.2 Tujuan :
1. Mengetahui faktor faktor yang berpengaruh pada proses pencelupan kain T/C
dengan menggunakan zat warna dispersi - bajana metoda one bath one stage.
2. Mengetahui pengaruh variasi elektrolit, pH dan metoda pada proses pencelupan
kain T/C dengan menggunakan zat warna dispersi – bejana.
3. Dapat menganailsa hasil pencelupan kain T/C dengan menggunakan zat warna
dispersi – bejana.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Serat Selulosa


Serat kapas merupakan serat yang termasuk serat selulosa. Serat ini memiliki struktur
kimia :

CH 2 OH
CH 2 OH
O O
H H H OH
H H

H
OH H HO OH
HO OH H

H OH H OH

α- Glukosa β- Glukosa

Serat kapas memiliki sifat kimia dan fisika. Sifat ini dapat digambarkan sebagai berikut :
I. Kimia
1. Hidrofil
2. Tahan asam lemah, namun rusak pada asam kuat
3. Oksidator dapat menyerang cin-cin glukosa (Oksiselulosa), sehingga terjadi
penurunan derajat polimerisasi
4. Alkali dapat menggelembungkan serat yang dapat meningkatkan friksi antar
serat, akibatnya gesekan serat meningkat, sehingga meningkatkan kekuatan
tarik
5. Tahan pada suhu 120oC selama 5 jam

II. fisika
1. moisture regain = 7 - 8,5%
2. mulur = 4 - 13%

2.2 Poliester
Serat poliester merupakan serat berbahan sintetik. Serat ini dibuat dengan mereaksikan
asam tereftalat dengan etilena glikol. Persamaan reaksinya ialah sebagai berikut:
Serat poliester memiliki sifat kimia dan fisika. Sifat ini dapat digambarkan sebagai
berikut :
I. Kimia
1. hidrofob
2. tahan asam
3. tahan oksidator
4. tidak tahan basa kuat
5. tahan sampai suhu 210 - 220oC

II. Fisika
1. moisture regain = 0,4 - 0,8%
2. mulur = 25%
3. Elastisitas = 2%

2.3 Zat Warna Dispersi


Zat warna dispersi adalah zat warna organik yang terbuat secara sintetik. Kelarutannnya
dalam air kecil sekali dan larutan yang terjadi merupakan dispersi atau partikel-partikel
yang hanya melayang dalam air.

Zat warna dispersi mula-mula digunakan untuk mewarnai serat selulosa. Kemudian
dikembangkan lagi, sehingga dapat digunakan untuk mewarnai serat buatan lainnya yang
lebih hidrofob dari serat selulosa asetat, seperti serat poliester, poliamida, dan poliakrilat.

Zat warna dispersi merupakan zat warna yang terdispersi dalam air dengan bantuan zat
pendispersi. Adapun sifat-sifat umum zat warna dispersi adalah sebagai berikut :
1. Zat warna dispersi mempunyai berat molekul yang relatif kecil (partikel 0,5-2µ).
2. Bersifat non-ionik terdapat gugus-gugus fungsional seperti –NH2, -NHR, dan-
OH. Gugus-gugus tersebut bersifat agak polar sehingga menyebabkan zat warna
sedikit larut dalam air.
3. Kelarutan zat warna dispersi sangat kecil, yaitu 0,1 mg/l pada suhu 800C.
4. Tidak megalami perubahan kimia selama proses pencelupan berlangsung.
2.3.1 Jenis ikatan yang terjadi antara gugus fungsional zat warna dispersi dengan
serat poliester ada 2 macam yaitu :
1. Ikatan Van der Walls
Zat warna dispersi dan serat merupakan senyawa hidrofob dan bersifat non polar.
Ikatan yang terjadi pada senyawa hidrofob dan bersifat non polar ini ikatan fisika,
yang berperan dalam terbentuknya ikatan fisika adalah ikatan van der walls, yang
terjadi berdasarkan interaksi antara kedua molekul yang berbeda. Ikatan yang
besar terjadi pada ikatan van der walls pada zat warna dispersi dan serat
poliester adalah dispersi London.

2. Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen merupakan gaya dipol yang melibatkan atom hidrogen dengan
atom lain yang bersifat elektronegatif. Kebanyakan zat warna dispersi tidak
mengadakan ikatan hidrogen dengan serat poliester karena zat warna dispersi dan
serat poliester bersifat nonpolar, hanya sebagian zat warna dispersi yang
mengadakan ikatan hidrogen dengan serat poliester yaitu zat warna dispersi yang
mempunyai donor proton seperti –OH atau NH2.

2.3.2 Ikatan Antara Zat Warna Dispersi dan Serat Poliester


Reaksi yang terjadi antara zat warna dispersi dengan serat poliester adalah sebagai
berikut :
H
O2N N N N
H
CI. Disperse Orange
Ik. Hidrogen

O O
H O C C O n OH
H2 H2

Serat Poliester
2.4 Zat Warna Bejana
Dibanding zat warna lain, zat warna bejana relative lebih tahan terhadap zat kimia
seperti oksidator dan reduktor. Zat warna ini juga tidak larut dalam air sehingga
ketahanan luntur terhadap pencuciannya tinggi. Namun karena harganya relative mahal
maka zat warna bejana hanya digunakan untuk pencelupan dan pencapan serat selulosa
kualitas baik. Berdasarkan strukturnya zat warna bejana dapat digolongkan menjadi 2
(dua) jenis yaitu jenis antrakuinon dan indigo, contoh:
O

H
N O

O N
H

O
CI Vat Blue 4

O H
N

N
H O

CI Vat Blue 1
Jenis Zat Warna bejana jenis antrakuinon dan indigo

Berdasarkan cara dan sifat pemakaiannya, zat warna bejana dapat digolongkan menjadi 4
jenis, yaitu jenis IK, IW, IN dan INsp, perbedaan keempat jenis zat warna tersebut adalah
sebagai berikut :

Tabel 1. Sifat umum zat warna bejana

Ukuran Substantifitas Ketahanan Penambahan


Penambahan
Jenis molekul zat garam Kerataan luntur N2S2O4 dan
NaCl
warna leuconya warna NaOH
Lebih mudah
IK Kecil Kecil Sedang Sedikit Banyak
rata
IW Sedang Sedang mudah rata Cukup Sedang Sedang

IN Agak Besar Agak Besar agak sukar rata Baik Banyak Sedikit

INsp Lebih Besar Lebih Besar Sukar rata Sangat Baik Lebih Banyak Nol

Sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman, pada saat ini zat warna yang banyak
dipakai adalah zat warna bejana jenis IN dan INSP yang tahan lunturnya sangat baik.
Namun kelemahan kedua zat warna tersebut adalah dalam proses pencelupannya sukar
rata, sehingga perlu ada usaha sedemikian rupa agar hasil celupnya rata.

Kiat-kiat yang biasa dilakukan untuk mencegah terjadinya hasil celup yang kurang rata
adalah:

- Mencegah terjadinya premature oksidasi selama proses pencelupan berlangsung


dengan menambahkan lagi Na2S2O4 dan NaOH pada larutan celup, menambahkan
zat anti oksidasi seperti glukosa dan CMC pada larutan celup.
- Mengurangi pemakaian elektrolit
- Memperlambat laju kenaikan suhu pencelupan
- Menambahkan perata (berupa retarder atau pendispersi nonionik) pada larutan
celup
- Menggunakan skema pencelupan cara semi pigmentasi atau Full pigmentasi

2.4.1 Mekanisme pencelupan dengan zat warna bejana terdiri dari 3 hal pokok, yaitu:
a. Pembejanaan (proses pelarutan zat warna menjadi leuko)
Zat utama yang digunakan adalah reduktor kuat natrium hidrosulfit dan alkali
kuat natrium hidroksida. Reaksinya adalah sebagai berikut :
-
O OH O Na +
Reduksi
Na2S2O4
Hn
R R R
O OH ONa
Zw Bejana Asam Leuko Garam Leuko

Proses Pembuatan garam leuco


b. Pencelupan dengan senyawa leuko
Bentuk senyawa ini mempunyai afinitas terhadap selulosa sehingga dapat
mencelupnya.
c. Pembangkitan (oksidasi)
Leuko yang telah terserap diubah kembali ke bentuk semula, sehingga tidak
larut dan tidak dapat keluar karena ukuran molekulnya lebih besar daripada pori
serat.

2.4 Variasi
Variasi yang dilakukan pada proses pencelupan kain T/C dengan zat warna dispersi –
bejana yaitu variasi elektrolit dan pembasah serta metoda pencelupan. Metoda yang
digunakan pada praktikum ini yaitu metoda standar dan metoda full pigmentasi. Dalam
teori, metoda ini akan menghasilkan kerataan yang berbeda yaitu pada metoda full
pigmentasi, hasil celup akan lebih rata. Selai itu variasi yang dilakukan yaitu elektrlit
dan pembasah. Hal ini dimaksudkan untuk melihat hasil celup mana yang bepengaruh
terhadap kain.
BAB III
METODA PERCOBAAN

3.1 Alat Dan Bahan


3.1.1 Alat yang digunakan :
1. Pengaduk kaca
2. Pipet
3. Timbangan digital
4. Gelas ukur
5. Tabung HT Dyeing
6. Mesin HT Dyeing

3.1.2 Bahan dan pereaksi


1. Kain T/C
2. Zat warna dispersi
3. NaOH
4. Na2S2O4
5. Pendispesi
6. Asam Asetat
7. Zat warna bejana
8. NaCl
9. Pembasah

3.2 Resep
3.2.1 Resep Pencelupan
Zat Resep
I II III IV
Zat Warna Disprsi ( % owf ) 1
Zat Warna Bejana ( % owf ) 1
NaOH (mL/L) 2
Leuco
Na2S2O4 (g/L) 4
Pendispersi (mL/L) 1
Asam Asetat (pH) 5
NaCl (g/L) - 20 - 20
Pembasah (mL/L) 2 - 2 -
Suhu Pencelupan (oC) 130
Waktu Pencelupan (Menit) 45
Metoda Pencelupan Standar Full Pigmentasi
Vlot ( 1 : x ) 1 : 20

3.2.2 Resep Oksidasi


Zat Resep
I II III IV
H2O2 (mL/L) 5
Vlot (1 : x) 1 : 20
Suhu (oC) 80
Waktu (Menit) 15

3.2.3 Resep Pencucian


Zat Resep
I II III IV
Teepol (mL/L) 1
Na2CO3 (g/L) 2
Vlot (1 : x) 1 : 20
Suhu (oC) 80
Waktu (Menit) 10

3.3 Perhitungan Resep


3.3.1 Resep Pencelupan
 Resep I
Berat Kain : 4,70 gram
Vlot : 4,70 g x 20 = 94
1 100 65
ZW Dispersi 65% : 100 𝑥 4,70 𝑥 1
𝑥 100
= 3,055 mL
1 100 35
ZW Bejana 35% : 100 𝑥 4,70 𝑥 1
𝑥 100
= 1,645 mL
1
Pendispersi : 1000 𝑥 94 = 0,094 mL

NaCl :−
2
Pembasah : 1000 𝑥 94 = 0,1188 mL

Keb. Air : 94 – (3,055 + 1,645 + 0,094 + 0,1188) = 89,206 mL

 Resep II
Berat Kain : 4,96 gram
Vlot : 4,96 g x 20 = 99,2
1 100 65
ZW Dispersi 65% : 100 𝑥 4,96 𝑥 𝑥 = 3,224 mL
1 100
1 100 35
ZW Bejana 35% : 100 𝑥 4,96 𝑥 𝑥 = 1,736 mL
1 100
1
Pendispersi : 1000 𝑥 99,2 = 0,099 mL
20
NaCl : 1000 𝑥 99,2 = 1,984 gram

Pembasah :−
Keb. Air : 99,2 – (3,224 + 1,736 + 0,099) = 94,24 mL

 Resep III
Berat Kain : 4,96 gram
Vlot : 4,96 g x 20 = 99,2
1 100 65
ZW Dispersi 65% : 100 𝑥 4,96 𝑥 𝑥 = 3,224 mL
1 100
1 100 35
ZW Bejana 35% : 100 𝑥 4,96 𝑥 𝑥 = 1,736 mL
1 100
1
Pendispersi : 1000 𝑥 99,2 = 0,099 mL

NaCl :-
2
NaOH : 1000 𝑥 99,2 = 0,1984 mL
4
Na2S2O4 : 1000 𝑥 99,2 = 0,3968 mL
2
Pembasah : 1000 𝑥 99,2 = 0,1984 mL

Keb. Air : 99,2 – (3,224 + 1,736 + 0,099) = 94,24 mL

 Resep IV
Berat Kain : 4,70 gram
Vlot : 4,70 g x 20 = 94
1 100 65
ZW Dispersi 65% : 100 𝑥 4,70 𝑥 𝑥 = 3,055 mL
1 100
1 100 35
ZW Bejana 35% : 100 𝑥 4,70 𝑥 𝑥 = 1,645 mL
1 100
1
Pendispersi : 1000 𝑥 94 = 0,094 mL
20
NaCl : 1000 𝑥 94 = 1,88 gram
2
NaOH : 1000 𝑥 94 = 0,188 mL
4
Na2S2O4 : 1000 𝑥 94 = 0,376 mL

Pembasah :−
Keb. Air : 94 – (3,055 + 1,645 + 0,094) = 89,206 mL

3.3.2 Resep Pembangkitan Warna


 Resep I
Berat Kain : 4,70 gram
Vlot : 4,70 x 20 = 94
5
Teepol : 1000 𝑥 94 = 0,47 mL

 Resep II
Berat Kain : 4,96 gram
Vlot : 4,96 x 20 = 99,2
5
Teepol : 1000 𝑥 99,2 = 0,496 mL

 Resep III
Berat Kain : 4,96 gram
Vlot : 4,96 x 20 = 99,2
5
Teepol : 1000 𝑥 99,2 = 0,496 mL

 Resep IV
Berat Kain : 4,70 gram
Vlot : 4,70 x 20 = 94
5
Teepol : 1000 𝑥 94 = 0,47 mL

3.3.3 Resep Pencucian


 Resep I
Berat Kain : 4,70 gram
Vlot : 4,70 x 20 = 94
1
Teepol : 1000 𝑥 94 = 0,094 mL
2
Na2CO3 : 1000 𝑥 94 = 0,188 mL

 Resep II
Berat Kain : 4,96 gram
Vlot : 4,96 x 20 = 99,2
1
Teepol : 1000 𝑥 99,2 = 0,119 mL
2
Na2CO3 : 1000 𝑥 99,2 = 0,198 mL

 Resep III
Berat Kain : 4,96 gram
Vlot : 4,96 x 20 = 99,2
1
Teepol : 1000 𝑥 99,2 = 0,119 mL
2
Na2CO3 : 1000 𝑥 99,2 = 0,198 mL

 Resep IV
Berat Kain : 4,70 gram
Vlot : 4,70 x 20 = 94
1
Teepol : 1000 𝑥 94 = 0,094 mL
2
Na2CO3 : 1000 𝑥 94 = 0,188 mL

3.4 Diagram Alir

Proses
Persiapan alat Perhitungan Pembuatan
pencelpan
dan bahan resep larutan celup
130oC x 45'

Proses
Proses oksidasi
Evaluasi Pengeringan pencucian
80oC x 15'
80oC x 10'
3.5 Skema Proses
3.5.1 Metoda Standar

3.5.2 Metoda Full Pigmentasi

3.6 Fungsi Zat


1. Zat warna disperse berfungsi mewarnai serat polyester
2. Pendispersi berfungsi mendispersikan zat warna disperse dalam air
3. As. Asetat berfungsi melindungi serat poliester
4. Zat warna bejana berfungsi mewarnai serat kapas
5. Na2S2O4 berfungsi untuk mereduksi zat warna bejana menjadi asam leuko untuk
mereduksi sisa-sisa zat warna dispersi yang menempel di permukaan serat
6. NaOH berfungsi mengubah asam leuko yang tidak larut menjadi garam leuko yang
larut dalam air.
7. H2O2 berfungsi untuk mengoksidasi garam leuko zat warna bejana agar kembali ke
bentuk semula yang tidak larut (pembangkitan warna)
8. Sabun berfungsi untuk membersihkan sisa-sisa zat kimia dan zat warna yang hanya
menempel di permukaan kain

3.7 Cara Kerja


1. Siapkan kain T/C dengan perbandingan serat selulosa dan serat poliester 35 : 65
2. Hitung kebutuhan zat sesuai resep untuk proses pencelupan dan pencucian meliputi
zat warna, asam asetat, pendispersi, Teepol dan Kebutuhan Air.
3. Proses pencelupan zat warna dispersi – bejana metoda one bath one stage dengan
suhu 130oC selama 45 menit. Untuk metoda standar, zat warna bejana dibuat
menjadi leuco terlebih dahulu. Untuk metoda full pigmentasi, NaOH dan Na2S2O4
ditambahkan pada 15 menit akhir.
4. Lakukan proses pembangkitan warna dengan menggunakan H2O2 dengan suhu 80oC
selama 15 menit
5. Lakukan proses pencucian sabun dengan suhu 80oC selama 10 menit
6. Kain yang telah dicuci sabun kemudian cuci dingin / dibilas kembali menggunakan
air dingin
7. Keringkan kain T/C menggunakan mesin stenter
8. Evaluasi kain T/C meliputi :
 Kerataan kain
 Ketuaan kain
 TLW terhadap Gosokan (Basah dan Kering)
BAB IV
DATA PENGAMATAN

4.1 Ketuaan Warna


Resep I II III IV
Nilai 2 1 3 4

4.2 Kerataan Kain


Resep I II III IV
Nilai 2 1 3 4

Keterangan:
Baik sekali =4
Baik =3
Cukup =2
Kurang =1
Resep I

Resep II

Resep III

Resep IV
Resep I

Resep II

Resep III

Resep IV
4.3 Nilai Uji Gosok
4.3.1 Gosok Kering
Resep I II III IV
Kapas

Kain
Gosok

Nilai 4 4/5 4 4
4.3.2 Gosok Basah
Resep I II III IV
Kapas

Kain
Gosok

Nilai 4/5 4/5 4/5 4/5


BAB V
DISKUSI

1.1 Pembahasan

1.2 Kesimpulan
Pada praktikum pencelupan pada kain T/C dengan zat warna dispersi dan zat warna
reaktif didapat hasil sebagai berikut :
 Ketuaan Warna
 Kerataan Warna
 Tahan Gosok
DAFTAR PUSTAKA

 Pedoman praktikum teknologi pencelupan I, Dede Karyana, S. Teks.,M.Si, 2005.


 Pedoman praktikum teknologi pencelupan 2, 2013.
 Pedoman praktikum pengukuran warna, 2013.

Anda mungkin juga menyukai