Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM PENCELUPAN 1

PROSES PENCELUPAN KAPAS DENGAN ZAT WARNA BEJANA


METODE EXHAUST

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Pencelupan 1 dengan dosen
pengampu :
Ikhwanul Muslim, S.ST., M.T.
David Christian, S.ST.
Fauzi Jamalludin

Disusun oleh:
Kelompok 4

Alfi Jiyad Rifki (19420008)


Alwi Mardianus Palawi (19420011)

Aswati Pajri Septiani (19420017)


Atikah Marsa Salsabila (19420018)

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL


POLITEKNIK STTT BANDUNG
2020
I. Maksud
Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh variasi penambahan takaran zat warna
yang berbeda pada proses pencelupan kain kapas dengan zat warna bejana
menggunakan metode exhaust.
II. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh variasi perbendaan penggunaan takaran zat warna
yang digunakan terhadap ketuaan warna dan kerataan warna. Zat warna yang digunakan
adalah zat warna bejana dengan menggunakan metode exhaust
III. Teori Dasar
A. Serat Kapas
Kapas adalah salah satu jenis serat tumbuh-tumbuhan yang banyak dipergunakan
dalam industri tekstil, baik sebagai 100 % serat kapas maupun sebagai campuran serat
lainnya.
Sebagai bahan campura, serat kapas dapat memperbaiki kekurangan dari serat
lainnya seperti daya tahan panas dan daya serat air, karena kedua sifat tersebut sangat baik
pada serat kapas. Serat kapas terutama terutama tersusun dari zat selulosa, oleh karena itu
sifat kimia dan fisika serat kapas tergantung pada sifat kimia dan fisika selulosa.

H OH CH 2 OH H OH CH 2 OH
HO H H O H O
OH H O OH H OH
H H H

H H H O H
O OH H OH
H H H
O O
CH 2 OH H OH CH 2 OH H OH

Rantai Molekul Polimer Selulosa


Zat-zat selain selulosa yang terdapat dalam serat kapas harus dihilangkan. Cara
menghilangkannya itu adalah dengan cara pemasakan dalam larutan NaOH. Semua zat
kecuali pigmen dan selulosa akan hilang. Pigmen dihilangkan dengan proses pengelantangan
yang menggunakan zat oksidator seperti NaOCl, CaOCl2 dan sebagainya.
 Penampang serat kapas

Melintang
Membujur
 Sifat-sifat serat kapas
A. Sifat Fisika
- Serat kapas berwarna putih kekuning-kuningan
- Kekuatan serat kapas cukup tinggi, kekuatan dalam keadaan basah lebih tinggi
daripada kekuatan dalam keadaan kering, sehingga sangat menguntungkan untuk proses
pencelupan, karena pada proses pencelupan akan ada tarikan-tarikan pada kain kapas
tersebut
- Mulur serat kapas 4 – 13 %
- Dalam keadaan standart, serat kapas mengandung 7–8,5 % air terhadap berat kering.
- Berat jenis serat kapas 1,5 – 1,56
- Indeks bias sejajar sumbu serat 1,58.
- Indeks bias melintang sumbu serat 1,53.
B. Sifat Kimia
- Serat kapas dapat teroksidasi membentuk oksiselulosa sehingga kekuatan serat akan
turun.
- Serat kaps akan terhidrolisa oleh asam membentuk hidroselulosa. Degradasi serat
kapas akan lebih cepat didalam asam kuat dan pekat.
- Serat kapas tahan akan alkali, alkali kuat dengan konsentrasi yang tinggi hanya akan
menggelembungkan serat. Oleh karena itu, alkali dipergunakan untuk proses
merserisasi.
- Dalam kondisi yang lembab dan temperatur yang hangat, jamur dan bakteri akan
menyerang serat kapas.
B. Zat Warna Bejana
Zat warna bejana merupakan salah satu zat warna alam, zat warna ini telah lama
dipergunakan untuk serat-serat tekstil. Dibandingkan dengan zat warna lain, zat warna
bejana relatif lebih tahan terhadap zata kimia seperti oksidator dan reduktor. Zat warna
ini juga tidak larut dalam air sehingga ketahanan luntur terhadap pencuciannya tinggi.
Semua zat warna bejana tidak larut dalam air dan tidak mungkin digunakan untuk
mencelup apabila tidak diubah dahulu struktur molekulnya. Dengan diberi sendikit
reduktor yaitu hidrosulfit, senyawa tersebut dibejanakan artinya diubah menjadi bentuk
leuko yakni bentuk zat warna bejana yang tereduksi yang akan larut dalam larutan
alkali. Senyawa leuko tersebut memiliki substantivitas terhadap selulosa sehingga dapat
mencelupnya. Dengan perantara suatu oksidator atau dengan oksigen dari udara, bentuk
leuko yang berada dalam serat akan teroksidasi kembali ke bentuk semula yakni pigmen
zat warna bejana. Senyawa-senyawa leuko memiliki warna -warna yang lebih muda
daripada warna pigmen aslinya
Tahapan dalam pencelupan menggunakan zat warna bejana :
1) Pembejanaan yaitu dengan membuat larutan bejana yang mengandung
senyawa leuko
2) Pencelupan serat-serat tekstil
3) Oksidasi senyawa leuko menjadi senyawa asal
4) Pencucian dengan sabun
C. Reaksi / Ikatan
a. Reaksi saat pembejanaan
Na2S2O4 + 2NaOH + 2H2O ----> 2Na2S2O4 + 6Hn
D=C=O + Hn ----> D=C-OH
(pigmen zat warna)
D=C-OH + NaOH ----> D=C-Ona
(leuko zat warna, larut, substantive)

b. Reaksi saat pengoksidasian


2D=C-O-Na + On ----> 2D=C=O + Na2CO3
D. Pengaruh Variasi
Pada pemakaian sejumlah alkali kuat (NaOH) memungkinkan terbentuknya
isomer dengan adanya pemakaian alkali yang berbeda-beda pada saat pembuatan
larutan leuko (pembejanaan). Apabila hal ini terjadi, maka larutan leuko tersebut
sukar dioksidasikan kembali dan memberikan warna yang berbeda dengan warna
aslinya.
IV. Diagram Alir Proses
V. Resep dan Perhitungan Resep
VI. Resep Pencelupan Standar
Zw Bejana 2% owf
Wetting Agent 1mL/L
Natrium Hidrosulfit 1g/L
NaOH 4g/L
NaCl 40g/L
Vlot 1:10
Waktu 60 menit
Suhu Optimim 90℃

Resep Oksidasi Standar


Hidrogen Peroksida 35% 5mL/L
Vlot 1:20
Waktu 15 menit
Suhu Optimum 80℃

Resep Cuci Sabun Standar


Sabun 1g/L
Soda Ash 1g/L
Vlot 1:20
Waktu 15 menit
Suhu Optimum 80℃
PERHITUNGAN RESEP
A. Resep Pencelupan:

Dik: Berat Bahan 30 gram


1 30𝑔
 Vlot 1:10, maka kebutuhan larutan terhadap bahan = × → 𝑥 = 300𝑔 ≈ 300𝑚𝐿
10 𝑥
𝟐
 Zat Warna Bejana 2% owf = × 𝟑𝟎𝒈 = 𝟎, 𝟔𝒈 ≈ 𝟎, 𝟔𝒎𝑳
𝟏𝟎𝟎
 Wetting Agent 1mL, maka kebutuhan wetting agent
1𝑚𝐿 𝑥
= × → 𝑥 = 0,3𝑚𝐿
1000𝑚𝐿 300𝑚𝐿

 Natrium Hidrosulfit 1g/L, maka kebutuhannya


1𝑔 𝑥
= 1000𝑚𝐿 × → 𝑥 = 0,3 𝑔 ≈ 0,3𝑚𝐿
300𝑚𝐿

40𝑔 𝑥
 NaCl 40g/L, maka kebutuhannya = × → 𝑥 = 12𝑔 ≈ 12𝑚𝐿
1000𝑚𝐿 300𝑚𝐿
 NaOH
1) Variasi Orang Pertama: NaOH 2g/L

𝟐𝒈⁄ 𝟐𝒈 𝒙
𝑳 , 𝒎𝒂𝒌𝒂 = 𝟏𝟎𝟎𝟎𝒎𝑳 × 𝟑𝟎𝟎𝒎𝑳 → 𝒙 = 𝟎, 𝟔𝒈 ≈ 𝟎, 𝟔𝒎𝑳

Total Kebutuhan Air Pencelupan = 𝟑𝟎𝟎 − (𝟎, 𝟔 + 𝟎, 𝟑 + 𝟎, 𝟑 + 𝟏𝟐 + 𝟎, 𝟔)𝒎𝑳 = 𝟐𝟖𝟔, 𝟐𝒎


2) Variasi Orang Kedua: NaOH 3g/L
𝟑𝒈⁄ 𝟑𝒈 𝒙
𝑳 , 𝒎𝒂𝒌𝒂 = 𝟏𝟎𝟎𝟎𝒎𝑳 × 𝟑𝟎𝟎𝒎𝑳 → 𝒙 = 𝟎, 𝟗𝒈 ≈ 𝟎, 𝟗𝒎𝑳
Total Kebutuhan Air Pencelupan = 𝟑𝟎𝟎 − (𝟎, 𝟔 + 𝟎, 𝟑 + 𝟎, 𝟑 + 𝟏𝟐 + 𝟎, 𝟗)𝒎𝑳 =
𝟐𝟖𝟓, 𝟗𝒎𝑳

3) Variasi Orang Ketiga: NaOH 4g/L


𝟒𝒈⁄ 𝟒𝒈 𝒙
𝑳 , 𝒎𝒂𝒌𝒂 = 𝟏𝟎𝟎𝟎𝒎𝑳 × 𝟑𝟎𝟎𝒎𝑳 → 𝒙 = 𝟏, 𝟐𝒈 ≈ 𝟏, 𝟐𝒎𝑳
Total Kebutuhan Air Pencelupan = 𝟑𝟎𝟎 − (𝟎, 𝟔 + 𝟎, 𝟑 + 𝟎, 𝟑 + 𝟏𝟐 + 𝟏, 𝟐)𝒎𝑳 =
𝟐𝟖𝟓, 𝟔𝒎𝑳

4) Variasi Orang Keempat: NaOH 5g/L


𝟓𝒈⁄ 𝟓𝒈 𝒙
𝑳 , 𝒎𝒂𝒌𝒂 = 𝟏𝟎𝟎𝟎𝒎𝑳 × 𝟑𝟎𝟎𝒎𝑳 → 𝒙 = 𝟏, 𝟓𝒈 ≈ 𝟏, 𝟓𝒎𝑳

Total Kebutuhan Air Pencelupan = 𝟑𝟎𝟎 − (𝟎, 𝟔 + 𝟎, 𝟑 + 𝟎, 𝟑 + 𝟏𝟐 + 𝟏, 𝟓)𝒎𝑳 =


𝟐𝟖𝟓, 𝟑𝒎𝑳

B. Resep Oksidasi Standar


Dik: Berat Bahan 30g
 Vlot 1:20, maka kebutuhan larutan terhadap bahan
1 30𝑔
= 20 × → 𝑥 = 600𝑔 ≈ 600𝑚𝐿
𝑥

 Hidrogen Peroksida 35% 5ml/L, maka kebutuhan larutan


15𝑚𝐿 𝑥
= × → 𝑥 = 9𝑚𝐿
1000𝑚𝐿 600𝑚𝐿
 Total Kebutuhan Larutan = 600𝑚𝐿 − 9𝑚𝐿 = 591𝑚𝐿
C. Resep Cuci Sabun Standar
Dik: Berat Bahan 30g
 Vlot 1:20, maka kebutuhan larutan terhadap bahan
1 30𝑔
= × → 𝑥 = 600𝑔 ≈ 600𝑚𝐿
20 𝑥
 Sabun 1g/L, maka kebutuhannya
1𝑔 𝑥
= × → 𝑥 = 0,6𝑔 ≈ 0,6𝑚𝐿
1000𝑚𝐿 600𝑚𝐿

 Soda Ash 1g/L, maka kebutuhannya


1𝑔 𝑥
= × → 𝑥 = 0,6𝑔 ≈ 0,6𝑚𝐿
1000𝑚𝐿 600𝑚𝐿

 Total Kebutuhan larutan = 600𝑚𝐿 − 0,6𝑚𝐿 − 0,6𝑚𝐿 = 598,8𝑚𝐿


VII. Skema Proses
I.

Suhu
Leuco zw bejana
Pembasah
Na2S2O4
70 – 90 °C
NaOH

NaCl

40°C

30°C
T (°C)

10 40 70 90

t (menit)

VIII. Fungsi Zat


Fungi zat
Zat warna bejana Sebagai zat pemberi warna pada serat
Natrium hidrosulfit Sebagai reduktor yang akan mereduksi
pigmen zat warna menjadi bentuk
leuko sehingga tidak akan terjadi
prematur warna pada kain.
NaOH Sebagai pemberi suasana alkali pada
larutan reduktor
NaCl Menambah penyerapan zat warna pada
kain kapas
Hidrogen peroksida Berfungsi untuk mengoksidasi leuko
larutan zat warna bejana,sehinggan
dapat membangkitkn warna
Soda ash Memperbesar kelarutan zat warna
dalam larutan celup dan sebagai zat
anti kesadahan dalam air celup,serta
menetralkan asam hasil dari reaksi
yang terdapat pada larutan celup
Sabun Menghilangkan zat warna yang
terhidrolisis yang ada dalam kain hasil
celup
Pembasah Menurunkan tegangan antar muka
sehingga zat warna yang larut dapat
secara merata dan mempercepat proses
pelarutan. Dalam pencucian berfungsi
sebagai penghilang zat warna yang
tidak terfiksasi oleh serat
IX. Hasil Evaluasi Data Ranking Ketuaan Dan Kerataan Warna

1. Tabel Data Hasil Evaluasi Ranking Ketuaan Warna


Kain Variasi NaOH Alfi Alwi Aswati Atikah Jumlah

2 g/l 3 2 2 1 8

3 g/l 5 5 4 2 16

4 g/l 6 6 6 4 22

5 g/l 6 7 7 5 25

Keterangan
Nilai 1-8 makin tinggi nilai makin tua warnanya

Grafik Hasil Evaluasi Data Ranking


Ketuaan Warna
30
Evaluasi Ketuaan Warna

25

20

15

10

0
0 1 2 3 4 5 6
Variasi NaOH
2. Tabel Data Hasil Evaluasi Ranking Kerataan Warna
Kain Variasi NaOH Alfi Alwi Aswati Atikah Jumlah

2 g/l 2 2 2 1 7

3 g/l 4 3 4 3 14

4 g/l 4 6 5 5 20

5 g/l 6 7 7 7 27

Keterangan
Nilai 1-8 makin tinggi nilai,makin rata warna pada kain

Grafik Hasil Evaluasi Data Ranking Kerataan


Warna
30
Evaluasi Kerataan Warna

25

20

15

10

0
0 1 2 3 4 5 6
Variasi NaOH

X. Diskusi Ketuaan dan Kerataan Warna


Dari hasil ranking evaluasi ketuaan warna, grafik yang diperoleh bahwasanya
seiring dengan penambahan konsentrasi NaOH menunjukkan garis yang menanjak
artinya pengaruh penambahan konsentrasi mempengaruhi terhadap sifat
penambahan ketuaan kain. Dengan penambahan konsentrasi tertinggi 5g/L
menghasilkan warna yang paling tua dan 2g/L menghasilkan warna yang kurang
tua. Semakin banyak NaOH menyebabkan larutan garam leuko sukar dioksidasi
sehingga menyebabkan terciptanya perbedaan warna menuju ke arah yang lebih tua.
Untuk zat warna bejana proses pembangkitan sangatlah perlu, karena zat warna
bejana akan muncul setelah proses pembangkitan,proses pembangkitan
menggunakan NaOH. Penambahan NaOH yang berbeda akan berpengaruh pada
kerataan kain dimana semakin meningkatnya penambahan NaOH maka warna yang
dihasilkan semakin rata dan menambah penyerapan pada kain.
XI. Kesimpulan
Dari pengujian dan pembahasan terhadap variasi konsentrasi NaOH pada
proses pencelupan kain kapas dengan zat warna bejana sesuai dengan hipotesis
yaitu untuk menguraikan Na2S2O4 menjadi Hn dan merubah asam leuko menajdi
garam leuko yang larut, dimana Na2S2O4 berfungsi sebagai reduktor yang
mereduksi pigmen zat warna menjadi bentuk leuko sehingga tidak akan terjadi
prematur warna yang dihasilkan. Sehingga dapat mempengaruhi ketuaan dan
kerataan warna pada kain kapas. Dari situ kita menarik kesimpulan:
 Semakin tinggi konsentrasi NaOH yang digunakan pada proses pencelupan
kain kapas dengan zat warna bejana, maka warna yang dihasilkan pada kain
akan semakin tua warnanya yaitu dengan variasi NaOH senilai 5 g/L.
 Semakin tinggi juga konsentrasi NaOH yang digunakan pada proses pencelupan
kain kapas dengan zat warna bejana, maka kerataan warna yang dihasilkan pada
kain akan semakin rata yaitu dengan variasi NaOH senilai 5 g/L.

Anda mungkin juga menyukai