1)
Tujuan Percobaan
Dasar Teori
Kohler dan Cadwell (1948) melaporkan preparasi Benzilidenasetofenon atau kalkon dari
benzaldehid dan asetofenon berdasarkan reaksi Claisen-Schmidt. Reaksi tersebut dilakukan pada
temperature 15OC-25OC menggunakan katalis basa dan etanol sebagai pelarut, menghasilkan
kalkon berupa padatan kuning, titik lebur 55OC-57OC dengan rendemen 85%.
Reaksi Claisen-Schmidt adalah reaksi kondensasi antara aldehyda aromatic dengan alkil
(aril) keton menggunakan katalis basa menghasilkan senyawa α, β- keton tak jenuh (Carrey dan
Sundberg, 1990). Secara umum reaksi ini melibatkan dua tahap reaksi, tahap pertama adalah
adisi nukleofilik enolat dari alkil aril keton dengan aldehide aromatik menghasilkan β-
hidroksiketon. Pada tahap kedua β- hidroksiketon mengalami dehidrasi menghasikan α, β- keton
tak jenuh (kalkon).
Alat
1. Labu reaksi
2. Pengaduk magnet
3. Labu ekstraksi
4. Kolom kromatografi cepat
5. Evaporator
6. Spektrofotometer UV-VIS
Bahan
1. Benzaldehida
2. Asetofenon
3. NaOH
4. Etanol
5. Aquades
6. Etilasetat
7. Heksana
8. Plat TLC
9. Silika gel
Cara Kerja
1. Masukkan tabung ke dalam potongan es, dan tempatkan 100 mg (0.83 mmol) asetofenon
dalam tabung reaksi 10 mL yang dilengkapi dengan pegaduk magnetik.
2. Dituangkan larutan 42.5 mg NaOH dalam 0.5 mL air dan 0.5 mL etanol, selanjutnya
mulai diaduk.
3. Selanjutnya ditambahkan 88 mg (0.83 mol) benzaldehida. Jaga suhu campuran 25oC dan
aduk secara keras hingga campuran reaksi menjadi pekat selama kurang lebih 1 hingga 2
jam. Silakan monitor reaksi dengan TLC selama reaksi berlangsung.
4. Tambahkan 2,5 mL air dan evaporasi campuran reaksi.
5. Ektraksi campuran reaksi dengan etilasetat 20 mL sebanyak tiga kali.
6. Keringkan dengan Na2SO4 dan saring.
7. Evaporasi hingga tidak ada lagi solven tersisa
8. Timbang berat produk kotor.
9. Produk kotor dimurnikan dengan kolom kromatografi cepat menggunakan solvent
etilasetat : heksana (1:4).
10. Kumpulkan fraksi target molekul dan evaporasi hingga tidak ada solven tersisa.
11. Timbang target molekul dan dianalisis menggunakan spektroskopi UV-VIS.
Daftar Pustaka
1. Carrey, F.A. and R.I Sundberg, 1990, Advanced Organic Chemistry Part B: Reactions and
Synthesis, edisi 3, Plenum Press, New York dan London.
2. Bassett et. Al (revisers), 1978, Vogel’s Textbook of Practical Organic Chemistry, 4th edition,
ELBS, Longman Group Ltd., England, 1978. Dasar Vogel p. 796
P. 2
PENGUBAHAN ASAM FUMARAT MENJADI ASAM MALEAT
Kompetensi:
Mahasiswa memiliki kemampuan praktis pengubahan senyawa yang memiliki stereoisimer
cis menjadi senyawa yang memiliki stereoisomer trans.
Pendahuluan
Adanya ikatan rangkap dalam moekul organic dapat menyebabkan kekakuan molekul
tersebut, adanya ikatan phi menyebabkan molekul tidak dapat berotasi bebas seperti
halnya pada ikatan jenuh. Sebagai akibat dari keadaan tersebut, maka senyawa alkena
disubstitusi akan memiliki dua stereoisomer, yakni bentuk cis dan “trans”.
Pada eksperimen ini akan dicoba memberikan suatu gambaran praktis mengenai cara
merubah bentuk trans menjadi bentuk cis. Asam maleat, yang diperoleh melalui
pembukaan cincin anhidrida maleat, melakukan reaksi adisi dengan suatu asam untuk
membentuk karbokation. Ikatan tunggal yang terjadi dapat berputar (rotasi) bebas untuk
kemudian melepaskan kembali H+ sehingga diperoleh asam fumarat (trans). Secara
keseluruhan, reaksi-reaksi yang terjadi dapat digambarkan sebagai berikut,
O O +
O O O H
O O
H
Anhidrida Maleat
O O O O
OH HO O- O H
Asam Maleat H
OH HO OH HO
H+ O OH
O O
ASAM MALEAT
OH H
O OH HO
+
O OH
O
OH ROTASI BEBAS
-H+
OH
O
O
OH
ASAM FUMARAT
A. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat memahami salah satu aspek
penting dalam sintesis organik
B. DASAR TEORI
Reagensia nukleofilik dapat bereaksi dengan senyawa yang mengandung atom karbon yang
bermuatan parsial positif misalnya senyawa dengan gugus karbonil (-C=O). Salah satu sumber
nukleofilik adalah ion enolat atau karbanion yang dapat diperoleh dari pengolahan senyawa
dengan Hα terhadap gugus karbonil dengan basa. Tipe reaksi di atas sering disebut reaksi
kondensasi. Reaksi antara senyawa aldehid dengan suatu senyawa yang mempunyai sebuah Hα
terhadap dua gugus pengaktif disebut reaksi kondensasi Knoevenagel. Dalam percobaan ini
akan dilakukan reaksi antara benzaldehid dengan asam malonat dalam suasana basa.
Mekanisme reaksi melibatkan kondensasi, dekarboksilasi dan dehidrasi. Dimana secara
sederhana dapat ditunjukkan dengan reaksi sebagai berikut:
O COOH
COOH
R CH + H2C R
COOH
C. ALAT
1 set alat refluk, penyaring, erlenmeyer, penangas air dan alat pengukur titik leleh
D. BAHAN
Benzaldehid, piridin, asam malonat, piperidin, etanol dan asam klorida
E. METODE KERJA
1. Panaskan campuran benzaldehid (2 g), asam malonat (3 g), piridin (6 mL) dan piperidin (4
tetes) pada penangas air selama 1 jam.
2. Didihkan campuran ini selama 10 menit.
3. Dinginkan dengan menambahkan beberapa butir es dalam wadah pendingin.
4. Tambahkan 20 mL HCl 5M.
5. Saring hasil reaksi, cuci dengan air es kemudian rekristalisasi dengan campuran air-etanol
6. Hitung rendemen dan tentukan titik leleh senyawa hasil reaksi.
F. TUGAS
1. Sebelum praktikum cari semua sifat reagen yang digunakan!
2. Berilah contoh tope reaksi kondensasi lain yang melibatkan senyawa karbonil dan
karbanion!
PENAPISAN FITOKIMIA (P.4)
TUJUAN PERCOBAAN
1. Alat-alat : krus porselin, corong gelas, pipet tetes, gelas ukur, tabung reaksi,
gelas Beaker 250 ml, plat tetes, Buhnsen, kapas.
2. Bahan : ammonia 25%, kloroform, HCl, pereaksi Dragendorff, pereaksi Mayer,
serbuk Mg, amilalkohol, FeCl 3 1%, larutan gelatin, pereaksi Steasny, NaOH 1M,
1. Alkaloid
Sebanyak 5 g serbuk simplisia dilembabkan dengan 5 ml ammonia 25% dan
digerus dalm krus porselin. Kemudian ditambahkan 20 ml kloroform dan digerus
kuat dan disaring. Untuk pemeriksaan alkaloid, 10 ml larutan organic diekstraksi
2 kali dengan larutan asam klorida (1:10). Sebanyak 5 ml larutan ini masing-
masing dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi. Adanya alkaloid ditunjukan denag
terbentuknya endapan merah bata setelah ditambahkan pereaksi Dragendorff,
endapan putih setelah ditambahkan pereaksi Mayer.
2. Saponin
Sebanyak 5 g serbuk didihkan dalam 100 ml air selama 5 menit, kemudian
disaring dalam keadaan panas. Selanjutnya 10 ml larutan dikocok kuat secara
vertical selama 10 detik. Jika terbentuk busa setinggi 1 cm s.d 10 cm yang stabil
tidak kurang dari 10 menit, dan tidak hilang pada penambahan setetes asam
klorida 2 N menunjukan adanya saponin.
3. Flavonoid
Sebanyak 5 ml filtrat dari larutan (2) ditambah serbuk magnesium, 1 ml asam
klorida pekat dan 2 ml amilalkohol, dikocok kuat dan dibiarkan memisah. Adanya
flavonoid ditunjukan jika terbentuk warna merah, kuning, atau jingga pada
lapisan amilalkohol.
4. Tanin
6. Steroid/Triterpenoid
TUJUAN
DASAR TEORI
Minyak daun cengkeh mengandung dua komponen utama yaitu eugenol (70%-80%),
kariofilena (15%-20%) dan komponen – komponen lain dalam jumlah kecil. Komponen lain
dalam minyak daun cengkeh adalah sebagai berikut: α-lopeana, α-kubebena, β-kariofilena,
humulena, δ-kadinena dan kadinena-1,3,5-triena.
Eugenol dan kariofilena dapat dipisah dengan cara disabunkan denagn larutan NaOH 4-6
N, akan terbentuk garam eugenolat yang larut dalam air. Lapisan eugenolat dipisahkan dan
diasamkan dengan HCl 25% hingga pH ±3 untuk mengambil eugenolnya kembali. Eaugenol
dimurnikan dengan jalan destilasi fraksinasi pengurangan tekanan. Fraksi 1 titik didih 94-96 oC/4
mmHg, fraksi 2 titik didih 97 – 107 oC/4 mmHg, dan fraksi 3 titik didih 110-120 oC/4 mmHg.
Hasil yang diperoleh diuji indeks biasnya, berat jenis dan ditentukan pula spectra UV dan IR-
nya.
ALAT
Gelas beker 500 ml, plat pemanasan dengan pengaduk magnetik, set destilasi fraksinasi vakum,
corong pisah, gelas ukur dan corong gelas.
BAHAN
Minyak cengkeh, NaOH 2 & 4 N, HCl 25%, pentana, petroleum eter, Na2SO4 anhidrat, pH
universal
CARA KERJA
Masukan 100 ml minyak cengkeh ke dalam gelas beker 500 ml dan tambahkan 150 ml NaOH 4N
disertai pengadukan dengan pengaduk magnetik. Setelah dingin, pisahkan lapisan yang terbentuk
dengan corong pisah. Lapisan bawah (eugenol) dipisahkan, lapisan atas (kariofilena) diekstraksi
dengan 50 ml NaOH 2N. Ekstrak digabung dengan lapisan eugenol, selanjutnya dilakukan
ekstraksi dengan pentana 25 ml (2x). Ekstrak yang diperoleh ditambahkan ke gelas beker yang
berisi kariofilena. Larutan yang berisi eugenol diasamkan dengan HCl 25% sampai pH 3.
Lapisan atas dipisahkan, lapisan air diekstraksi dengan petroleum eter 25 ml (2x), hasilnya
digabung dengan lapisan eugenol, cuci dengan air 25 ml (3x), kemudian keringkan dengan
Na2SO4 anhidrat dan saring. Petroleum eter diuapkan dengan evaporator buchi, residu didestilasi
fraksinasi dengan pengurangan tekanan. Tentukan fraksi yang mengandung eugenol melalui bau,
warna, titik didih, berat jenis, bias serta pola spektra UV, dan IR-nya.
PERCOBAAN 6
ISOLASI TRIMIRISTIN DARI BUAH BIJI PALA
A. SASARAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat memahami
beberapa aspek dasar dalam isolasi senyawa bahan alam khususnya trimiristin.
B. PENDAHULUAN
Trimiristin merupakan salah satu senyawa bahan alam golongan lemak, dapat
ditemukan dalam biji buah pala, Myristica fragrans, dengan kadar cukup tinggi. Hasil
pemisahan yang baik dapat dicapai dengan cara ekstraksi menggunakan eter dalam alat
refluk dan residunya dihablurkan dengan aseton. Selain itu, senyawaan Trimiristin yang
terdapat dalam buah biji pala tidak dapat tercampur dengan ester lain yang sejenis.
O
CH2 O =
C (CH2) 12CH3
CH2 OH O
=
O
CH O C (CH2) 12CH3
=
CH OH H O C (CH2)12CH3
O
=
gliserol Melalui
tristerain
percobaan ini dapat dijadikan suatu contoh sederhana dari pemisahan senyawa bahan
alam yang biasanya memakan waktu dan sangat rumit. Aspek-aspek yang berhubungan
dengan ekstraksi dan rekristalisasi perlu dipahami benar sebelum melakukan praktikum
ini. Disamping itu, sifat fisik dan kimiawi golongan senyawa lemak, khususnya
trimiristin penting sekali dicari di literatur.
E. PERTANYAAN
1. Sebutkan dan jelaskan cara-cara lain dari isolasi trimiristin dalam biji buah
pala?
2. Bagaimana cara saudara dapat mengetahui bahwa produk hasil isolasi adalah
senyawa trimiristin ?.
PERCOBAAN 7
ISOLASI MINYAK ATSIRI
TUJUAN
Adapun sasaran percobaan ini adalah mengisolasi minyak atsiri dari bahan yang
digunakan (misal kulit jeruk ) dengan cara destilasi uap, kemudian memurnikan minyak
yang dihasilkan dan , menentukan sifat fisikanya.
TEORI
Tanaman genus Citrus merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri.
Minyak atsiri yang dihasilkan oleh tanaman yang berasal dari genus Citrus sebagian
besar mengandung monoterpena, siskuiterpena alifatik,turunan hidrokarbon
teroksigenasi, dan hidrokarbon aromatik. Komposisi senyawa yang terdapat di dalam
minyak atsiri yang dihasilkan dari kulit buah tanaman genus Citrus berdasarkan
penelitian yang pernah dilakukan diantaranya adalah limonen, sitronelal, geraniol,
linalol, α-pinen, mirsen , β-pinen, sabinen, geranil asetat, nonanal, geranial, β-kariofilen,
dan α-terpineol (Chutia dkk., 2009).
ALAT
Perangkat destilasi uap, Denstrax, pengaduk gelas, corong gelas, neraca analitik,
Refraktometer Abbe, Polarimeter, Piknometer, Polarimeter.
BAHAN
Kulit daun jeruk siam , Na2SO4 anhidrat
CARA KERJA
Masukkan 1 kg bahan (misalkan kulit jeruk siam) ke dalam alat distilasi uap.
Selanjutnya dilakukan distilasi selama 2 jam. .Destilat yang diperoleh ditampung dalam
alat Denstrax. Kemudian dipisahkan lapisan air dan minyak atsiri. Apabila masih ada
tercampur air, maka dapat ditambahkan dengan Na 2SO4 anhidrat, selanjutnya disaring.
. Minyak atsiri yang diperoleh ditentukan tetapan fisikanya seperti indeks bias, berat
jenis dan putaran optis. Jika minyak atsiri yang diperoleh cukup untuk menentukan
putaran optisnya. Untuk menentukan sudut putarnya memerlukan kira-kira sekitar 10
mL. Jumlah komponen minyak atsiri dapat dianalisis dengan Kromatografi gas.
Sedangkan untuk mengetahui komponen minyak atsiri yang diperoleh dapat dilakukan
dengan Spektrometri massa.
Catatan: apabila menggunakan kulit jeruk terlebih dahulu dicuci dengan air sampai
bersih kemudian diangin-anginkan semalam selanjutnya dirajang dan siap untuk
dilakukan distilasi.
DAFTAR PUSTAKA
Harborne, J. B., 1996, Metode Fitokimia, Cetakan 2, a.b Padmowinata, K, dan Sudiro, I., ITB, Bandung,
hlm. 123-152.
Ketaren, S., 1987, Pengantar Teknologi Minyak Atsiri, cetakan kesatu, Balai Pustaka, Jakarta, hlm. 286-
299.
Khopkar, S. M., 2002, Konsep Dasar Kimia Analitik, diterjemahkan oleh A. Saptorahardjo, Universitas
Indonesia Press, Jakarta, hlm. 160-166.
Sastrohamidjojo, H., 1991, Kromatografi, Edisi 2, Cetakan 1, Liberty, Yogyakarta, hlm. 46-143.
Sudjadi, 1986, Metode Pemisahan, Kanisius, Yogyakarta, hlm. 26.
Zat Warna:Aplikasi TLC dan spektroskopi VIS dalam analisis kurkuminoid dari
Temulawak dan Kunyit (p.8)
KOMPETENSI :
MAHASISWA DIHARAPKAN DAPAT MENERAPKAN TEORI ZAT WARNA YANG TELAH DIPEROLEH PADA
PERKULIAHAN, SERTA MAMPU MELAKUKAN ANALISIS DENGAN TLC DAN SPEKTROSKOPI UV
KEYWORDS: DYE , PIGMEN, CURCUMINE , TLC, SPECTROSCOPY UV/VIS, CURCUMA XANTHORIZA , CURCUMA
LONGA
PENDAHULUAN
TELAH DIPEROLEH PENGETAHUAN DARI MATAKULIAH KIMIA ORGANIK III BAHWA PANJANG GELOMBANG ZAT
BBERWARNA YANG MASIH DAPAT DITANGKAP MATAMANUSIA ATAU DAERAH TAMPAK BERKISAR ANTARA 380
SD. 780NM. H UBUNGAN ANTARA WARNA YANG
TERSERAP DENGAN WARNA DIJELASKAN SECARA RINCI
OLEH MOHLER . SECARA GARIS BESAR DAPAT
DIJELASKAN BAHWA SETIAP WARNA MEMILIKI
PANJANG GELOMBANG (ATAU ENERGI ) YANG
SEMPIT DAN SPESIFIK . BILA DARI GELOMBANG
ELEKTROMAGNETIK DISERAP OLEH SAMPEL YANG
MEMILIKI ENERGI TERTENTU (PANJANG
GELOMBANG TERTENTU ) MAKA SISA ENERGI YANG
DITERUSKAN AKAN TAMPAK SEBAGAI WARNA YANG
SPESIFIK , DISEBUT SEBAGAI WARNA KOMPLEMENTER .
CARA KERJA
1. TIMBANG SEKITAR 2G MASING-MASING SAMPEL, MASUKKAN DALAM BEAKER GLASS YANG
BERTUTUP
2. TAMBAHKAN KIRA -KIRA 10ML ETANOL TEKNIS PADA KEDUA SAMPEL TERSEBUT DAN RENDAM
HINGGA LARUTAN MENJADI BERWARNA KUNING .
3. PISAHKAN BAGIAN FILTRAT DARI ENDAPANNYA DENGAN CARA MENYARING
4. TOTOLKAN MASING-MASING FILTRAT SAMPEL PADA PLAT KLT. JANGAN LUPA , TOTOLKAN PULA
LARUTAN KURKUMIN STANDART YANG TELAH DISIAPKAN
5. ELUSI PLAT TERSEBUT PADA CHAMBER YANG TELAH DISIAPKAN. ELUEN UNTUK PERLUAN INI ADALAH
CAMPURAN METANOL /CHCL 3 (98/2).
6. SETELAH SELESAI ELUSI , AMATI KROMATOGRAM DENGAN MENGGUNAKAN LAMPU UV. FOTO
HASILNYA, DAN DISKUSIKAN DENGAN ASISTEN
7. UNTUK ANALISIS SPEKTROSKOPI , TUANGKAN LARUTAN MASING-MASING SAMPEL DALAM KUVET.
8. LAKUKAN SCAN PADA PANJANG GELOMBANG 350NM SAMPAI DENGAN 750NM (BILA TERLALU
PEKAT , PERLU DIENCERKAN).
9. PRINT SPEKTRUM YANG DIPEROLEH (ADA TIGA SPEKTRUM ), DAN DISKUSIKAN DENGAN ASISTEN.
BAHAN BACAAN:
B. CAHYONO DAN M. SUZERY, ASPEK PRAKTIS PEMISAHAN BAHAN ALAM ORGANIK, BADAN
PENERBIT UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG