“REAKSI OKSIDASI”
Oleh:
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan 3
D. Manfaat 4
BAB II PEMBAHASAN 5
A. Oksidasi Alkohol 5
B. Oksidasi Keton 10
C. Oksidasi Alkena 10
D. Oksidasi Alkuna 15
A. Kesimpulan 17
DAFTAR PUSTAKA 18
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reaksi-reaksi kimia organik sangat penting untuk diketahui, hal ini di karenakan dalam
setiap proses mekanisme yang terjadi melibatkan suatu proses reaksi kimia organik. Adapun
reaksi-reaksi kimia organik yang sangat umum yaitu reaksi subtitusi, reaksi eliminasi, reaksi
penataan ulang, reaksi oksidasi-reguksi, reaksi perisiklik, dan reaksi radikal bebas.
Salah satu jenis reaksi yang sangat menarik perhatian adalah reaksi oksidasi. Seperti
yang kita ketahui reaksi ini melibatkan oksigen, selain itu melibatkan pula suatu agen
pengoksidasi (oksidator). Hasil akhir dari suatu reaksi oksidasi sangat dipengaruhi oleh struktur
senyawa yang akan dioksidasi, suhu, serta suasana pada saat reaksi berlangsung. Reaktifitas
Banyaknya peristiwa dilingkungan kita yang melibatkan reaksi oksidasi salah satunya
adalah reaksi pembakaran, selain itu reaksi oksidasi berperan pula dalam pembuatan suatu
produk industri petrokimia. Berdasarkan uraian inilah, maka materi reaksi oksidasi sangat perlu
dikaji lebih dalam terkait teori, serta jenis-jenis reaksi dan mekasinisme reaksinya.
B. Rumusan Masalah
2. Bagaimana mekanisme reaksi oksidasi yang terjadi pada berbagai struktur senyawa?
C. Tujuan
2. Untuk mengetahui mekanisme reaksi oksidasi yang terjadi pada berbagai struktur
senyawa.
3
D. Manfaat
organik.
2. Memberikan informasi mengenai mekanisme reaksi oksidasi yang terjadi pada berbagai
struktur senyawa.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Reaksi oksidasi terjadi apabila suatu substrat menerima oksigen, melepas hidrogen,
reaksi oksidasi adalah kondisi reaksi, perbandingan mol reaktan dan oksidator, serta waktu dan
Pada senyawa metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2) mengandung satu atom karbon.
Kedua senyawa tersebut harus memiliki bilangan oksidasi nol maka bilangan oksidasi atom
karbon pada senyawa etana adalah –4, sedangkan bilangan oksidasi atom karbon pada senyawa
karbon dioksida adalah +4. Bilangan oksidasi atom C pada senyawa karbon dioksida
meningkat (mengalami oksidasi), sedangkan bilangan oksidasi atom C pada senyawa metana
menurun.
Suatu reaksi oksidasi memerlukan agen pengoksidasi, syarat suatu agen pengoksidasi
adalah harus menampung satu elektron. Sehingga pada umumnya agen pengoksidasi memakai
logam sebagai atom pusatnya. Hal ini dikarenakan logam memiliki orbital d yang kosong,
dimana orbital tersebut dapat diisi oleh elektron. Oksidator yang umum digunakan yaitu
A. OKSIDASI ALKOHOL
Alkohol mudah terbakar membentuk gas karbon dioksida dan uap air. Oleh sebab itu
etanol digunakan sebagai bahan bakar (spiritus). Adapun reaksi umumnya sebagai berikut:
5
Alkohol Primer
Pada reaksi oksidasi alkohol primer akan menghasilkan alkanal (aldehid), jika dibiarkan
beberapa lama maka proses oksidasi akan berlanjut menghasilkan suatu asam karboksilat. Jika
yang diinginkan hanya sampai aldehid dari proses oksidasi ini, maka secepatnya dilakukan
destilasi untuk menghindari oksidasi berlanjut. Adapun mekanisme reaksi secara umum
sebagai berikut:
H O O
O O
R C O H R C H R C O H
H
Keberhasilan dalam menghasilkan senyawa aldehid dari alkohol sangat bergantung pada
oksidator yang digunakan, bila oksidator yang digunakan terlalu kuat maka oksidasi akan
berjalan terus sampai terbentuk asam karboksilat. Peluang terbentuknya asam karboksilat
sangat besar hal ini dikarenakan masih tersedianya hidrogen alfa, sehingga mempermudah
dalam penyisipan sebuah atom oksigen diantara atom karbon dan atom hidrogen dalam gugus
aldehid. Oksidator-oksidator yang dapat digunakan untuk mengoksidasi alkohol hanya sampai
Alkohol Sekunder
Oksidasi pada alkohol sekunder akan menghasilkan keton. Pada reaksi ini tidak terjadi
reaksi berkelanjutan seperti pada alkohol primer, hal ini dikarenakan hidrogen alfa yang
tersedia hanya satu sehingga reaksi berlangsung sangat cepat. Adapun mekanisme reaksi secara
H O
O
R C O H R C R
6
Alkohol Tersier
Pada alkohol tersier tidak terjadi reaksi, hal ini dikarenakan tidak tersedianya hidrogen
alfa. Akan tetapi dalam larutan asam, alkohol tersier mengalami dehidrasi menghasilkan alkena
yang kemudian masuk pada tahap oksidasi. Adapun mekanisme reaksi secara umum sebagai
berikut:
R
O
R C O H Tidak Bereaksi
Oksidasi Jones adalah salah satu jenis reaksi oksidasi untuk alkohol primer maupun
sekunder dengan menggunakan reagen yang ditemukan oleh Sir Ewart Jones (reagen Jones).
Pembuatan reagen Jones yaitu dengan mereaksikan larutan kromium trioksida/kalium dikromat
dalam asam sulfat encer dan aseton. Oksidasi ini sangat cepat, cukup eksotermis, dan
menghasilkan rendamen yang banyak, akan tetapi penggunaan reagen Jones pada proses
oksidasi sangat rawan karena sifatnya yang asam sehingga dapat mengoksidasi aldehid menjadi
(1) Melalui pembentukan ester kromat dengan katalis asam dengan cara mencampuran
H
O O
H
1. K2Cr2O7 + H2SO4 HO Cr OH HO Cr OH
O O
7
H H
H O
OH
O
H HO H HO Cr OH
H Cr OH
HO Cr OH
R C O R C O O
2. R C O O
O
H R H R
R
H H
O
H HO Cr OH
- H3O HO OH
3. R C O O R C O + Cr
R R O
Adapun contoh jurnal yang memakai reagen Jones sebagai agen pengoksidasi yaitu jurnal
“An efficient oxidation of benzoins with Jones reagent supported on Kieselguhr”dari jurnal
b. Oksidasi Swern
8
Suatu reaksi kimia dimana alkohol primer atau sekunder teroksidasi menjadi suatu
ladehida atau keton menggunakan reagen Swern yaitu oksalil krorida (COCl)2,dimetil
sulfoksida (DMSO) dan basa organik. Dinamai reaksi Swern karena reagen ini ditemukan oleh
Daniel Swern. Produk samping reaksi ini adalah dimetil sulfida ((CH3)2S), karbon dioksida
OH DMSO O
COCl2
R C H C
R' R R
O O
O O O
C C H3C
S S O C C Cl
1.
H3C CH3 Cl Cl H3C
H3C Cl
S O
O
H H3C
H CH3
O
Cl
1. R C O R C O S O
H
R' R' H CH3 O
-H
O
O CH3 O H CH3
- HCl Cl
2 HCl + C + C + S + C R C O S O
9
Apabila menggunakan oksalil klorida sebagai agen dehidrasi, reaksi harus dijaga lebih
dingin dari -60oC untuk menghindari reaksi samping. Akan tetapi jika menggunakan sianurat
klorida maupun anhidrida trifluoroasetat reaksi dapat dihangatkan sampai -30oC tanpa reaksi
samping. Metode lain untuk mengaktifkan DMSO dalam memulai pembentukan intermediet
dapat menggunakan karbodiimida dan kompleks piridina-sulfur trioksida. Reaksi ini dapat
membantu dalam oksidasi senyawa yang sensitif terhadap asam, yang memungkinkan
membusuk di bawah kondisi asam pada metode tradisional seperti oksidasi Jones.
B. OKSIDASI KETON
O O
SeO2 + H2O + AcO2 H3O
Se Se
HO OH
O O
Se O OH
HO OH
-H HO Se OH HO Se OH
O
O O
R
H
R CH2 R CH2
OH
HO H
HO Se OH Se O H
- H2O Se R - H2O
-H -Se
O O HO O R
O
O
R CH2 R CH2 O
C. OKSIDASI ALKENA
Apabila alkena dioksidasi, maka kemungkinan produk yang dihasilkan adalah alkohol,
aldehid, keton, maupun asam karboksilat. Semua bergantung pada suhu dan suasana, serta
10
struktur alkenanya. Apabila Dalam suasana basa dan suhu yang dingin alkena dioksidasi maka
akan membentuk diol, dan dalam suasana asam alkena dioksidasi akan menghasilkan dua zat
Oksidasi Alkena menjadi diol atau aldehid atau ketoenol, Tergantung pada jenis
alkenanya. Adapun produk hasil reaksi oksidasi bergantung pada struktur alkena yakni:
(1) Jika pada karbon sp2 (Kedua atom C yang berikatan rangkap) tidak mengikat atom
hidrogen, maka produk yang dihasilkan adalah dua buah molekul keton yang sama.
(2) Jika atom karbon yang berikatan rangkap keduanya mengikat hidrogen, maka produk
(3) Jika hanya salah satu atom karbon ikatan rangkap mengikat atom hydrogen, maka
R OH
nO 4
KM R O
R H
R OH
KMnO4
R H KM
nO
4 R OH
R H
2
O
11
H
R H O O R O R OH
O
Mn + MnO2
Mn
O O O
R H R O R O
H
H
R H O O R O R OH
O
Mn H2O
Mn
O O O
R H R O R OH
H
H
R H O O R O R H
O
Mn 2 + MnO2
Mn
O O O
O
R H R O
H
Jika alkena diberi larutan dingin oksidator KMnO4, maka hasil oksidanya akan menjadi
1,2-diol yang disebut juga glikol. Selama adisi terjadi, warna ungu ion permanganate (MnO4-)
hilang dan muncul endapan coklat mangan dioksida (MnO2). Sebagian besar hidrokarbon
mudah dioksidasi sehingga reaksi iini dapat digunakan sebagai reaksi warna untuk mengetahui
adanya ikatan rangkap alkena. Percobaan ini disebut percobaan Baeyer untuk senyawa tak
jenuh, reaksi ini tidak hanya spesifik untuk alkena tetapi untuk senyawa lain yang juga mudah
teroksidasi misalnya aldehida. Jika alkena dicampur dengan larutan panas KMnO4, ikatan
rangkap akan pecah dan alkena berubah menjadi dua senyawa lain. Hasil oksidasi tersebut
tergantung pada senyawa yang melekat pada karbon ikatan rangkap tersebut.
Hidroksilasi merupakan perstiwa adisi gugus –OH pada kedua karbon ikatan rangkap.
Dapat terjadi dengan mereaksikan alkena dengan Osmium tetroksida (OsO4). Reaksi terjadi
antara syn stereokimia dan menghasilkan 1,2-dialkohol, atau yang biasa disebut diol. Adapun
12
H
R H O O R O R OH
O
H2O
Os Os
O O O
R H R O R OH
H
intermediet cylic osmate yang terbentuk dalam satu tahap adisi OsO4 pada alkena. cylic osmate
c. Epoksidasi
Epoksidasi terjadi ketika suatu senyawa alkena (olefin) dioksidasi dengan menggunakan
RCO3H, sehingga terbentuk gugus oksiran yang menjadi ciri khas suatu senyawa epoksida.
Epoksida merupakan senyawa eter siklik dengan cincin yang memiliki tiga anggota. Struktur
dasar suatu epoksida yaitu terdapat sebuah atom oksigen yang berikatan pada dua atom karbon
berdekatan yang berasal dari hidrokarbon. Tegangan dari cincin dengan tiga anggota ini
membuat senyawa epoksida menjadi lebih reaktif daripada eter asiklik. Adapun Mekanisme
13
Senyawa epoksida dapat dibuka dengan mudah, di bawah kondisi asam maupun basa.
Contohnya, hidrolisis propilen oksida yang dikatalisis dengan senyawa asam atau basa untuk
Epoksida akan sangat reaktif dalam suasana asam, hal ini dikarenakan larutan asam
tersebut akan menaikkan kecepatan pembukaan cincin oksida dengan cara protonasi kepada
d. Oksidasi Ozonolisis
Pemutusan kedua ikatan dalam ikatan rangkap alkena harus menggunakan oksidator yang
sangat kuat. Salah satu oksidator kuat yang digunakan adalah ozon, ozon dapat mengadisi
dengan cepat pada alkena membentuk intermediet molozonide yang dengan cepat pula
mengalami penataan ulang membentuk ozonida. Hasil akhir ozonolisis adalah pecahnya ikatan
rangkap C=C dan digantikan dengan ikatan rangkap dengan oksigen atau dengan kata lain akan
menjadi gugus aldehid atau keton. Adapun mekanisme reaksinya sebagai berikut:
14
R R R R
R
R
R O
O O O R R R R
O O O
O O
O O
O R
R
R R R
R O R R R
O
O R H2O
O + O + H2O2
O O O R
R
R
D. OKSIDASI ALKUNA
Hidroborasi merupakan perstiwa adisi gugus –OH pada kedua karbon ikatan rangkap tiga.
Dapat terjadi dengan mereaksikan alkuna dengan boran (BH3). Boran bereaksi dengan alkuna
seperti halnya pada alkena, dan akan menghasilkan boran vinilik yang kemudian dioksidasi
15
Proses tautomerasi kemudian menghasilkan keton atau aldehida, tergantung pada stuktur
alkuna yang direaksikan. Hidroborasi terminal alkuna akan menghasilkan aldehid, sedangkan
hidroborasi internal alkuna akan menghasilkan keton. Pada hisroborasi terminal alkuna akan
mengalami dua kali adisi menghasilkan intermediet terhidroborasi dobel. Proses oksidasi
dengan H2O2 pada pH 8 menggantikan kedua boron oleh dua hydrogen dan menghasilkan
aldehid.
16
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
mempengaruhi reaksi oksidasi adalah kondisi reaksi, perbandingan mol reaktan dan
oksidator, serta waktu dan suhu. Suatu reaksi oksidasi memerlukan agen pengoksidasi,
dikarbonil,
(3) Oksidasi Alkena: Alkena dioksidasi menghasilkan berbagai produk tergantung pada
enol.
17
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, R.J. dan Fessenden, J.S., 1986, Organic Chemistry, 3rd edition.
Hoffman, R.V., 2004, Organic Chemistry An Intermediate Text, 2nd edition, John Willey and
Sons Inc, New Mexico.
McMurry, J., 1984 & 2004, Organic Chemistry, Wadsworth Inc., California.
Sastrohamidjojo, H., dan Pranowo, H. D., 2001, Sintesis Senyawa Organik, Penerbit UGM-
Press, Yogyakarta.
Wade, L.G., 1987, Organic Chemistry, Prentice Hall, New Jersey, hal. 449-452.
18