TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kitosan.
Kitosan pertama kali ditemukan oleh ilmuwan Perancis, Ojier, pada tahun
1823. Ojier meneliti kitosan hasil ekstrak kerak binatang berkulit keras, seperti
udang, kepiting, dan serangga.
Adapun struktur kimia dari kitosan seperti gambar 2.1 berikut :
CH3 CH3
Kitin
RO
O O
RO
O O
O
+ NaOH O O + H3C C
NH
O C NH2 Cl
O
P O CH2 CH3
2
H2C
O
O
O O
H2 NH2
H3C C O P H
O
CH2
CH3
H HOH2C H
O
O
O
HO HN n
H
H
H
N C2H5
C
O
HN C 2H 5
N-3,5-Dietilamino Benzoil Kitosan
Gbr.2.4 Reaksi Pembentukan N-3,5- DietilaminoBenzoil Kitosan dari
kitosan
d. N-Asetil Kitosan.
Dengan mereaksikan asam asetat dengan kitosan, pemanasan larutan
kitosan dalam asam asetat 90 % pada suhu 90°C dengan penambahan
piridin sedikit demi sedikit untuk menghasilkan N-formilkitosan, serta N-
asetil dalam asam asetat 20%. Reaksi dapat dilihat pada Gambar 2.5
(Roberts, 1992)
N-Asetil Kitosan
e. N-Alkil Kitosan.
Dengan memakai metode reaksi antara kitosan dan alkil halida yaitu
metode yang menyelidiki reaksi kitosan dengan metil etil iodida dalam
keberadaan beberapa amina tersier, piridin, dimetilpiridin, trimetilpiridin
dan trietilamin. Reaksi dapat dilihat pada Gambar 2.6 (Roberts, 1992)
H HOH2C H
H HOH2C H amina tersier O + HX
O + RX O
O O
O
HO NH n
HO NH2 n H R
H
H
H
f. Kitosan Asetat
Dengan mereaksikan kitosan dengan asetat anhidrida. Dimana gugus NH 2
pada kitosan terlebih dahulu diproteksi dengan cara mereaksikan kitosan
dengan asetaldehida membentuk aldimin.Kemudian aldimin kitosan ini
O O
HOH2C
H H
H HOH2C H
CH3CHO O
H3 C C O C CH3
O O
O O
O HO N
HO NH2 n H n
H H
H CH
Kitosan
CH3
Aldimin Kitosan
O O
H2 C O C CH3 H2 C O C CH3
H H
H H
O NaHCO3 O
O O
O O
HO H HO H
H N n H NH2 n
CH
CH3 Kitosan Asetat
Aldimin Kitosan Asetat
g. Kitosan Palmitat.
Dengan mereaksikan kitosan asetat dengan metil palmitat menggunakan
bantuan katalis natrium metoksida, direfluks selama 6 jam pada suhu
130-140°C dihasilkan residu kemudian dicuci dengan Na.sitrat 20% dan
diikuti dengan penambahan natrium bikarbonat dan akuades lalu disaring
dan dikeringkan dan hasilnya adalah kitosan palmitat.Reaksi dapat dilihat
pada Gambar 2.8 (Sinaga, 2010)
H2C O C C15H31
H
H
NaHCO3 O
O
O
HO H
H NH2 n
Kitosan Palmitat
h. Kitosan Sulfat.
Reaksi Sulfonasi kitosan dengan asam klorosulfonat (ClSO 3 H) dalam
pelarut N,N-dimetil formamida pada suhu kamar membentuk kitosan-N-
Sulfat dan kitosan –O-Sulfat .Reaksi dapat dilihat pada Gambar 2.9
(Ginting, 2004)
HO3S
H HOH2C H H OH2C H
O O
+ 2 ClSO3H O + HCl
O
O O
HO NH2 n HO HN n
H H
H H
SO3H
Kitosan
Kitosan Sulfat
Gambar 2.9 Reaksi Pembentukan Kitosan Sulfat dari Kitosan dan
Klorosulfat.
HO
HO
O
O
O
O + HNO3
O + H2O
O O2N NH
NH2
Kitosan Nitrat
k. N- Stearoil Kitosan
Dapat diperoleh dengan mereaksikan kitosan dengan stearoil klorida (pada
suhu kamar) dibiarkan selama 8 jam dan diaduk. Endapan putih yang
terbentuk kemudian dikeringkan dan diperoleh N-stearoil kitosan. Reaksi
dapat dilihat pada Gambar 2.12. (Simanjuntak, 2005)
N-Stearoil Kitosan
Gambar 2.12 Reaksi Pembentukan N-Stearoil Kitosan dari Kitosan
dengan Stearoil Klorida
l. N-Ftaloyl Kitosan.
Dapat diperoleh dari reaksi amidasi antara kitosan dengan ftalat anhidrida
dalam pelarut DMF dan kondisi refluks. Reaksi dapat dilihat pada Gambar
2.13. (Bangun, 2006)
O
H HOH2C H
DMF
O
H HOH2C H 130O O
O + O
O
O
O HO NH n
H
HO H
NH2 H n O C O O
H
Ftalat Anhidrida C OH
Kitosan
N-Ftaloyl Kitosan
Gambar 2.13 Reaksi Pembentukan N-Ftalyoyl Kitosan dari Kitosan
dengan Ftaloyl Anhidrida.
H – C – (CH 2 ) 7 – CH 3 H – C – (CH 2 ) 7 – CH 3
H – C – (CH 2 ) 7 – COOH HOOC – (CH 2 ) 7 – C – H
Bentuk Cis Bentuk trans
Gambar 2.14 Bentuk Stereoisomer asam oleat.
Asam oleat atau asam z – Δ9 – oktadekenoat merupakan asam lemah tak jenuh
yang banyak dikandung dalam minyak zaitun. Asam ini tersusun dari 18 atom
C dengan satu ikatan rangkap di antara atom C ke 9 dan ke 10. Selain dalam
minyak zaitun (55% - 80%) asam lemak ini juga terkandung dalam minyak
bunga matahari kultivar tertentu, minyak raps, serta minyak biji anggur,
maupun minyak kelapa sawit. Melalui proses fraksinasi asam oleat dapat
dipisahkan menjadi asam tunggal.Asam lemak ini pada suhu ruang berupa
cairan kental dengan warna kuning pucat atau kuning kecoklatan Asam ini
memiliki aroma yang khas. Tidak larut dalam air, titik leburnya 15,3 °C dan
titik didihnya 360 °C. Adanya ikatan π pada asam lemak tidak jenuh seperti;
oleat, memiliki sifat seperti senyawa alkena yang dapat dioksidasi keberbagai
bentuk produk, tergantung kepada reagensia yang digunakan. Salah satu produk
oksidasi tanpa pemutusan ikatan sigma ialah suatu epoksidasi yang mempunyai
atom karbon dalam cincin beranggotakan tiga disebut juga eter siklik dan jauh
lebih reaktif dibanding eter lain. Cincin epoksida tsb dalam larutan berair yang
mengandung sedikit asam kuat produknya adalah senyawa diol (Wibraham
,dkk, 1992)
O
H3C (CH2)7 CH CH (CH2)7 C + SO2 + HCl
Cl
Oleil Klorida
O
2. H3C (CH2)7 CH CH (CH2)7 C + PCl5
OH
Asam Oleat
O
H3C (CH2)7 CH CH (CH2)7 C + POCl3 + HCl
Cl
Oleil Klorida
H3C + H2O
3. H3C CH2 OH + HCl CH2
4
Cl
4
1-Kloropentana
1-Pentanol
b. O O
R C H 2N R" R C R'OH
OR' N R"
ester amina amida H
N-2-etanolsteramide
Gambar 2.16 Beberapa Contoh senyawa amida.
2.7.1. Kegunaan Senyawa Amida
Senyawa Amida juga mempunyai banyak kegunaan beberapa diantaranya
yaitu; guanidina, urea maupun amonia, digunakan secara meluas sebagai pupuk
nitrogen dan sebagai bahan awal untuk polimer sintetik dan obat-obatan
(Fessenden, dan Fessenden, 1999)., Senyawa Sulfoamida, digunakan didalam
pengobatan untuk mengobati bermacam-macam penyakit infeksi yang telah
resisten terhadap antibiotik (Nuraini, 1988) dan juga N-steroyl glutamida yang
berguna sebagai surfaktan dan anti mikroba (Miranda, 2003).
Amida primer digunakan juga sebagai slip agent dalam pembuatan resin
polietilena dan dalam propilen. Amida primer seperti stearamida bila dilarutkan
bersama resin, maka gugus polar dari stearamida akan menuju permukaan resin
yang nonpolar,sehingga diantara dua gugus yang berbeda polaritasnya akan
terbentuk film tipis,yang mempermudah resin membentuk anti blok ataupun
slip sepanjang permukaan resin.
(Sastrohamidjojo, 2009 )
Gambar 2.17. Reaksi Umum pembentuk epoksida
O O
H+
R C O H + H 2O 2 R C O OH + H 2O
P e ro k sid a P e ra c id
O O
R C O OH + C C C C + R C OH
P e ra c id H H O
E p o k sid a
O le fin
C C C C
O H 2O
OH OH
E p o k sid a
D io l
2.9. Surfaktan
Surfaktan adalah senyawa yang memiliki sifat aktif permukaan, sifat ini
dikarenakan senyawa tersebut memiliki gugus-gugus yang kepolarannya saling
bertolak belakang, dimana gugus pada ujung yang satu bersifat hidrofilik
sedangkan pada ujung yang lain terdapat gugus gugus yang bersifat hidrofobik,
sehingga surfaktan dikatakan bersifat ampifatik (Sharp, dan Harper,1983)
Berdasarkan muatannya, surfaktan dapat diklasifikasikan atas 4
golongan,Yaitu; surfaktan anionik,kationik,non-ionik dan amfoter (Swern and
Bailey, 1979) Surfaktan an-ionik yaitu; surfaktan yang rantai hidrokarbonnya
terikat pada suatu anion, seperti; COO-, OSO 3 - atau SO 3.