Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Teknologi Penyempurnaan 1
KELOMPOK : 3 (TIGA)
GROUP : 2K4
2. DESIRIANA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Teknologi
Penyempurnaan untuk Proses Penyempurnaan Coating ini dengan tepat waktu. Laporan
praktikum ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Teknologi
Penyempurnaan.
Dengan selesainya Laporan Praktikum Teknologi Penyempurnaan untuk untuk Proses
Penyempurnaan Coating ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan
masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Wulan S., S.ST, M.T. selaku dosen mata kuliah Praktikum Teknologi Penyempurnaan 1.
2. Desti M., S.ST. selaku asisten dosen mata kuliah Praktikum Teknologi Penyempurnaan 1.
3. Desiriana selaku asisten dosen mata kuliah Praktikum Teknologi Penyempurnaan 1.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari segi
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman
penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.
Terima kasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya proses tekstil adalah proses yang berkelanjutan antara satu tahapan
dengan tahapan lainnya sehingga keberhasilan suatu proses tekstil sangat bergantung
pada proses sebelumnya. Salah satu contohnya adalah proses pencelupan kain tenun
kapas yang merupakan rangkaian proses dari mulai penghilangan kanji,
pemasakan, pengelantangan dan merserisasi atau tanpa merserisasi dengan setiap
tahapan proses tersebut harus berjalan baik karena akan mempengaruhi hasil proses
selanjutnya.
Dalam istilah tekstil, zat-zat kimia tersebut dikenal dengan nama zat pembantu tekstil,
karena sifatnya sebagai zat tambahan yang akan membantu proses tekstil sehingga
dapat berlangsung dengan sempurna. Akan tetapi dengan berkembangnya teknologi
zat pembantu tekstil secara pesat, maka saat ini penggunaannya tidak hanya sebagai
zat pembantu saja tapi juga sudah menjadi zat kimia yang utama dalam suatu proses tekstil,
seperti dalam proses pencucian dengan surfaktan yang tidak lain adalah zat pembantu
tekstil. Zat-zat kimia yang termasuk zat pembantu tekstil tersebut sangat beragam dari mulai
asam- basa, oksidator, reduktor, zat pengikat logam, surfaktan, sampai zat pembantu
yang biasa digunakan untuk proses penyempurnaan dari penyempurnaan anti kusut hingga
proses penyempurnaan coating yang biasanya digunakan agar kain tidak tembus air.
Pada praktikum kali ini, coating untuk kain kapas dilakukan untuk membandingkan
hasil akhirnya antara proses coating dengan proses pencucian dan tidak. Dimana yang
menjadi indikator adalah kekakuan kain antara coating pelapisan satu muka dan dua muka.
1.2 Maksud
Melakukan proses penyempurnaan coating pada kain kapas dengan menggunakan zat
penyempurnaan coating resin eletex.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh proses penyempurnaan coating pada kain kapas terhadap
nilai kekakuan kain.
Untuk mengetahui perbedaan proses coating pada kain kapas putih yang melewati
proses pencucian dan tidak melewati proses pencucian.
Untuk mengetahui pengaruh penyempurnaan coating dengan pelapisan satu muka dan
dua muka pada kain kapas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Serat kapas mempunyai bentuk penampang melintang yang sangat bervariasi dari
elips sampai bulat. Tetapi pada umumnya berbentuk seperti ginjal. Bentuk membujur serat
kapas adalah pipih seperti pita yang terpuntir. Bentuk penampang melintang dan membujur
serat kapas dapat dilihat pada Gambar 2.1.
1. Struktur Molekul
Komposisi selulosa murni diketahui sebagai suatu zat yang terdiri dari unit-unit
anhidro-β-glukosa dengan rumus empiris (C6H10O5)n , dimana n merupakan derajat
polimerisasi yang tergantung dari besarnya molekul. Hubungan antara selulosa dan
glukosa telah lama dikenal yaitu pada peristiwa hidrolisa selulosa oleh asam sulfat dan
asam klorida encer, yang menghasilkan suatu hasil akhir yang memiliki bentuk glukosa.
Hal ini membuktikan bahwa selulosa terbentuk dari susunan cincin glukosa.
Glukosa diketahui sebagai turunan (derivate) pyranosa yang berarti memilki enam segi
(sudut), dan struktur kimia dari glukosa sendiri memiliki dua bentuk tautomeri, yaitu α-
glukosa dan β-glukosa.
Adapun untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut ini.
CH 2 OH
CH 2 OH
O O
H H H OH
H H
H
OH H HO OH
HO OH H
H OH H OH
α- Glukosa β- Glukosa
H OH CH 2 OH H OH CH 2 OH
HO H H O H O
OH H O OH H OH
H H H
H H H O H
O OH H OH
H H H
O O
CH 2 OH H OH CH 2 OH H OH
2. Sifat Fisika
CH2OH H OH
H O H
H O OH H
O OH H H H O
H
O
H OH CH2OH
Hidrolisa
CH2OH H OH
H O
H H OH H
C OH H
O OH H O H O
H
O
H OH CH2OH
CH2OH H OH
H O
OH OH H
H OH H
C
O OH H O H O
H
O
H OH CH2OH
CH2OH H OH
O
H O H
H OH H
O OH H H O
H H O
H OH CH2OH
Oksidasi
CH2OH CH2OH
O OH OH
H O H
H H O
O H O
C C C C H
O H O H O H O H
CH2OH
O CH2OH
H O OH OH
H H
H O
O H
C C O
C C H
O OH O OH
O OH O OH
1. Pelapisan kain
Pelaspisan adalah proses pemberian lapisan tipis pada kain yang bertujuan
untuk merubah sifat fisik dari permukaan kain tersebut. Perubahan fisik dari permukaan
kain yang diharapkan dengan proses pelapisan adalah menggurangi perembesan air
dengan cara menutup pori-pori kain dengan zat pelapis yang bersifat hidrofob.
2. Zat Pelapis
Zat pelapis merupakan molekul besar seperti jaringan jala yang melapisi
permukaan kain sehingga kain dapat memiliki sifat antara lain : tidak tembus air, sedikit
menyerap air, dan sukar dibasahi atau mempunyai sifat tolak air. Zat-zat yang biasa
digunakan untuk pelapis adalah polimer tinggi yang berasal dari poliaktrilat, poliuretan,
polivinil alcohol (PVA), dan polivinil klorida (PVC).
3. Proses Pelapisan
Proses pelapisan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu Perendaman atau
impregnasi dan Pelapisan permukaan yang meliputi Proses Pelapisan Kering (Hot
Calendar Coating Process), Cara Ekstrusi, dan Proses Pelapisan Basah, yaitu untuk zat-
zat pelapis yang mengandung pelarut.
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1 WAKTU
1. Alat
Gelas Kimia
Batang Pengaduk
Neraca
Bejana atau Panci
Kompor atau Penangas
Mesin Stenter
Shirley Stiftness Tester
Penggaris
Gunting
2. Bahan
Kain kapas
Air
Resin Eletex VA
Softener anionik
Na2CO3
Teepol
2.3 DIAGRAM ALIR
Drying
Evaluasi
2.4 RESEP
Eletex VA : 20 g/L
Softener anionik : 20 g/L
Drying : 100°C
Resep Pencucian:
Teepol : 1 mL/L
Na2CO3 : 1 g/L
Suhu : 60°C
Waktu : 15 menit
2.5 FUNGSI ZAT
HASIL PERCOBAAN
1 Muka
4,60 cms
4,50 cms
4,55 cms
4,60 cms
18.25
𝑥̅ = 4
= 4.5625 cms
2 Muka
5,10 cms
5,20 cms
5,15 cms
5,20 cms
20.65
𝑥̅ = 4
= 5.1625 cms
Dengan Pencucian
1 muka
20.6
𝑥̅ = 4
= 5.15 cms
2 muka
Perhitungan
4.2.1 Gramasi :
4.2.1.1 Tanpa Cuci
100 𝑥 100
1 muka = 5𝑥5
𝑥 0.41 = 164 𝑔/𝐿
100 𝑥 100
2 muka = 5𝑥5
𝑥 0.41 = 164 𝑔/𝐿
Daftar Pustaka