(ELASGUARD DK-610)
LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh
NPM 18020013
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.1. Maksud
Mempelajari mekanisme proses penyempurnaan tolak air pada bahan atau serat
tekstil (selulosa dan campurannya).
1.1.2. Tujuan
Menentukan titik optimum yang didapatkan dengan variasi konsentrasi resin tolak air
(ELASGUARD DK-610) dalam proses penyempurnaan tolak air pada bahan selulosa,
sintetik dan campuran.
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Kapas
Serat kapas merupakan serat alam yang berasal dari serat tumbuh-tumbuhan yang
tergolong kedalam serat selulosa alam yang diambil dari buahnya. Serat kapas dihasilkan
dari rambut biji tanaman yang termasuk dalam jenis Gossypium. Species yang berkembang
menjadi tanaman industri kapas ialah Gossypium hirstum, yang kemudian dikenal sebagai
kapas Upland atau kapas Amerika. Serat kapas merupakan sumber bahan baku utama
pembuat kain katun termasuk kain rajut bahan pembuat kaos murah.
Apapun sumbernya derivat selulosa secara prinsif memiliki struktur kimia yang sama.
Hal ini bisa terlihat pada analisa hidrolisis, asetolisis dan metilasi yang menunjukan bahwa
selulosa pada dasarnya mengandung residu anhidroglukosa. Subsequent tersebut
menyesun molekul glukosa(monosakarida) dalam bentuk β-glukopironase dan berikatan
bersama-sama yang dihubungkan pada posisi 1 dan 4 atom karbon molekulnya. Formula
unit pengulanganya menyerupai selobiosa (disakarida) yang kemudian membentuk selulosa
(polisakarida).
CH CH2OH H OH CH2OH
OH
O H O O
H H O H
OH H OH H H
OH H (S) (S)
(S) (S) OH H (S) OH H
H H
O H O O H
H O H
CH2OH H OH CH2OH H OH
b. Kekuatan
Kekuatan serat kapas terutama dipengaruh oleh kadar selulosa dalam serat, panjang
rantai dan orientasinya. Kekutan serat kapas perbundel rata- rata adalah 96.700 pound per
inci2 dengan minimum 70.000 dan maksimum 116.000 pound per inci2. Kekuatan serat
bukan kapas pada umumnya menurundalam keadaan basah, tetapi sebaliknya kekuatan
serat kapas dalam keadaan basah makin tinggi.
c. Mulur
Mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi diantara serat-serat selulosa alam, kira-
kira dua kali mulur rami. Diantara serat alam hanya sutera dan wol yang mempunyai mulur
lebih tinggi dari kapas. Mulur serat kapas berkisar 4 – 13 % bergantung pada jenisnya
dengan mulur rata-rata 7 %.
d. Moisture Regain
Serat kapas mempunyai afinitas yang besar terhadap air, dan air mempunyai
pengaruh yang nyata pada sifat-sifat serat. Serat kapas yang sangat kering bersifat kasar,
rapuh dan kekuatannya rendah. Moisture regain serat kapas bervariasi dengan perubahan
kelembaban relatif atmosfir sekelilingnya. Moiture regain serat kapas pada kondisi standar
berkisar antara 7 – 8,5 %.
Oksidasi
CH2OH CH2OH
O OH OH
H O H
H H O
O H O
C C C C H
O H O H O H O H
CH2OH
O CH2OH
H H O OH OH
H O
H
O H
C C O H
C C
O OH O OH
O OH O OH
Pencampuran antara dua serat yang berbeda jenisnya baik untuk benang maupun
untuk kain yang sering dilakukan. Tujuan dari pencampuran adalah untuk meningkatkan
kenampakan dan kemampuan kain yang dibentuk. Kelebihan dan kekurangan dari sifat-sifat
serat yang membentuk akan saling mempengaruhi dan saling memperbaiki. Oleh karena itu
serat campuran biasanya dari serat sintetik kain yang dibentuk lebih ringan,dan kain dari
serat-serat alam.
2.2. Poliester
Poliester adalah serat sintetik yang paling banyak digunakan untuk bahan tekstil,
merupakan salah satu polimer hasil reaksi antara monomer asam tereftalat dan etilena glikol
seperti berikut:
Polimer yang terbentuk disebut poliester yang memiliki keteraturan struktur rantai yang
menyebabkan serat memiliki struktur yang rapat akibat rantai yang saling berdekatan
membentuk ikatan hidrogen antara gugus -OH dan gugus -COOH dalam molekulnya. Oleh
karena itu serat poliester bersifat hidrofob dan sulit dimasuki air maupun zat warna. Agar
dapat dimasuki air dan zat warna maka ikatan hidrogen antar rantai molekul yang
berdekatan harus dikurangi dengan cara menaikkan suhu. Kenaikkan suhu mengakibatkan
adanya vibrasi molekul yang memperlemah ikatan antar molekul, menjadikan jarak antar
rantai lebih longgar, serat menjadi plastis sehingga dapat dimasuki oleh molekul air dan zat
warna. Bahan yang cocok untuk pencelupan cara carrier adalah bahan poliester regular baik
dalam rajutan maupun tenunan, tetapi tidak cocok untuk pencelupan kain poliester
microfiber karena strukturnya terlalu padat.
Berikut adalah sifat yang dimiliki oleh serat poliester:
Tabel 1. Sifat Serat Poliester
Sifat Parameter
Penggunaan fluorokarbon yang luas disebabkan oleh struktur kimianya. Semua jenis
fluorokarbon mempunyai atau mengandung alkil perifluoro radikal, dimana semua atom
hidrogen telah disubtitusi dengan atom fluor. Sifat yang terdapat dalan zat tersebut, antara
lain adalah tahan lama, kecepatan reaksi rendah, aktivitas permukaan.
Keelektronegatifan fluor yang tinggi menghasilkan ikatan dengan rantai karbon yang
pendek, tetapi sangat kuat, yang stabil dan membuat komponen memiliki ketahanan yang
baik. Kecepatan reaksi fuorokarbon yang rendah memberikan perlindungan pada struktur
rantai karbon oleh atom fluor. Akibat dari tegangan permukaan yang sangan rendah
akibatnya memberikan popografi molekuler yang istimewa. Hanya fluorokarbon yang
memiliki kombinasi sifat yang unik, hal tersebut karena adanya variasi pada saat sintesa
pembuatan untuk bahan pakaian jadi dan dapat dipergunakan untuk berbagai macam
kegunaan. Dibandingkan dengan fluoro-clorinated hydrocarbon (CFC), polimer fluorokarbon
memiliki perbedaan sifat dan efek yang ditimbulkannya. Sebaliknya fluorokarbon yang
digunakan pada saat penyempurnaan tahan kotor tidak mudah menguap karena
polimerisasi molekuler yang tinggi.
Pembuatan komponen terdiri dari gugus perfluoro yang membutuhkan keterampilan
dan teknik khusus. Rantai alkil perfuoro dapat dibuat dengan dua cara yang berbeda:
Telomerisasi yang dibuat dari tetrafluoro etilen (TFE).
Elektrofluorodasi, contohnya alkil sulfurklorida dalam larutan hidrogen
fluorida.
Alkil perfluoro etanol atau alkil sulfon memiliki fungsi khusus. TFE merupakan zat yang
sangat dibutuhkan untuk memiliki gugus fluor seperti Hostailon, TFE juga merupakan
sumber zat aktif fluorokarbon pada penggunaannya dibidang tekstil. Perfluro alkyl ethyl
iodide (Fluowet FA) diperoleh melalui tahap intermediate, seperti pentafluoro ethyl iodide
dan perfluoro alkyl iodide. Pada awalnya digunagan untuk berbagai macam surfaktan dan
zat penyempurnaan. Dengan proses telomerisasi (Hoechst) dimungkinkan untuk
memproduksi komponen rantai perfluoro yang linear dan panjang yang sangat diminati dan
memberikan efek penyempurnaan yang optimal.
Zat aktif polimer fluorokarbon sebagian besar dibuat dari berbagai macam unsur
pokok. Selain rantai panjang, unsur pokok yang mengandung fluor yang akan memberikan
efek penyempurnaan, monomer yang tidak mengandung fluor dikompolimerasi untuk
memperbaiki struktur lilin dan atau merupakan komponen reaktif untuk meningkatkan sifat
tahan lama atau permanen. Bagian yang mengandung fluor berselang dengan bagian yang
tidak mengandung fluor. Fluorokarbon tidak berwarna dan memiliki kepadatan tinggi, hingga
lebih dari dua kali lipat dari air. Mereka tidak dapat larut dengan sebagian besar pelarut
organik (misalnya, etanol, aseton, etil asetat, dan kloroform), tetapi dapat larut dengan
beberapa hidrokarbon (misalnya, heksana dalam beberapa kasus). Mereka memiliki
kelarutan yang sangat rendah dalam air, dan air memiliki kelarutan yang sangat rendah di
dalamnya (pada urutan 10 ppm). Mereka memiliki indeks bias yang rendah.
Hal ini menghasilkan elastisitas optimum dan pelapisan pada bahan yang tahan lama
dan permanen pada serat sehingga daya tembus udara baik dan pada saat yang sama sifat
pembasahan oleh cairan, minyak dan kotoran berkurang. Hal yang harus dipenuhi untuk
menghasilkan penyempurnaan tahan kotor dapat disimpulkan sebagai berikut. Secara kimia,
hal seperti berikut perlu diperhatikan: alkyl perfluoro radikal minimal harus mengandung 4
atom karbon dan satu atom karbon CF3 pada ujung rantai. Efek optimum rantai perfluoro
dapat dicapai pada 8 atom karbon.
Kondisi ikatan fisika juga harus diperhatikan. Distribusi zat aktif yang merata dan
orientasi optimum rantai perfluoro memberikan efek yang baik walaupun digunakan dalam
jumlah yang sedikit. Adhesi pada serat diperlukan untuk efek yang bernilai tahan lama.
Penyempurnaan dengan fluorokarbon cocok untuk berbagai macam kegunaan salah
satunya adalah untuk industri pakaian dimana tidak hanya digunakan untuk pakaian olah
raga yang merupakan kegunaan khusus pada trend pakaian tetapi juga untuk pakaian kerja
bengkel dan seragam).
Sektor kedua terbesar adalah untuk bahan perabotan, kain pelapis gorden, kain
pelapis dinding, seprei dan taplak meja juga memakai penyempurnaan dengan
menggunakan fluorakarbon. Karpet untuk pasat dalam negeri dan luar negeri, juga pakaian
bengkel dan bahan yang dilapisi melengkapi penggunaan fluorokarbon. Juga dengan
adanya permintaan khusus yaitu non-woven dan berbagai macam baju pelindung.
Penyempurnaan tolak air merupakan salah satu proses penyempurnaan yang tertua
dan paling banyak dilakukan pada penyempurnaan tekstil. Seperti jas hujan, pakaian
olahraga, pakaian kerja, berbagai macam bahan tekstil untuk kegiatan outdoor, bahkan
hingga kain pelapis dan kain-kain berat banyak yang memerlukan penyempurnaan tolak air.
Salah satu prasyarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan hasil penyempurnaan
tolak air yang baik adalah persiapan penyempurnaan yang baik, mengingat banyaknya zat-
zat pembantu tekstil yang dapat mempengaruhi efek tolak air. Zat-zat tersebut antara lain
adalah surfaktan dan deterjen yang banyak digunakan dalam proses persiapan
penyempurnaan dan pencelupan. Sejumlah kecil surfaktan (0,005%) yang tertinggal pada
bahan sudah dapat mengurangi efek tolak air secara nyata. Ini menunjukkan betapa penting
sesungguhnya penghilangan zat-zat tersebut secara tuntas dan sempurna dari bahan yang
akan dikerjakan penyempurnaan tolak air. Campuran deterjen anionik dan non-ionik telah
terbukti ampuh menghilangkan sisa-sisa zat-zat hidrofilik yang tidak dapat dihilangkan dari
bahan dengan pembilasan biasa.
Tergantung pada tujuan akhir pemakaiannya maka pengujian tolak air dapat dilakukan
dengan cara uji siram atau Bundesmann. Uji siram tidak dapat memberikan hasil secara
eksak akan tetapi memungkinkan dilakukannya evaluasi kemampuan tolak air kain secara
sederhana dan cepat. Cara uji ini hanya sesuai untuk produk dengan daya tolak air cukup
hingga sedang, karena cara ini tidak lagi mampu membedakan antara yang sedang dan
baik.
Untuk produk dengan spesifikasi tolak air tinggi cara uji yang digunakan biasanya
adalah Bundesman, dan suatu produk dikatakan memiliki daya tolak air tinggi bila rating-nya
mendekati lima, misalnya untuk jas hujan, yang artinya setelah 10 menit uji hujan
Bundesmann (suatu kondisi yang ekivalen dengan hujan lebat selama 2 jam atau hujan
biasa selama 24 jam terus-menerus) tidak ada tanda basah yang tampak pada kain.
Konstruksi kain memiliki peran menentukan ketahanan-rembes (impermeability) kain.
Bila kerapatan kain dirasa kurang dan masih memungkinkan terjadinya perembesan, maka
perlu dipertimbangkan untuk menggunakan zat pengisi berupa dispersi polimer yang akan
bekerja ”menambal“ pori-pori kain yang terlalu besar. Namun demikian, perlu diingat bahwa
penutupan pori-pori tersebut oleh zat pengisi juga berakibat pada berkurangnya daya
tembus udara yang dapat mengurangi kenyamanan pakai kain, dan ini menjadi penting
terutama untuk produk-produk sandang.
Beberapa zat kimia yang dapat digunakan untuk menghasilkan efek tolak air baik yang
permanen ataupun semi-permanen antara lain adalah emulsi parafin yang mengandung
garam-garam aluminum (Ramasit K), emulsi parafin yang mengandung garam-garam
zirkonium (Pesristol E), senyawa N-metilol urea dengan residu asam lemak tinggi (Persistol
HP; asam lemak: C17H35-CO-), hidrogenmetil atau dimetil polisiloksan, dan senyawa
fluorokarbon. Berbeda dengan senyawa-senyawa tolak air lain, fluorokarbon juga memiliki
kemampuan untuk menolak minyak.
Dari pemahaman kita mengenai peristiwa dan teori pembasahan permukaan bahan
dapat disimpulkan bahwa pembasahan dapat dicegah dengan cara menurunkan tegangan
permukaannya, dan ini dapat dilakukan dengan cara memodifikasi sifat permukaan bahan.
Salah satu caranya adalah dengan melapisi permukaan bahan dengan suatu lapisan film
yang tegangan permukaannya lebih rendah. Cara lain adalah dengan menempelkan secara
tegak lurus molekul-molekul pendek yang salah satu ujungnya memiliki gugus penolak air
pada permukaan bahan membentuk semacam bulu-bulu molekuler bersifat hidrofobik.
Dengan cara ini sifat-sifat mekanik seperti kelenturan dan kelemasan kain serta daya
tembus udara (yang berhubungan dengan kenyamanan pakai kain) tidak terpengaruh. Baik
lapisan film maupun bulu-bulu molekuler, keduanya membutuhkan sifat hidrokarbon (dengan
gugus-gugus yang memiliki tegangan permukaan lebih rendah seperti =CH2, -CH3 atau
rantai-rantai yang diperfluorinasi) untuk menurunkan tegangan permukaan serat hingga
mampu menolak air.
BAB III
PERCOBAAN
Air
Pengeringan
100˚C ; 2-3 menit
Curring
170˚C ; 3 menit
Evaluasi
3.3.1.Resep Penyempurnaan
Resin tolak air (ELASGUARD DK-610) : 10 – 80 g/L
Resin anti kusut : 20 g/L
Katalis : 10 g/L
WPU : 70%
Suhu drying : 100˚C
Waktu drying : 2 – 3 menit
Suhu curring : 170˚C
Katalis sebagai zat yang dapat mempercepat reaksi pada resin dengan menurunkan
energi aktivasi
Perendaman
3.7.1.Perhitungan Resep
Variasi 1
10
Resin tolak air (ELASGUARD DK-610): X 200=2 g
1000
Variasi 2
50
Resin tolak air (ELASGUARD DK-610): X 200=10 g
1000
Air : 200 - 10 = 190 ml
Variasi 3
50
Resin tolak air (ELASGUARD DK-610): X 200=10 g
1000
20
Resin anti kusut : X 200=4 g
1000
10
Katalis : X 200=2 g
1000
Air : 200 – (10+4+2) = 184 ml
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3
PEMBAHASAN
Penambahan Elasguard DK-610 sebagai resin tolak air akan memberikan sifat yang
dapat menolak air meresap ke dalam bahan. Resin anti air bekerja dengan
mengadsorpsikan zatnya pada serat, zat yang dipakai adalah senyawa fluorokarbon pada
dasarnya berfungsi menurunkan energi permukaan bahan tekstil. Resin anti air berikatan
dengan serat pada saat curing dengan suhu tinggi karena pada saat itulah resin bergerak
terjadi kondensasi polimer yang baik, gugus polar terikat pada bahan selulosa dan gugus
hidrofob menghadap keluar dari permukaan serat. Penempelan tersebut secara tegak lurus
molekul-molekul pendek yang salah satu ujungnya memiliki gugus penolak air pada
permukaan bahan membentuk semacam bulu-bulu molekuler bersifat hidrofobik. Lapisan
film dan bulu-bulu molekuler akan memberikan permukaan bahan yang tidak licin sehingga
dapat menolak penyerapan air ke dalam bahan. Resin anti kusut dan katalis disini akan
membentuk crosslinking yang dapat memperbaiki kenampakan kain. Semakin tinggi
konsentrasi resin anti air yang digunakan maka akan semakin banyak lapisan film dan bulu-
bulu molekuler yang bersifat hidrofobik yang dapat meningkatkan sifat tolak air pada kain.
Titik optimum resin anti air yang digunakan dapat dilihat dengan mengevaluasi uji siram kain
pada kain yang sudah dilapisi oleh resin anti air.
Hasil uji siram pada kain kapas menunjukkan hasil optimum pada konsentrasi resin
anti air (Elasguard DK-610) 50 g/L dengan ditambahkan resin anti kusut serta katalis dengan
nilai uji siram sebesar 80. Hasil uji siram pada kain poliester menunjukkan hasil optimum
pada konsentrasi resin anti air (Elasguard DK-610) 10 g/L dan 50 g/L dengan ditambah resin
anti kusut dan katalis dengan nilai yang sama yaitu 90. Hasil uji siram pada kain poliester-
kapas (T/C) menunjukkan hasil optimum pada konsentrasi resin anti air 50 g/L dengan nilai
100. Sedangkan, pada blanko didapatkan hasil 0 membuktikan bahwa semua kain akan
terbasahi secara keseluruhan jika tidak diberi resin anti air.
BAB V
KESIMPULAN
Maya Komalasari S.ST, dkk. 2005. Bahan Ajar Praktikum Evaluasi Kimia I. Bandung:
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung
Blogger. Penyempurnaan Tolak Air Pada Kain Kapas, Poliester dan Poliester/Kapas
Dengan Senyawa Silikon dan Fluorokarbon. [Online]. Tersedia:
http://khanifarifin.blogspot.com/2011/10/penyempurnaan-tolak-air-pada-kain-kapas.html
[2020, Oktober 27]