Anda di halaman 1dari 18

PENYEMPURNAAN TOLAK AIR

(ELASGUARD DK-610)

LAPORAN PRAKTIKUM

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Penyempurnaan 1

Dosen: Hardianto, S.S.T., M.Eng.

Asisten Dosen: Sukirman, S.ST., MIL. // Desiriana

Oleh

ALIFAH APRILLIANI SURYAWAN

NPM 18020013

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL

POLITEKNIK STTT BANDUNG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Maksud dan Tujuan

1.1.1. Maksud
Mempelajari mekanisme proses penyempurnaan tolak air pada bahan atau serat
tekstil (selulosa dan campurannya).

1.1.2. Tujuan
Menentukan titik optimum yang didapatkan dengan variasi konsentrasi resin tolak air
(ELASGUARD DK-610) dalam proses penyempurnaan tolak air pada bahan selulosa,
sintetik dan campuran.
BAB II

DASAR TEORI

2.1. Kapas

Serat kapas merupakan serat alam yang berasal dari serat tumbuh-tumbuhan yang
tergolong kedalam serat selulosa alam yang diambil dari buahnya. Serat kapas dihasilkan
dari rambut biji tanaman yang termasuk dalam jenis Gossypium. Species yang berkembang
menjadi tanaman industri kapas ialah Gossypium hirstum, yang kemudian dikenal sebagai
kapas Upland atau kapas Amerika. Serat kapas merupakan sumber bahan baku utama
pembuat kain katun termasuk kain rajut bahan pembuat kaos murah.

2.1.1. Struktur Kimia Serat Kapas

Apapun sumbernya derivat selulosa secara prinsif memiliki struktur kimia yang sama.
Hal ini bisa terlihat pada analisa hidrolisis, asetolisis dan metilasi yang menunjukan bahwa
selulosa pada dasarnya mengandung residu anhidroglukosa. Subsequent tersebut
menyesun molekul glukosa(monosakarida) dalam bentuk β-glukopironase dan berikatan
bersama-sama yang dihubungkan pada posisi 1 dan 4 atom karbon molekulnya. Formula
unit pengulanganya menyerupai selobiosa (disakarida) yang kemudian membentuk selulosa
(polisakarida).

CH CH2OH H OH CH2OH
OH
O H O O
H H O H
OH H OH H H
OH H (S) (S)
(S) (S) OH H (S) OH H
H H
O H O O H
H O H
CH2OH H OH CH2OH H OH

Struktur Kimia Rantai selulosa

Gambar 1. Struktur kimia rantai selulosa

Gambar 2. Penampang membujur dan melintang serat kapas


2.1.2. Sifat Fisika Serat Kapas
a. Warna
Warna serat kapas secara umum adalah putih kekuningan, tetapi sesungguhnya
terdapat bermacam-macam warna putih. Pengaruh mikroorganisme menyebabkan warna
kapas menjadi suram. Dalam kondisi cuaca yang jelek, warna kapas menjadi sangat gelap
abu-abu kebiruan. Kapas yang pertumbuhannya terhenti akan berwarna kekuningan. Warna
kapas merupakan salah satu faktor penentu grade.

b. Kekuatan
Kekuatan serat kapas terutama dipengaruh oleh kadar selulosa dalam serat, panjang
rantai dan orientasinya. Kekutan serat kapas perbundel rata- rata adalah 96.700 pound per
inci2 dengan minimum 70.000 dan maksimum 116.000 pound per inci2. Kekuatan serat
bukan kapas pada umumnya menurundalam keadaan basah, tetapi sebaliknya kekuatan
serat kapas dalam keadaan basah makin tinggi.

c. Mulur
Mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi diantara serat-serat selulosa alam, kira-
kira dua kali mulur rami. Diantara serat alam hanya sutera dan wol yang mempunyai mulur
lebih tinggi dari kapas. Mulur serat kapas berkisar 4 – 13 % bergantung pada jenisnya
dengan mulur rata-rata 7 %.

d. Moisture Regain
Serat kapas mempunyai afinitas yang besar terhadap air, dan air mempunyai
pengaruh yang nyata pada sifat-sifat serat. Serat kapas yang sangat kering bersifat kasar,
rapuh dan kekuatannya rendah. Moisture regain serat kapas bervariasi dengan perubahan
kelembaban relatif atmosfir sekelilingnya. Moiture regain serat kapas pada kondisi standar
berkisar antara 7 – 8,5 %.

2.1.3. Sifat Kimia Serat Kapas


Serat kapas sebagian besar tersusun atas selulosa maka sifat-sifat kimia kapas sama
dengan sifat kimia selulosa. Serat kapas umumnya tahan terhadap kondisi penyimpanan,
pengolahan dan pemakaian yang normal, tetapi beberapa zat pengoksidasi dan
penghidrolisa menyebabkan kerusakan dengan akibat penurunan kekuatan.

Kerusakan karena oksidasi dengan terbentuknya oksiselulosa biasanya terjadi dalam


proses pemutihan yang berlebihan, penyinaran dalam keadaan lembab atau pemanasan
yang lama suhu diatas 140 0C.
CH2OH H OH
O
H O H
H OH H
O OH H H O
H H O
H OH CH2OH

Oksidasi
CH2OH CH2OH
O OH OH
H O H
H H O
O H O
C C C C H
O H O H O H O H

CH2OH
O CH2OH
H H O OH OH
H O
H
O H
C C O H
C C
O OH O OH
O OH O OH

Gambar 3. Reaksi oksiselulosa pada rantai selulosa

Pencampuran antara dua serat yang berbeda jenisnya baik untuk benang maupun
untuk kain yang sering dilakukan. Tujuan dari pencampuran adalah untuk meningkatkan
kenampakan dan kemampuan kain yang dibentuk. Kelebihan dan kekurangan dari sifat-sifat
serat yang membentuk akan saling mempengaruhi dan saling memperbaiki. Oleh karena itu
serat campuran biasanya dari serat sintetik kain yang dibentuk lebih ringan,dan kain dari
serat-serat alam.

2.2. Poliester
Poliester adalah serat sintetik yang paling banyak digunakan untuk bahan tekstil,
merupakan salah satu polimer hasil reaksi antara monomer asam tereftalat dan etilena glikol
seperti berikut:

Gambar 4. Struktur Pembentukan Poliester

Polimer yang terbentuk disebut poliester yang memiliki keteraturan struktur rantai yang
menyebabkan serat memiliki struktur yang rapat akibat rantai yang saling berdekatan
membentuk ikatan hidrogen antara gugus -OH dan gugus -COOH dalam molekulnya. Oleh
karena itu serat poliester bersifat hidrofob dan sulit dimasuki air maupun zat warna. Agar
dapat dimasuki air dan zat warna maka ikatan hidrogen antar rantai molekul yang
berdekatan harus dikurangi dengan cara menaikkan suhu. Kenaikkan suhu mengakibatkan
adanya vibrasi molekul yang memperlemah ikatan antar molekul, menjadikan jarak antar
rantai lebih longgar, serat menjadi plastis sehingga dapat dimasuki oleh molekul air dan zat
warna. Bahan yang cocok untuk pencelupan cara carrier adalah bahan poliester regular baik
dalam rajutan maupun tenunan, tetapi tidak cocok untuk pencelupan kain poliester
microfiber karena strukturnya terlalu padat.
Berikut adalah sifat yang dimiliki oleh serat poliester:
Tabel 1. Sifat Serat Poliester
Sifat Parameter

Kekuatan Tarik 4,0-6,9 gram/denier


Mulur 11%-40%
Moisture Regain
0,4%
(RH) 65%
Tinggi (pembebanan 1,7 g/d menyebabkan
Modulus
mulur 2%
Berat Jenis 1,38 %
Titik Leleh 250oC
Morfologi Berbentuk Silinder dengan penampang bulat
Tahan asam lemah dan asam kuat dingin,
tidak tahan alkali kuat. Tahan oksidator pelarut
Sifat Kimia
untuk dry cleaning. Larut dalam metakresol
panas. Tahan jamur

2.3. Kain T/C


Tetron Cotton (T/C) atau biasa disebut katun T/C adalah kain yang terbuat dari dua
bahan yang berbeda: Tetron (65%) dan Cotton (35%). Tetron merupakan bahan turunan
dari polyester, bahan dasar dari material ini adalah biji plastik, bukan kapas seperti pada
katun. Baju yang terbuat dari bahan T/C tidak akan menyusut jika dibandingkan dengan
bahan kaos yang terbuat dari 100% katun. Namun, karena poliester kurang bisa menyerap
kelembaban atau keringat, akibatnya adalah kaos bahan T/C akan terasa sedikit lebih panas
saat dikenakan.
Jika dibandingkan dengan kaos bahan katun, keunggulan kaos bahan T/C adalah dari
segi ekonomis. Karena harga polyester lebih murah dari pada harga katun, maka bahan
kaos TC harganya relatif lebih terjangkau dibandingkan dengan bahan katun. Keunggulan
lainnya adalah, sifat poliester lebih tahan lama dibandingkan kapas. Jadi, kaos bahan T/C
dapat tahan lebih lama atau awet dan juga lebih tahan terhadap kotoran.
2.4. Fluorokarbon

Penggunaan fluorokarbon yang luas disebabkan oleh struktur kimianya. Semua jenis
fluorokarbon mempunyai atau mengandung alkil perifluoro radikal, dimana semua atom
hidrogen telah disubtitusi dengan atom fluor. Sifat yang terdapat dalan zat tersebut, antara
lain adalah tahan lama, kecepatan reaksi rendah, aktivitas permukaan.
Keelektronegatifan fluor yang tinggi menghasilkan ikatan dengan rantai karbon yang
pendek, tetapi sangat kuat, yang stabil dan membuat komponen memiliki ketahanan yang
baik. Kecepatan reaksi fuorokarbon yang rendah memberikan perlindungan pada struktur
rantai karbon oleh atom fluor. Akibat dari tegangan permukaan yang sangan rendah
akibatnya memberikan popografi molekuler yang istimewa. Hanya fluorokarbon yang
memiliki kombinasi sifat yang unik, hal tersebut karena adanya variasi pada saat sintesa
pembuatan untuk bahan pakaian jadi dan dapat dipergunakan untuk berbagai macam
kegunaan. Dibandingkan dengan fluoro-clorinated hydrocarbon (CFC), polimer fluorokarbon
memiliki perbedaan sifat dan efek yang ditimbulkannya. Sebaliknya fluorokarbon yang
digunakan pada saat penyempurnaan tahan kotor tidak mudah menguap karena
polimerisasi molekuler yang tinggi.
Pembuatan komponen terdiri dari gugus perfluoro yang membutuhkan keterampilan
dan teknik khusus. Rantai alkil perfuoro dapat dibuat dengan dua cara yang berbeda:
 Telomerisasi yang dibuat dari tetrafluoro etilen (TFE).
 Elektrofluorodasi, contohnya alkil sulfurklorida dalam larutan hidrogen
fluorida.
Alkil perfluoro etanol atau alkil sulfon memiliki fungsi khusus. TFE merupakan zat yang
sangat dibutuhkan untuk memiliki gugus fluor seperti Hostailon, TFE juga merupakan
sumber zat aktif fluorokarbon pada penggunaannya dibidang tekstil. Perfluro alkyl ethyl
iodide (Fluowet FA) diperoleh melalui tahap intermediate, seperti pentafluoro ethyl iodide
dan perfluoro alkyl iodide. Pada awalnya digunagan untuk berbagai macam surfaktan dan
zat penyempurnaan. Dengan proses telomerisasi (Hoechst) dimungkinkan untuk
memproduksi komponen rantai perfluoro yang linear dan panjang yang sangat diminati dan
memberikan efek penyempurnaan yang optimal.
Zat aktif polimer fluorokarbon sebagian besar dibuat dari berbagai macam unsur
pokok. Selain rantai panjang, unsur pokok yang mengandung fluor yang akan memberikan
efek penyempurnaan, monomer yang tidak mengandung fluor dikompolimerasi untuk
memperbaiki struktur lilin dan atau merupakan komponen reaktif untuk meningkatkan sifat
tahan lama atau permanen. Bagian yang mengandung fluor berselang dengan bagian yang
tidak mengandung fluor. Fluorokarbon tidak berwarna dan memiliki kepadatan tinggi, hingga
lebih dari dua kali lipat dari air. Mereka tidak dapat larut dengan sebagian besar pelarut
organik (misalnya, etanol, aseton, etil asetat, dan kloroform), tetapi dapat larut dengan
beberapa hidrokarbon (misalnya, heksana dalam beberapa kasus). Mereka memiliki
kelarutan yang sangat rendah dalam air, dan air memiliki kelarutan yang sangat rendah di
dalamnya (pada urutan 10 ppm). Mereka memiliki indeks bias yang rendah.
Hal ini menghasilkan elastisitas optimum dan pelapisan pada bahan yang tahan lama
dan permanen pada serat sehingga daya tembus udara baik dan pada saat yang sama sifat
pembasahan oleh cairan, minyak dan kotoran berkurang. Hal yang harus dipenuhi untuk
menghasilkan penyempurnaan tahan kotor dapat disimpulkan sebagai berikut. Secara kimia,
hal seperti berikut perlu diperhatikan: alkyl perfluoro radikal minimal harus mengandung 4
atom karbon dan satu atom karbon CF3 pada ujung rantai. Efek optimum rantai perfluoro
dapat dicapai pada 8 atom karbon.
Kondisi ikatan fisika juga harus diperhatikan. Distribusi zat aktif yang merata dan
orientasi optimum rantai perfluoro memberikan efek yang baik walaupun digunakan dalam
jumlah yang sedikit. Adhesi pada serat diperlukan untuk efek yang bernilai tahan lama.
Penyempurnaan dengan fluorokarbon cocok untuk berbagai macam kegunaan salah
satunya adalah untuk industri pakaian dimana tidak hanya digunakan untuk pakaian olah
raga yang merupakan kegunaan khusus pada trend pakaian tetapi juga untuk pakaian kerja
bengkel dan seragam).
Sektor kedua terbesar adalah untuk bahan perabotan, kain pelapis gorden, kain
pelapis dinding, seprei dan taplak meja juga memakai penyempurnaan dengan
menggunakan fluorakarbon. Karpet untuk pasat dalam negeri dan luar negeri, juga pakaian
bengkel dan bahan yang dilapisi melengkapi penggunaan fluorokarbon. Juga dengan
adanya permintaan khusus yaitu non-woven dan berbagai macam baju pelindung.

2.5. Penyempurnaan Tolak Air

Penyempurnaan tolak air merupakan salah satu proses penyempurnaan yang tertua
dan paling banyak dilakukan pada penyempurnaan tekstil. Seperti jas hujan, pakaian
olahraga, pakaian kerja, berbagai macam bahan tekstil untuk kegiatan outdoor, bahkan
hingga kain pelapis dan kain-kain berat banyak yang memerlukan penyempurnaan tolak air.
Salah satu prasyarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan hasil penyempurnaan
tolak air yang baik adalah persiapan penyempurnaan yang baik, mengingat banyaknya zat-
zat pembantu tekstil yang dapat mempengaruhi efek tolak air. Zat-zat tersebut antara lain
adalah surfaktan dan deterjen yang banyak digunakan dalam proses persiapan
penyempurnaan dan pencelupan. Sejumlah kecil surfaktan (0,005%) yang tertinggal pada
bahan sudah dapat mengurangi efek tolak air secara nyata. Ini menunjukkan betapa penting
sesungguhnya penghilangan zat-zat tersebut secara tuntas dan sempurna dari bahan yang
akan dikerjakan penyempurnaan tolak air. Campuran deterjen anionik dan non-ionik telah
terbukti ampuh menghilangkan sisa-sisa zat-zat hidrofilik yang tidak dapat dihilangkan dari
bahan dengan pembilasan biasa.
Tergantung pada tujuan akhir pemakaiannya maka pengujian tolak air dapat dilakukan
dengan cara uji siram atau Bundesmann. Uji siram tidak dapat memberikan hasil secara
eksak akan tetapi memungkinkan dilakukannya evaluasi kemampuan tolak air kain secara
sederhana dan cepat. Cara uji ini hanya sesuai untuk produk dengan daya tolak air cukup
hingga sedang, karena cara ini tidak lagi mampu membedakan antara yang sedang dan
baik.
Untuk produk dengan spesifikasi tolak air tinggi cara uji yang digunakan biasanya
adalah Bundesman, dan suatu produk dikatakan memiliki daya tolak air tinggi bila rating-nya
mendekati lima, misalnya untuk jas hujan, yang artinya setelah 10 menit uji hujan
Bundesmann (suatu kondisi yang ekivalen dengan hujan lebat selama 2 jam atau hujan
biasa selama 24 jam terus-menerus) tidak ada tanda basah yang tampak pada kain.
Konstruksi kain memiliki peran menentukan ketahanan-rembes (impermeability) kain.
Bila kerapatan kain dirasa kurang dan masih memungkinkan terjadinya perembesan, maka
perlu dipertimbangkan untuk menggunakan zat pengisi berupa dispersi polimer yang akan
bekerja ”menambal“ pori-pori kain yang terlalu besar. Namun demikian, perlu diingat bahwa
penutupan pori-pori tersebut oleh zat pengisi juga berakibat pada berkurangnya daya
tembus udara yang dapat mengurangi kenyamanan pakai kain, dan ini menjadi penting
terutama untuk produk-produk sandang.
Beberapa zat kimia yang dapat digunakan untuk menghasilkan efek tolak air baik yang
permanen ataupun semi-permanen antara lain adalah emulsi parafin yang mengandung
garam-garam aluminum (Ramasit K), emulsi parafin yang mengandung garam-garam
zirkonium (Pesristol E), senyawa N-metilol urea dengan residu asam lemak tinggi (Persistol
HP; asam lemak: C17H35-CO-), hidrogenmetil atau dimetil polisiloksan, dan senyawa
fluorokarbon. Berbeda dengan senyawa-senyawa tolak air lain, fluorokarbon juga memiliki
kemampuan untuk menolak minyak.
Dari pemahaman kita mengenai peristiwa dan teori pembasahan permukaan bahan
dapat disimpulkan bahwa pembasahan dapat dicegah dengan cara menurunkan tegangan
permukaannya, dan ini dapat dilakukan dengan cara memodifikasi sifat permukaan bahan.
Salah satu caranya adalah dengan melapisi permukaan bahan dengan suatu lapisan film
yang tegangan permukaannya lebih rendah. Cara lain adalah dengan menempelkan secara
tegak lurus molekul-molekul pendek yang salah satu ujungnya memiliki gugus penolak air
pada permukaan bahan membentuk semacam bulu-bulu molekuler bersifat hidrofobik.
Dengan cara ini sifat-sifat mekanik seperti kelenturan dan kelemasan kain serta daya
tembus udara (yang berhubungan dengan kenyamanan pakai kain) tidak terpengaruh. Baik
lapisan film maupun bulu-bulu molekuler, keduanya membutuhkan sifat hidrokarbon (dengan
gugus-gugus yang memiliki tegangan permukaan lebih rendah seperti =CH2, -CH3 atau
rantai-rantai yang diperfluorinasi) untuk menurunkan tegangan permukaan serat hingga
mampu menolak air.

BAB III

PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan


3.1.1. Alat
 Bak padding
 Gelas ukur 500 ml
 Mesin padder
 Pipet ukur
 Neraca analitik
 Batang pengaduk
 Ball Filler
3.1.2. Bahan
 Kain kapas
 Kain TC
 Kain poliester
 Resin tolak air (ELASGUARD DK-610)
 Resin anti kusut
 Katalis

 Air

3.2. Diagram Alir

Persiapan Alat dan Bahan

Pembuatan Larutan Tolak Air

Padding (WPU 60%)

Pengeringan
100˚C ; 2-3 menit

Curring
170˚C ; 3 menit
Evaluasi

3.3. Resep Uji Siram

3.3.1.Resep Penyempurnaan
 Resin tolak air (ELASGUARD DK-610) : 10 – 80 g/L
 Resin anti kusut : 20 g/L
 Katalis : 10 g/L
 WPU : 70%
 Suhu drying : 100˚C
 Waktu drying : 2 – 3 menit
 Suhu curring : 170˚C

 Waktu curring : 3 menit

3.4. Fungsi Zat


 Resin tolak air sebagai zat yang memberikan sifat tolak air pada bahan dengan
berpolimerisasi membentuk lapisan film dipermukaan bahan sehingga menghalangi air
untuk meresap kedalam serat
 Resin anti kusut sebagai zat yang memberikan sifat anti kusut pada bahan

 Katalis sebagai zat yang dapat mempercepat reaksi pada resin dengan menurunkan
energi aktivasi

3.5. Skema Proses

Padding Drying Curring

Perendaman

3.6. Cara Kerja


1. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Buat larutan penyempurnaan sesuai dengan perhitungan resep.
3. Lakukan padding pada bahan dengan WPU 70%.
4. Lakukan drying dengan suhu 100oC selama 2-3 menit.
5. Setelah dilakukan drying selanjutnya dilakukan curing pada suhu 170˚C selama 3
menit.
6. Lakukan evaluasi dengan uji siram menggunakan air sebanyak 250 ml dan amati.

3.7. Data Hasil Percobaan

3.7.1.Perhitungan Resep

Kebutuhan larutan: 200 ml

 Variasi 1
10
Resin tolak air (ELASGUARD DK-610): X 200=2 g
1000

Air : 200 - 2 = 198 ml

 Variasi 2
50
Resin tolak air (ELASGUARD DK-610): X 200=10 g
1000
Air : 200 - 10 = 190 ml

 Variasi 3
50
Resin tolak air (ELASGUARD DK-610): X 200=10 g
1000
20
Resin anti kusut : X 200=4 g
1000
10
Katalis : X 200=2 g
1000
Air : 200 – (10+4+2) = 184 ml

- Variasi 1: Konsentrasi Resin tolak air (ELASGUARD DK-610) 10 g/L


- Variasi 2: Konsentrasi Resin tolak air (ELASGUARD DK-610) 50 g/L
- Variasi 3: Konsentrasi Resin tolak air (ELASGUARD DK-610) 50 g/L + Resin anti kusut +
Katalis
3.7.2.Hasil Pengamatan

Tabel 2. Data Hasil Praktikum


Variasi Resin Variasi Kain Nilai Uji Siram
Resin tolak air Kapas 50
Poliester 90
10 g/L T/C 70
Resin tolak air Kapas 70
Poliester 80
50 g/L T/C 100
Resin tolak air
Kapas 80
50 g/L + Resin
Poliester 90
anti kusut +
T/C 90
katalis
Kapas 0
Blanko Poliester 0
T/C 0
3.7.3.Grafik Pengaruh Variasi Terhadap Nilai Uji Siram

Nilai Uji Siram


100

90

80

70

60

50

40

30

20

10

0
1 2 3

Tahan air 10 g/L Tahan air 50 g/L Blanko


Tahan air 50 g/L + anti kusut

Grafik 1. Grafik Pengaruh Variasi Terhadap Nilai Uji Siram


BAB IV

PEMBAHASAN

Proses penyempurnaan tolak air merupakan proses yang dilakukan dengan


pemberian resin anti air pada bahan tekstil. Proses tolak air ini bertujuan untuk menghambat
penyerapan air masuk ke dalam bahan tetapi udara masih dapat bersirkulasi sehingga
nyaman saat dipakai. Pada praktikum tolak air ini dilakukan dengan menggunakan resin anti
air yaitu Elasguard DK-610 terbuat dari flourokarbon dan dapat digunakan untuk
penyempurnaan tolak air pada serat alam atau sintetik. Flourokarbon memiliki kemampuan
tolak air yang sangat baik, sehingga sering digunakan untuk resin-resin anti air. Pada
penyempurnaan tolak air hasil yang diharapkan air dapat bergerak pada permukaan kain
atau seperti air pada daun talas (Lotus Effect). Lotus effect dapat terjadi karena permukaan
pada bahan tidak licin atau terjadi bulu-bulu yang dapat menahan laju air ke dalam serat.
Pada praktikum penyempurnaan anti air menggunakan variasi konsentrasi resin anti air
(ELASGUARD DK-610) 10% dan 50% pada kain kapas, poliester dan kain poliester-kapas
(T/C) serta terdapat variasi dengan menggunakan resin anti kusut dan katalis.

Penambahan Elasguard DK-610 sebagai resin tolak air akan memberikan sifat yang
dapat menolak air meresap ke dalam bahan. Resin anti air bekerja dengan
mengadsorpsikan zatnya pada serat, zat yang dipakai adalah senyawa fluorokarbon pada
dasarnya berfungsi menurunkan energi permukaan bahan tekstil. Resin anti air berikatan
dengan serat pada saat curing dengan suhu tinggi karena pada saat itulah resin bergerak
terjadi kondensasi polimer yang baik, gugus polar terikat pada bahan selulosa dan gugus
hidrofob menghadap keluar dari permukaan serat. Penempelan tersebut secara tegak lurus
molekul-molekul pendek yang salah satu ujungnya memiliki gugus penolak air pada
permukaan bahan membentuk semacam bulu-bulu molekuler bersifat hidrofobik. Lapisan
film dan bulu-bulu molekuler akan memberikan permukaan bahan yang tidak licin sehingga
dapat menolak penyerapan air ke dalam bahan. Resin anti kusut dan katalis disini akan
membentuk crosslinking yang dapat memperbaiki kenampakan kain. Semakin tinggi
konsentrasi resin anti air yang digunakan maka akan semakin banyak lapisan film dan bulu-
bulu molekuler yang bersifat hidrofobik yang dapat meningkatkan sifat tolak air pada kain.
Titik optimum resin anti air yang digunakan dapat dilihat dengan mengevaluasi uji siram kain
pada kain yang sudah dilapisi oleh resin anti air.

Hasil uji siram pada kain kapas menunjukkan hasil optimum pada konsentrasi resin
anti air (Elasguard DK-610) 50 g/L dengan ditambahkan resin anti kusut serta katalis dengan
nilai uji siram sebesar 80. Hasil uji siram pada kain poliester menunjukkan hasil optimum
pada konsentrasi resin anti air (Elasguard DK-610) 10 g/L dan 50 g/L dengan ditambah resin
anti kusut dan katalis dengan nilai yang sama yaitu 90. Hasil uji siram pada kain poliester-
kapas (T/C) menunjukkan hasil optimum pada konsentrasi resin anti air 50 g/L dengan nilai
100. Sedangkan, pada blanko didapatkan hasil 0 membuktikan bahwa semua kain akan
terbasahi secara keseluruhan jika tidak diberi resin anti air.
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa proses


penyempurnaan tolak air bertujuan memberikan lapisan film yang rata pada kain sehingga
permukaan akan menjadi tidak licin dan terdapat bulu-bulu molekul hidrofobik yang dapat
menahan air agar tidak masuk ke dalam bahan. Hasil proses penyempurnaan tolak air dapat
dievaluasi dengan melihat nilai dari uji siram yang didapatkan. Variasi yang digunakan
adalah variasi konsentrasi resin anti air (Elasguard DK-610). Titik optimum pada konsentrasi
konsentrasi resin anti air (Elasguard DK-610) terdapat pada konsentrasi resin anti air
(Elasguard DK-610) 50 g/L dengan ditambahkan resin anti kusut serta katalis pada kain
kapas, konsentrasi resin anti air (Elasguard DK-610) 10 g/L dan 50 g/L dengan ditambah
resin anti kusut dan katalis dan pada konsentrasi resin anti air 50 g/L.
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia. Kapas. [Online]. Tersedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Kapas [2020, Oktober 10]

Pedoman Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil


: Bandung.

Maya Komalasari S.ST, dkk. 2005. Bahan Ajar Praktikum Evaluasi Kimia I. Bandung:
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung

Wikipedia. Flourocarbon. [Online]. Tersedia: https://en.wikipedia.org/wiki/Fluorocarbon


[2020, Oktober 27]

Blogger. Penyempurnaan Tolak Air Pada Kain Kapas, Poliester dan Poliester/Kapas
Dengan Senyawa Silikon dan Fluorokarbon. [Online]. Tersedia:
http://khanifarifin.blogspot.com/2011/10/penyempurnaan-tolak-air-pada-kain-kapas.html
[2020, Oktober 27]

Anda mungkin juga menyukai