Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH FITOKIMIA

“POLIKETIDA”

Dosen Pengampu: Galih Samodra,M.Farm.,Apt

Disusun Oleh :

1. Yeni Pratiwi (170105067)

2. Yulsela Senaen (170105068)

3. Mega Kholi Nabila

S1 FARMASI

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

PURWOKERTO

2019

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta

hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis

dapat menyelesaikan makalah Fitokimia yang berjudul Poliketida.

Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi

besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni

al-Qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia. Terima kasih

kepada Dosen yang telah membantu memberikan arahan dan petunjuk untuk

pembuatan makalah ini.

Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman

tentang Fitokimia khususnya tentang Poliketida.

Akhirnya kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-

kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan

kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan

makalah ini.

Purwokerto, Juni 2019

Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki

keanekaragaman sumber daya alam hayati. Hal tersebut telah di

buktikan sekitar beberapa ratus tahun yang lalu, dimana sumber-sumber

alam tersebut menjadi incaran oleh beberapa negara eropa bahkan salah

satu negara di benus asia sendiri. Dari segi kimia, sumber daya alam

hayati ini merupakan sumber-sumber senyawa kimia yang tak terbatas

jenis maupun jumlahnya. Keanekaragaman sumber daya alam hayati di

Indonesia ini merupakan sumber senyawa kimia, baik berupa senyawa

metabolit primer seperti protein, karbohidrat, lemak yang digunakan

sendiri oleh tumbuhan untuk pertumbuhannya maupun senyawa

metabolit sekunder seperti terpenoid, steroid, kurmarin, flavonoid dan

alkaloid yang umumnya mempunyai kemampuan bioaktifitas dan

berfungsi sebagai pelindung tumbuhan dari gangguan hama penyakit

untuk tumbuhan itu sendiri atau lingkungannya (Fessenden,1982)

Dengan demikian keanekaragaman hayati dapat diartikan

sebagai keanekaragaman kimiawi yang mampu menghasilkan bahan-

bahan kimia baik untuk kebutuhan manusia maupun organisme lain

seperti untuk obat-obatan, insektisida, kosmetika, dan sebagai bahan

dasar sintesa senyawa organik yang lebih bermanfaat (Achmad, 1986)

Akhir-akhir ini senyawa kimia sebagai hasil metabolit sekunder

pada berbagai jenis tumbuhan telah banyak dimanfaatkan sebagai zat

3
warna, racun, aroma makanan, obat-obatan dan lain sebagainya. Oleh

karena itu, mengingat betapa bermanfaatnya senyawa-senyawa hasil

metabolit sekunder tersebut bagi umat manusia untuk memenuhi

berbagai kebutuhan hidupnya, maka dirasa perlu untuk mempelajari

lebih lanjut mengenai senyawa-senyawa metabolit sekunder seperti

steroid, alkaloid, terpenoid, fenolik, flavoinoid, saponin, dan

sebagainya. Dimana pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut

mengenai senyawa fenolik khususnya golongan poliketida (Tri

Joko,2013)

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan senyawa Poliketida ?

2. Bagaimana struktur dari senyawa Poiketida ?

3. Bagaimana reaksi-reaksi yang terjadi pada senyawa Poliketida ?

4. Bagaimana cara penentuan struktur untuk senyawa poliketida ?

5. Apa kegunaan dari senyawa Poliketida ?

6. Bagaimana proses biosintesis senyawa Poliketida ?

7. Bagaimana proses isolasi senyawa Poliketida ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui senyawa Poliketida.

2. Untuk mengetahui struktur dari senyawa Poiketida.

3. Untuk mengetahui reaksi-reaksi yang terjadi pada senyawa

Poliketida.

4
4. Untuk mengetahui cara penentuan struktur untuk senyawa

poliketida.

5. Untuk mengetahui kegunaan dari senyawa Poliketida.

6. Untuk mengetahui proses biosintesisi senyawa Poliketida.

7. Untuk mengetahui proses isolasi senyawa Poliketida.

1.4 Manfaat

Manfaat penulisan makalah ini :

1. Bagi penulis : Melatih potensi penulis dalam menyusun makalah.

2. Bagi pembaca : Dapat menambah pengetahuan tentang “poliketida”.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengenalan Senyawa Poliketida

1. Pengertian senyawa Poliketida

Poliketida adalah senyawa fenolik yang berasal dari jalur

asetat-malonat. Senyawa poliketida mempunyai kerangka dasar

aromatik yang disusun oleh beberapa unit dua atom karbon dan

membentuk suatu rantai karbon yang linier yakni asam poli β-

ketokarboksilat yang disebut rantai poliasetil. Poliketida atau

yang sering disebut dengan peptide non ribosom dibentuk oleh

enzim besar yang multi fungsional dengan kelompok situs

katalitik yang terkoordinasi, yaitu Polyketide Synthase (PKS)

dan Non-Ribosomal Peptide Synthase (NRPS) (Hanson, 2000)

Pada awalnya suatu poliketida diperkirakan berasal dari unit-

unit asetil-CoA berkondensasi melalui reaksi Claisen

membentuk ester poli-ß-keto. Tetapi studi biosintesis

menemukan bahwa penambahan rantai bukan oleh asetil-CoA

tetapi oleh malonil-CoA yang memiliki H lebih bersifat asam

sehingga menyediakan nukleofil yang lebih baik dari pada

asetilCoA (Mangrina, 2001)

2. Asal usul Poliketida

Poliketida (golongan senyawa kimia) merupakan salah satu

dari senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh spons laut.

Spons mempunyai kemampuan untuk mensintesis bermacam –

6
macam komponen organic seperti poliketida, alkaloid, peptid dan

terpene. Dimana potensi biologis dari suatu senyawa metabolite

sekunder pun sangat beragam antara lain bersifat sitotoksik,

antitumor/antikanker, antivirus, antimikroba, antiinflamasi,

antimalaria, dan lain-lainn (Dewick, 2009).

Menurut Hanson pada tahun 2000, senyawa metabolit yang

diisolasi dari bakteri yang berasosiasi dengan spons Haliclona sp.,

misalnya: sterol, steroid, alkaloid, avarol, nukleosida, peptida, dan

poliketida.

Menurut Rahmawati (2011) poliketida banyak dihasilkan

oleh bakteri, kapang dan lumut. Dalam bentuk struktur molekulnya,

poliketida memiliki pola oksigen yang berselang seling. Adapun

Metabolit sekunder yaitu poliketida yang terdapat pada fungi dan

bakteri diantaranya yakni pigmen antra kuinon yang terdapat pada

fungi Clavicepspurpurea, griseofulvin terdapat pada

Penicilliumgriseo-fulvin dan kurvularin yang terdapat pada

Culvularis sp.

7
Gambar 1. Antraquinon Gambar 2. Griseofulvin

Gambar 3. Kurvularin

2.2 Struktur Senyawa Poliketida

Menurut Mangrina (2001) secara umum senyawa poliketida

memiliki struktur CH3[CH2CO]nCOOH yang disebut ketida

atau poli-β-keto. Berdasarkan struktur poliketida tersebut, secara

trivial poliketida memiliki nama poliketida atau alkanpoli-on.

Sedangkan secara IUPAC diberinama polialkanon.

8
Lovastin

Epotilon B

Rifamisin B

9
2.3 Reaksi-reaksi yang Terjadi pada Senyawa Poliketida

Rantai poliasetil yang dihasilkan memiliki kereaktifan yang sangat tinggi

karena rantai poliasetil tersebut memiliki gugus metilen yang dapat

bertindak sebagai Nukleofil dan gugus karbonil yang bertindak sebagai

Elektrofil. Karena kereaktifannya tersebut, rantai poliasetil dapat

mengalami berbagai macam reaksi modifikasi seperti, regiospesifik,

reduksi, siklisasi atau aromatisasi dengan bantuan enzim yang sesuai.

(Dewick, 2009).

Menurut Hanson 2000 ,Sebagian besar reaksi dari poliketida

menunjukkan reaksi keseluruhan dalam proses biosintesis poliketida. Secara

umum, reaksi yang dialami oleh berbagai senyawa poliketida mencakup:

1. Kondensasi dan Siklisasi (Aromatisasi Molekul)

Karenasifatnya yang sangat reaktif, poli asetil tersebut

mampu melakukan reaksi-reaksi tertentu, diantaranya:

a. Kondensasi

Berikut mekanisme reaksi kondensasi Aldol dan Clasein

ditunjukan pada gambar berikut :

10
(a )

R - CO - CH2 - CO - CH2 - CO - CH2 - COOH

( b)

(a ) ( b ) R

R CO

COOH O O

O O

R
R CO
COOH HO OH

HO OH

OH
Asam 2,4-dihidroksi-6-metil benzoat Asilfloroglusinol

(turunan resorsinol = asam-asam orselinat R = CH3 asetilfloroglusinol

Endokrosin Kurvularin
(polisiklik) (monosiklik)

1) Kondensasi Claisen

2) Siklisasi

Pada kondensasi Claisen terjadi reaksi antara gugus

metilen dan gugus karboksilat pada molekul poliasetil.

Kondensasi ini menghasilkan poliketida turunan Asetil

Floroglusinol.

O O
O O O OH
C
H3C C CH2 H3C
H2 H3C
OH
O C C
O O HO OH
C O
H2
ASETIL FLOROGLUSINOL

11
3) Kondensasi Aldol

Pada kondensasi aldol terjadi reaksi antara gugus


metalen dengan gugus karbonil dari poli asetil
membentuk suatu turunan asam Orselinat dan turunan
Antrakuinon

CH3 CH3
COOH COOH COOH
O
4 X C2
O O
O O HO OH
ASAM ORSELINAT

HO CH3
O
8 X C2 O O O OH
COOH C
O O O OH O OH O

(O)
O O

HO CH3 HO CH3

OH
C

OH O OH OH O OH O
EMODIN ENDOKROSIN

12
b. Siklikasi

1) Laktonisasi

Pada reaksi laktoni sasi terjadi reaksi antara gugus

hidroksil dengan gugus karboksil dari poli asetil

membentuk suatu lakton (ester siklik). Gugus hidroksil

dari poliasetil dihasilkan ketika gugus karbonil pada

O O O O
H2 H2 H2
H3C C C C C C C C 0H TETRA - ASETIL

O OH

O O

HO
H3C OH O H3C O O

 - PIRON

poliasetil bertautomer menjadi bentuk enolnya. Reaksi

ini menghasilkan senyawa turunan α – piron.

2) Eterifikasi
Pada reaki eterifikasi terjadi reaki antara
gugus hidroksil dengan gugus karbonil dari poliasetil
membentuk eter siklik. Reaksi ini menghasilkan

O O O O
H2 H2 H2
H3C C C C C C C C 0H TETRA - ASETIL

O O

O O

HO
H3C OH CH3 HO O CH3

 - PIRON
13
senyawa turunan kromon yaitu turunan γ – piron.
Berikut ini adalah perbedaan antara mekanisme
laktonisasi dan eterifikasi :
(a)

R - CO - CH2 - CO - CH2 - CO - CH2 - COOH

(b)

OH O
(a) (b)

R O O R O CH2 - COOH

piron piron

O O OOH O
R C
O
(a ) O (c ) O (b ) (b )
CHOOH
C O O R O O O R
O HOOH (d ) (d )

OH O

HO R

O
HO O R

OH O

ISOKUMARIN KHROMON

2.4 Penentuan Struktur Senyawa Poliketida

Untuk menentukan struktur senyawa Poliketida dapat

digunakan berbagai metode yakni (Tri Joko,2013) :

1. Metode spektrofotometer

Metode spektroskopi saat ini sudah merupakan metode standar

dalam penentuan struktur senyawa organic pada umumnya dan

senyawa metabolit sekunder pada khususnya. Metode tersebut

terdiri dari beberapa peralatan dan mempunyai hasil pengamatan

yang berbeda, yaitu :

a. Spektroskopi UV

14
Merupakan metode yang akan memberikan informasi adanya

kromofor dari senyawa organik dan membedakan senyawa

aromatic atau senyawa ikatan rangkap yang berkonjugasi

dengan senyawa alifatik rantai jenuh.

b. Spektroskopi IR

Metode yang dapat menentukan serta mengidentifikasi gugus

fungsi yang terdapat dalam senyawa organik, yang mana gugus

fungsi dari senyawa organic akan dapat ditentukan berdasarkan

ikatan tiap atom dan merupakan bilangan frekuensi yang

spesifik.

c. Nuklir Magnetik Resunansi Proton.

Metode ini akan mengetahui posisi atom – atom karbon yang

mempunyai proton atau tanpa proton. Disamping itu akan

dikenal atom – atom lainnya yang berkaitan dengan proton.

d. Nuklir Magnetik Kesonansi Isotop Karbon 13.

Digunakan untuk mengetahui jumlah atom karbon dan

menentukan jenis atom karbon pada senyawa tersebut.

e. Spektroskopi Massa

Mengetahui berat molekul senyawa dan ditunjang dengan

adanya fragmentasi ion molekul yang menghasilkan pecahan –

pecahan spesifik untuk suatu senyawa berdasarkan m / z dari

masing – masing fragmen yang terbentuk. Terbentuknya

fragmen – fragmen denga terjadinya pemutuan ikatan apabila

15
disusun kembali akan dapat menentukan kerangka struktur

senyawa yang diperiksa.

2. Kromatografi

Penggunaan kromatografi sangat membantu dalam

pendeteksian senyawa metabolit sekunder dan dapat dijadikan

sebagai patokan untuk proses pengerjaan berikutnya dalam

menentukan struktur senyawa. Berbagai jenis kromatografi yang

umum digunakan antara lain:

a. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Merupakan salah satu metode identifikasi awal untuk

menentukan kemurnian senyawa yang ditemukan atau

dapat menentukan jumlah senyawa dari ekstrak kasar

metabolit sekunder. Cara ini sangat sederhana dan

merupakan suatu pendeteksian awal dari hasil isolasi.

b. Kromatografi Kolom

Digunakan untuk pemisahan campuran beberapa

senyawa yang diperoleh dari isolasi tumbuhan. Dengan

menggunakan fasa padat dan fasa cair maka fraksi –

fraksi senyawa akan menghasilkan kemurnian yang cukup

tinggi.

c. Kromatografi Gas

Pemisahan campuran senyawa yang cukup stabil pada

pemanasan, karena sampel yang digunakan akan dirubah

menjadi fasa gas dan dengan adanya perbedaan

16
keterikatan senyawa pada fasa padat yang digunakan

terhadap senyawa organik sehingga terjadi pemisahan

masing – masing senyawa dari campurannya.

d. Kromatografi Cair

Lebih dikenal dengan HPLC (High Pressure Liquid

Chromatography ) dan lebih dari 75 % dari pemakaian

HPLC menggunakan fasa padat ODS (Oktadesil Sifane)

atau C – 18 sedangkan fasa cair sebagai pelarut pembawa

senyawa dapat diganti kepolarannnya pada saat digunakan

dan kondisi seperti itu dikenal sebagai fasa gradien. Pada

kondisi gradien, senyawa nonpolar akan diadsorpsi lebih

lemah oleh fasa padat dan akan dielusi dengan pelarut

nonpolar dan sebaiknya senyawa polar akan diadsorpsi

lebih kuat dan membutuhkan pelarut polar. Jika sampel

mempunyai polaritas luas, pemisahan harus dilakukan

dengan merubah kepolaran pelarut yang

digunakan.Efisiensi penggunaan HPLC ditentukan dengan

pengaturan dan penggunaan pelarut sebagai pembantu

dalam pemakaian HPLC.

2.5 Kegunaan dari Senyawa Poliketida

Kegunaan senyawa-senyawa poliketida yaitu (Fessenden,1982):

1. Sebagai antibiotik. Golongan yang sering dimanfaatkan di

antaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin,

klaritromisin, roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin),

17
golongan tetrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin,

klortetrasiklin).

2. Sebagai obat kolesterol (anti kolesterol), misalnya senyawa

lovastatin.

3. Doksorubisin digunakan untuk mengobati penyakit leukemia

akut, limfoma, dan berbagai tumor padat diberikan melalui

suntikan intravena dan sebagian besar dikeluarkan melalui

empedu. Doxorubicin (adriamisin) dihasilkan oleh

Streptomyces peucetius varcaesius

4. Sebagai anti jamur, misalnya senyawa amfoterisin.

5. Spyramycin (mengobati toksoplasmosis; Toxoplasmagondii)

6. Tylosisn (antibiotika penting pada hewan; mengobati infeksi

saluran nafas pada unggas)

7. Sebagai anti kanker, misalnya senyawa epotilon.

8. Sedangkan potensi senyawa-senyawa poliketida yaitu:

a. Sebagai terapi berbagai penyakit di usia lanjut

b. Sebagai pencegah penyakit jantung

2.6 Proses Biosintesis Senyawa Poliketida

Biosintesis poliketida berasal dari suatu reaksi kondensasi

asetil-CoA dengan senyawa malonil-CoA. Pada dasarnya, asetil-

CoA dibentuk dari asam asetat yang mengalami pengaktifan pada

gugus karboksilnya menjadi bentuk tio ester dengan bantuan enzim

Poliketida Sintase (PKS), sedangkan malonil-CoA berasal dari

asetil-CoA yang mengalami karboksilasi pada gugus metilennya.

18
Menurut, Heldt (2004) secara garis besar, pembentukan

poliketida berlangsung melalui tahap yang disebut dengan

pembentukan rantai karbon poliasetil. Pembentukan rantai poliasetil

(suatu produk menengah yang berupa rantai karbon linear poli-β-

keton) ini terjadi melalui suatu reaksi kondensasi Claisen antara unit

pemula (asetil-KoA) dan unit perluasan (malonil-KoA).

Pembentukan rantai poli asetil terjadi dengan bantuan enzim

poliketida sintase. Setelah terbentuk rantai diketida, terjadi reaksi

perpanjangan rantai dengan adanya penambahan gugus asetil yang

berasal dari malonil-KoA. Reaksi perpanjangan ini sangat

ditentukan oleh enzim asil transferase. Enzim tersebut berfungsi

untuk memundahkan gugus asil dari malonil-KoA ke enzim poli

ketida sintase agar enzim tersebut hanya melakukan siklus

kondensasi. Mekanisme pembentukan rantai poliasetil terdapat pada

gambar dibawah ini:

Gambar. Mekanisme pembentukan rantai poliasetiL

19
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, S.A. 1986.Kimia Organik Bahan Alam, Materi 4: Ilmu Kimia

Flavonoid.Karunika Universitas Terbuka. Jakarta. Hlm39.

Dewick, Paul M. (2009). Medicinal Natural Products: A Biosynthetic Approach, 3rd

Edition. Wiltshire: John Wiley & Sons Ltd.

Hanson, J.R. (2000) . Tutorial Chemistry Natural Products The

SecondaryMetabolites,Universities of Sussex. Royal Society of

Chemistry

Heldt W. 2004. Plant Biochemistry. London: Elsevier.Inc.

Rahmawati A, Muflihunna, dan La Ode Muhammad Sarif. (2010). Analisis Aktivitas

Antioksidan Produk Sirup Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.)

dengan Metode DPPH. Jurnal Fitofarmaka Indonesia, 2(II). Hlm. 97 –

101.

Raharjo, Tri Joko. (2013). Kimia Bahan Alam.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

20

Anda mungkin juga menyukai