Anda di halaman 1dari 13

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 DEFINISI KALIUM GLIKONAT


Kalsium merupakan mineral yang penting untuk pemeliharaan kesempurnaan fungsi
susunan saraf, otot, sistem rangka dan permeabilitas membran sel. Kalsium adalah
aktivator yang penting pada beberapa reaksi enzimatis dan berperan dalam proses
fisiologi yang mencakup transmisi rangsangan oleh saraf, kontraksi jantung, otot polos
dan otot rangka, fungsi renal, pernafasan dan koagulasi darah. Kalsium juga berperan
dalam reaksi pelepasan dan penghantaran neurotransmitter dan hormon, pengambilan dan
peningkatan asam amino, absorbsi vitamin B12 dan sekresi asam lambung (Tan Hoan
Tjay, 2002)
Kadar kalsium darah dalam serum keadaan normal 9-11 mg/dl. Tubuh mengandung
lebih banyak kalsium dari pada mineral lain. Kalsium merupakan mineral yang harus
dipenuhi kurang lebih 2% dari berat tubuh manusia dewasa (F.G. Winarno, 2004).
Penurunan kadar kalsium akan mengundang hormon paratiroid untuk bereaksi pada
tulang dan melepaskan sebagian kalsiumnya supaya kadar dalam darah dipertahankan,
sebaliknya kadar kalsium yannnnnn melampaui batas fisiolois akan diturunkan dengan
mengembalikan asupan ke tulang (Pudjiono Solihin, 2001).
Pada hipokalsemia disebabkan oleh defisiensi masukan atau absorbsi kalsium, karena
hipoparatirodisme atau karena kehilangan berlebihan melalui ginjal pada kerusakan
tubulus atau asidosis. Hipokalsemia merupakan bagian sindroma kegagalan ginjal
kronika, kadang-kadang juga terlihat pada pankreatitis. Hipokalsemia menyebabkan
hiperaksiilitas sistem saraf.
Injeksi kalsium langsung masuk kedalam pembuluh darah. Setelah diinjeksi, kalsium
darah meningkat dengan cepat dan kembali turun dalam 30 menit sampai 2 jam,
terdistribusi cepat dalam jaringan serta dieliminasi melalui urine. Dosis 10% dalam 10 cc
tak boleh melebihi kecepatan 1 ml/menit. Kebutuhan tubuh 4.5-5,5 mEq kalsium, efek
samping muntah, vasodilatasi perifer, berkeringat, hipotensi, hiperkalsemia, kosntipasi.
3.2 PERHITUNGAN DOSIS
Kadar Kalsium glukonat : 4%
Dosis 10% dalam 10 cc tak boleh melebihi kecepatan 1 ml/menit
10 g
 ×10 ml = 1 g => 0,01 g/ml
100 ml
4g
 dosis : ×500 ml = 20 g => 0,04 g/ml
100 ml
0,04 g
 ×1 ml= 4 ml
0,01 g
 Jadi kadar Kalsium Glukonat 4% dalam 10 cc tak boleh melebihi kecepatan 4
ml/menit
3.3 FORMULA
No Nama Bahan Jumlah Kegunaan
.
1 Kalsium glukonat 4,41% (b/v) Zat aktif
2 Kalsium saccharat 0,5% (b/v) Penstabil kalsium glukonat
3 Natrium klorida 0,0082% (b/v) Pengisotonis
4 NaOH 0,1N/ HCL 0,1N qs Adjust pH
5 Purified water ad 100% (v/v) Pelarut/Pembawa

3.4 FORMULASI BAHAN AKTIF


1. Kalium Glukonat
Pemerian Hablur, granul atau serbuk putih; tidak berbau; tidak berasa. Stabil di
udara ( FI IV hal.161).
Kelarutan Agak sukar ( dan lambat) larut dalam air; mudah larut dalam air
mendidih, tidak larut dalam etanol. Larutan bersifat netral terhadap
lakmus (FI IV hal.161)
Stabilitas Injeksi kalsium OTT dengan larutan infus IV yang terdiri dari
bermacam-macam obat ( DI hal.1399),
Khasiat Untuk pengobatan hipokalsemia tetani ( DI hal.1399)
Dosis Kebutuhan tubuh 4,5-5,5 mEq kalsium per hari.
OTT Oxidating agent, sitrat, phospat, dan sulfat ( Martindale 28, hal. 622
2. Kalium Saccharat
Pemerian Putih, tidak berwarna, kristal, serbuk.
(Martindale hal :2272)
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air dingin dan dalam alkohol, mudah
larut dalam air panas, praktis tidak larut dalam kloroform dan
eter, larut dalam sedikit asam mineral dan larut dalam kalsium
glukonat.
(Martindale hal :2272)
Stabilitas
 Panas Melepaskan air kristalisasi saat dipanaskan, tidak stabil pada
suhu tinggi (MSDS Ca-Saccarat)
 Hidrolisis Tidak ditemukan di FI edisi V, Martindale, JP, Journal NCBI,
MSDS Ca- Saccharat
 Cahaya Disimpan ditempat terlindung dari cahaya (MSDS Ca-Saccarat)
pH sediaan Tidak ditemukan di FI edisi V, Martindale, JP, Journal NCBI,
injeksi MSDS Ca- Saccharat
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik

3. NaCl
Pemerian Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk hablur putih;
rasa asin.
( FI ed hal:584)
Kelarutan Mudah larut dalam air; sedikit lebih mudah larut dalam air
mendidih; larut dalam gliserin; sukar larut dalam etanol.
(FI Ed hal: 584)
Stabilitas
 Panas Tahan Pemanasan
 Hidrolisis Stabil dalam air
Cahaya Harus disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat yang sejuk
dan kering. Memiliki pH 4,5 dan 7,0
Kegunaan Pengencer tablet dan kapsul, agen tonisitas.
(HOPE ed 6 th 2009, hal: 639)
Inkompatibilitas Larutan natrium klorida berair bersifat korosif untuk besi.,
bereaksi membentuk endapan dengan garam perak, timbal, dan
merkuri. Oksidator kuat membebaskan klorin dari larutan
diasamkan natrium klorida. Kelarutan Methylparaben pengawet
antimikroba menurun dalam larutan natrium klorida berair dan
viskositas gel karbomer dan larutan dari hidroksietil selulosa
atau hidroksipropil selulosa berkurang dengan penambahan
natrium klorida.
(HOPE ed 6 th 2009, hal: 639)

4. Natrium Hidroksida (NaOH)


Pemerian Putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk pellet,
serpihan atau batang atau bentuk lain. Keras, rapuh &
menunjukan pecahan hablur bila dibiarakan diudara dan
menyerap CO2 dan lembab.
(FI ed V hal: 589)
Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam etanol.
( FI ed V hal: 589)
Stabilitas Bila dibiarkan diudara, akan cepat menyerap CO2, dan lembab.
Sangat higroskopis.
pH sediaan dalam larutan berair 12- 14.
(HOPE ed 6 th 2009, hal: 649)
Kegunaan Alkalizing agent; buffering agent.
(HOPE ed 6 th 2009, hal: 649)
Inkompatibilitas Natrium hidroksida adalah basa kuat dan tidak kompatibel
dengan senyawa yang mudah mengalami hidrolisis atau
oksidasi. Akan bereaksi dengan asam, ester, dan eter, terutama
dalam larutan berair.
(HOPE ed 6 th 2009, hal: 649)

3.5 PERHITUNGAN TONISITAS DAN OSMOLARITAS


3.5.1 Perhitungan Tonisitas
Massa kalsium glukonat 4%
 Injeksi kalsium glukonat mengandung tidak kurang dari 95%-105%
(FI ed V hal :590)
Penimbangan dilebihkan 5%
4g
×600 ml=24 g→ 24 g+ ( 5%×24 g ) =24 g+ 1,2 g=25,2 g
100 ml
 Massa kalsium saccharat 0,5%
0,5 g
×600 ml=3 g
100 ml

 Tonisitas

No Nama Bahan Jumlah L.Iso BM E=17.L.Iso/ T= ExM


(massa) BM
1. Kalsium glukonat 25,2 g 4,8 448,4 0,1820 4,5864 g
2. Kalsium saccharat 3g 2 320,3 0,1061 0,3183 g
Jumlah Total 4,9047 g

Kesimpulan : Larutan tersebut hipotonis sehingga diperlukan pengisotonis.


Jumlah NaCl yang dibutuhkan agar sediaan isotonis adalah :
0,9 g
×600 ml = 5,4 g→5,4 g-4,9047 g = 0,4953 g
100 ml
3.5.2 Perhitungan Osmolaritas

R=
massa substansi ( gL ) x 1000 x jumlah spesies
BM

1. Kalsium glukonat
25,2 g
m= ×1000 ml=42 g/l jumlah ion : 3 BM: 448,4
600 ml
42 g/l
R= ×1000×3=280,9991 mOsmol/L
448,4
2. Kalsium saccharat
0,5 g
m= ×1000 ml=5 g/l jumlah ion : 3 BM: 320,3
100 ml
5 g/l
R= ×1000×3=46,8311 mOsmol/L
320,3
3. NaCl
0,4953 g
m= ×1000 ml=0,8255 g/l jumlah ion : 2 BM: 58,44
600 ml
0,8255 g/l
R= ×1000×2=28,2512 mOsmol/L
58,44
∑ Osmolaritas total=356,0814 mOsmol/L

3.6 PENIMBANGAN
Dibuat 1 botol infus (@500 ml) = 500 ml
Total volume/ berat sediaan yang dibuat = 600 ml
Untuk mengantisipasi kehilangan volume selama proses pembuatan, sediaan dilebihkan
20% :
500 ml+ ( 20%×500 ml ) =500 ml+100 ml=600 m l
Untuk dimasukkan ke dalam botol dilebihkan 2% maka volume yang dimasukkan :
500 ml+ ( 2%×500 ml ) =500 ml+10 ml=510 m l

No Nama Bahan Jumlah yang Ditimbang


1 Kalsium glukonat 4,41 g
×600 ml=26,46 g
100 ml
Kelarutan kalsium glukonat dalam air mendidih 1:10
=> 26,46 g×10=265 ml
2 Kalsium saccharat 0,5 g
×600 ml=3 g
100 ml

3 NaCl 0,0082 g
×600 ml=0,0492 g
100 ml
Kelarutan NaCl dalam air mendidih 1:10
0,0492g×10=0,492 ml ~ 1 ml
4 Karbo adsorban 0,1g
Depirogenasi : ×1000 ml=1 g
100 ml
0,1g
Sediaan : ×600 ml=0,6 g
100 ml
5 Purified water 600 ml- ( 265+1 ) ml=334ml

3.7 STERILISASI
3.7.1 Sterilisasi Alat
No Cara
Nama Alat Waktu Sterilisasi Jumlah
Sterilisasi
1 Beaker glass 1000 ml Panas Kering Oven, 170˚C , 1 jam 1
2 Beaker glass 250 ml Panas Kering Oven, 170˚C , 1 jam 1
3 Beaker glass 100 ml Panas Kering Oven, 170˚C , 1 jam 3
4 Batang pengaduk Panas Kering Oven, 170˚C , 1 jam 3
5 Spatel Panas Kering Oven, 170˚C , 1 jam 3
6 Gelas ukur 100 ml Panas Basah Autoclave, 121˚C, 15’ 1
7 Gelas ukur 10 ml Panas Basah Autoclave, 121˚C, 15’ 1
8 Pipet tetes Panas Basah Autoclave, 121˚C, 15’ 3
9 Karet pipet Bahan Kimia Alkohol 70%, 24 jam 3
10 Erlenmayer 500 ml Panas Basah Autoclave, 121˚C, 15’ 1
11 Corong Panas Basah Autoclave, 121˚C, 15’ 1
12 Kertas saring Panas Kering Oven, 170˚C , 1 jam 6 lembar
13 Kaca arloji Panas Kering Oven, 170˚C , 1 jam 4
14 Membran filtrat Panas Basah Autoclave, 121˚C, 15’ 1

3.7.2 Sterilisasi Wadah


No. Nama alat Jumla Cara sterilisasi
h
1 Botol Infus 1 Panas Kering, Oven; 170˚C , 1 jam
2 Tutup karet botol infus 1 Bahan Kimia, Alkohol 70%, 24 jam

3.7.3 Sterilisasi Bahan


No. Nama bahan Jumlah Cara sterilisasi
1 Larutan Kalsium 4,41% (b/v)
Panas basah, Autoclave; 121˚C, 15’
glukonat
2 Larutan Kalsium 0,5% (b/v)
Panas basah, Autoclave; 121˚C, 15’
saccharat
3 Larutan NaCl 0,0082% (b/v) Panas basah, Autoclave; 121˚C, 15’
4 Aqua Pro Injeksi ad 100% (v/v) Panas basah, Autoclave; 121˚C, 15’

3.8 PROSEDUR PEMBUATAN

RUANG PROSEDUR
Grey Area 1. Semua wadah dan alat dicuci bersih, dibilas dengan aquadest dan
(Ruang dikeringkan.
sterilisasi) 2. Wadah beaker glass 1000 ml dikalirasi 500 ml untuk beaker
glass utama, buang airnya dan dikeringkan.
3. Beaker glass 1000 ml dikalibrasi 750 ml untuk menyimpan stok
air, buang airnya dan dikeringkan.
4. Wadah botol infus dikalibrasi 510 ml, buang airnya dan
dikeringkan.
5. Bagian mulut dari labu erlenmeyer, beaker glass, wadah botol
infus, pipet tetes, gelas ukur, ditutup dengan menggunakan
alumunium foil atau kertas perkamen.
6. Semua alat dan bahan dibungkus dengan kertas perkamen,
kecuali kertas saring dan membran filtrasi dibungkus plastik
tahan panas.
7. Sterilisasi alat dengan cara :
a. Labu Erlenmeyer, Gelas ukur 100 ml, Gelas ukur 10 ml,
Pipet tetes, membran filtrat, Corong, disterilkan dengan
metode panas basah, menggunakan Autoclave; 121˚C selama
15 menit.
b. Beaker glass 1 L, 250 ml, 100 ml, Spatel, Kaca arloji, Batang
pengaduk, kertas saring, Botol infus, Pipet tetes, disterilkan
dengan metode panas kering, menggunakan Oven; 170˚C
selama 1 jam.
c. Karet pipet, tutup karet botol infus disterilkan dengan Bahan
kimia, Alkohol 70% selama 24 jam.
d. Pembuatan purified water, aquadest sebanyak 750 ml
dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 1 L disterilkan
dengan menggunakan Autoclave; 121˚C selama 15 menit.
e. Alat yang sudah disterilkan dimasukan kedalam white area
melalui transfer box.
Penimbangan bahan dengan menggunakan timbangan analitik :
1. Menimbang kalsium glukonat sebanyak 26,46 g di cawan
penguap dan ditutup dengan kertas perkamen, beri label.
2. Menimbang kalsium saccharat sebanyak 3 g diatas kaca arloji
dan ditutup dengan kertas perkamen, beri label.
3. Menimbang NaCl sebanyak 0,0492 g diatas kaca arloji dan
ditutup dengan kertas perkamen, beri label.
4. Menimbang Karbon aktif sebanyak 0,6 g da 1,0 g masing-
Grey Area
masing menggunakan kaca arloji steril untuk depirogenasi aqua
(Ruang
pro injeksi dan sediaan akhir. Ditutup dengan kertas perkamen,
Penimbangan)
beri label pada masing-masing.
5. Membuat aqua bebas pirogen dengan cara menambahkan karbon
aktif sebanyak 1 g, tutup dengan alumunium foil, sisipi batang
pengaduk. Panaskan pada suhu 60 – 70˚C selama 15 menit
(gunakan termometer). Saring larutan dengan kertas saring 2
rangkap.
6. Alat yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam pas box.

1. Bagi meja menjadi 3 bagian yaitu, bagian bersih, bagian kerja


White Area dan bagian kotor. Desinfeksi dengan alkohol 70%, kemudian
(Ruang bagian kerja dilapisi lap atau tissue.
Pencampuran) 2. Melarutkan kalsium glukonat sebanyak 24,46 g kedalam beaker
Grade C glass utama dengan purified water sebanyak 265 ml. Bilas
cawan penguap dengan 2 ml purified water sebanyak 2 kali,
aduk ad larut dengan batang pengaduk.
3. Memasukkan kalsium saccharat ke dalam larutan kalsium
glukonat, bilas kaca arloji dengan 2 ml purified water sebanyak
2 kali, aduk ad homogen.
4. Melarutkan NaCl sebanyak 0,0492 g dalam beaker glass 50 ml
dengan 1 ml purified water, bilas kaca arloji dengan 2 ml
purified water sebanyak 2 kali, aduk ad larut. Masukkan ke
dalam beaker glass utama, aduk ad homogen.
5. Menambahkan purified water ad 80% dari volume total ke
dalam beaker glass utama, aduk ad homogen dengan batang
pengaduk.
6. Dilakukan pengecekan pH dengan pH meter. Jika pH kurang
dari 7,35 ditambahkan NaOH 0,1 N, jika pH lebih dari 7,35
ditambahkan HCl 0,1 N.
7. Menambahkan purified water ad 100% ke dalam beaker glass
utama, aduk ad homogen dengan batang pengaduk.
8. Menambahkan Karbon aktif yang telah ditimbang sebanyak 0,6
gram kedalam larutan sediaan dan diaduk sampai merata dengan
batang pengaduk, lalu dipanaskan diatas hot plate dengan suhu
60 – 70˚ C selama 15 menit sambil diaduk dengan batang
pengaduk sesekali.
1. Larutan disaring dengan menggunakan membran filter 0,45 μm
sebanyak 2 kali. Kemudian disaring kembali dengan membran
White Area
filter 0,22 μm, ditampung di dalam labu Erlenmeyer steril.
(Filling LVP)
2. Memasukkan sediaan infus yang telah disaring ke dalam botol
Grade A
infus yang telah dikalirasi.
background B
3. Tutup botol infus dengan karet penutup, kemudian tutup dengan
alumunium.
1. Sterilisasi akhir dilakukan dengan menggunakan Autoclave
Grey Area
121˚C selama 15 menit.
Ruang
2. Botol yang telah disterilisasi kemudian dibawa ke ruang evaluasi
Sterilisasi
akhir untuk dilakukan evaluasi sediaan akhir.
Grey Area 1. Melakukan evaluasi pada sediaan
(Ruang 2. Sediaan infus, dikemas dalam wadah sekunder, diberi brosur dan
evaluasi) etiket.

3.9 EVALUASI SEDIAAN


1. Uji kejernihan (Lachman III hal 1355)
Produk dalam wadah diperiksa dibawah penerangan cahaya yang baik, terhalang
dari refleks mata, berlatar belakang hitam dan putih dengan rangkaian isi dijalankan
suatu aksi memutar
Syarat: Semua wadah diperiksa secara visual dari tiap partikel yang terlihat dibuang
dari infus volume besar, batas 50 partikel 10µl dan lebih besar, serta 5 partikel >
25μl / ml
2. Uji kebocoran ( Lachman III hal 1354)
Tidak dilakukan untuk vial dan botol
3. Uji Pirogenitas
Berdasarkan peningkatan suhu badan hewan uji yang telah disuntikkan dengan
larutan < 10 mg/kg BB dalam vena auricularis.
Prosedur :
- Setiap penurunan suhu dianggap nol.
- Memenuhi syarat : tidak ada hewan uji yang menunjukkan kenaikan suhu 0,5ºC
atau lebih, lanjutkan uji dengan 5 kelinci tambahan.
- Memenuhi syarat : tidak lebih dari 3 dari 8 hewan uji masing-masing
menunjukkaan kenaikan suhu maksimal 8 ekor kelinci tidak lebih dari 3,3ºC.
4. Uji Sterilisasi
Prosedur Uji :

a. Inokulasi langsung kedalam media perbenihan


Volume tertentu spesimen ditambah volume tertentu media uji
inkubasi selama tidak kurang dari 14 hari, kemudian amati pertumbuhan
secara visual sesering mungkin sekurang-kurangnya pada hari ke-3,4,5,7
dan ke-8 dan pada hari terakhir dari masa uji.
b. Teknik penyaringan dengan filter membran
Penyaringan dengan filter membran (porositas 0,22 μm = 47 mm)
kecepatan aliran 55-75 ml/menit, tekanan 70 cmHg. Membran dibilas
dengan larutan pepton 0,1%. Membran dipotong menjadi setengah bagian,
lalu dimasukkan kedalam :
- media tioglikolat cair inkubasi pada 30-350C selama 7 hari
- Soybean-casein digest, inkubasi pada suhu 20-250C selama 7 hari.
Syarat : tidak terjadi kekeruhan/ tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme
5. Uji Ph
Menggunakan pH universal
6. Uji keseragaman volume ( FI IV hal 1044)
Prosedur uji :
1) Pilih satu atau lebih wadah, bila volume 10 ml atau lebih. 3 wadah atau
lebih bila volume lebih dari 3 ml dan kurang dari 10 ml.
2) Ambil isi tiap wadah dengan alat suntik hipodemik kering berukur tidak
lebih dari 3 kali volume yang akan diukur dan dilengkapi dengan jarum
suntik nomor 21, panjang tidak kurang dari 2,5 cm.
3) Keluarkan gelembung udara dari dalam jarum dan alat suntik dan
pindahkan isi dalam alat suntik, tanpa mengosongkan bagian jarum,
kedalam gelas ukur kering volume tertentu yang telah dibakukan sehingga
volume yang diukur memenuhi sekurang-kurangnya 40% volume dari
kapasitas yang tertera (garis-garis penunjuk volume gelas ukur
menunjukkan volume yang ditampung, bukan yang dituang).
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV, Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia edisi V, Jakarta:


Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Direction of the Council of The Pharmaceutical Society of Great Britain. 1982. Martindale
The Extra Pharmacopoeia Thirty Edition. London : The Pharmaceutical Press.

Lachman L, H. A., Lieberman dan J.L Kanig. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri
Edisi III. Jakarta. UI Press.

Rowe, Raymond C. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed, London:


Pharmaceutical Press

Tjay, T. H., dan Raharja, K., 2002. Obat-obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek
Sampingnya, Edisi II. Jakarta. Media Kamputindo.

Winarno F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai