LAPORAN
MAKASSAR
OLEH :
ERNI L (F-17051)
SULFIADRIANI (F-17088)
MAKASSAR
2020
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh :
ERNI L (F-17051)
SULFIADRIANI (F-17088)
Menyetujui
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan
ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................
B. Tujuan PKL Industri.....................................................................
C. Manfaat PKL Industri...................................................................
A. Industri Farmasi............................................................................
B. Cara Pembuatan Obat yang Baik..................................................
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................
B. Saran.............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................
Lampiran I..........................................................................................
Lampiran II.........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
memproduksi obat yang berkualitas. Oleh karena itu, semua industri farmasi
dapat bersaing dengan industri farmasi baik dalam maupun luar negri agar
masyarakat.
kan bersaing dengan industri farmasi dari Negara lain maka penerapan CPOB
saja belum cukup maka dari itu di tuntut untuk memenuhi persyaratan yang
memberikan kerangka kerja untuk pengolahan yang efektif dan dengan seri
1. Tujuan Umum
mutu dalam suatu industri farmasi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant
Bandung.
2. Dapat melihat proses pembuatan obat secara langsung dan melihat alat-alat
yang digunakan.
3. Medapatkan teori tambahan yang lebih luas megenai PT. Kimia Farma
BAB II
TINJAUAN UMUM
A. Industri Farmasi
Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.
soal nyawa manusia, industri farmasi dan produknya diatur secara ketat.
tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha Industri
negara Indonesia, satu sebagai sebagai penangung jawab produksi dan lainnya.
Cara Pembuatan Obat yang Baik dan benar (CPOB) bertujuan untuk
memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai persyaratan dan tujuan
Tidaklah cukup bila produk jadi hanya sekedar lulus dari serangkaian
dalam produk tersebut. Mutu obat tergantung pada bahan awal ,bahan
1. Manajemen Mutu
atau tidak efektif. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan
a.Pemastian Mutu
semua hal baik secara tersendiri maupun secara kolektif, yang akan
memastikan bahwa:
yang Baik.
uraian jabatan.
perlu dilakukan.
kemasan akhir.
Pemastian Mutu.
berkesinambungan.
b.Pengawasan Mutu
tujuan CPOB.
Mutu;
serta dikemas dalam wadah yang sesuai dan diberi label yang
benar;
spesifikasi;
sumber baru;
dilakukan;
dan pencegahan;
2. Personalia
telah dilaksanakan;
analisis;
dilaksanakan; dan
b. Pelatihan
terkualifikasi.
benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk
atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat.
a. Area Penimbangan
terpisah yang didesain khusus untuk kegiatan tersebut. Area ini dapat
b. Area Produksi
Permukaan dinding, lantai dan langit-langit bagian dalam
c. Area Penyimpanan
bahan dan produk seperti bahan awal dan bahan pengemas, produk
antara, produk ruahan dan produk jadi, produk dalam status karantina,
AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR
21
e. Sarana Pendukung
diri dan toilet hendaklah disediakan dalam jumlah yang cukup dan
4. Peralatan
dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta
perawatan.
produk antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi
c) Perawatan
waktu, produk, kekuatan dan nomor setiap bets atau lot yang diolah
setiap aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi
yang baik. Hendaklah tersedia dalam jumlah yang cukup sarana toilet
dengan ventilasi yang baik dan tempat cuci bagi personil yang letaknya
bagian luar maupun bagian dalam sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan, serta dijaga dan disimpan dalam kondisi yang bersih. Tiap
memenuhi persyaratan.
6. Produksi
a) Bahan Awal
b) Validasi Proses
akibat tidak terkendalinya debu, gas, uap, percikan atau organisme dari
bahan atau produk yang sedang diproses, dari sisa yang tertinggal pada
e) Pengembaliaan
f) Pengolahan
silang yang terjadi pada saat penanganan bahan dan produk kering,
sistem tertutup.
2) Pencetakan Tablet
3) Penyalutan
i) Bahan Pengemas
dan bahan pengemas cetak serta bahan cetak lain hendaklah diberi
j) Kegiatan Pengemasan
2) Kesiapan Jalur
3) Praktik Pengemasan
secara fisik.
k) Pengawasan Selama-Proses
pemeriksaan yang harus dilakukan selama proses dari tiap bets produk
apapun yang diambil hendaklah lebih dulu disetujui oleh kepala bagian
Pengawasan Mutu kecuali untuk produk jadi yang harus disetujui oleh
awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi mengacu pada
p) Dokumentasi
q) Pengambilan Sampel
sebagian kecil saja dari satu bets yang diambil. Keabsahan kesimpulan
1) Bahan Awal
apabila sampel diambil dari tiap wadah dan dilakukan uji identitas
memastikan bahwa tidak satu pun wadah bahan awal yang salah
label identitasnya.
2) Bahan Pengemas
pengambilan sampel.
pengambilan sampel.
r) Persyaratan Pengujian
1) Pengendalian Lingkungan
Pseudomonas.
dicatat.
tiap bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi.
Setelah batas waktu ini bahan atau produk tersebut harus diuji
ditolak.
4) Pengolahan Ulang
6) Studi Stabilitas
7. Pengawasan Mutu
Pengawasan Mutu. Bagian ini harus independen dari bagian lain dan di
dan produk jadi. Kegiatan ini mencakup juga uji stabilitas, program
d. Audit Mutu
spesialis dari luar atau independen atau tim yang dibentuk khusus
dari satu atau beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu dari
produk yang cacat mutu atau bila ada laporan mengenai reaksi yang
10. Dokumentasi
bahwa tiap personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas
dan pengemasan.
yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak
Mutu).
menerus.
proses ulang.
ditentukan.
ditentukan.
a. Validasi pembersihan
dilakukan berulang-ulang.
telah ditentukan.
yang dapat menghasilkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk merupakan salah satu Bandan Usaha
produksi bahan baku obat, produksi obat jadi, sampai pada pemasaran yang
Juni 1896 di Bandung, di dirikan sebuah pabrik Cina oleh pemerintah Hindia
hanya menghasilkan garam kini dari kulit kina. Pengolahan pabrik kina ini
(Inschen) pada tanggal 14 Januari 1939 dan Inschen sendiri telah memiliki
masih dugunakan, tetap hasil kina tersebut di angkat ke Jepang dan sebagian
Pasifik. Untuk keperluan dalam negeri, yaitu orang Indonesia, jepang hanya
menyediakan hasil pabrik yang disebut tato kina, yaitu kina yang belum
ambil alih oleh pemiliknya, yaitu perusahaan swasta Belanda dengan nama
Bandoengsche Fabriek N.V pada tahun 1955, pabrik kina ini diserahkan pada
No. 86 tahun 1958, perusahaan di bawah BPU ini menjadi milik RI yang
perusahaan Belanda (BANAS). Pada tahun 1960, pabrik kina diberi nama
Perusahaan Negara (PN) farmasi dan alat kesehatan Bhinneka Kina Farma
empat PNF yaitu PN Radja Farma, PN Bhinneka Kina Farma dan PN Sari
masing-masing menjadi satu unit dengan susunan yaitu PNF Radja Farma
Farma Unit III Bidang Produksi Bandung, dan PNF Sari Husada (Yogyakarta)
negara RI No. 18 tahun 1971, PNF dan Alat-alat Kesehatan Bhinneka Kimia
Jakarta, Unit III menjadi Unit Produksi Bandung, Unit IV menjadi Unit
Produksi Yogyakarta. Pada pertengahan 1974, PNF Sri Husada (PT. Kimia
Farma.
Pada tahun 1990, Unit Produksi Bandung menjadi tiga unit yaitu Unit
Begitu pula dengan Unit Produksi Jakarta dan Unit Produksi Tanjung Morawa
pengembangan perusahaan.
1. Visi
2. Misi
pada saat ini telah ada pembaharuan struktur organisasi Divisi Produksi
Pengendalian Inventori (PPPI), serta tujuh bagian yang dikepalai oleh Asisten
bagian lainnya dikepalai oleh Supervisor yaitu Kebun Tanaman Obat (KTO),
Bagian Umum dan Bagian Rumah Tangga. Selain itu terdapat Bagian
mutu yang telah ditetapkan, diterapkan dan dipelihara sesuai dengan sertifikat
ISO seri 9001 tahun 2000 dan K3L (Kesehatan, Keselamatan Kerja dan
D. Lokasi, Bangunan dan Fasilitas PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant
Bandung.
Pasirkaliki blok B no. 25-27, Kb. Jeruk, andir, kota Bandung Jawa Barat 4071.
PT. Kimia Farma (persero) Tbk. Plant Bandung mempunyai area seluas ±
35.000 m2, sumber air yang digunakan berasal dari perusahaan Air Minuman
(PAM) dan air artesis sedangkan sumber listrik yang digunakan berasal dari
Set. Sumber udara untuk setiap ruangan menggunakan Air Conditioning (AC)
Bangunan pabrik PT. Kimia Farma (persero) Tbk. Plant Jakarta yang
1. Gedung Perkantoran
Bangunan untuk perkantoran terletak di bagian depan yang terdiri dari dua
dapur dan kantin. Pada lantai dua terdapat ruang Plant Manager, ruang
Limbah hasil kegiatan produksi sebagian besar berupa limbah cair yang di
limbah yang dilakukan meliputi proses kimia, fisika, dan biologi sehingga
hasil akhir memenuhi standar baku buangan industri yang sesuai dengan
3. Bangunan Pelengkap
Bangunan ini terdiri dari generator diesel, penampungan air (PAM) dan
terdiri dari:
5. Sertifikat Produk Kina Sulfat dan Kina HCl dari Eropa (EDQM)
golongan, yaitu:
2. Produk Generik
lain-lain.
lain-lain.
a. Kina Sulfat
b. Kina HCl
c. Chinchonidine
d. Chinchonine
i. Ekstrak pekat : Daun Saga, Daun Sirih, Daun Jambu Biji, Daun
produk obat jadi dan sediaan farmasi serta bahan baku obat seperti Iodine
Taiwan, dan New Zealand. Produk Jadi dan Kosmetik telah dipasarkan ke
New Guinea
baik (CPOB) dalam seluruh aspek dan rangkaian pembuatan obat. Pedoman
epoksi, kedap air, dan tidak terdapat retakan yang dapat menyebabkan
3. Air yang digunakan dalam proses produksi adalah Purified Water yang
4. Sitem Tata Udara atau AHU (Air Handling Unit) pada ruang produksi
5. Penandaan pada setiap dus kemasan obat generik baik sirup, tablet, dan
kapsul telah mengikuti ketentuan dari BPOM dengan warna garis yang
berbeda-beda.
6. Adanya audit mutu yang dilakukan oleh BPOM tiap 6 bulan sekali melalui
CPOB. Pengawasan mutu obat pada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant
2. Personalia
juga memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik sehingga mampu
Jaminan mutu pada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Bandung
apoteker.
untuk karyawan lama maupun baru, untuk menjamin agar para karyawan
dibersihkan. Lantai dilapisi oleh cat epoksi dan tidak membentuk sudut
suhu dan kelembaban yand diatur dan dikondisikan sesuai dengan syarta
penyimpanan bahan awal, bahan kemas, dan obat jadi. Untuk area
memperhaikan alur yang baik untuk material, personil dan proses, serta air
4. Peralatan
produksi yang digunakan terbuat dari stainless stell 316 L yang mudah
Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung sesuai dengan yang ditentukan
khusus untuk makan, ada loker untuk menyimpan pakaian, dan tersedia
toilet yang bersih dan terawat. Selain itu hal-hal penting yang perlu
water.
6. Produksi
prosedur yang telah ditetapkan. Pada bagian produksi kerja dimulai dari
Setiap proses produksi suatu produk diberikan suatu kode batch sebagai
tentukan.
tidak terjadi kontaminasi, demikian juga dengan sistem AHU kedua ruang
produksi tersebut. Ruang produki PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant
Bandung terdiri atas ruang produksi I, produksi II, dan produksi III.
produksi larutan, krim, injksi, kapsul dan sirup kering. Ruang produksi
pada bagian produksi ini adalah ruangan kelas A berlatar belakang B untk
produk steril. Bagian produksi III merupakan bagian produksi yang khusus
(Persero) Tbk., oleh karena itu perlu dilakukan pengawasan sejak bahan
awal, produk antara produk ruahan dan produk jadi. Setiap tahapan di buat
berita acara yang akan dilaporkan kepada Badan POM. Semua kegiatan
7. Pengawasan Mutu
produk ruahan dan obat jadi. Saat proses produksi berlangsung, dilakukan
PT. Kimia Farma telah melakukan inspeksi diri secara rutin satu
adalah bagian Quality Assurance. Tim inspeksi diri akan melakukan akan
Plant Bandung melakukan evaluasi riwayat pemasok dan sifat bahan yang
mutu. PT. Kimia Farma juga melakukan audit yang dilakukan oleh Balai
POM selama satu kali dalam dua tahun dalam menetapkan kemampuan
9. Dokumentasi
yang esensial dalam industri farmasi terkait dengan pembuatan obat dan
obat, dokumen untuk peralatan khusus, prosedur dan catatan inspeksi diri,
pedoman & catatan pelatihan CPOB bagi karyawan PT. Kimia Farma
tahunan.
dengan industri lain ini diatur dengan kontrak tertulis agar tidak terjadi
misalnya pada sediaan kapsul dan sirup kering beta laktam seperti PT.
Seluruh alat yang digunakan pada PT. Kimia Farma Plant Bandung
Validasi Pembersihan.
Bila ada keluhan terhadap produk PT. Kimia Farma dan diperlukan
tepat, baik tepat mutu, tepat jumlah maupun tepat waktu. Fungsi dari PPPI
memperhitungkan jumlah stok bahan baku di gudang tidak terlalu sedikit atau
buffer stok, yaitu jumlah minimal persediaan yang harus ada di gudang.
bulan, prediksi kebutuhan yang akan datang dan lead time pengadaan barang.
Buffer stok untuk semua bahan dapat berbeda, tergantung dari rata-rata
pemakaian per bulan dan lead time bahan tersebut. Buffer stock untuk bahan
baku fast moving atau leat time-nya lama biasanya lebih banyak dari pada
barang yang slow moving atau leat time-nya pendek. Untuk bahan baku lokal,
leat time-nya 1-2 bulan, sedangkan untuk bahan baku impor leat time-nya
mengeluarkan Bon Pembelian Bahan Baku (BPBB) dan Bahan Baku Kemas
(BBK), yang disahkan oleh Plant Manager setelah barang yang dipesan datang
Produksi) disertai Bon Serah Terima Bahan Baku (BSTBB) dan Catatan
Terima Bahan Kemas (BSTBK) dan Catatan Pengemasan Batch (CKB) untuk
jadi diserahkan ke gudang obat jadi yang selanjutnya akan dikirim ke Unit
akuntansi melakukan analisa harga pokok produk (HPP), HPP yang rendah
merupakan standar agar dapat bersaing dan mendapatkan mergin laba yang
1. Triwulan I : Januari-Maret
2. Triwulan II : April-Juni
4. Triwulan IV : Oktober-Desember
I. Bangunan Industri
kelangsungan produksi. Untuk itu daerah pabrik dibagi atas tiga zona :
1. White area (daerah putih), termasuk kelas I dan II. Untuk kelas jumlah
untuk kelas II jumlah partikel maximum per meter kubik (m3 ) 350.000.
2. Grey area (daerah abu-abu), termasuk kelas III dimana jumlah partikel
dan pengemasan obat nonsteril dan ruang pembuatan salep lain selain
salep mata.
3. Black area (daerah hitam), termasuk kelas IV yang meliputi ruang ganti
pakaian, ruang masuk, kantor penerimaan bahan awal, gudang bahan awal
dan obat jadi, ruang generator, ruang makan, ruang istirahat, dan toilet.
J. Limbah
1. Pengolahan Limbah
a. Hendaklah disediakan sarana yang sesuai dan aman untuk limbah yang
sesuai.
metode yang aman dan saniter secara teratur dalam interval waktu
pendek.
sampingan padat, cair atau gas hasil pembuatan) di- dan dari
Air limbah industri farmasi dan rumah sakit merupakan salah satu
sumber pencemaran lingkungan yang sangat potensial. Oleh karena itu air
umum. Masalah yang sering muncul dalam hal pengelolaan limbah rumah
tipe kecil dan menengah. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu
kecil farmasi dan rumah sakit dengan kapasitas kecil sampai sedang.
limbah (IPAL) rumah sakit secara biologis yang sesuai untuk pengolahan
COD, BOD serta zat padat tersuspensi dengan baik. Selain itu juga.
Plant Bandung sudah berjalan baik. Limbah hasil kgiatan produksi berupa
limbah cair yang dilakukan meliputi proses kimia, fisika, dan biologi
1. Limbah padat, cair maupun debu yang masuk limbah Bahaan Beracu
yaitu :
limbah
2. Limbah cair selain B-3 diolah sendiri dalam Instalasi Pembuangan Air
Limbah (IPAL)
a. Proses Fisika
b. Proses Kimia
terus menerus. Pada waktu sirkulasi kran air limbah menuju bak
c. Proses Biologi
d. Proses Pengendapan
e. Bak Biokontrol
Demand (BOD), Total Solid Suspensi (TSS), pH, phenol dan zat
organik (KMnO4).
BAB IV
PEMBAHASAN
Aspek Manajemen Mutu PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Bandung
telah memenuhi CPOB, bagian Pengelolaan Mutu yang terdiri atas Pemastian
mana di ruang ini di siapkan medium dan alat-alat yang akan gunakan dalam
penanaman bakteri (cawan petri, gelas ukur, pipet tetes, dan lain-lain). (b) ruang
(Laminator air flow, ose bulat, ose lurus, pipet). (c) ruang inkubasi, yaitu ruang
suhu 250 dengan menggunakan alat inkubator. (d) ruang dekstruksi, yaitu ruang
ruang yang di gunakan untuk menyimpan alat alat yang akan di gunakan untuk
analitik (analitycal balance)). (c) ruang preparasi, yaitu ruang yang di gunakan
Laboratorium fisika, yaitu ruang yang di gunakan untuk pengujian fisik dari
sediaan, berupa uji kekerasan (hardness tester), uji keregasan (friability tester), uji
Pengawasan mutu obat pada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant
Laboratorium Pengawasan Mutu berperan sejak awal dari bahan baku sampai
produk jadi.
CPOB 2012. Area penimbangan, area produksi dan area pengemasan memilki
rancangan khusus sesuai kebutuhan dan letaknya juga terpisah serta telah
Aspek personalia PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Bandung telah
B. Peralatan
yang digunakan terbuat dari stainless stell 316 L yang mudah dibersihkan dan
peralatan da perawatan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung sesuai
dengan yang ditentukan dan diatur sesuai dengan prosedur tetap. Peralatan
perasional, dan kualifikasi kinerja. Hal ini telah sesuai persyaratan CPOB.
rambut, masker, sarung tangan dan sepatu, adanya pembatasan akses ke ruang
makan, ada loker untuk menyimpan pakaian, dan tersedia toilet yang bersih
dan terawat. Selain itu hal-hal penting yang perlu diperhatikan mengenai
D. Produksi
prosedur yang telah ditetapkan. Pada bagian produksi kerja dimulai dari
proses produksi suatu produk diberikan suatu kode batch sebagai identitas
yang telah ditetapkan, yang senantiasa dapat menjamin obat yang dihasilkan
E. Pengawasan Mutu
ruahan dan obat jadi. Saat proses produksi berlangsung, dilakukan In Process
Control (IPC) pada setiap tahapan proses produksi. Kemudian setelah proses
produksi selesai, dilakukan pengujian terhadap obat jadi. Dari sisi personalia
ini adalah analis yang terdapat di laboratorium pengujian PT. Kimia Farma
(Persero) Tbk Plant Bandung telah sesuai dengan persyaratan aspek CPOB.
F. Dokumentasi
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
G. Pengolahan Limbah
1. Limbah dan bahan sisa hendaklah di tampung dalam wadah yang tertutup
rapat dan diberi tanda yang jelas yang menyatakan jenis dan penggolongan
4. Bahan mudah terbakar disimpan dalam lemari khusus yang tahan api.
Air limbah industri farmasi dan rumah sakit merupakan salah satu
sumber pencemaran lingkungan yang sangat potensial. Oleh karena itu air
umum. Masalah yang sering muncul dalam hal pengelolaan limbah rumah
pengolahan limbah serta biaya operasional, khususnya untuk rumah sakit tipe
kecil dan menengah. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dikembangkan
harganya terjangkau, khususnya untuk industri kecil farmasi dan rumah sakit
rancang bangun instalasi pengolahan air limbah (IPAL) rumah sakit secara
biologis yang sesuai untuk pengolahan air limbah rumah sakit proses biofilter
menurunkan konsentrasi COD, BOD serta zat padat tersuspensi dengan baik.
Selain itu juga Sistem Pengolahan Limbah dari PT. Kimia Farma (persero)
Tbk Plant Bandung sudah berjalan baik. Limbah hasil kgiatan produksi berupa
limbah cair yang dilakukan meliputi proses kimia, fisika, dan biologi sehingga
hasil akhir memenuhi standard baku bangunan industri yang sesuai dengan
BeracunBerbahaya (B-3)
b. Limbah cair selain B-3 diolah sendiri dalam Instalasi Pembuangan Air
Limbah (IPAL)
a. Proses Fisika
b. Proses Kimia
kran air limbah menuju bak anerob ditutup, setelah diperkirakan air limbah
c. Proses Biologi
biologi). Prinsip dari pengolahan dari biologi ini adalah penguraian zat
aerobik. Sebagai nutrien dipakai pupuk NPK. Dalam proses biologi dibagi
d. Proses Pengendapan
e. Bak Biokontrol
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
berkembang.
KepMenKes/SK/III/1996.
B. Saran
grey area, bagi karyawan pada umumnya dan tamu pada khususnya.
DAFTAR PUSTAKA
Badan POM. 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta : Badan
Pengawas Obat dan Makanan RI
Badan POM. 2018. Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta : Badan
Pengawas Obat dan Makanan RI
PLANT
MANAGER
A. Pren.Prod
Produksi Pengendalian Pengendalian
Mutu/QC inventori
Pembelian
Produksi I Pengendalian
B.
(Tablet) Mutu/QC Pren.Prod &
Pengen.Bahan dan Umum dan
inventori personalia
Pengembangan
C.
Produksi II Produk/ Teknik dan
(Cairan, Development pemelihara Akuntansi dan
SOSIAL
serbuk
D. & keuangan
fitofarmaka)
Pemastian Penyimpanan
Mutu/QA Teknologi
Produksi III Informasi
(KB)
K3L
Perencanaan
Produksi & Manager
Supervisor
Perencanaan & Perencanaan & Perencanaan Pengendalian
Pengendalian Pengendalian Produksi Produksi
Bahan Baku Bahan Kemas