Anda di halaman 1dari 82

i

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) INDUSTRI

PT KIMIA FARMA BANDUNG

MAKASSAR

OLEH :

ATIKA LETLORA (F-17049)

ERNI L (F-17051)

IRMA LAWAI (F-17054)

KRISNA SURYA (F-17055)

KRISTIANA DESI GADSILA (F-17056)

KRISTINA FATUBUN (F-17078)

SUCI RAMADHANI (F-17087)

SULFIADRIANI (F-17088)

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA

MAKASSAR

2020
ii

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)


INDUSTRI

PT KIMIA FARMA KOTA BANDUNG

Disusun Oleh :

ATIKA LETLORA (F-17049)

ERNI L (F-17051)

IRMA LAWA (F-17054)

KRISNA SURYA (F-17055)

KRISTIANA DESI GADSILA (F-17056)

KRISTINA PATUBUN (F-17078)

SUCI RAMADHANI (F-17087)

SULFIADRIANI (F-17088)

Menyetujui

Pembimbing Industri Direktur Akademi Farmasi


Sandi Karsa Makassar

Megawati, S.Si.,M.Si.,Apt Sainal Edi Kamal, S.Si,M.Kes.,Apt


NIP. 09140491.3.015 NIP. 09280780.3.003

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan

penulisan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) PT KIMIA FARMA

BANDUNG pada tepat waktunya. Laporan ini disusun dalam rangka

memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan program kuliah

semester 6 Akademi Farmasi Sandi Karsa Makassar.

Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih terdapat banyak

kekurangan walaupun demikian usaha maksimal telah kami lakukan

untuk menghasilkan laporan yang lengkap dan akurat dengan harapan

dapat menjadi tambahan bacaan bagi rekan-rekan mahasiswa

mengenai kegiatan kefarmasian di PT KIMIA FARMA BANDUNG.

Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan

dalam penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat diterima

oleh semua pihak dan bermanfaat serta menambah wawasan dan

pemikiran yang akan

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


iv

datang, serta tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang sudah membantu sehingga tersusunnya laporan

ini.

Makassar, Juni 2020

Penyusun

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


v

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................

KATA PENGANTAR.............................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................
B. Tujuan PKL Industri.....................................................................
C. Manfaat PKL Industri...................................................................

BAB II Tinjauan Umum

A. Industri Farmasi............................................................................
B. Cara Pembuatan Obat yang Baik..................................................

BAB III Tinjauan Khusus

A. Sejarah Pt. Kimia Farma Plant Bandung......................................


B. Visi dan Misi Perusahaan.............................................................
C. Struktur Organisasi Kimia Farma(Persero) Tbk. Plant
Bandung........................................................................................
D. Lokasi dan Fasilitas Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant
Bandung........................................................................................
E. Sertifikat Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant
Bandung........................................................................................
F. Produk Obat Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant
Bandung........................................................................................
G. Penerapan Aspek CPOB...............................................................
H. Bagian PPPI (Perencaan Produksi dan Pengendaliaan
Industri).........................................................................................
I. Bangunan Idustri
J. Limbah
vi

BAB IV PEMBAHASAN

A. Bangunan dan Personalia..............................................................


B. Peralatan........................................................................................
C. Sanitasi dan Higene.......................................................................
D. Produksi........................................................................................
E. Pengawasan Mutu.........................................................................
F. Dokumentasi.................................................................................
G. Pengelolaan Limbah......................................................................

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................
B. Saran.............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................

Lampiran I..........................................................................................

Lampiran II.........................................................................................

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Industri farmasi merupakan salah satu elemen yang berperan penting

dalam mewujudkan kesehatan nasional melalui aktivitasnya dalam bidang

manufacturing obat. Tingginya kebutuhan akan obat dalam dunia kesehatan

dan vitalnya aktivitas obat mempengaruhi fungsi fasiologi tubuh manusia

melahirkan sebuah tuntunan terhadap industri farmasi agar mampu

memproduksi obat yang berkualitas. Oleh karena itu, semua industri farmasi

harus benar-benar berupaya agar dapat menghasilkan produksi obat yang

memenuhi standar kualitas yang dipersyaratkan.

Dalam era globalisasi sekarang ini, industri farmasi di tuntut untuk

dapat bersaing dengan industri farmasi baik dalam maupun luar negri agar

dapat memperebutkan pangsa pasar dan memenuhi kebutuhan obat bagi

masyarakat.

Dalam era perdagangan bebas dimana industri farmasi di Indonesia

kan bersaing dengan industri farmasi dari Negara lain maka penerapan CPOB

saja belum cukup maka dari itu di tuntut untuk memenuhi persyaratan yang

berlaku secara internasional, salah satunya dngan mendapatkan sertifikat

Internasional Standard Operasional (ISO).


8

Sertifikat ISO 9000 merupakan sistem pengelolaan mutu dan

memberikan kerangka kerja untuk pengolahan yang efektif dan dengan seri

ISO 9000 sekaligus merupakan promosi pengembangan peerdagangan.

B. Tujuan PKL Industri

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan dilakukan PKL industri farmasi adalah untuk

mengetahui sejauh mana penerapan CPOB dalam hal mempertahankan

mutu dalam suatu industri farmasi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant

Bandung.

C. Manfaat PKL Industri

1. Menambah pengetahuan tentang dunia kerja seorang farmasis

2. Dapat melihat proses pembuatan obat secara langsung dan melihat alat-alat

yang digunakan.

3. Medapatkan teori tambahan yang lebih luas megenai PT. Kimia Farma

(persero) Tbk. Plant Bandung.

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


9

BAB II

TINJAUAN UMUM

A. Industri Farmasi

Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat

menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan khasiat, keamanan dan mutu

dalam dosis yang digunakan untuk tujuan pengobatan. Karena menyangkut

soal nyawa manusia, industri farmasi dan produknya diatur secara ketat.

Industri farmasi di Indonesia diberlakukan persyaratan yang diatur dalam

CPOB (Manajemen Industri Farmasi, 2007).

Perusahaan industri farmasi wajib memperoleh izin usaha industri

farmasi. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.245/Menkes/SK/V/1990

tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha Industri

Farmasi, untuk memperoleh izin usaha farmasi diperlukan tahap persetujuan

prinsip. Persetujuan prinsip diberikan kepada pemohon untuk dapat langsung

melakukan persiapan-persiapan, usaha pembangunan, pengadaan pemasangan

instalasi, dan produksi percobaan. Izin usaha industri farmasi diberikan

kepada pemohon yang telah siap berproduksi sesuai persyaratan CPOB.

Industri farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB sesuai dengan

ketentuan Keputusan Menteri Kesehatan No.43/Menkes/SK/II/1998. Industri

farmasi wajib mempekerjakan sekurang-kurangnya dua orang apoteker warga

negara Indonesia, satu sebagai sebagai penangung jawab produksi dan lainnya.

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


10

sebagai penangung jawab mutu. Industri farmasi yang telah memenuhi

persyaratan CPOB diberikan sertifikat CPOB.

B. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)

Cara Pembuatan Obat yang Baik dan benar (CPOB) bertujuan untuk

memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai persyaratan dan tujuan

penggunanya, bila perlu dapat dilakukan penyesuaian pedoman dengan syarat

bahwa standar mutu obat yang telah ditentukan tetap dicapai.

Tidaklah cukup bila produk jadi hanya sekedar lulus dari serangkaian

pengujian,tetapi yang lebih penting adalah bahwa mutu harus dibentuk ke

dalam produk tersebut. Mutu obat tergantung pada bahan awal ,bahan

pengemas, proses produksi dan pengendalian mutu, bangunan, peralatan yang

dipakai dan personil yang terlibat (CPOB.2006)

Aspek dalam CPOB 2006 meliputi:

1. Manajemen Mutu

Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai

dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum

dalam dokumen izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko

yang membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutuh rendah

atau tidak efektif. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan

dapat diandalkan, diperlukan manajemen mutu yang didesain secara

menyeluruh dan diterapkan secara benar.

a.Pemastian Mutu

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


11

Pemastian mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup

semua hal baik secara tersendiri maupun secara kolektif, yang akan

memengaruhi mutu dari obat yang dihasilkan. Sistem Pemastian

Mutu yang benar dan tepat bagi industri farmasi hendaklah

memastikan bahwa:

1) Desain dan pengembangan obat dilakukan dengan cara yang

memperhatikan persyaratan CPOB dan Cara Berlaboratorium

yang Baik.

2) Semua langakah produksi dan pengendalian diuraikan secara

jelas dan CPOB diterapakan.

3) Tanggung jawab menajerial diuraikan dengan jelas dalam

uraian jabatan.

4) Pengaturan disiapakan untuk pembuatan ,pasokan dan

pengguna bahan awal dan pengemas yang benar.

5) Semua pengawasan terhadap produk antara dan pengawasan

selama proses (in process controls) lain serta validasi yang

perlu dilakukan.

6) Pengkajian terhadap semua dokumen yang terkait dengan

proses, pengemasan dan pengujiaan bets, dilakukan sebelum

memberikan pengesahan pelulusan untuk distribusi.

Penilaian hendaklah meliputi semua faktor yang relevan

termasuk kondisipembuatan,hasil pengujian dan atau

pengawasan selama proses, pengkajiaan dokumen produksi

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


12

termasuk pengemasan, penhkajian penyimpangan dari

prosedur yang telah ditetapkan,pemenuhan persyaratan dari

spesifikasin produk jadi dan pemeriksaan produk dalam

kemasan akhir.

7) Obat tidak dijual atau dipasok sebelum kepala bagian

Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) menyatakan bahwa tiap

bets produksi dibuat dan dikendalikan sesuai dengan

persyaratan yang tercantum dalam izin edar dan peraturan

lain yang berkaitan dengan aspek produksi, pengawasan

mutu dan pelulusan produk.

8) Tersedia peraturan yaang memadai untuk memastikan

bahwa, sedapat mungkin, produk disimpan, didistribusikan

dan selanjutnya ditangani sedemikian rupa agar mutu tetap

dijaga selama masa edar.

9) Tersedia prosedur inspeksi diri dan audit mutu yang secara

berkala mengevaluasi efektivitas dan penerapan sistem

Pemastian Mutu.

10) Pemasok bahan awal dan pengemas dievaluasi efektivitas

dan penerapan sistem Pemastian Mutu.

11) Penyimpangan dilaporkan, diselidiki dan dicatat.

12) Tersedia sistem persetujuan terhadap perubahan yang

berdampak pada mutu produk

13) Prosedur pengolahan ulang dievaluasi dan disetujui, dan

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


13

14) Evaluasi mutu produk berkala dilakukan untuk verifikasi

konsisten proses dan memastikan perbaikan proses yang

berkesinambungan.

b.Pengawasan Mutu

Pengawasan mutu adalah bagian dari CPOB yang

berhubungan dengan pengambilan sampel, spesifikasi dan

pengujian, serta dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur

pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan

relevan telah dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan

tidak digunakan serta produk yang belum diluludkan tidak dijual

atau pasok sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi

syarat. Persyaratan dasar dari Pengawasan Mutu adalah:

1) sarana dan prasarana yang memadai, personil yang terlatih

dan prosedur yang disetujui tersedia untuk pengambilan

sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan awal, bahan

pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi,

dan bila perlu untuk pemantauan lingkungan sesuai dengan

tujuan CPOB.

2) pengambilan sampel bahan awal, bahan pengemas, produk

antara, produk ruahan dan produk jadi dilakukan oleh

personil dengan metode yang disetujui oleh Pengawasan

Mutu;

3) metode pengujian disiapkan dan divalidasi (bila perlu);


AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR
14

4) produk jadi berisi zat aktif dengan komposisi secara kualitatif

dan kuantitatif sesuai dengan yang disetujui pada saat

pendaftaran, dengan derajat kemurnian yang dipersyaratkan

serta dikemas dalam wadah yang sesuai dan diberi label yang

benar;

5) dibuat catatan hasil pemeriksaan dan analisis bahan awal,

bahan pengemas, produk antara, produk ruahan, dan produk

jadi secara formal dinilai dan dibandingkan terhadap

spesifikasi;

6) sampel pertinggal dari bahan awal dan produk jadi disimpan

dalam jumlah yang cukup untuk dilakukan pengujian ulang

bila perlu. Sampel produk jadi disimpan dalam kemasan

akhir kecuali untuk kemasan yang besar

c. Pengkajiaan Mutu Produk

Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah dilakukan

terhadap semua obat terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan

tujuan untuk membuktikan konsistensi proses, kesesuaian dari

spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi, untuk

melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk

produk dan proses. Pengkajian mutu produk secara berkala

biasanya dilakukan tiap tahun dan didokumentasikan, dengan

mempertimbangkan hasil kajian ulang sebelumnya dan hendaklah

meliputi paling sedikit :


AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR
15

1) kajian terhadap bahan awal dan bahan pengemas yang

digunakan untuk produk, terutama yang dipasok dari

sumber baru;

2) kajian terhadap pengawasan-selamaproses yang kritis dan

hasil pengujian obat jadi;

3) kajian terhadap semua bets yang tidak memenuhi

spesifiksasi yang ditetapkan dan investigasi yang

dilakukan;

4) kajian terhadap semua penyimpangan atau ketidaksesuaian

yang signifikan, dan efektivitas hasil tindakan perbaikan

dan pencegahan;

5) kajian terhadap semua perubahan yang dilakukan terhadap

proses atau metode analisis;

6) kajian terhadap variasi yang diajukan, disetujui, ditolak

dari dokumen registrasi yang telah disetujui termasuk

dokumen registrasi untuk produk ekspor;

7) kajian terhadap hasil program pemantauan stabilitas dan

segala tren yang tidak diinginkan;

8) kajian terhadap semua produk kembalian, keluhan dan

penarikan obat yang terkait dengan mutu produk, termasuk

investigasi yang telah dilakukan;

9) kajian kelayakan terhadap tindakan perbaikan proses

produk atau peralatan yang sebelumnya;

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


16

10) kajian terhadap komitmen pasca pemasaran dilakukan

pada obat yang baru mendapatkan persetujuan pendaftaran

dan obat dengan persetujuan pendaftaran variasi;

11) status kualifikasi peralatan dan sarana yang relevan misal

sistem tata udara (HVAC), air, gas bertekanan, dan lain

lain; dan l) kajian terhadap Kesepakatan Teknis untuk

memastikan selalu up to date.

2. Personalia

Industri farmasi hendaklah memiliki personil yang terkualifikasi

dan berpengalaman praktis dalam jumlah yang memadai. Tiap personil

tidak dibebani tanggung jawab yang berlebihan untuk menghindari

risiko terhadap mutu obat.

Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi. Tugas spesifik

dan kewenangan dari personil pada posisi penanggungjawab

hendaklah dicantumkan dalam uraian tugas tertulis. Tugas mereka

boleh didelegasikan kepada wakil yang ditunjuk serta mempunyai

tingkat kualifikasi yang memadai. Hendaklah aspek penerapan CPOB

tidak ada yang terlewatkan ataupun tumpang tindih dalam tanggung

jawab yang tercantum pada uraian tugas.

a. Organisasi, Kualifikasi dan Tanggung Jawab

Struktur organisasi industri farmasi hendaklah sedemikian

rupa sehingga bagian produksi, manajemen mutu (pemastian

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


17

mutu)/pengawasan mutu dipimpin oleh orang berbeda serta tidak

saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain. Masing-

masing personil hendaklah diberi wewenang penuh dan sarana

yang memadai yang diperlukan untuk dapat melaksanakan

tugasnya secara efektif. Hendaklah personil tersebut tidak

mempunyai kepentingan lain di luar organisasi yang dapat

menghambat atau membatasi kewajibannya dalam melaksanakan

tanggung jawab atau yang dapat menimbulkan konflik

kepentingan pribadi atau finansial. Pengawasan Mutu hendaklah

diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam

pengawasan mutu, termasuk:

1) menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas,

produk antara, produk ruahan dan produk jadi;

2) memastikan bahwa seluruh pengujian yang diperlukan

telah dilaksanakan;

3) memberi persetujuan terhadap spesifikasi, petunjuk kerja

pengambilan contoh, metode pengujian dan prosedur

pengawasan mutu lain;

4) memberi persetujuan dan memantau semua kontrak

analisis;

5) memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta

peralatan di bagian pengawasan mutu;

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


18

6) memastikan bahwa validasi yang sesuai telah

dilaksanakan; dan

7) memastikan bahwa pelatihan awal dan

berkesinambungan bagi personil di departemennya

dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan.

Kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu)

hendaklah seorang Apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi,

memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis

yang memadai dan keterampilan manajerial sehingga

memungkinkan untuk melaksanakan tugas secara profesional.

b. Pelatihan

Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi

seluruh personil yang karena tugasnya harus berada di dalam area

produksi, gudang penyimpanan atau laboratorium (termasuk

personil teknik, perawatan dan petugas kebersihan), dan bagi

personil lain yang kegiatannya dapat berdampak pada mutu

produk. Pelatihan spesifik hendaklah diberikan kepada personil

yang bekerja di area dimana pencemaran merupakan bahaya,

misalnya area bersih atau area penanganan bahan berpotensi

tinggi, toksik atau bersifat sensitisasi.

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


19

Pengunjung atau personil yang tidak mendapat pelatihan

sebaiknya tidak masuk ke area produksi dan laboratorium

pengawasan mutu. Bila tidak dapat dihindarkan, hendaklah

mereka diberi penjelasan lebih dahulu, terutama mengenai higiene

perorangan dan pakaian pelindung yang dipersyaratkan serta

diawasi dengan ketat. Konsep Pemastian Mutu dan semua

tindakan yang tepat untuk meningkatkan pemahaman dan

penerapannya hendaklah dibahas secara mendalam selama

pelatihan. Pelatihan hendaklah diberikan oleh orang yang

terkualifikasi.

3. Bangunan dan Fasilitas

Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki

desain, konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya

dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang

benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk

memperkecil risiko terjadinya kekeliruan, pencemaran-silang dan

kesalahan lain, dan memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan

yang efektif untuk menghindari pencemaran-silang, penumpukan debu

atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat.

a. Area Penimbangan

Penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata produk

dengan cara penimbangan hendaklah dilakukan di area penimbangan

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


20

terpisah yang didesain khusus untuk kegiatan tersebut. Area ini dapat

menjadi bagian dari area penyimpanan atau area produksi.

b. Area Produksi
Permukaan dinding, lantai dan langit-langit bagian dalam

ruangan di mana terdapat bahan baku dan bahan pengemas primer,

produk antara atau produk ruahan yang terpapar ke lingkungan

hendaklah halus, bebas retak dan sambungan terbuka, tidak

melepaskan partikulat, serta memungkinkan pelaksanaan pembersihan

(bila perlu disinfeksi) yang mudah dan efektif.

Area produksi hendaklah diventilasi secara efektif dengan

menggunakan sistem pengendali udara termasuk filter udara dengan

tingkat efisiensi yang dapat mencegah pencemaran dan pencemaran-

silang, pengendali suhu dan, bila perlu, pengendali kelembaban udara

sesuai kebutuhan produk yang diproses dan kegiatan yang dilakukan

di dalam ruangan dan dampaknya terhadap lingkungan luar pabrik.

Area produksi hendaklah dipantau secara teratur baik selama ada

maupun tidak ada kegiatan produksi untuk memastikan pemenuhan

terhadap spesifikasi yang dirancang sebelumnya.

c. Area Penyimpanan

Area penyimpanan hendaklah memiliki kapasitas yang

memadai untuk menyimpan dengan rapi dan teratur berbagai macam

bahan dan produk seperti bahan awal dan bahan pengemas, produk

antara, produk ruahan dan produk jadi, produk dalam status karantina,
AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR
21

produk yang telah diluluskan, produk yang ditolak, produk yang

dikembalikan atau produk yang ditarik dari peredaran.

Area penerimaan dan pengiriman barang hendaklah dapat

memberikan perlindungan bahan dan produk terhadap cuaca. Area

penerimaan hendaklah didesain dan dilengkapi dengan peralatan yang

sesuai untuk kebutuhan pembersihan wadah barang bila perlu.

Area terpisah dan terkunci hendaklah disediakan untuk

penyimpanan bahan dan produk yang ditolak, atau yang ditarik

kembali atau yang dikembalikan.

d. Area Pengawasan Mutu

Laboratorium pengawasan mutu hendaklah terpisah dari

area produksi. Area pengujian biologi, mikrobiologi dan radioisotop

hendaklah dipisahkan satu dengan yang lain.

e. Sarana Pendukung

Sarana untuk mengganti pakaian kerja, membersihkan

diri dan toilet hendaklah disediakan dalam jumlah yang cukup dan

mudah diakses. Toilet tidak boleh berhubungan langsung dengan area

produksi atau area penyimpanan. Ruang ganti pakaian hendaklah

berhubungan langsung dengan area produksi namun letaknya terpisah.

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


22

4. Peralatan

Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan

konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan

dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta

seragam dari bets ke bets dan untuk memudahkan pembersihan serta

perawatan.

a) Desain dan Kontruksi

Desain dan konstruksi peralatan hendaklah memenuhi persyaratan

peralatan hendaklah didesain dan dikonstruksikan sesuai dengan

tujuannya, permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal,

produk antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi

atau absorbsi yang dapat memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian

di luar batas yang ditentukan.

Bahan yang diperlukan untuk pengoperasian alat khusus,

misalnya pelumas atau pendingin tidak boleh bersentuhan dengan

bahan yang sedang diolah sehingga tidak memengaruhi identitas, mutu

atau kemurnian bahan awal, produk antara ataupun produk jadi.

Peralatan tidak boleh merusak produk akibat katup bocor, tetesan

pelumas dan hal sejenis atau karena perbaikan, perawatan, modifikasi

dan adaptasi yang tidak tepat.

b) Pemasangan dan Penempatan

Peralatan hendaklah ditempatkan sedemikian rupa untuk

memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran silang antar bahan

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


23

di area yang sama. Peralatan hendaklah dipasang sedemikian rupa

untuk menghindari risiko kekeliruan atau pencemaran.

Tiap peralatan utama hendaklah diberi tanda dengan nomor

identitas yang jelas. Nomor ini dicantumkan di dalam semua perintah

dan catatan bets untuk menunjukkan unit atau peralatan yang

digunakan pada pembuatan bets tersebut kecuali bila peralatan tersebut

hanya digunakan untuk satu jenis produk saja.

c) Perawatan

Peralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah

malfungsi atau pencemaran yang dapat memengaruhi identitas, mutu

atau kemurnian produk.

Pelaksanaan perawatan dan pemakaian suatu peralatan utama

hendaklah dicatat dalam buku log alat yang menunjukkan tanggal,

waktu, produk, kekuatan dan nomor setiap bets atau lot yang diolah

dengan alat tersebut. Catatan untuk peralatan yang digunakan khusus

untuk satu produk saja dapat ditulis dalam catatan bets.

5. Sanitasi dan Higiene

Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada

setiap aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi

personil, bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta

wadahnya, dan segala sesuatu yang dapat merupakan sumber pencemaran

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


24

produk. Sumber pencemaran potensial hendaklah dihilangkan melalui

suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu.

a) Sanitasi Bangunan dan Fasilitas

Bangunan yang digunakan untuk pembuatan obat hendaklah

didesain dan dikonstruksi dengan tepat untuk memudahkan sanitasi

yang baik. Hendaklah tersedia dalam jumlah yang cukup sarana toilet

dengan ventilasi yang baik dan tempat cuci bagi personil yang letaknya

mudah diakses dari area pembuatan. Hendaklah disediakan sarana

yang memadai untuk penyimpanan pakaian personil dan milik

pribadinya di tempat yang tepat.

b) Pembersih dan Sanitasi Peralatan

Setelah digunakan, peralatan hendaklah dibersihkan baik

bagian luar maupun bagian dalam sesuai dengan prosedur yang telah

ditetapkan, serta dijaga dan disimpan dalam kondisi yang bersih. Tiap

kali sebelum dipakai, kebersihannya diperiksa untuk memastikan

bahwa semua produk atau bahan dari bets sebelumnya telah

dihilangkan. Metode pembersihan dengan cara vakum atau cara basah

lebih dianjurkan. Udara bertekanan dan sikat hendaklah digunakan

dengan hati-hati dan sedapat mungkin dihindari karena menambah

risiko pencemaran produk.

c) Validasi Prosedur Pembersihan dan Sanitasi

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


25

Prosedur pembersihan, sanitasi dan higiene hendaklah divalidasi

dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan efektivitas prosedur

memenuhi persyaratan.

6. Produksi

Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang

telah ditetapkan; dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin

senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta

memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi).

a) Bahan Awal

Pengadaan bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah

disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan. Semua penerimaan,

pengeluaran dan jumlah bahan tersisa hendaklah dicatat. Catatan

hendaklah berisi keterangan mengenai pasokan, nomor bets/lot,

tanggal penerimaan atau penyerahan, tanggal pelulusan dan tanggal

daluwarsa bila ada.

b) Validasi Proses

Studi validasi hendaklah memperkuat pelaksanaan CPOB dan

dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Hasil validasi

dan kesimpulan hendaklah dicatat.

c) Pencegahan Pencemaran Silang

Pencemaran bahan awal atau produk oleh bahan atau produk

lain harus dihindarkan. Risiko pencemaran silang ini dapat timbul

akibat tidak terkendalinya debu, gas, uap, percikan atau organisme dari

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


26

bahan atau produk yang sedang diproses, dari sisa yang tertinggal pada

alat dan pakaian kerja operator. Tingkat risiko pencemaran ini

tergantung dari jenis pencemar dan produk yang tercemar. Di antara

pencemar yang paling berbahaya adalah bahan yang dapat

menimbulkan sensitisasi kuat, preparat biologis yang mengandung

mikroba hidup, hormon tertentu, bahan sitotoksik, dan bahan lain

berpotensi tinggi. Produk yang paling terpengaruh oleh pencemaran

adalah sediaan parenteral, sediaan yang diberikan dalam dosis besar

dan/atau sediaan yang diberikan dalam jangka waktu yang panjang.

d) Penimbangan dan Penyerahan

Penimbangan atau penghitungan dan penyerahan bahan awal,

bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan dianggap sebagai

bagian dari siklus produksi dan memerlukan dokumentasi serta

rekonsiliasi yang lengkap. Pengendalian terhadap pengeluaran bahan

dan produk tersebut untuk produksi, dari gudang, area penyerahan,

atau antar bagian produksi, adalah sangat penting.

e) Pengembaliaan

Semua bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk

ruahan yang dikembalikan ke gudang penyimpanan hendaklah

didokumentasikan dengan benar dan direkonsiliasi.

f) Pengolahan

Semua bahan yang dipakai di dalam pengolahan hendaklah

diperiksa sebelum dipakai.

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


27

g) Bahan dan Produksi Kering

Untuk mengatasi masalah pengendalian debu dan pencemaran

silang yang terjadi pada saat penanganan bahan dan produk kering,

perhatian khusus hendaklah diberikan pada desain, pemeliharaan serta

penggunaan sarana dan peralatan. Apabila layak hendaklah dipakai

sistem pembuatan tertutup atau metode lain yang sesuai.

1) Pencampuran dan Granulasi

Mesin pencampur, pengayak dan pengaduk hendaklah

dilengkapi dengan sistem pengendali debu, kecuali digunakan

sistem tertutup.

2) Pencetakan Tablet

Mesin pencetak tablet hendaklah dilengkapi dengan fasilitas

pengendali debu yang efektif dan ditempatkan sedemikian rupa

untuk menghindari campur baur antar produk. Tiap mesin

hendaklah ditempatkan dalam ruangan terpisah. Kecuali mesin

tersebut digunakan untuk produk yang sama atau dilengkapi

sistem pengendali udara yang tertutup maka dapat ditempatkan

dalam ruangan tanpa pemisah.

3) Penyalutan

Udara yang dialirkan ke dalam panci penyalut untuk

pengeringan hendaklah disaring dan mempunyai mutu yang

tepat. Larutan penyalut hendaklah dibuat dan digunakan

dengan cara sedemikian rupa untuk mengurangi risiko

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


28

partumbuhan mikroba. Pembuatan dan pemakaian larutan

penyalut hendaklah didokumentasikan.

4) Pengisian Kapsul Keras

Cangkang kapsul hendaklah diperlakukan sebagai bahan awal.

Cangkang kapsul hendaklah disimpan dalam kondisi yang

dapat mencegah kekeringan dan kerapuhan atau efek lain yang

disebabkan oleh kelembaban. Persyaratan-persyaratan yang

tertulis pada 6.82 – 6.87 pada “Pencetak Tablet” juga berlaku

untuk pengisian kapsul keras.

5) Penandaan Tablet Salut dan Kapsul

Hendaklah diberikan perhatian khusus untuk menghindari

campur baur selama proses penandaan tablet salut dan kapsul.

Bilamana dilakukan penandaan pada produk atau bets yang

berbeda dalam saat yang bersamaan hendaklah dilakukan

pemisahan yang memadai.

h) Cairan Krim dan Salep (non-steril)

Produk cairan, krim dan salep hendaklah diproduksi sedemikian

rupa agar terlindung dari pencemaran mikroba dan pencemaran lain.

Penggunaan sistem tertutup untuk produksi dan transfer sangat

dianjurkan. Area produksi di mana produk atau wadah bersih tanpa

tutup terpapar ke lingkungan hendaklah diberi ventilasi yang efektif

dengan udara yang disaring.

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


29

i) Bahan Pengemas

Pengadaan, penanganan dan pengawasan bahan pengemas primer

dan bahan pengemas cetak serta bahan cetak lain hendaklah diberi

perhatian yang sama seperti terhadap bahan awal.

j) Kegiatan Pengemasan

Kegiatan pengemasan berfungsi membagi dan mengemas produk

ruahan menjadi produk jadi. Pengemasan hendaklah dilaksanakan di

bawah pengendalian yang ketat untuk menjaga identitas, keutuhan dan

mutu produk akhir yang dikemas.

1) Pra-kodifikasi Bahan Pengemas

Label, karton dan bahan pengemas dan bahan cetak lain

yang memerlukan prakodifikasi dengan nomor bets/lot,

tanggal daluwarsa dan informasi lain sesuai dengan

perintah pengemasan hendaklah diawasi dengan ketat pada

tiap tahap proses, sejak diterima dari gudang sampai

menjadi bagian dari produk atau dimusnahkan

2) Kesiapan Jalur

Segera sebelum menempatkan bahan pengemas dan bahan

cetak lain pada jalur pengemasan, personil penanggung

jawab yang ditunjuk dari bagian pengemasan hendaklah

melakukan pemeriksaan kesiapan jalur sesuai dengan

prosedur tertulis yang disetujui oleh kepala bagian

Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


30

3) Praktik Pengemasan

Produk yang penampilannya mirip hendaklah tidak dikemas

pada jalur yang berdampingan kecuali ada pemisahan

secara fisik.

4) Penyelesaian Kegiatan Pengemasan

Pada penyelesaian kegiatan pengemasan, hendaklah

kemasan terakhir diperiksa dengan cermat untuk

memastikan bahwa kemasan produk tersebut sepenuhnya

sesuai dengan Prosedur Pengemasan Induk.

k) Pengawasan Selama-Proses

Untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat, prosedur

tertulis yang menjelaskan pengambilan sampel, pengujian atau

pemeriksaan yang harus dilakukan selama proses dari tiap bets produk

hendaklah dilaksanakan sesuai dengan metode yang telah disetujui

oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dan hasilnya

dicatat. Pengawasan tersebut dimaksudkan untuk memantau hasil dan

memvalidasi kinerja dari proses produksi yang mungkin menjadi

penyebab variasi karakteristik produk selama proses berjalan.

l) Bahan dan Produk yang Ditolak, Dipulihkan dan Dikembalikan

Bahan dan produk yang ditolak hendaklah diberi penandaan yang

jelas dan disimpan terpisah di “area terlarang” (restricted area). Bahan

atau produk tersebut hendaklah dikembalikan kepada pemasoknya

atau, bila dianggap perlu, diolah ulang atau dimusnahkan. Langkah

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


31

apapun yang diambil hendaklah lebih dulu disetujui oleh kepala bagian

Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dan dicatat.

m) Karantina dan Penyerahan Produk Jadi

Karantina produk jadi merupakan tahap akhir pengendalian

sebelum penyerahan ke gudang dan siap untuk didistribusikan.

Sebelum diluluskan untuk diserahkan ke gudang, pengawasan yang

ketat hendaklah dilaksanakan untuk memastikan produk dan catatan

pengemasan bets memenuhi semua spesifikasi yang ditentukan.

n) Catatan Pengendalian Pengiriman Obat

Sistem distribusi hendaklah menghasilkan catatan sedemikian rupa

sehingga distribusi tiap bets/lot obat dapat segera diketahui untuk

mempermudah penyelidikan atau penarikan kembali jika diperlukan.

o) Penyimpanan Bahan Awal, Bahan Pengemas, Produk Antara,

Produk Ruahan dan Produk Jadi

Tiap spesifikasi hendaklah disetujui dan disimpan oleh bagian

Pengawasan Mutu kecuali untuk produk jadi yang harus disetujui oleh

kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Spesifikasi bahan

awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi mengacu pada

Butir 10.10 – 10.14.

p) Dokumentasi

Spesifikasi, prosedur pengambilan sampel, prosedur dan catatan

pengujian (termasuk lembar kerja analisis dan/atau buku catatan

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


32

laboratorium), laporan dan/atau sertifikat analisis, data pemantauan

lingkungan, bila diperlukan, catatan validasi metode analisis, bila

diperlukan dan prosedur dan catatan kalibrasi instrumen serta

perawatan peralatan. Semua dokumentasi Pengawasan Mutu yang

terkait dengan catatan bets hendaklah disimpan sampai satu tahun

setelah tanggal daluwarsa bets yang bersangkutan.

q) Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel merupakan kegiatan penting di mana hanya

sebagian kecil saja dari satu bets yang diambil. Keabsahan kesimpulan

secara keseluruhan tidak dapat didasarkan pada pengujian yang

dilakukan terhadap sampel yang tidak mewakili satu bets.

1) Bahan Awal

Identitas suatu bets bahan awal biasanya hanya dapat dipastikan

apabila sampel diambil dari tiap wadah dan dilakukan uji identitas

terhadap tiap sampel. Pengambilan sampel boleh dilakukan dari

sebagian wadah bila telah dibuat prosedur tervalidasi untuk

memastikan bahwa tidak satu pun wadah bahan awal yang salah

label identitasnya.

2) Bahan Pengemas

Pola pengambilan sampel bahan pengemas hendaklah setidaknya

memperhatikan hal berikut: jumlah yang diterima, mutu yang

dipersyaratkan, sifat bahan (misalnya bahan pengemas primer, dan

atau bahan pengemas cetak), metode produksi dan pengetahuan

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


33

tentang pelaksanaan sistem Pemastian Mutu di pabrik pembuat

bahan pengemas berdasarkan audit. Jumlah sampel yang diambil

hendaklah ditentukan secara statistik dan disebutkan dalam pola

pengambilan sampel.

3) Kegiatan Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel hendaklah dilakukan sedemikian rupa untuk

mencegah kontaminasi atau efek lain yang berpengaruh tidak baik

terhadap mutu. Wadah yang diambil sampelnya hendaklah diberi

label yang mencantumkan antara lain isi wadah, nomor bets,

tanggal pengambilan sampel dan tanda bahwa sampel diambil dari

wadah tersebut. Wadah hendaklah ditutup rapat kembali setelah

pengambilan sampel.

r) Persyaratan Pengujian

Bahan Awal, tiap bahan awal hendaklah diuji terhadap pemenuhan

spesifikasi identitas, kekuatan, kemurnian dan parameter mutu lain.

Bahan Pengemas, bahan pengemas hendaklah memenuhi spesifikasi,

dengan penekanan pada kompatibilitas bahan terhadap produk yang

diisikan ke dalamnya. Cacat fisik yang kritis dan dapat berdampak

besar serta kebenaran penandaan yang dapat memberi kesan

meragukan terhadap kualitas produk hendaklah diperiksa.

1) Pengendalian Lingkungan

Pemantauan teratur air untuk proses, termasuk pada titik

penggunaan, terhadap mutu kimiawi dan mikrobiologis. Jumlah

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


34

sampel dan metode pengujian hendaklah mampu mendeteksi

organisme indikator dalam konsentrasi rendah, misalnya

Pseudomonas.

2) Pengawasan Selama Proses

Semua pengawasan–selama–proses, termasuk yang dilakukan di

area produksi oleh personil produksi, hendaklah dilakukan menurut

metode yang disetujui oleh bagian Pengawasan Mutu dan hasilnya

dicatat.

3) Pengisiaan Ulang Bahan yang Diluluskan

Hendaklah ditetapkan batas waktu penyimpanan yang sesuai untuk

tiap bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi.

Setelah batas waktu ini bahan atau produk tersebut harus diuji

ulang oleh bagian Pengawasan Mutu terhadap identitas, kekuatan,

kemurnian dan mutu. Berdasarkan hasil uji ulang tersebut bahan

atau produk itu dapat diluluskan kembali untuk digunakan atau

ditolak.

4) Pengolahan Ulang

Pengujian tambahan terhadap produk jadi hasil pengolahan ulang

hendaklah dilakukan sesuai ketentuan.

5) Evaluasi Pengawasan Mutu terhadap Prosedur Produksi

Bagian Pengawasan Mutu hendaklah berperan serta dalam

pengembangan Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


35

Pengemasan Induk untuk tiap ukuran bets suatu obat untuk

menjamin keseragaman dari bets ke bets yang dibuat.

6) Studi Stabilitas

Hendaklah dirancang program uji stabilitas untuk menilai

karakteristik stabilitas obat dan untuk menentukan kondisi

penyimpanan yang sesuai dan tanggal daluwarsa.

7. Pengawasan Mutu

Pengawasan Mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara

Pembuatan Obat yang Baik untuk memberikan kepastian bahwa produk

secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan

pemakaiannya. Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang

berkepentingan pada semua tahap merupakan keharusan untuk mencapai

sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai kepada distribusi

produk jadi. Pengawasan Mutu tidak terbatas pada kegiatan

laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang

terkait dengan mutu produk. Ketidaktergantungan Pengawasan Mutu

dari Produksi dianggap hal yang fundamental agar Pengawasan Mutu

dapat melakukan kegiatan dengan memuaskan.

Tiap pemegang izin pembuatan harus mempunyai Bagian

Pengawasan Mutu. Bagian ini harus independen dari bagian lain dan di

bawah tanggung jawab dan wewenang seorang dengan kualifikasi dan

pengalaman yang sesuai, yang membawahi satu atau beberapa

laboratorium. Sarana yang memadai harus tersedia untuk memastikan

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


36

bahwa segala kegiatan Pengawasan Mutu dilaksanakan dengan efektif

dan dapat diandalkan.

Pengawasan Mutu hendaklah mencakup semua kegiatan analitis

yang dilakukan di laboratorium, termasuk pengambilan sampel,

pemeriksaan dan pengujian bahan awal, produk antara, produk ruahan

dan produk jadi. Kegiatan ini mencakup juga uji stabilitas, program

pemantauan lingkungan, pengujian yang dilakukan dalam rangka

validasi, penanganan sampel pertinggal, menyusun dan memperbaharui

spesifikasi bahan dan produk serta metode pengujiannya.

Dokumentasi dan prosedur pelulusan yang diterapkan bagian

Pengawasan Mutu hendaklah menjamin bahwa pengujian yang

diperlukan telah dilakukan sebelum bahan digunakan dalam produksi

dan produk disetujui sebelum didistribusikan.

8. Inspeksi Diri dan Audit Mutu

Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua

aspek produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi

ketentuan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Program inspeksi

diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam

pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang

diperlukan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan

rinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan.

a. Aspek untuk Inspeksi Diri

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


37

Hendaklah dibuat daftar periksa inspeksi diri yang menyajikan

standar persyaratan minimal dan seragam. Daftar ini hendaklah berisi

pertanyaan mengenai ketentuan CPOB yang mencakup antara lain

Personalia, bangunan termasuk fasilitas untuk personil, perawatan

bangunan dan peralatan, penyimpanan bahan awal, bahan pengemas

dan obat jadi, Peralatan.

b. Tim Inspeksi Diri

Manajemen hendaklah membentuk tim inspeksi diri yang paling

sedikit terdiri dari 3 (tiga) anggota yang berpengalaman dalam

bidangnya masing-masing dan memahami CPOB. Anggota tim dapat

dibentuk dari dalam atau dari luar perusahaan. Tiap anggota

hendaklah independen dalam melakukan inspeksi dan evaluasi.

c. Cakupan Inspeksi Diri

Inspeksi diri dapat dilakukan per bagian sesuai dengan

kebutuhan perusahaan; namun inspeksi diri yang menyeluruh

hendaklah dilakukan minimal 1 (satu) kali dalam setahun. Frekuensi

inspeksi diri hendaklah tertulis dalam prosedur tetap inspeksi diri.

d. Audit Mutu

Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap

inspeksi diri. Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua

atau sebagian dari sistem manajemen mutu dengan tujuan spesifik

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


38

untuk meningkatkan mutu. Audit mutu umumnya dilaksanakan oleh

spesialis dari luar atau independen atau tim yang dibentuk khusus

untuk hal ini oleh manajemen perusahaan.

9. Penanganan Keluhan terhadap Produk Penarikan Kembali Produk

dan Produk kembaliaan

Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan

kemungkinan terjadi kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti

sesuai dengan prosedur tertulis. Untuk menangani semua kasus yang

mendesak, hendaklah disusun suatu sistem, bila perlu mencakup

penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat dari

peredaran secara cepat dan efektif.

Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali

dari satu atau beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu dari

peredaran. Penarikan kembali produk dilakukan apabila ditemukan

produk yang cacat mutu atau bila ada laporan mengenai reaksi yang

merugikan yang serius serta berisiko terhadap kesehatan. Penarikan

kembali produk dari peredaran dapat mengakibatkan penundaan atau

penghentian pembuatan obat tersebut.

Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang

kemudian dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai

kerusakan, daluwarsa, atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau

kemasan yang dapat menimbulkan keraguan akan identitas, mutu,

jumlah dan keamanan obat yang bersangkutan.

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


39

Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk

menangani keluhan dan memutuskan tindakan yang hendak dilakukan

bersama staf yang memadai untuk membantunya. Apabila personil

tersebut bukan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu), maka

ia hendaklah memahami cara penanganan seluruh keluhan, penyelidikan

atau penarikan kembali produk.

10. Dokumentasi

Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan

dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian

mutu. Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan

bahwa tiap personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas

dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan

kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan

komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen Produksi Induk/Formula

Pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan harus

bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen

adalah sangat penting.

Dokumen Produksi Induk, Prosedur Pengolahan Induk dan

Prosedur Pengemasan Induk (Formula Pembuatan, Instruksi Pengolahan

dan Instruksi Pengemasan) menyatakan seluruh bahan awal dan bahan

pengemas yang digunakan serta menguraikan semua operasi pengolahan

dan pengemasan.

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


40

11. Pembuatan da Analisis Berdasarkan Kontrak

Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara

benar, disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman

yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak

memuaskan. Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima

Kontrak harus dibuat secara jelas menentukan tanggung jawab dan

kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas

prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi

tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian

Mutu).

Hendaklah dibuat kontrak tertulis yang meliputi pembuatan

dan/atau analisis obat yang dikontrakkan dan semua pengaturan teknis

terkait. Semua pengaturan untuk pembuatan dan analisis berdasarkan

kontrak termasuk usul perubahan dalam pengaturan teknis atau

pengaturan lain hendaklah sesuai dengan izin edar untuk produk

bersangkutan. Kontrak hendaklah mengizinkan Pemberi Kontrak untuk

mengaudit sarana dari Penerima Kontrak

12. Kualifikasi dan Validasi

Prinsip kualifikasi dan validasi yang dilakukan di industri farmasi.

CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


41

yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis

dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas,

peralatan dan proses yang dapat memengaruhi mutu produk hendaklah

divalidasi. Pendekatan dengan kajian risiko hendaklah digunakan untuk

menentukan ruang lingkup dan cakupan validasi.

Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama

program validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan

di dalam Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara. RIV

hendaklah merupakan dokumen yang singkat, tepat dan jelas.

Jenis-jenis validasi adalah sebagai berikut:

1) Kualifikasi mesin, peralatan produksi dan sarana penunjang

2) Validasi metode analisa

Tujuan validasi metode analisa adalah untuk membuktikan bahwa

semua metode analisa (cara/prosedur pengujian) yang dilaksanakan

dalam pengawasan mutu, senantiasa mencapai hasil yang

diinginkan secara konsisten.

3) Validasi proses produksi

Tujuan validasi produksi adalah :

a) Memberikan dokumentasi secara tertulis bahwa prosedur

produksi yang berlaku dan digunakan dalam proses produksi

rutin, senantiasa mencapai hasil yang diinginkan secara terus-

menerus.

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


42

b) Mengidentifikasi dan mengurangi problem yang terjadi selama

proses produksi dan memperkecil kemungkinan terjadinya

proses ulang.

c) Meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses produksi.

4) Validasi proses pengemasan

Tujuan validasi proses pengemasan adalah:

a) Memberikan dokumentasi secara tertulis bahwa prosedur

pengemasan yang berlaku dan digunakan dalam proses

pengemasan rutin, senantiasa mencapai persyaratan yang

ditentukan.

b) Operator/pelaksana yang melakukan proses pengemasan

kompeten serta mengikuti prosedur pengemasan yang telah

ditentukan.

c) Proses pengemasan yang dilakukan tidak terjadi peristiwa

campur baur antar produk maupun batch.

a. Validasi pembersihan

Tujuan validasi pembersihan adalah:

1) Memberikan dokumentasi secara tertulis bahwa prosedur

pembersihan yang berlaku yang dilakukan sudah tepat dan dapat

dilakukan berulang-ulang.

2) Peralatan/mesin yang dibersihkan tidak terdapat pengaruh yang

negatif karena efek pembersihan.

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


43

3) Operator/pelaksana yang melakukan pembersihan kompeten,

mengikuti prosedur pembersihan dan peralatan pembersihan yang

telah ditentukan.

4) Cara pembersihan menghasilkan tingkat kebersihan yang sudah

ditetapkan (Manajemen Industri Farmasi, 2007).

Aspek-aspek CPOB 2018 yang tidak terdapat dalam CPOB 2006

yaitu Kegiatan Alih Daya prinsipnya Aktivitas yang tercakup dalam

Pedoman CPOB yang dialihdayakan hendaklah didefinisikan, disetujui

dan dikendalikan dengan benar untuk menghindarkan kesalahpahaman

yang dapat menghasilkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak

memuaskan. Hendaklah dibuat kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak

dan Penerima Kontrak yang secara jelas menentukan peran dan

tanggung jawab masing-masing pihak. Sistem Mutu Industri Farmasi

dari Pemberi Kontrak hendaklah menyatakan secara jelas prosedur

pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung

jawab penuh Kepala Pemastian Mutu.

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


44

BAB III

TINJAUAN KHUSUS

A. Sejarah PT. Kimia Farma Plant Bandung

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk merupakan salah satu Bandan Usaha

Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang kefarmasian, mulai dari

produksi bahan baku obat, produksi obat jadi, sampai pada pemasaran yang

meliputi apotek dan pedagang besar farmasi (PBF).

Pada tahun 1896, melalui akta notaris P.Houthuisen No. 12 tanggal 29

Juni 1896 di Bandung, di dirikan sebuah pabrik Cina oleh pemerintah Hindia

Belanda dengan nama Bamdoengsche Hikinine Fabrie M. P, yang mula-mula

hanya menghasilkan garam kini dari kulit kina. Pengolahan pabrik kina ini

kemudian diserahkan kepada Indische Kombinatie Voor Chemische Industrie

(Inschen) pada tanggal 14 Januari 1939 dan Inschen sendiri telah memiliki

pabrik yodium di Watudakon yang di dirikan pada tahun 1926.

Pada tahun1942 dalam peran dunia kedua pabrik kina bandung di

kuasai oleh angkatan darat Jepang yang diberi nama Rikuyun

Kinineseizoshayo. Selama Jepang berkuasa pembuatan pil dan tablet kina

masih dugunakan, tetap hasil kina tersebut di angkat ke Jepang dan sebagian

lagi di kirim ke tempat-tempat lain untuk kepentingan Jepang dalam perang di

Pasifik. Untuk keperluan dalam negeri, yaitu orang Indonesia, jepang hanya

menyediakan hasil pabrik yang disebut tato kina, yaitu kina yang belum

dipisahkan dari alkaloid-alkaloid lainnya.

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


45

Setelah jepang dikalahkan sekutu pada tahun 1945, pabrik kina di

ambil alih oleh pemiliknya, yaitu perusahaan swasta Belanda dengan nama

Bandoengsche Fabriek N.V pada tahun 1955, pabrik kina ini diserahkan pada

Combinatie Voor Chenische Industrie dengan akte Mr.R.Soewardi

No.47/1954 tanggal 3 november 1954.

Tahun 1958, berhubungan adanya sengketa Irian Barat antara

Indonesia dan Belanda, maka semua perusahaan Belanda yang ada di

Indonesia di kuasai oleh pemerintah RI dengan membentuk badan Pimpinan

Umum Dalam (BPU) berdasarkan PP No. 23 tahun 1958. Berdasarkan UU

No. 86 tahun 1958, perusahaan di bawah BPU ini menjadi milik RI yang

pelaksanaannya diserahkan kepada badan Nasionalisasi perusahaan-

perusahaan Belanda (BANAS). Pada tahun 1960, pabrik kina diberi nama

Perusahaan Negara (PN) farmasi dan alat kesehatan Bhinneka Kina Farma

berdasarkan SP menkes No.57/959/BPK/Kob tanggal 18 Juli 1960. Pada 1961

berdasarkan PP No.85 tanggal 17 April 1961, namanya di ubah menjadi

Perusahaan Negara Farmasi (PNF) dan alat-alat kesehatan Bhinneka Kina

Farma yang meliputi pabrik yodium di watudakon Mojokerto, Jawa Timur.

Sekitar tahun 1969, berdasarkan PP N0. 3 tanggal 25 Januari 1969,

empat PNF yaitu PN Radja Farma, PN Bhinneka Kina Farma dan PN Sari

Husada dilebur menjadi satu PN dengan nama Perusahaan Negara Farmasi

dan Alat-alat Kesehatan Bhinneka Kimia Farma. Keempat perusahaan tersebut

masing-masing menjadi satu unit dengan susunan yaitu PNF Radja Farma

(Jakarta) menjadu PNF Bhinneka Kimia Farma Unit II Bidang Produksi

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


46

Jakarta, PNF Bhinneka Kina Farma (Bandung) menjadi Bhinneka Kimia

Farma Unit III Bidang Produksi Bandung, dan PNF Sari Husada (Yogyakarta)

menjadi Bhinneka Kimia Farma IV Bidang Produksi Yogyakarta.

Pada tahun 1971, berdasarkan PP No. 16 tahun 1971 dalam lembaran

negara RI No. 18 tahun 1971, PNF dan Alat-alat Kesehatan Bhinneka Kimia

Farma unit I sampai Unit IV diubah menjadi PT (Persero) Kimia Farma

terhitung mulai bulan Agustus 1971 melalui Akte Notaris Sulaeman

Ardjasasmita tanggal 16 Agustus 1971 dan mengganti nama semua unit

perusahaan yaitu Unit I menjadi Unit Perdagangan, Unit II menjadi Produksi

Jakarta, Unit III menjadi Unit Produksi Bandung, Unit IV menjadi Unit

Produksi Yogyakarta. Pada pertengahan 1974, PNF Sri Husada (PT. Kimia

Farma Unit Produksi Yogyakarta) memisahkan diri dari PT (Persero) Kimia

Farma.

Pada tahun 1990, Unit Produksi Bandung menjadi tiga unit yaitu Unit

Formulasi Bandung. Unit Produksi menufaktur Bandung, dan Unit Produksi

Manufaktur Watudakon. Pemisahan unit ini diikuti dengan penggabungan

pabrik pil KB ke dalam Produksi Formulasi Bandung.

Pada bulan Juli 2002, dilakukan perubahan struktur organisasi dimana

Unit Produksi Formulasi Bandung, Unit Produksi Manufaktur Bandung, serta

Unit Produksi Manufaktur Semarang bergabung menjadi Plant Bandung.

Begitu pula dengan Unit Produksi Jakarta dan Unit Produksi Tanjung Morawa

Medan bergabung menjadi Plant Jakarta. Penggabungan ini dilakukan sebagai

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


47

langkah efesiensi dan efektivitas untuk menikatkat kompetensi guna

pengembangan perusahaan.

B. Visi Dan Misi Perusahaan

1. Visi

Perusahaan farmasi utama di Indonesia dan berdaya saing di pasar global.

2. Misi

a. Menyediakan, mengadakan dan menyalurkan sediaan farmasi, alat

kesehatan dan kesehatan lainnya, yang berkualitas dan bernilai tambah

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

b. Mengembangkan bisnis farmasi dan jasa kesehatan lainnya untuk

meningkatkan nilai perusahaan bagi pemegang saham, karyawan dan

pihak lain yang berkepetingan, tanpa meninggalkan prinsip-prinsip

Good Corporate Governance.

c. Mengembangkan SDM perusahaan untuk meningkatkan kompetensi

dan komitmen guna pengembangan perusahaan serta dapat berperan

aktif dalam pengembangan industri farmasi nasional.

C. Struktur Organisasi Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung

Berdasarkan SK Direksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. No. KEP.

20/HUK/VII/2002, mengenai struktur organisasi Divisi Produksi Bandung dan

pada saat ini telah ada pembaharuan struktur organisasi Divisi Produksi

Bandung. Unit Formulasi dan Manufaktur Bandung serta Unit Produksi

Manufaktur Semarang dilebur menjadi Plant Bandung.

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


48

Manager Plant Bandung membawahi tiga manager yaitu Manager

Produksi, Manager Pengelolaan Mutu dan Manager Perencanaan Produksi dan

Pengendalian Inventori (PPPI), serta tujuh bagian yang dikepalai oleh Asisten

Manager yaitu Bagian Teknik dan Pemeliharaan, Bagian Penyimpanan,

Bagian Pembelian, Bagian Pengolahan Data dan Informasi, Bagian

Administrasi dan Personalia, Bagian Akuntansi serta Bagian Keuangan. Tiga

bagian lainnya dikepalai oleh Supervisor yaitu Kebun Tanaman Obat (KTO),

Bagian Umum dan Bagian Rumah Tangga. Selain itu terdapat Bagian

Management Representative (MR) yang berwenang untuk menjamin sistem

mutu yang telah ditetapkan, diterapkan dan dipelihara sesuai dengan sertifikat

ISO seri 9001 tahun 2000 dan K3L (Kesehatan, Keselamatan Kerja dan

Lingkungan) yang menangani masalah limbah dan lingkungan yang dikepalai

oleh seorang setingkat Asman (Asisten Manager).

D. Lokasi, Bangunan dan Fasilitas PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant

Bandung.

PT. Kimia Farma (persero) Tbk. Plant Bandung berlokasi di Jl.

Pasirkaliki blok B no. 25-27, Kb. Jeruk, andir, kota Bandung Jawa Barat 4071.

PT. Kimia Farma (persero) Tbk. Plant Bandung mempunyai area seluas ±

35.000 m2, sumber air yang digunakan berasal dari perusahaan Air Minuman

(PAM) dan air artesis sedangkan sumber listrik yang digunakan berasal dari

Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan sebagai cadangan digunakan Generator

Set. Sumber udara untuk setiap ruangan menggunakan Air Conditioning (AC)

dengan sistem sentral.

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


49

Bangunan pabrik PT. Kimia Farma (persero) Tbk. Plant Jakarta yang

mencapai luas ± 35.000 m2 meliputi :

1. Gedung Perkantoran

Bangunan untuk perkantoran terletak di bagian depan yang terdiri dari dua

lantai. Pada lantai pertama terdapat lobi, masjid, koperasi, poliklinik,

dapur dan kantin. Pada lantai dua terdapat ruang Plant Manager, ruang

Manager Produksi, ruang Manager PPPI, ruang administrasi keuangan,

ruang personalia, ruang pembelian dan ruang rapat.

2. Instalasi Pengolahan Air Limbah

Limbah hasil kegiatan produksi sebagian besar berupa limbah cair yang di

olah oleh Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Proses pengolahan

limbah yang dilakukan meliputi proses kimia, fisika, dan biologi sehingga

hasil akhir memenuhi standar baku buangan industri yang sesuai dengan

peraturan pemerintahan yang berlaku.

3. Bangunan Pelengkap

Bangunan ini terdiri dari generator diesel, penampungan air (PAM) dan

artesis steam dan laundry.

E. Sertifikat Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung

PT Kimia Farma Tbk. Plant bandung telah memiliki sertifikat yang

terdiri dari:

1. Sertifikat CPOB dari POM sejak 1997-1998

2. Sejak 1999 menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9002: 1994

3. yang telah diupgrade menjadi ISO 9001:2008 pada November 2009

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


50

4. Hasil Mapping Industri Farmasi Tahun 2005 mendapatkan Strata A

5. Sertifikat Produk Kina Sulfat dan Kina HCl dari Eropa (EDQM)

6. Sertifikat Kosher dari Yahudi

7. Sertifikat kosher dari London

8. Sertifikat Zero Accident

9. Label biru proper 2009 – 2010

10. Sertifikat halal dari MUI (Majelis Ulama Indonesia)

F. Produk Obat Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung

Jenis produk yang dihasilkan oleh PT. Kimia Farma (Persero)

Tbk. Plant Bandung berdasarkan jenisnya dikelompokkan dalam lima

golongan, yaitu:

1. Produk program pemerintah (PKD, P2M, BKKBN )

Contoh: Oralit, Pil KB, Sulfadimidine, Ferrous syrup, AKDR.

2. Produk Generik

Contoh : Parasetamol, Antasid DOEN, Calcium Laktat, Nifedipin, dan

lain-lain.

3. Produk Brand Name meliputi :

a. Produk OTC, contoh :Supraflu, Erceevit Progence, dll.

b. Produk Ethical, contoh : Cordalat, Neurodial, Retaphyl SR, dan

lain-lain.

4. Produk Lisensi, yaitu pil KB lisensi Schering.

5. Produk Fitofarmaka, yaitu : Batugin Elixir dan Enkasari.

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


51

Sedangkan pembagian produk berdasarkan bentuk sediaan dibagi

kedalam 2 kelompok yaitu :

1. Produksi bahan baku obat yang menghasilkan:

a. Kina Sulfat

b. Kina HCl

c. Chinchonidine

d. Chinchonine

2. Produksi formulasi obat yang menghasilkan:

a. Tablet non hormon

b. ARV (Anti Retro Viral)

c. Tablet hormon (Mikrodiol)

d. AKDR: Copper T Limas (Lingkaran Emas), Copper T Libi

(Lingkaran Biru), Copper T BKKBN, Copper T ekspor

e. Serbuk: Garam oralit

f. Sirup: Paracetamol, Dekstrometorfan, Ferrous Sulfat.

g. Suspensi: Kloramfenikol, Kotrimoksazol, Pyrantel.

h. Fitofarmaka : Enkasari, Batugin.

i. Ekstrak pekat : Daun Saga, Daun Sirih, Daun Jambu Biji, Daun

Katuk, Asam usnat, Kunyit.

PT. Kimia Farma Tbk. juga telah melakukan ekspansi bisnisnya

tidak hanya di tingkat nasional tapi juga mulai memasuki tingkat

perdagangan internasional. Produk-produk Kimia Farma yang mencakup

produk obat jadi dan sediaan farmasi serta bahan baku obat seperti Iodine

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


52

dan Quinine telah memasuki pasar di negara : Eropa, India, Jepang,

Taiwan, dan New Zealand. Produk Jadi dan Kosmetik telah dipasarkan ke

Yemen, Korea Selatan, Singapura, Malaysia, Vietnam, Sudan, dan Papua

New Guinea

G. Penerapan Aspek CPOB (Cara Produksi Obat yang Baik)

Untuk menjamin mutu obat yang beredar, pemerintah telah

mewajibkan setiap industri farmasi menerapkan cara pembuatan obat yang

baik (CPOB) dalam seluruh aspek dan rangkaian pembuatan obat. Pedoman

CPOB ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dengan Surat Keputusan No.

43/Menkes/SK/II/1998 tentang CPOB, sedang petunjuk pelaksanaannya

ditetapkan dalam keputusan Dirjen POM No.05410/A/SK/XII/1989.

PT. Kimia Farma telah melakukan prinsip-prinsip maupun aspek

aspek CPOB terkini Tahun 2006.(c-GMP) yang dapat dilihat dari :

1. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma yang didalam susunannya terdapat

Sistem Manajemen Mutu atau Quality Assurance (QA).

2. Ruangan produksinya memiliki dinding dan lantai yang dilapisi dengan

epoksi, kedap air, dan tidak terdapat retakan yang dapat menyebabkan

penumpukan partikel dan pertumbuhan mikroba, juga dindingnya tidak

bersudut 90o melainkan melengkung agar mudah dibersihkan.

3. Air yang digunakan dalam proses produksi adalah Purified Water yang

diproses dari raw water yang berasal dari PDAM.

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


53

4. Sitem Tata Udara atau AHU (Air Handling Unit) pada ruang produksi

hormon dan sediaan beta laktam menggunakan HEPA filter dengan

efisiensi saringan 99,997%.

5. Penandaan pada setiap dus kemasan obat generik baik sirup, tablet, dan

kapsul telah mengikuti ketentuan dari BPOM dengan warna garis yang

berbeda-beda.

6. Adanya audit mutu yang dilakukan oleh BPOM tiap 6 bulan sekali melalui

dokumen-dokumen yang dimiliki oleh PT. Kimia Farma.

PT. Kimia Farma telah melakukan prinsip-prinsip maupun aspek aspek

CPOB terkini Tahun 2012 (c-GMP) sebagai berikut:

1. Sistem Manajemen Mutu

Aspek Manajemen Mutu PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant

Bandung telah memenuhi CPOB, bagian Pengelolaan Mutu yang terdiri

atas Pemastian Mutu dan Laboratorium Pengujian dan Teknologi

Formulasi. Laboratorium pengujian dapat dikatakan telah memenuhi

CPOB. Pengawasan mutu obat pada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant

Bandung dilaksanakan oleh bagian Pengawasan Mutu (Quality Control).

Laboratorium Pengawasan Mutu berperan sejak awal dari bahan baku

sampai produk jadi.

Manajemen Resiko telah diterapkan, dan telah dilakukan revisi

Pedoman Manajemen Risiko menjadi berbasis ISO 31000:2009.

Pengelolaan manajemen risiko berada di bawah Unit Kepatuhan dan

Manajemen Risiko dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


54

Utama. Manajemen Resiko meliputi resiko strategis, resiko keuangan, dan

resiko operasional. Berdasarkan audit berbasis resiko maka dilakukan

upaya perbaikan pengendalian internal. Selain itu, dilakukan monitoring

implementasi manajemen resiko.

2. Personalia

Aspek personalia PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Bandung

telah sesuai dengan aspek CPOB dimana karyawan memiliki pegetahuan,

keterampilan dan kemampuan sesuai dengan tugasnya serta berkompeten,

juga memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik sehingga mampu

melaksanakan tugasnya secara professional dan sebagaimana mestinya.

Jaminan mutu pada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Bandung

dibawahi oleh pengendalian mutu yang dilaksanakan oleh QA yang sejajar

dengan QC dan sudah mencanamkan manajemen resiko. Dalma struktur

organisasi terdapat penjaminan mutu, pengendalian mutu, dan pengawasan

mutu. Personil yang berkompeten di bagian produksi, bagian Quality

Control dan bagian Quality Assurance ditempati oleh masing-masing

apoteker.

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung mempunyai

program pelatihan secara periodik minimal sekali dalam setahun baik

untuk karyawan lama maupun baru, untuk menjamin agar para karyawan

terbiasa dengan persyaratan CPOB yang berkaitan dengan tugasnya.

3. Bangunan dan Fasilitas

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


55

Bangunan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Bandung

memiliki rancangan bangunan dan penataan gedung yang sesuai dengan

persyaratan CPOB 2012. Area penimbangan dan area produksi telah

didesain sedemikian rupa untuk mencegah pencemaran dan mudah untuk

dibersihkan. Lantai dilapisi oleh cat epoksi dan tidak membentuk sudut

90°. Berdasarkan jumlah mikroba, jumlah partikel, suhu, kelembapan dan

pergantian udara. Ruangan dibagi dalam kelas (zona) A, B, C, D, dan E.

Ruang kelas A, B C, dan D untuk produksi sediaan steril, sedagkan kelas E

untuk produksi sediaan non steril.

Area penimbangan, area produksi dan area pengemasan memilki

rancangan khusus sesuai kebutuhan dan letaknya juga terpisah. Untuk

ruang penyimpanan, desainnya menjamin penyimpanan yang baik dengan

suhu dan kelembaban yand diatur dan dikondisikan sesuai dengan syarta

penyimpanan bahan awal, bahan kemas, dan obat jadi. Untuk area

Laboratorium Pengujian dan Pemastian Mutu terpisah dari area produksi

sesuai dengan ketentuan CPOB. Pada area produksi di desain dengan

memperhaikan alur yang baik untuk material, personil dan proses, serta air

lock untuk perpindahan beda kelas kebersihan.

Bangunan pada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Bandung

meliputi gedung produksi betalaktam, bangunan untuk produksi

betalaktam, gedung produksi ARV (antiretroviral), instalasi pengolahan air

limbah, unit pengolahan limbah dan bangunan pelengkap seperti kantin,

musolah, toilet dan poliklinik.

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


56

4. Peralatan

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung telah memiliki

peralatan yang sesuai dengan ketentuan CPOB. Umumnya peralatan

produksi yang digunakan terbuat dari stainless stell 316 L yang mudah

dibersihkan dan tahan terhadap korosif. Penempatan peralatan khususnya

di ruang produksi, selalu ditempatkan di tempatnya masing-masing,

terpasang sesuai dengan fungsinya, dibersihkan dan dirawat untuk

mencegah kontaminasi. Setiap peralatan diberi nomor dan identitas untuk

memudahkan identifikasinya dan memudahkan dalam pencantuman batch

record. Terdapat juga daftar inventaris untuk masing-masing ruangan.

Peralatan juga selalu dikalibrasi dan terdapat jadwal khusus untuk

mengaturnya. Pelaksanaan jadwal kalibrasi peralatan da perawatan PT.

Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung sesuai dengan yang ditentukan

dan diatur sesuai dengan prosedur tetap. Peralatan dikualifikasi sebelum

digunakan meliputi kualifikasi instalasi, kualifikasi perasional, dan

kualifikasi kinerja. Hal ini telah sesuai persyaratan CPOB.

5. Sanitasi dan Higiene

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung telah menetapkan

beberapa peraturan mengenai higiene, diantaranya keharusan memakai

pakaian pelindung yang bersih selama proses produksi, termasuk penutup

rambut, masker, sarung tangan dan sepatu, adanya pembatasan akses ke

ruang produksi, pemeriksaan kesehatan berkala untuk karyawan, ruang

khusus untuk makan, ada loker untuk menyimpan pakaian, dan tersedia

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


57

toilet yang bersih dan terawat. Selain itu hal-hal penting yang perlu

diperhatikan mengenai sanitasi peralatan menurut CPOB diantaranya

adalah peralatan yang bersih sebelum dan sesudah digunakan, prosedur

pembersihan, ruang khusus pembersihan, prosedur pembersihan yang jelas

dan tervalidasi, dokumentasi pembersihan dan penggunaan bahan

pembersih. PT Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung memiliki SOP

(Standard Operasional Prosedure) menyangkut proses operasi dan

pembersihan setiap peralatan. Metode pembersihan yang biasa digunakan

yaitu bahan pembersih etanol 70% v/v dengan menggunakan purifed

water.

6. Produksi

Produksi obat di Plant Bandung sudah dinyatakan sesuai dengan

prosedur yang telah ditetapkan. Pada bagian produksi kerja dimulai dari

penimbangan, pembuatan sediaan, pengisian sampai ke pengemasan.

Setiap proses produksi suatu produk diberikan suatu kode batch sebagai

identitas proses produksi tersebut. Produksi dilaksanakan dengan

mengikuti prosedur yang telah ditetapkan, yang senantiasa dapat

menjamin obat yang dihasilkan memenuhi spesifikasi yang telah di

tentukan.

Ruang produksi betalaktam dan nonbetalaktam dipisah sehingga

tidak terjadi kontaminasi, demikian juga dengan sistem AHU kedua ruang

produksi tersebut. Ruang produki PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant

Bandung terdiri atas ruang produksi I, produksi II, dan produksi III.

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


58

Bagian produksi mencakup pembuatan tablet nonbetalaktam, narkotika

dan ARV (antiretroviral). Bagian produksi bagian I adalah ruangan dengan

kelas (zone) E, khusus untuk produk ARV dilakukan di gedung produksi

tersendii dengan kelas kebersihan yang sama. Produksi II terdiri dari

produksi larutan, krim, injksi, kapsul dan sirup kering. Ruang produksi

pada bagian produksi ini adalah ruangan kelas A berlatar belakang B untk

produk steril. Bagian produksi III merupakan bagian produksi yang khusus

memproduksi antibiotic golongan betalaktam.

Produksi narkotika merupakan hak tunggal PT. Kimia Farma

(Persero) Tbk., oleh karena itu perlu dilakukan pengawasan sejak bahan

awal, produk antara produk ruahan dan produk jadi. Setiap tahapan di buat

berita acara yang akan dilaporkan kepada Badan POM. Semua kegiatan

dilakukan pencatatan seperti jumlah sampel yang digunakan, jumlah

produk rusak, rendemen yang diteliti dan kegiatan lainnya perlu

pertanggung jawaban semuanya. Ruang produksi narkotika sama dengan

ruang produksi lainnya tetapi pengawasannya yang lebih ketat.

7. Pengawasan Mutu

Bagian pengawasan mutu telah melaksanakan tugasnya dengan

baik dengan melakukan pengujian terhadap bahan awal, produk antara,

produk ruahan dan obat jadi. Saat proses produksi berlangsung, dilakukan

In Process Control (IPC) pada setiap tahapan proses produksi. Kemudian

setelah proses produksi selesai, dilakukan pengujian terhadap obat jadi.

Dari sisi personalia karyawan yang bekerja di laboratorium pengujian

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


59

memiliki pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang sesuai dengan

tugasnya. Rata-rata karyawan ini adalah analis yang terdapat di

laboratorium pengujian PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Bandung

telah sesuai dengan persyaratan aspek CPOB.

8. Inspeksi Diri, Audi Mutu Serta Audit Pemasok

PT. Kimia Farma telah melakukan inspeksi diri secara rutin satu

kali dalam setahun yang anggotanya ditunjuk oleh perusahaan dan

mewakili masing-masing bagian. Penanggung jawab tim inspeksi diri

adalah bagian Quality Assurance. Tim inspeksi diri akan melakukan akan

menginspeksi silang antar bagian.

Dalam menghasilkan obat yang berkualitas maka dilakukan juga

audit dan persetujuan pemasok. Pemasok haruslah memenuhi spesifikasi

yang telah ditentukan. Sebelum menyetujui pemasok PT. Kimia Farma

Plant Bandung melakukan evaluasi riwayat pemasok dan sifat bahan yang

dipasok. Persetujuan pemasok yang nantinya akan digunakan memasok

bahan awal maupun pengemas dilakukan oleh kepala bagian manajemen

mutu. PT. Kimia Farma juga melakukan audit yang dilakukan oleh Balai

POM selama satu kali dalam dua tahun dalam menetapkan kemampuan

pemasok dalam pemenuhan standar CPOB. Setelah itu dibuat daftar

pemasok untuk mempeermudah peninjauan ulang secara berkala dan

dilakukan evaluasi secara teratur terhadap para pemasok.

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


60

9. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan tertulis yang merupakan bagaian

yang esensial dalam industri farmasi terkait dengan pembuatan obat dan

juga sebagai sistem informasi manajemen yang meliputi spesifikasi,

prosedur, metode dan instruksi, perencanaan, pelaksanaan, pengendalian,

serta evaluasi seluruh rangkaian pembuatan obat. Semua dokumen disusun

secara sistematis di ruang khusus untuk dokumentasi. Hal ini bertujuan

untuk mempermudah pencarian dan penelusuran dokumen. Dokumen

disusun berdasarkan tahun produksi dan diatur berdasarkan bentuk

sediaanya. Dokumen yang telah disimpan selama 2 tahun setelah produksi,

maka akan dimusnakan oleh bagian pemastian mutu. Dokumen tersebut

dimusnakan untuk agar tidak menumpuk dan menghindari dokumen jatuh

ke tangan pihak yang tidak bertanggung jawab atau disalhgunakan.

Dokumen yang telah daluwarsa dimusnahkan setiap 5 tahun dan soft

copynya disimpan sebagai arsip perusahaan.

Sistem dokumentasi juga digunakan dalam pemantauan dan

pengendalian contohnya pada kondisi lingkungan, perlengkapan,

personalia. CPOB mensyaratkan dokumen-dokumen sebagai berikut :

spesifikasi bahan baku, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan,

obat jadi, dokumen produksi, dokumen pengawasan mutu, dokumen

penyimpanan dan distribusi, dokumen pemeliharaan, pembersihan,

pemantauan kondisi ruangan dan peralatan. Dokumen penanganan keluhan

terhadap obat, penarikan kembali obat, obat kembalian dan pemusnahan

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


61

obat, dokumen untuk peralatan khusus, prosedur dan catatan inspeksi diri,

pedoman & catatan pelatihan CPOB bagi karyawan PT. Kimia Farma

(Persero) Tbk. Plant Bandung telah melengkapi semua dokumen yang

dipersyaratkan CPOB seperti pembuatan dokumen eksport, melakukan

revisi pada peraturan yang berlaku, dan pengarsipan pengujian produk

tahunan.

10. Pembuatan Analisis Berdasarkan Kontrak

Untuk memenuhi pesanan dari bagian Pemasaran, PT. Kimia farma

dapat melakukan Tool Manufacturing dengan industri lain yang telah

terjamin kinerjanya dan memiliki sertifikat CPOB dari BPOM. Kerjasama

dengan industri lain ini diatur dengan kontrak tertulis agar tidak terjadi

kesalahpahaman. PT. Kimia farma melakukan Tool manufacturing

misalnya pada sediaan kapsul dan sirup kering beta laktam seperti PT.

Meiji, PT. Otto dan PT. Pyridam.

11. Kualifikasi dan Validasi

Seluruh alat yang digunakan pada PT. Kimia Farma Plant Bandung

telah melalui tahap kualifikasi, yang meliputi: Kualifikasi Desain (KD),

Kualifikasi Instalasi (KI), Kualifikasi Operasional (KO) dan Kualifikasi

Kinerja (KK). Semua kualifikasi baik itu protokol maupun laporan

berdasarkan pada Petunjuk Operasional Cara Pembuatan Obat yang Baik

(CPOB). Selain adanya kualifikasi terhadap alat yang digunakan juga

dilakukan serangkaian tindakan validasi, yang meliputi Validasi Proses

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


62

(Proses Produksi dan Pengemasan), Validasi Metode Analisa dan hingga

Validasi Pembersihan.

12. Penanganan Keluhan terhadap Produk dan Penarikan Kembali

Bila ada keluhan terhadap produk PT. Kimia Farma dan diperlukan

penarikan obat, maka penarikan dilakukan oleh PBF dan diserahkan ke

ULS. Dari ULS produk kembalian dikirim ke gudang Plant Bandung.

Setelah menerima produk kembalian, gudang memuat Surat Bukti

Penerimaan Obat Kembali yang berguna sebagai permohonan pemeriksaan

laboratorium. Bila produk diluluskan maka akan dilakukan “repack” oleh

Bagian Pengemasan kemudian diserahkan kembali ke gudang barang jadi.

Bila ditolak, maka PPPI akan membuat Surat Pengembalian Barang ke

ULS untuk memusnahkan barang tersebut.

H. Bagian PPPI (Perencanaan Produksi & Pengendalian Inventori)

Bagian PPPI bertanggung jawab memenuhi pesanan pemasaran secara

tepat, baik tepat mutu, tepat jumlah maupun tepat waktu. Fungsi dari PPPI

antara lain adalah:

1. Menerima target pemesanan dari pasaran sesuaia dengan Prosedur

Sistem Mutu Penanganan Pesananan.

2. Menyusun bahan kebutuhan bahan sesuai dengan pesanan

3. Evaluasi kapasitas produksi

4. Melakukan pesanan bahan baku kemas

5. Melakukan perencanaan dan pengendalian produksi

6. Monitoring kedatangan bahan dan pengendalian bahan

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


63

Dalam oprasionalnya, bagian PPPI selalu melakukan koordinasi terkait

dengan bagian lain seperti bagian produksi, pengawasan mutu, gudang,

pemasaran, akuntansi, supplier, ULS dan maklooner. PPPI dalam menyusun

rencana pelaksanaan produksi berdasarkan permintaan dan pemasaran

selanjutnya PPPI akan menyusun kebutuhan bahan dengan selalu

memperhitungkan jumlah stok bahan baku di gudang tidak terlalu sedikit atau

terlalu banyak (over stok). Untuk mengatasinya, maka diperlukan adanya

buffer stok, yaitu jumlah minimal persediaan yang harus ada di gudang.

Masing-masing bahan harus dihitung berdasarkan rata-rata pemakaian per

bulan, prediksi kebutuhan yang akan datang dan lead time pengadaan barang.

Buffer stok untuk semua bahan dapat berbeda, tergantung dari rata-rata

pemakaian per bulan dan lead time bahan tersebut. Buffer stock untuk bahan

baku fast moving atau leat time-nya lama biasanya lebih banyak dari pada

barang yang slow moving atau leat time-nya pendek. Untuk bahan baku lokal,

leat time-nya 1-2 bulan, sedangkan untuk bahan baku impor leat time-nya

sekitar 3-4 bulan.

Selanjutnya PPPI akan melakukan pesanan bahan baku kemas dengan

mengeluarkan Bon Pembelian Bahan Baku (BPBB) dan Bahan Baku Kemas

(BBK), yang disahkan oleh Plant Manager setelah barang yang dipesan datang

kemudian diperiksa oleh Bagian Pengawasan Mutu sesuai dengan spesifikasi

jika memenuhi persyaratan maka dapat di masukkan stok dalam gudang,

kemudian dilakukan perencanaan produksi.

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


64

Bagian PPPI akan mengeluarkan Surat Perintah Kerja Produksi (SPK

Produksi) disertai Bon Serah Terima Bahan Baku (BSTBB) dan Catatan

Pengolahan Batch (CPB). Setelah proses produksi berakhir kemudian PPPI

akan mengeluarkan Surat Perintah Kerja Pengemasan disertai Bon Serah

Terima Bahan Kemas (BSTBK) dan Catatan Pengemasan Batch (CKB) untuk

selanjutnya dilakukan pengemasan. Setelah proses pengemasan selesai, obat

jadi diserahkan ke gudang obat jadi yang selanjutnya akan dikirim ke Unit

Logistik Sentral (ULS).

Bagian Perencanaan dan Pengendalian Produksi bersama bagian

akuntansi melakukan analisa harga pokok produk (HPP), HPP yang rendah

merupakan standar agar dapat bersaing dan mendapatkan mergin laba yang

akan dicapai untuk selanjutnya.

Perencanaan produksi dapat dibagi menjadi 4 triwulan pertahun, yaitu:

1. Triwulan I : Januari-Maret

2. Triwulan II : April-Juni

3. Triwulan III : Juli-September

4. Triwulan IV : Oktober-Desember

I. Bangunan Industri

Penentuan rancangan bangunan dan penataan gedung dipertimbangkan

kesesuaiannya dengan kegiatan lain untuk menjamin mutu obat dan

kelangsungan produksi. Untuk itu daerah pabrik dibagi atas tiga zona :

1. White area (daerah putih), termasuk kelas I dan II. Untuk kelas jumlah

partikel maximum per meter kubik (m3 ) sebanyak 3.500, sedangkan

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


65

untuk kelas II jumlah partikel maximum per meter kubik (m3 ) 350.000.

Meliputi ruang penyaringan steril, pengolahan, pengisian salep mata,

pengisian injeksi, pengolahan aseptis, dan pengisian bubuk steril.

2. Grey area (daerah abu-abu), termasuk kelas III dimana jumlah partikel

maximum per meter kubik (m3 ) 3.500.000. Meliputi ruang pengolahan

dan pengemasan obat nonsteril dan ruang pembuatan salep lain selain

salep mata.

3. Black area (daerah hitam), termasuk kelas IV yang meliputi ruang ganti

pakaian, ruang masuk, kantor penerimaan bahan awal, gudang bahan awal

dan obat jadi, ruang generator, ruang makan, ruang istirahat, dan toilet.

J. Limbah

1. Pengolahan Limbah

Pengelolaan limbah menurut CPOB 2006 antara lain :

a. Hendaklah disediakan sarana yang sesuai dan aman untuk limbah yang

akan dibuang. Bahan beracun dan bahan mudah terbakar harus

disimpan dalam lemari tertutup dan terpisah dengan desain yang

sesuai.

b. Limbah cair yang mungkin mengandung mikroba patogen hendaklah

didekontaminasi secara efektif.

c. Limbah tidak boleh dibiarkan menumpuk. Limbah hendaklah

dikumpulkan dalam wadah penampung yang sesuai untuk disingkirkan

ke lokasi pengumpulan di luar bangunan dan dimusnahkan dengan

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


66

metode yang aman dan saniter secara teratur dalam interval waktu

pendek.

Pengelolaan Limbah Menurut CPOB 2018 antara lain:

a. Limbah cair, limbah padat dan limbah lain (misal: produk

sampingan padat, cair atau gas hasil pembuatan) di- dan dari

bangunan serta area sekitar hendaklah dibuang secara aman, tepat

waktu dan bersih. Wadah dan/atau pipa untuk limbah hendaklah

diidentifikasi secara jelas.

b. Sistem pembuangan khusus harus tersedia untuk efluen radioaktif.

Sistem ini hendaklah dirawat secara efektif dan seksama untuk

mencegah kontaminasi dan paparan limbah radioaktif terhadap

personel baik di dalam maupun di luar fasilitas.

c. Pengumpulan limbah radioaktif hendaklah dipisahkan dari limbah

nonradioaktif dan diberi perisai timbal.

d. Limbah radioaktif hendaklah dipisahkan ke dalam beberapa

kategori seperti yang dapat terbakar dan tidak, radionuklida umur

pendek, sedang dan panjang, jarum tajam dan jarum suntik,

bangkai hewan (carcasses), dan lain-lain. Limbah ini hendaklah

diberi perisai secara memadai selama penyimpanan dan petugas

proteksi radiasi hendaklah bertanggung jawab dalam penanganan,

penyimpanan dan pembuangan limbah radioaktif ini secara aman.

e. Pembuangan limbah radioaktif hendaklah mengikuti peraturan

Pemerintah yang berlaku.

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


67

f. Limbah yang dihasilkan hendaklah dipindahkan, disimpan secara

terpisah dan dibuang menurut prosedur tetap yang berlaku.

Air limbah industri farmasi dan rumah sakit merupakan salah satu

sumber pencemaran lingkungan yang sangat potensial. Oleh karena itu air

limbah tersebut perlu diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran

umum. Masalah yang sering muncul dalam hal pengelolaan limbah rumah

sakit adalah terbatasnya dana yang ada untuk membangun fasilitas

pengolahan limbah serta biaya operasional, khususnya untuk rumah sakit

tipe kecil dan menengah. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu

dikembangkan teknologi pengolahan air limbah yang murah, mudah

pengoperasiannya serta harganya terjangkau, khususnya untuk industri

kecil farmasi dan rumah sakit dengan kapasitas kecil sampai sedang.

Makalah ini membahas tentang rancang bangun instalasi pengolahan air

limbah (IPAL) rumah sakit secara biologis yang sesuai untuk pengolahan

air limbah rumah sakit proses biofilter anaerob-aerob. Dengan sistem

kombinasi biofilter “Anaerob-Aerob” dapat menurunkan konsentrasi

COD, BOD serta zat padat tersuspensi dengan baik. Selain itu juga.

Sistem Pengolahan Limbah dari PT. Kimia Farma (persero) Tbk

Plant Bandung sudah berjalan baik. Limbah hasil kgiatan produksi berupa

limbah cair yang dilakukan meliputi proses kimia, fisika, dan biologi

sehingga hasil akhir memenuhi standard baku bangunan industri yang

sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


68

Upaya pengolahan limbah atau cemaran yang dilakukan oleh PT.

Kimia Farma (Persero) Tbk. Adalah sebagai berikut :

1. Limbah padat, cair maupun debu yang masuk limbah Bahaan Beracu

Berbahaya (B-3) diolah keluar kerjasama dengan pengolah limbah B-3

yaitu :

a. PT. Prasada Pemusnah Limbah Industri di Cileungsi, Bogor untuk

limbah B-3 padat.

b. PT. Dongwoo Environmental Indonesia di cikarang, Bekasi untuk

limbah

2. Limbah cair selain B-3 diolah sendiri dalam Instalasi Pembuangan Air

Limbah (IPAL)

Proses yang diperlukan dalam pengelolahan limbah cair

meliputi proses fisika, kimia,dan biologi yaitu sebagai berikut :

a. Proses Fisika

Pada proses ini air limbah hanya dikenakan pada proses

penyaringan saja, yakni menyaring kotoran-kotoran kasar antara

lain plastik, karet, dan sebagainya.

b. Proses Kimia

Untuk limbah betalaktam setelah melalui proses fisika

dilakukan proses pembasaan untuk memecah cincin betalaktam

dengan menambahkan larutan kapur sampai mencapai pH diatas 11

kemudian dilanjutkan proses pengendapan sebelum air limbah

tersebut dialirkan menuju pengolahan limbah induk untuk diproses

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


69

secara bersama-sama dengan limbah non betalaktam. Proses

selanjutnya adalah proses netralisasi dengan penambahan air kapur

sampai mencapain pH 7-8. Penambahan larutan kapur ini dengan

cara memasukkan dalam bak penampungan dan dilakukan sirkulasi

terus menerus. Pada waktu sirkulasi kran air limbah menuju bak

anerob ditutup, setelah diperkirakan air limbah di bak

penampungan homogeny maka kran menuju ke bak anerob dibuka

dan diatur debitnya.

c. Proses Biologi

Proses ini merupakan penghilangan kontaminan-

kontaminan oleh adanya aktivitas biologis. Pengolahan secara

biologis dimaksudkan oleh adanya aktivitas biologis. Pengolahan

secara biologis dimaksud untuk menghilangkan zat-zat organik

biodegradable (mudah terurai secara biologi). Prinsip dari

pengolahan dari biologi ini adalah penguraian zat organik oleh

mikroorganisme baik oleh bakteri anaerobik maupun bakteri

aerobik. Sebagai nutrien dipakai pupuk NPK. Dalam proses biologi

dibagi menjadi 2 yaitu : proses aerob dan anaerob.

d. Proses Pengendapan

Proses ini bertujuan untuk mengendapkan partikel- partikel

yang berasal dari proses aerobik. Endapan yang terbentuk

dipompakan ke dalam bak aerasi yang bertujuan untuk

mempertahankan jumlah lumpur yang ada, sedangkan beningan

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


70

dialirkan ke bak biokontrol yang berfungsi sebagai pemantau

sebelum air limbah tersebut dibuang ke badan air

e. Bak Biokontrol

Bak ini berfungsi sebagai pemantau sebelum air limbah

tersebut digunakan untuk menyiram tanaman dengan memelihara

ikan mas sebagai indikator. Air yang mengalir ke dalam bak

biokontrol, diperiksa secara rutin dua kali seminggu sesuai SK

GUB. KDKI NO 582/1995 parameter yang diperiksa antara lain

kendungan Chemical Oxygen Demand (COD), Biological Oxygen

Demand (BOD), Total Solid Suspensi (TSS), pH, phenol dan zat

organik (KMnO4).

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


71

BAB IV

PEMBAHASAN

Aspek Manajemen Mutu PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Bandung

telah memenuhi CPOB, bagian Pengelolaan Mutu yang terdiri atas Pemastian

Mutu dan Laboratorium Pengujian dan Teknologi Formulasi. Laboratorium

pengujian dapat dikatakan telah memenuhi CPOB di mana laboratorium pada

ruang quality control terbagi menjadi beberapa ruang laboratorium, yaitu : 1.

laboratorium mikrobiologi, terbagi menjadi 4 ruang yaitu : (a) ruang preparasi, di

mana di ruang ini di siapkan medium dan alat-alat yang akan gunakan dalam

penanaman bakteri (cawan petri, gelas ukur, pipet tetes, dan lain-lain). (b) ruang

inokulasi, yaitu ruang yang di gunakan dalam penanaman bakteri (LAF

(Laminator air flow, ose bulat, ose lurus, pipet). (c) ruang inkubasi, yaitu ruang

yang di gunakan untuk menyimpan bakteri yang telah di inokulasikan dengan

suhu 250 dengan menggunakan alat inkubator. (d) ruang dekstruksi, yaitu ruang

yang di gunakan untuk memusnahkan mikroorganisme pada medium. 2.

Laboratorium kimia,terbagi menjadi 3 ruang yaitu : (a) ruang instrumen, yaitu

ruang yang di gunakan untuk menyimpan alat alat yang akan di gunakan untuk

keperluan pengujian.(b) ruang timbang, yaitu ruang yang di gunakan untuk

menimbang bahan uji laboratorium dengan tingkat ketelitian tinggi (neraca

analitik (analitycal balance)). (c) ruang preparasi, yaitu ruang yang di gunakan

untuk mempersiapkan eksplan dan hal lainnya (menggunakan alat-alat gelas). 3.

Laboratorium fisika, yaitu ruang yang di gunakan untuk pengujian fisik dari

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


72

sediaan, berupa uji kekerasan (hardness tester), uji keregasan (friability tester), uji

waktu hancur (disintegrator).

Pengawasan mutu obat pada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant

Bandung dilaksanakan oleh bagian Pengawasan Mutu (Quality Control).

Laboratorium Pengawasan Mutu berperan sejak awal dari bahan baku sampai

produk jadi.

A. Bangunan dan Personalia

Bangunan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Bandung memiliki

rancangan bangunan dan penataan gedung yang sesuai dengan persyaratan

CPOB 2012. Area penimbangan, area produksi dan area pengemasan memilki

rancangan khusus sesuai kebutuhan dan letaknya juga terpisah serta telah

memenuhi syarat Cara Pembuatan Obat Baik (CPOB).

Aspek personalia PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Bandung telah

sesuai dengan aspek CPOB dimana karyawan memiliki pegetahuan,

keterampilan dan kemampuan sesuai dengan tugasnya serta berkompeten, juga

memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik sehingga mampu

melaksanakan tugasnya secara professional dan sebagaimana mestinya serta

personil tidak dibebani tanggung jawab yang berlebihan untuk menghindari

resiko terhadap mutu obat.

B. Peralatan

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung telah memiliki

peralatan yang sesuai dengan ketentuan CPOB. Umumnya peralatan produksi

yang digunakan terbuat dari stainless stell 316 L yang mudah dibersihkan dan

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


73

tahan terhadap korosif. Penempatan peralatan khususnya di ruang produksi,

selalu ditempatkan di tempatnya masing-masing, terpasang sesuai dengan

fungsinya, dibersihkan dan dirawat untuk mencegah kontaminasi. Setiap

peralatan diberi nomor dan identitas untuk memudahkan identifikasinya dan

memudahkan dalam pencantuman batch record. Terdapat juga daftar

inventaris untuk masing-masing ruangan. Peralatan juga selalu dikalibrasi dan

terdapat jadwal khusus untuk mengaturnya. Pelaksanaan jadwal kalibrasi

peralatan da perawatan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung sesuai

dengan yang ditentukan dan diatur sesuai dengan prosedur tetap. Peralatan

dikualifikasi sebelum digunakan meliputi kualifikasi instalasi, kualifikasi

perasional, dan kualifikasi kinerja. Hal ini telah sesuai persyaratan CPOB.

C. Sanitasi dan Higiene

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung telah menetapkan

beberapa peraturan mengenai higiene, diantaranya keharusan memakai

pakaian pelindung yang bersih selama proses produksi, termasuk penutup

rambut, masker, sarung tangan dan sepatu, adanya pembatasan akses ke ruang

produksi, pemeriksaan kesehatan berkala untuk karyawan, ruang khusus untuk

makan, ada loker untuk menyimpan pakaian, dan tersedia toilet yang bersih

dan terawat. Selain itu hal-hal penting yang perlu diperhatikan mengenai

sanitasi peralatan menurut CPOB diantaranya adalah peralatan yang bersih

sebelum dan sesudah digunakan, prosedur pembersihan, ruang khusus

pembersihan, prosedur pembersihan yang jelas dan tervalidasi, dokumentasi

pembersihan dan penggunaan bahan pembersih. PT. Kimia Farma (Persero)

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


74

Tbk. Plant Bandung telah sesuai persyaratan CDOB untuk mengenakan

pakaian pelindung bagi semua personil yang memasuki area produksi.

D. Produksi

Produksi obat di Plant Bandung sudah dinyatakan sesuai dengan

prosedur yang telah ditetapkan. Pada bagian produksi kerja dimulai dari

penimbangan, pembuatan sediaan, pengisian sampai ke pengemasan. Setiap

proses produksi suatu produk diberikan suatu kode batch sebagai identitas

proses produksi tersebut. Produksi dilaksanakan dengan mengikuti prosedur

yang telah ditetapkan, yang senantiasa dapat menjamin obat yang dihasilkan

memenuhi spesifikasi yang telah di tentukan. Berdasarkan CDOB Produksi

hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personil yang kompeten. Penanganan

bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan karantina, pengambilan,

sampel, penyimpanan, penandaan, penimbangan, pengolahan, pengemasan

dan distribusi hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur atau instruksi

tertulis dan bila perlu dicatat.

E. Pengawasan Mutu

Bagian pengawasan mutu telah melaksanakan tugasnya dengan baik

dengan melakukan pengujian terhadap bahan awal, produk antara, produk

ruahan dan obat jadi. Saat proses produksi berlangsung, dilakukan In Process

Control (IPC) pada setiap tahapan proses produksi. Kemudian setelah proses

produksi selesai, dilakukan pengujian terhadap obat jadi. Dari sisi personalia

karyawan yang bekerja di laboratorium pengujian memiliki pendidikan,

pelatihan dan pengalaman yang sesuai dengan tugasnya. Rata-rata karyawan

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


75

ini adalah analis yang terdapat di laboratorium pengujian PT. Kimia Farma

(Persero) Tbk Plant Bandung telah sesuai dengan persyaratan aspek CPOB.

F. Dokumentasi

Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan

dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.

Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap

personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga

memperkecil resiko terjadinya salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya

timbul karena mengandalakan komunikasi lisan.

Bandung telah melengkapi semua dokumen yang dipersyaratkan CPOB

seperti pembuatan dokumen eksport, melakukan revisi pada peraturan yang

berlaku, dan pengarsipan pengujian produk tahunan.

G. Pengolahan Limbah

Pengelolaan limbah menurut CPOB 2018 antara lain :

1. Limbah dan bahan sisa hendaklah di tampung dalam wadah yang tertutup

rapat dan diberi tanda yang jelas yang menyatakan jenis dan penggolongan

resiko limbah tersebut.

2. Pemusnahan limbah dan bahan sisa hendaklah dilaksanakan tanpa

menimbulkan pencemaran lingkungan.

3. Bahan beracun hendaklah disimpan dalam lemari berkunci.

4. Bahan mudah terbakar disimpan dalam lemari khusus yang tahan api.

Air limbah industri farmasi dan rumah sakit merupakan salah satu

sumber pencemaran lingkungan yang sangat potensial. Oleh karena itu air

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


76

limbah tersebut perlu diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran

umum. Masalah yang sering muncul dalam hal pengelolaan limbah rumah

sakit adalah terbatasnya dana yang ada untuk membangun fasilitas

pengolahan limbah serta biaya operasional, khususnya untuk rumah sakit tipe

kecil dan menengah. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dikembangkan

teknologi pengolahan air limbah yang murah, mudah pengoperasiannya serta

harganya terjangkau, khususnya untuk industri kecil farmasi dan rumah sakit

dengan kapasitas kecil sampai sedang. Makalah ini membahas tentang

rancang bangun instalasi pengolahan air limbah (IPAL) rumah sakit secara

biologis yang sesuai untuk pengolahan air limbah rumah sakit proses biofilter

anaerob-aerob. Dengan sistem kombinasi biofilter “Anaerob-Aerob” dapat

menurunkan konsentrasi COD, BOD serta zat padat tersuspensi dengan baik.

Selain itu juga Sistem Pengolahan Limbah dari PT. Kimia Farma (persero)

Tbk Plant Bandung sudah berjalan baik. Limbah hasil kgiatan produksi berupa

limbah cair yang dilakukan meliputi proses kimia, fisika, dan biologi sehingga

hasil akhir memenuhi standard baku bangunan industri yang sesuai dengan

peraturan pemerintah yang berlaku.

Upaya pengolahan limbah atau cemaran yang dilakukan oleh PT.

Kimia Farma (Persero) Tbk. Adalah sebagai berikut :

a. Limbah padat, cair maupun debu yang masuk limbah Bahaan

BeracunBerbahaya (B-3)

b. Limbah cair selain B-3 diolah sendiri dalam Instalasi Pembuangan Air

Limbah (IPAL)

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


77

Proses yang diperlukan dalam pengelolahan limbah cair meliputi

proses fisika, kimia,dan biologi yaitu sebagai berikut :

a. Proses Fisika

Pada proses ini air limbah hanya dikenakan pada proses

penyaringan saja, yakni menyaring kotoran-kotoran kasar antara lain

plastik, karet, dan sebagainya.

b. Proses Kimia

Untuk limbah betalaktam setelah melalui proses fisika dilakukan

proses pembasaan untuk memecah cincin betalaktam dengan

menambahkan larutan kapur sampai mencapai pH diatas 11 kemudian

dilanjutkan proses pengendapan sebelum air limbah tersebut dialirkan

menuju pengolahan limbah induk untuk diproses secara bersama-sama

dengan limbah non betalaktam. Proses selanjutnya adalah proses

netralisasi dengan penambahan air kapur sampai mencapain pH 7-8.

Penambahan larutan kapur ini dengan cara memasukkan dalam bak

penampungan dan dilakukan sirkulasi terus menerus. Pada waktu sirkulasi

kran air limbah menuju bak anerob ditutup, setelah diperkirakan air limbah

di bak penampungan homogeny maka kran menuju ke bak anerob dibuka

dan diatur debitnya.

c. Proses Biologi

Proses ini merupakan penghilangan kontaminan-kontaminan oleh

adanya aktivitas biologis. Pengolahan secara biologis dimaksudkan oleh

adanya aktivitas biologis. Pengolahan secara biologis dimaksud untuk

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


78

menghilangkan zat-zat organik biodegradable (mudah terurai secara

biologi). Prinsip dari pengolahan dari biologi ini adalah penguraian zat

organik oleh mikroorganisme baik oleh bakteri anaerobik maupun bakteri

aerobik. Sebagai nutrien dipakai pupuk NPK. Dalam proses biologi dibagi

menjadi 2 yaitu : proses aerob dan anaerob.

d. Proses Pengendapan

Proses ini bertujuan untuk mengendapkan partikel- partikel yang

berasal dari proses aerobik. Endapan yang terbentuk dipompakan ke dalam

bak aerasi yang bertujuan untuk mempertahankan jumlah lumpur yang

ada, sedangkan beningan dialirkan ke bak biokontrol yang berfungsi

sebagai pemantau sebelum air limbah tersebut dibuang ke badan air

e. Bak Biokontrol

Bak ini berfungsi sebagai pemantau sebelum air limbah tersebut

digunakan untuk menyiram tanaman dengan memelihara ikan mas sebagai

indikator. Air yang mengalir ke dalam bak biokontrol, diperiksa secara

rutin dua kali seminggu sesuai SK GUB. KDKI NO 582/1995 parameter

yang diperiksa antara lain kendungan Chemical Oxygen Demand (COD),

Biological Oxygen Demand (BOD), Total Solid Suspensi (TSS), pH,

phenol dan zat organik (KmnO4).

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


79

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung telah menerapkan

CPOB 2018 dalam produksinya secara berkelanjutan dan akan terus

berkembang.

2. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung merupakan industri

farmasi BUMN yang bergerak dalam bidang produksi obat, dengan

produksi terbesarnya adalah obat generik.

3. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung merupakan satu-satunya

industri farmasi yang memiliki hak khusus untuk mengimpor,

memproduksi dan mendistribusikan narkotik di Indonesia sesuai dengan

KepMenKes/SK/III/1996.

B. Saran

1. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung perlu lebih

meningkatkan sosialisasi terhadap rambu-rambu yang ada dilingkungan

pabrik seperti: hollow poin, APAR, dll.

2. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Bandung dalam melaksanakan

CPOB perlu lebih mengsosialisasikan peraturan didalam white area,

grey area, bagi karyawan pada umumnya dan tamu pada khususnya.

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


80

DAFTAR PUSTAKA

Badan POM. 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta : Badan
Pengawas Obat dan Makanan RI

Badan POM. 2018. Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta : Badan
Pengawas Obat dan Makanan RI

Kelair Bppt.Go.Id.Buku Petenis Limbah. Pdf

PT. Kimia Farma (Persero) TBK. Plant Bandung:


(repository.usu.ac.id/bitstrem/12345789/1/09E00298.pdf)

Priyambodo, B. 2007. Manajemen Farmasi Industri. Yogyakarta : Global Pustaka


Utama

Peraturan Menteri Kesehatan RI. 2013. Perubahan Atas Peraturan Menteri


Kesehatan No. 1799/Menkes/PER/XII/2010. Industri Farmasi. Jakarta :

Soejono, Seto. 2015. Manajemen Farmasi 2 Edisi 4. Surabaya : Airlangga


Universitas Press

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


81

Lampiran 1. Struktur Organisasi Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant


Bandung

PLANT
MANAGER

A. Pren.Prod
Produksi Pengendalian Pengendalian
Mutu/QC inventori
Pembelian
Produksi I Pengendalian
B.
(Tablet) Mutu/QC Pren.Prod &
Pengen.Bahan dan Umum dan
inventori personalia
Pengembangan
C.
Produksi II Produk/ Teknik dan
(Cairan, Development pemelihara Akuntansi dan
SOSIAL
serbuk
D. & keuangan
fitofarmaka)
Pemastian Penyimpanan
Mutu/QA Teknologi
Produksi III Informasi
(KB)
K3L

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR


82

Lampiran 2. Struktur PPPI

Perencanaan
Produksi & Manager

Perencanaan & Perencanaan &


Pengendalian Asisten Pengendalian
Bahan Manager Produksi

Supervisor
Perencanaan & Perencanaan & Perencanaan Pengendalian
Pengendalian Pengendalian Produksi Produksi
Bahan Baku Bahan Kemas

AKADEMI FARMASI SANDI KARSA MAKASSAR

Anda mungkin juga menyukai