Anda di halaman 1dari 34

Semi Proposal

Analisa Zat Pewarna Sintetik Pada Minuman Rosella


Hibiscus Sabdariffa Linn

Nama : Rasi Yustika Siregar

Nim : 4111210008

Jurusan : Kimia NK 2011

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


UNIMED
2014
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya
sehingga penulisan tugas makalah yang berjudul Analisa Pewarna Sintetik pada Minuman
Rosella ( Hibiscus Sabdariffa Linn) dapat terselesaikan dengan baik. proposal ini disusun
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah ANALISA MAKANAN DAN PERKEBUNAN.

Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu,
kritik dan saran dari semua pihak diharapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada Ibu Anna Juniar M.Si yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini.

Medan,25 September 2014

Penulis

Rasi Yustika Siregar

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .............................................................................................. i
Daftar Isi .................................................................................. ii
BAB 1. PENDAHULUAN .............................................................................. 2
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 2
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4
2.1 Pengertian Minuman Ringan ......................................................... 4
2.2 Warna ........................................................................................... 6
2.3 Zat Warna ....................................................................................... 6
2.3.1 Pewarna Buatan .......................................................................... 6
1. Tartrazine (E102 atau Yellow 5) ............................................ 7
2. Sunset Yellow (E110, Orange Yellow S atau Yellow 6) .. 8
3. Ponceau 4R (E124 atau SX Purple) 9
4. Allura Red (E129) .. 10
5. Quinoline Yellow (E104) 11
6. Karmoisin.. 11
2.3 Analisis Kualitatif dan Kuantitatif ... 13
2.3.1 Kromatografi Kertas ............................................................... 13
2.3.2 Spektrofotometri Absorpsi .. 14
2.4 Rosella (Hibiscus Sabdariffa Linn) ......................................15
BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................. 16
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian................................................. 16
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ................................................................. 16
3.2.1 Peralatan ................................................................. 16
3.2.2 Bahan ......................................................................16
3.3 Prosedur Kerja...................................................................... 16
3.4 Diagram Alir Percobaan ................................................................. 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 26
BAB V PENUTUP... 30
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 31

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Maraknya aneka minuman yang beredar dilingkungan sekolah, nampaknya menjadi


keresahan di kalangan orang tua murid. Hal ini disebabkan Kabid Ketahanan Pangan Dewan
Ketahanan Pangan telah mendapatkan beberapa jenis minuman yang berbahaya yang
mengandung pewarna tekstil. 18 propinsi pada tahun 2008 di antaranya Jakarta, Surabaya,
Semarang, Bandar Lampung, Denpasar dan Padang terhadap 861 contoh makanan
menunjukkan bahwa 39,95% (344 contoh) tidak memenuhi syarat keamanan pangan. Dari
total sampel itu, 10,45% mengandung pewarna yang dilarang, yakni rhodamin B, methanol
yellow dan amaranth.

Salah satu industri minuman yang menggunakan penambahan pewarna sintetik yaitu
PT.KURNIA ANEKA GEMILANG Medan-Indonesia yang menggunakan karmoisin.,dengan
berstandar SNI 01-3544. Penambahan pewarna sintetik secara berlebihan dapat menyebabkan
toksitas pada tubuh penggunanya. Pada bulan November 2007, sebuah hasil penelitan yang
diterbitkan di jurnal termuka aence mengungkapkan bahwa zat pewarna minuman
meningkatkan tingkat hiperaktivitas anak anak usia 3 9 tahun. Anak anak yang
mengandung pewarna buatan selama bertahun tahun lebih berisiko menunjukkan tanda
tanda hiperaktif. Selain resiko hiperaktif, sekelompok sangat kecil dari populasi anak sekitar
(0,1%) juga mengalami efek samping seperti mual, asma, pusing, dan pingsan.

Pada mulanya zat warna yang digunakanan adalah zat warna alami dari tumbuhan dan
hewan. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, penggunaan
zat warna alami semakin berkurang dalam industri pangan yang digantikan lebih banyak
oleh zat warna sintetik. Hal ini disebabkan bahan-bahan pewarna sintetik lebih murah dan
memberikan warna yang lebih stabil dibandingkan pewarna alami. Penggunaan pewarna
sintetik untuk bahan pangan sebenarnya bukanlah hal yang dilarang. Namun demikian, ketika
harga pewarna sintetik dianggap cukup mahal bagi produsen kecil, maka produsen beralih ke
pewarna tekstil yang lebih murah dan lebih cerah warnanya.
Banyak cara untuk dapat menganalisa kandungan pewarna sintetik pada makanan baik
secara sintetik pada makanan baik secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif lebih
banyak diketahui masyarakat yaitu penampilan fisik yang memiliki warna lebih cerah, lebih
stabil dalam penyimpanan dan harganya lebih murah . Analisa secara kualitatif cukup
memenuhi kepuasan konsumen karena pada dasarnya pengguna warna sintetik ini boleh
dipakai tapi harus memiliki konsenterasi kurang dari 300 ppm . Analisa secara kuantitatif
perlu dilakukan dan pada umumnya menggunakan metode spektrofotometri visible dan test
trip kromatografi kertas dengan eluen yang telah ditentukan.

Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian ini dipilih judul Analisa Pewarna
Sintetik Pada Minuman Rosella ( Hibiscus Sabdariffa Linn).

1.2 Tujuan Masalah

Tujuan dari penelitian tersebut :

1. Mengetahui kadar pewarna buatan minuman yang dapat dikonsumsi


2. Mengetahui Standar SNI dari pewarna buatan yang terdapat dalam produk.
3. Mengetahui cara menganalisa Pewarna buatan minuman yang terdapat dalam
industry.
4. Mengetahui Struktur kimia dari senyawa yang menyusun pewarna sintetik
5. Agar mahasiswa mengetahui zat pewarna sintetis yang ditambahkan dalam minuman
ringan yang dijual dipasaran.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan diatas, maka penelitan ini dapat dirumuskan yaitu :

1. Zat warna apa yang digunakan pada minuman ringan yang beredar di pasar?
2. Bagaimana cara mengidentifikasi zat warna sintetis pada minuman beredar di pasar?
3. Apakah pewarna buatan minuman tersebut memiliki Standar SNI ?
4. Berapa batas penggunaan pewarna sintetik pada minuman?
5. Bagaimana struktur kimia dari senyawa kimia yang menyusun pewarna sintetik?
1.4. Manfaat Penelitan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Penelitian ini dapat memberikan konstribusi terhadap ilmu pengetahuan terutama


konstribusi masyarakat
2. Masyarakat mengetahui bahaya dan batas penggunaan pewarna buatan minuman.
3. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai refensi dan masukan demi pengembangan ilmu
pengetahuan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Minuman Ringan

Minuman ringan adalah minuman yang tidak mengandung alkohol, merupakan minuman
olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang mengandung bahan makanan baik alami maupun
sintetis yang dikemas dalam kemasan yang siap untuk dikonsumsi. Minuman ringan
diperoleh tanpa melalui proses fermentasi dengan atau tanpa pengenceran sebelum diminum
tetapi tidak termasuk air, sari buah,susu,teh,kopi,cokelat dan minuman beralkohol.

Minuman ringan terdiri dari dua jenis yaitu : minuman ringan dengan karbonasi dan
minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman ringan dengan karbonasi adalah minuman yang
dibuat dengan mengabsorpsi karbondioksida ke dalam air minum, sedangkan minuman
ringan tanpa karbonasi adalah minuman selain minuman ringan dengan karbonasi. Fungsi
minuman ringan yaitu sebagai minuman untuk melepas dahaga sedangkan dari segi harga,
ternyata minuman ringan berkarbonasi relatif lebih mahal dibandingkan minuman non
karbonasi. Hal ini disebabkan karena teknologi yang digunakan dalam proses kemasan lebih
khas.

Industri minuman awalnya menghasilkan produk minuman penghilang rasa haus


kemudian berkembang dan muncul berbagai konsep dan inovasi baru tentang minuman.
Konsep awal minuman dimodifikasi bukan hanya sebagai penghilang rasa haus namun juga
menawarkan fitur lainnya seperti penambah rasa dan warna, penambah kandungan minuman
seperti vitamin, mineral dan sebagainya.

Minuman ringan memiliki komposisi dasar yaitu air sebanyak 90% dan selebihnya
merupakan bahan tambahan seperti zat pewarna, zat pemanis, gas CO2 dan zat pengawet.
Adapun rincian minuman ringan berkarbonasi secara umum dapat diuraikan sebgai berikut:

a. Air berkarbonasi merupakan kandungan terbesar didalam carbonated soft drink. Air
yang digunakan harus mempunyai kualitas tinggi yaitu jernih, tidak berbau, tidak berwarna,
bebas dari organisme yang hidup didalam air, alkalinitasnya kurang dari 50 ppm, total
padatan terlarut kurang dari 500 ppm dan kandungan logam besi dan mangan kurang dari 0,1
ppm. Sederet prose dilakukan untuk mendapatkan kualitas air yang diinginkan, anatara lain
klorinasi, penambahan kapur, koagulasi, sedimentasi, filtrasi pasir, penyaringan dengan
karbonaktif dan demineralisasi dengan ion exchanger.Karbondioksida yang digunakan juga
harus murni dan tidak berbau. Air berkarbonasi harus dibuat denngan cara melewatkan es
kering (dry ice) ke dalam air es.

b. Bahan pemanis yang digunakan dalam minuman ringan terbagi menjadi dua kategori yaitu:

1. Bahan pemanis natural (nutritive) yang terdiri dari gula pasir, gula cair,
gula invertcair, sirup jagung dengna kadar fruktosa tinggi dan dekstrosa.
2. Bahan pemanis sintetik (non nutritive) satu-satuna bahan pemanis sintetik yang
direkomendasikan oleh FDA (Food And Drugs Administration Standard,Amerika
Serikat) adalah sakarin.

c. Zat asam (acidulants) biasanya dalam minuman ringan berkarbonasi dengan tujuan untuk
memberikan rasa asam, memodifikasi manisnya gula dalam sirup atau minuman. Zat
asam yang digunakan adalah asam sitrat, asam fosfat, asam malat, asam tartarat, asam
fumarat dll.

d. Pemberi aroma disiapkan oleh industri yang berkaitan dengan industri minuman dengan
formula khusus, kadang-kadang telah ditambahkan dengan asam dan pewarna dalam
bentuk;

1. Ekstrak alkoholik (menyaring bahan kering dengan larutan alkoholik) misalnya jahe,
anggur, lemon lime dll.
2. Larutan alkoholik (melarutkan bahan dengan larutan air-alkohol) mislalnya
strawberry, cherry, cream soda.
3. Emusi (mencampur essential oil dengan bahan pengemulsi) misalnya vegetable rum,
citrus flavor, rootbeer dan cola.
4. Fruit juice, misalnya orange, grapefruit, lemon, lime dan grape.
5. Kafein, sebagai pemberi rasa pahit (bukan sebagai stimulant).
6. Ekstrak biji kola.
7. Sintetik flavor misalnya ethyl acetate, yang memberikan aroma grape.

e. Zat pewarna untuk meningkatkan daya tarik minuman terdiri dari:

1. zat pewarna natural, misalnya dari strawberry,cherry, grape.


2. Zat pewarna semi sintetik misalnya caramel color.
3. Zat pewarna sintetik, hanya 5 zat pewarna dari 8 jenis pewarna yang diperkenankan
oleh FDA digunakan sebagai pewarna dalam minuman ringan.

f. Zat pengawet, misalnya asam sitrat untuk mencegah feermentasi dan sodium benzoat.
2.2 Warna

Warna adalah satu kriteria untuk mengidentifikasi suatu objek. Pada analisis
spektrokimia, spectrum radiasi elektromagnetik digunakan untuk menganilis spesies kimia
dan menelaah radiasi elekromagnetik .

Warna disebabkan oleh pembentukan suatu senyawa berwarna dengan


ditambahkannya reagensia yang tepat, dapat melekat dalam penyusunan yang diinginkan itu
sendiri. Intensitas warna kemudian dapat dibandingkan dengan yang diperoleh melihat
kuantitas yang diketahui dari zat itu dengan cara yang sama .

2.3 Zat warna

Zat warna adalah senyawa organik berwarna yang digunakan untuk memberi warna
suatu objek. Molekul zat warna merupakan gabungan dari zat organik tidak jenuh dengan
kromofor sebagai pembawa warna dan auksokrom sebagai pengikat warna dengan serat zat
organik tidak jenuh yang dijumpai dalam pembentukan zat warna adalah senyawa aromatik
antara lain senyawa hidrokarbon aromatik dan turunannya, fenol dan turunannya serta
senyawa senyawa hidrokarbon yang mengandung nitrogen.
Gugus kromofor adalah gugus yang menyebabkan molekul menjadi berwarna.
Kromofor berfungsi sebagai alat penangkap gelombang elektromagnetik pada panjang
gelombang tertentu. Gugus kromofor adalah gugus yang menyebabkan molekul menjadi
berwarna. Kromofor digunakan untuk menyatakan gugus tak jenuh kovalen yang dapat
menyebabkan transisi * dalam daerah ultraviolet .

2.2.1 Pewarna Buatan (Certified Color)

Proses pembuatan zat warna sintetis biasanya melalui perlakuan pemberian asam
sulfat atau asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh arsenatau logam berat lain yang
bersifat racun. Pembuatan zat pewarna organik sebelum mencapai produk akhir, harus
melalui proses suatu senyawa dulu yang kadang-kadang berbahaya dan sering kali tertinggal
dalam hasil akhir, atau terbentuk senyawa-senyawa baru yang berbahaya .
Zat warna azo merupakan jenis zat warna sistetis yang cukup penting. Lebih dari 50%
zat warna dalam daftar color index adalah jenis zat warna azo. Zat warna azo mempunyai
system kromofor dari gugus azo (-N=N-) yang berikatan dengan gugus aromatik. Lingkungan
zat warna azo sangat luas, dari warna kuning, merah, jingga, biru AL (Navy Blue), violet dan
hitam, hanya warna hijau yang sangat terbatas.
Ada dua macam yang tergolong certified color yaitu dye dan lake. Keduanya adalah
zat pewarna buatan.
a. Dye
Dye adalah zat pewarna yang umumnya bersifat larut dalam air dan larutannya dapat
mewarnai. Pelarut yang dapat digunakan selain air adalah propilenglikol, gliserin, atau
alkohol. Dye dapat juga diberikan dalam bentuk kering apabila proses pengolahan produk
tersebut ternyata menggunakan air. Dye terdapat dalam bentuk bubuk, butiran, pasta, maupun
cairan yang penggunaannya tergantung dari kondisi bahan, kondisi proses, dan zat
pewarnanya sendiri.
b. Lake
Zat pewarna ini merupakan gabungan dari zat warna (dye) dengan radikal basa (Al
atau Ca) yang dilapisi dengan hidrat alumina atau Al(OH)3. Lapisan alumina atau Al(OH)3 ini
tidak larut dalam air, sehingga lake ini tidak larut pada hamper semua pelarut. Sifatnya yang
tidak larut dalam air menjadikan zat warna jenis ini digunakan untuk produk-produk yang
tidak boleh terkena air. Lake sering kali lebih baik digunakan untuk produk-produk yang
mengandung lemak dan minyak daripada dye karena tidak larut dalam lemak.

Berikut adalah beberapa jenis pewarna buatan minuman yang populer dan efek
samping yang ditimbulkan:

1. Tartrazine (E102 atau Yellow 5)


Tartrazine adalah pewarna kuning sampai dengan oranye muda yang banyak
digunakan dalam makanan dan obat-obatan. Selain berpotensi meningkatkan hiperaktivitas
anak, pada sekitar 1- 10 dari sepuluh ribu orang , tartrazine menimbulkan efek samping
langsung seperti urtikaria (ruam kulit), rinitis (hidung meler), asma, purpura (kulit lebam) dan
anafilaksis sistemik (shock).
Intoleransi ini tampaknya lebih umum pada penderita asma atau orang yang sensitif
terhadap aspirin. Sesuai dengan dosis yang digunakan. Nama lain tartrazine adalah CI Food
Yellow 4, FD&C Yellow no. 5, CI 19140, INS No. 102. Nama kimia tartrazine adalah
Trisodium5-hydroxy-1-(4-sulfonatophenyl)-4-(4-sulfonato-phenylazo)-H-pyrazolcarboxylate
dengan rumus kimia C16 H9N4Na3O9S2. Struktur kimianya adalah sebagai berikut:

Gambar 1.1 Struktur Tartrazin

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. 37 Tahun 2013
Tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pewarna, ADI (Acceptable Daily
Intake) tartrazine adalah 0 - 7,5 mg/kg berat badan. Berikut ini adalah beberapa contoh
produk pangan yang biasanya menggunakan tartrazine dengan batas maksimum penggunaan
yang diizinkan:
Es untuk dimakan (edible ice), termasuk sherbet dan sorbet, maksimum: 70 mg/kg
Jam, jeli dan marmalad, maksimum: 300 mg/kg
Buah bergula, maksimum: 300 mg/kg
Produk kakao dan cokelat, maksimum: 100 mg/kg

2. Sunset Yellow (E110, Orange Yellow S atau Yellow 6)


Sunset Yellow adalah pewarna yang dapat ditemukan dalam makanan seperti jus jeruk,
es krim, ikan kalengan, keju, jeli, minuman soda dan banyak obat-obatan. Untuk sekelompok
kecil individu, konsumsi pewarna aditif ini dapat menimbulkan urtikaria, rinitis, alergi,
hiperaktivitas, sakit perut, mual, dan muntah.
Dalam beberapa penelitian ilmiah, zat ini telah dihubungkan dengan peningkatan
kejadian tumor pada hewan dan kerusakan kromosom, namun kadar konsumsi zat ini dalam
studi tersebut jauh lebih tinggi dari yang dikonsumsi manusia. Kajian Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) tidak menemukan bukti insiden tumor meningkat baik dalam jangka pendek
dan jangka panjang karena konsumsi Sunset Yellow.

Sunset Yellow adalah zat pewarna dalam spektrofotometer yang berwarna


kuning. Pewarna ini merupakan pewarna sintetik yang bersifat asam yang mengandung
kelompok kromofor NN dan CC. Nama kimia senyawa ini adalah disodium 2-hidroksi-1-(4-
sulfonatofenilazo) naftalen-6-sulfonat dengan rumus kimia C16H10N2Na2O7S2. Senyawa ini
memiliki berat molekul 452.37. Senyawa ini bersifat larut dalam air dan memiliki titik leleh
>3000C. Pewarna ini memiliki panjang gelombang maksimum pada 485 nm. Dalam fase
solid, absorbansi pewarna ini adalah 487 nm. Sunset Yellow dapat ditemukan pada
jeruk,marzipan, Swiss roll, selai aprikot, citrus marmalade, kurd lemon, pemanis, keju,
minuman soda, dan lainnya. Batas maksimum penggunaan Sunset yellow menurut BPOM
adalah 0-4 mg/kg.

Gambar 1.2 Struktur Sunset Yellow

3. Ponceau 4R (E124 atau SX Purple)


Ponceau 4R adalah pewarna merah hati yang digunakan dalam berbagai
produk, termasuk selai, kue, agar-agar dan minuman ringan. Selain berpotensi memicu
hiperaktivitas pada anak, Ponceau 4R dianggap karsinogenik (penyebab kanker) di beberapa
negara, termasuk Amerika Serikat, Norwegia, dan Finlandia. US Food and Drug
Administration (FDA) sejak tahun 2000 telah menyita permen dan makanan buatan Cina
yang mengandung Ponceau 4R. Pewarna aditif ini juga dapat meningkatkan serapan
aluminium sehingga melebihi batas toleransi. Penggunaan batas maksimum Ponceau 4R
menurut BPOM adalah 0-4mg / kg
Gambar 1.3 Struktur Kimia senyawa Ponceau 4R

4. Allura Red (E129)


Allura Red adalah pewarna sintetis merah jingga yang banyak digunakan pada permen
dan minuman. Allura Red sudah dilarang di banyak negara lain, termasuk Belgia, Perancis,
Jerman, Swedia, Austria dan Norwegia.
Sebuah studi menunjukkan bahwa reaksi hipersensitivitas terjadi pada 15% orang yang
mengkonsumsi Allura Red. Dalam studi itu, 52 peserta yang telah menderita gatal-gatal atau
ruam kulit selama empat minggu atau lebih diikutkan dalam program diet yang sama sekali
tidak mengandung Allura Red dan makanan lain yang diketahui dapat menyebabkan ruam
atau gatal-gatal. Setelah tiga minggu tidak ada gejala, para peserta kembali diberi makanan
yang mengandung Allura Reddan dimonitor. Dari pengujian itu, 15% kembali menunjukkan
gejala ruam atau gatal-gatal. Nama kimia senyawa ini adalah 2-naphthalenesulfonic acid, 6-
hydroxy-5-((2-methoxy-5-methyl-4-sulfophenyl)azo)-, disodium salt, and disodium 6-
hydroxy-5-((2-methoxy-5-methyl-4-sulfophenyl)azo)-2-naphthalenesulfonate.Batas
maksimum penggunaan Allura Red menurut BPOM adalah 0-7mg /kg.

Gambar 1.4 Struktur kimia Allura Red


5. Quinoline Yellow (E104)
Pewarna makanan kuning ini digunakan dalam produk seperti es krim dan minuman
energi. Zat ini sudah dilarang di banyak negara termasuk Australia, Amerika, Jepang dan
Norwegia karena dianggap meningkatkan risiko hiperaktivitas dan serangan asma. Nama
kimia dari senyawa ini adalah Sodium 2-(1,3-dioxoindan-2-yl)quinolinedisulfonate,
C18H9NNa2O8S2. Batas Maksimum penggunaan Quinoline yellow menurut BPOM adalah 0 -
5mg /kg

Gambar 1.5 Struktur Kimia Quinoline Yellow

6.Karmoisin

Karmoisin atau dikenal juga dengan azorubine merupakan pewarna azo. Karmoisin
bersifat larut air dan sedikit larut pada etanol. Senyawa ini biasanya berbentuk bubuk garam
disodium dengan warna merah hingga maroon. Karmoisin umum digunakan pada makanan
yang mengalami proses pemanasan setelah difermentasi.

Hingga saat ini, Karmoisin merupakan pewarna makanan sintetis yang diizinkan di
Uni Eropa dengan level maksimal penggunaan yang diizinkan sebesar 50-500 mg/kg pangan
untuk berbagai jenis bahan pangan dengan nilai Acceptable Daily Intake (ADI) sebesar 0-4
mg/kg BB/hari. Sebagian dari karmoisin yang dicerna mengalami reduksi azo dalam usus.
Selain itu, karmoisin yang tidak termodifikasi dan 5 metabolit tidak dikenal juga ditemukan
pada feses (EFSA 2009). Karmoisin dapat tereduksi dalam organisme menjadi sebuah amine
aromatik yang sangat sensitif.

Pewarna makanan karmoisin juga dapat memberikan pengaruh negatif dan mengubah
beberapa penanda biokimia pada organ - organ penting seperti hati dan ginjal, baik pada dosis
tinggi maupun rendah. Karmoisin juga memberikan efek beresiko pada dosis yang tinggi
karena dapat menginduksi terjadinya stress oksidatif melalui pembentukan radikal
bebas.Rumus kimia Karmoisin C20H12N2Na2O7S2.Senyawa ini memiliki berat molekul
502.44 g/mol dengan nama kimia disodium 4-hydroxy-3- (4-sulphonato-1-naphthylazo)
naphthalene-1-sulphonate.

SNI STANDAR BAHAN PEWARNA MAKANAN

Penggunaan pewarna dan pemanis buatan telah diatur oleh pemerintah melalui
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.239/MENKES/PER/V/1985 tentang penggunaan zat
pewarna, tentang pemanis buatan dan No.722/MENKES/PER/IX/1988 tentang bahan
tambahan makanan serta SNI 01-2895-1992 tentang penggunaan zat aditif.

2.3 Analisis Kualitatif dan Kuantitatif


Kimia analitik dibagi menjadi dua bidang analisis yaitu analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif. Analisis kualitatif berhubungan dengan identifikasi zat-zat yang ada dalam suatu
sampel sehingga kandungannya akan mudah untuk dikenali. Analisis kuantitatif berkaitan
dengan penetapan berapa banyak suatu zat terkandung di dalam suatu sampel. Beberapa
teknik analisis kuantitatif yang umum digunakan di dalam laboratorium antara lain: analisis
gravimetri, titrasi, dan kolorimetri.

2.3.1 Kromatografi Kertas


Kromatografi didefinisikan sebagai prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu proses
migrasi diferensial dinamis dengan system yang terdiri dari dua fase atau lebih, salah satu
dianttaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah tertentu dan didalamnya zat-zat
itu menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan adanya perbedaan dalam adsorbsi, partisi,
kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul atau kerapatan muatan ion. Dengan demikian
masing-masing zat dapat diidentifikasi attau ditetapkan dengan metode analitik.
Teknik kromatografi umum membutuhkan zat terlarut terdistribusi di antarra dua fase,
satu diantaranya diam (fase diam), yang lainnya bergerak ( fase gerak). Fase gerak membawa
zat terlarut melalui media, hingga terpisah dari zat terlarut lainnya, yang tereluasi lebih awal
atau lebih akhir. Umumnya zat terlarut dibawa melewati media pemisah oleh aliran suatu
pelarut berbentuk cairan atau gas yang disebut eluen.
Jenis-jenis kromatografi yang bermanfaat dalam analisis kualitatif dan kuantitatif yang
digunakan dalam penetapan kadar dan pengujian Farmmakope Indonesia adalah
Kromatografi kolom, kromatografi gas, kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, dan
kromatografi cair kinerja tinggi. Kromtografi kertas dan kromatografi lapis tipis umunya
bermanfaat untuk tujuan identifikasi, karena mudah dan sederhana. Kromatografi kolom
memberikan fase diam yang lebih luas dan berguna untuk pemisahan masing-masing
senyawa secarra kuantitatif dari suatu campuran. Kromatografi gas dan kromatografi cair
kinerja tinggi kedua-duanya membutuhkan peralatan yang lebih rumit dan umumya
merupakan metode dengan resolusi tinggi yang dapat mengidentifikasi serta menetapkan
secara kuantitatif bahan dalam jumlah yang sangat kecil.

Reagen

1. NH4OH fungsi mempercepat pembagian solut dalam hal ini sampel kedalam dua
pelarut yg tidak saling bercampur sehingga didapat fase organiknya.
2. Asam asetat akan menarik zat pewarna dan kemudian akan diserap oleh benang wol
yang telah dicampurkan. Benang wol yang memiliki serat akan menangkap zat
pewarna yang telah terpisah dari makanan tersebut dengan bantuan dari asam asetat.
3. Eter digunakan untuk melarutkan zat zat selain lemak yang terkandung dalam zat
yang akan diselidiki pada praktikum. Zat selain lemak tersebut akan menguap secara
cepat bersama eter. Zat-zat tersebut perlu dihilangkan agar tidak mengganggu
jalannya reaksi.

2.3.2 Spektrofotometri Absorpsi


Sebuah spektrofotometer optis adalah instrumen yang mempunyai system optis yang
dapat menghasilkan sebaran (dispersi) radiasi elektromagnet yang masuk dan dapat dilakukan
pengukuran kuantitas radiasi yang diteruskan pada panjang gelombang terpilih dari jangka
spektral
Absorpsi: suatu berkas radiasi elektromagnetik, bila dilewatkan melaluisampel kimia,
sebagian akan terabsorpsi energi elektromagnetik ditransfer ke atom atau molekul dalam
sampel, berarti partikel dipromosikan dari tingkat energi yang lebih rendah ke tingkat energi
yang lebih tinggi, yaitu tereksitasi.

2.4 Rosella (Hibiscus Sabdariffa Linn)

Gambar. Hibiscus Sabdariffa Linn

Rosela atau Hisbiscus sabdariffa, adalah spesies bunga yang berasal dari benua Afrika.
Mulanya bunga yang juga cantik untuk dijadikan penghias halaman rumah itu diseduh
sebagai minuman hangat di musim dingin dan minuman dingin di musim panas. Di negeri
asalnya, Afrika, rosela dijadikan selai atau jeli. Minuman itu juga menghilangkan efek mabuk
dan mencegah batuk. Tak jarang, rosela juga dimanfaatkan untuk diet, penderita batuk,
atau diabetes gunakan gula rendah kalori seperti gula jagung. Selain itu, bubuk biji bunga
rosela juga dapat dijadikan campuran minuman kopi.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan dilaboratorium Kimia FMIPA-UNIMED mulai bulan
September sampai Oktober 2014.

3.2. Alat dan Bahan Penelitian


3.2.1. Peralatan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah

- Gelas kimia, 100 mL, 250 mL


- Kertas Whatman
- Spektroskopi UV-VIS
- Cawan porselen
- Gelas ukur 10 dan 50 mL
- Penangas air
- Pipet volumetrik
- Pipa kapiler
- pH-meter
- Timbangan Elektronik
- Labu Ukur 250mL,100 mL.

3.2.2 Bahan-bahan
Bahan utama pada penelitian ini adalah kelopak Rosella,Hibiscus Sabdariffa linn ,
larutan karmoisin,larutan Poeceau 4R,Larutan Allura Red,sukrosa,Natrium
Benzoat,Natrium Hidroksida,Aqua destilat. asam asetat 10%, etil metil keton, aseton 30
mL, aquades 30 mL, NaCl 25 gram, etanol 50% 100 mL, air dan aquades, amoniak 10%
metanol standar/baku
3.3.Prosedur Kerja

Pengambilan Sampel
Untuk pengambilan sampel dilakukan pada satu pohon Rosella dan memastikkan
bahwa bunga tersebut benar-benar berasal dari tanaman Hibiscus Sabdariffa linn. Diambil
dari kelopak bunga yang paling muda,sedang sampai yang tua. Seperti yang diuraikan dalam
Heyne 1987.
Analisa Kualitatif
Identifikasi zat pewarna sintetis pada analisa kualitatif menggunakan metode
kromatografi kertas (paper chromatografhy)
(SNI, 01-2895-1992)
Analisa Kromatografi Kertas
Prinsip uji bahan pewarna tambahan (BTP) adalah zat warna dalam contoh minuman
diserap oleh benang wool dalam suasana asam dengan pemanasan kemudian dilakukan
kromatografi kertas .
a. Memasukkan 10 mL sampel cair atau 10-25 gram sampel padatan ke dalam gelas
piala 100 mL
b. Diasamkan dengan menggunakan menambahkan 5 mL asam asetat 10%
c. Memasukkan dan merendam benang wool ke dalam sampel tersebut.
d. Memanaskan dan mendiamkan sampai mendidih (10 menit)
e. Mengambil benang wool, dicuci dengan air dan dibilas dengan aquades.
f. Menambahkan 25 mL amoniak 10% ke dalam benang wool yang telah Memasukkan
10 mL sampel cair atau 10-25 gram sampel padatan ke dalam gelas piala 100 mL
g. Memanaskan benang wool sampai tertarik pada benang wool (luntur).
h. Benang wool dibuang, larutan diuapkan di atas water bath sampai kering.
i. Residu ditambahkan beberapa tetes methanol untuk ditotolkan pada kertas
kromatografi yang siap pakai
j. Di eluasi dalam bejana dengan eluen sampai mencapai tanda batas.
k. Kertas kromatografi diangkat dan dibiarkan mongering.
l. Warna yang terjadi diamati, membandingkan Rf (Reardation faktor) antara Rf sampel
dan Rf standar.

Perhitungan=
Analisa Kuantitatif
Pengukuran zat pewarna sintetik pada analisa kuantitatif menggunakan metode
spekfotometri UV-Visibel (Depkes RI,1995)
Pembuatan Minuman yang mengandung Rosella
Minuman dibuat dengan cara merendam 20 gram kelopak bunga Rosella
kering dalam 1 liter air suling panas 30 menit. Kemudian ditambahkan Natrium
Benzoate 0,05% b/v dan sukrosa 10%b/v. Penambahan pewarna sintetik sebanyak 50
ppm. Pada minuman pembanding (blanko) tidak ditambahkan zat pewarna sintetik.

Pembuatan Larutan Pewarna Sintetik


Larutan Karmoisin dibuat dengan melarutkan 50 mg karmoisin dibuat dengan
melarutkan 50 mg karmoisin dalam labu ukur 250mL,tambahkan Air suling sampai
tanda batas.Sebanyak 25 mL larutan dari labu ukur dipipet kedalam labu 100mL,dan
tambahkan air suling sampai tanda batas dan diperoleh kadar akhir karmoisin 50ppm.
Selanjutnya untuk mendapatkan larutan dengan konsentrasi zat yang lebih rendah
dilakukan beberapa kali pengenceran.
Larutan Ponceau 4R dibuat melarutkan 50 mg Ponceau 4R dalam labu ukur
250mL,tambahkan air suling sampai tanda batas. Sebanyak 25mL larutan tersebut
dipipet kedalam labu ukur 100mL dan tambahakan air sampai tanda batas akan
diperoleh larutan pewarna ini dengan kadar 50 ppm.
Larutan Allura Red dibuat dengan melarutkan 50 mg Allura Red kedalam labu
ukur 250 mL,tambahkan air suling sampai tanda batas. Sebanyak 25mL larutan ini
dipipet keldalam labu ukur 100mL dan tambahkan air hingga tanda batas dan diperoleh
larutan Allura Red dengan kadar 50 ppm.

Penentuan Panjang Gelombang absorbansi maksimum


Setiap larutan pewarna sintetik dipipet 4mL kedalam labu ukur 10mL dan
diencerkan dengan air sampai tanda batas sehingga diperoleh konsentrasi masing-
masing zat warna 20 ppm. Masing-masing larutan zat warna tersebut diukur panjang
gelombang maksimumnya dengan spektrofotometer sinar tampak. Untuk mengetahui
kestabilan larutan zat warna ini, pengukuran panjang gelombang dilakukan setiap 5
menit sampai 720 menit setelah larutan dibuat.
Penentuan Serapan Minimum minuman ringan Rosella
Minuman ringan yang mengandung Rosella tanpa penambahan pewarna
sintetik diencerkan 2,5 kali,PH larutan ditingkatkan dengan penambahan larutan natrium
Hidroksida 1 N dalam larutan yang sama kemudian dilihat profil absorpsinya dengan
spektrofotometer sinar tampak.

Pengukuran kadar zat warna sintetik dalam air minuman


Sampel masing-masing minuman ringan dengan atau tanpa pewarna dipipet
sebanyak 4mL kedalam labu ukur 10 mL dan diencerkan dengan air sampai tanda batas.
Tingkat PH-nya diatur dengan menggunakan penambahan larutan natrium Hidroksida 1
N sampai PH-nya menjadi 4,5. Masing-masing diukur serapannya pada panjang
gelombang absorbansi maksimum masing-masing pewarna,dengan blanko yang
bersesuaian. Kemudian kadar dihitung dengan menggunakan kurva kalibrasi.
Pengamatan dilakukan selam 9 hari. Hasil Pengamatan kadar zat warna mengukur kadar
masing-masing pewarna sintetik dalam air dan dalam minuman.

Fungsi penambahan reagen


- Asam asetat
Untuk membuat larutan suasana asam karena zat warna ada saus diserap oleh
benang wool dalam suasana panas
- Amonia
pH amonia sekitar 11,5 yang artinya bersifat basa. Dapat menarik zat warna
dari benang wool tersebut
- NaOH
NaOH berfungsi membuat larutan menjadi ber PH 4,5
3.4 Diagram Alir Percobaan

Analisis kualitatif

Minuman Rosella 10 mL atau


10 gram

Dimasukkan kedalam
piala 100mL
Di.asamkan 5 mL asetat
10%
Dimasukkan benang wool

Minuman Ringan Rosella +


benang wool

Dipanaskan 10 menit
Mengambil
benang wool , mencuci
dan membilas dengan
aquades

Minuman Rosella (Hibiscus


Sabdariffa Linn) Benang wool + 25 mL
amonia 10%

Dipanaskan

Ambil benang
wool

Larutan warna luntur


Benang woll
benang wool

Dipanaskan
hingga kering
Ditambah 3
tetes metanol
Sampel siap untuk
di analisis dengan
kromatografi kertas
ANALISIS KROMATOGRAFI KERTAS

Kertas Whatman

Buat garis awal tipis 2 cm dari


ujung bawah

Ambil Pipa kapiler totolkan pada


sampel jarak 2 cm
Kertas whatman
Spot
Keringkan spot dengan diangin-
anginkan

Masukan Beaker gelas berisi


eluen 90% aseton: 10%
Kertas whatman dengan
warna berpisah-pisah

Angkat kertas dengan hati-hati

Keringkan

CATAT WARNA-
WARNA YANG
MUNCUL
Analisis kuantitatif spektroskopi UV-VIS

Penentuan Larutan Pewarna Sintetik

a. Karmoisin

50 mg Karmoisin

+ Air Suling sampai tanda


batas 250mL

Larutan Karmoisin

25 mL Larutan
Karmoisin
+ Air Suling sampai tanda
batas 100mL

Larutan Karmoisin
50 ppm

b. Allura Red

50 mg Allura Red

+ Air Suling sampai tanda


batas 250mL

Larutan Allura
Red

25 mL larutan
Allura Red
+ Air suling sampai tanda
Batas 100 mL

Larutan Allura Red


50 ppm
c. Poenceau 4 R

50 mg Peonceau 4 R

+ Air Suling sampai tanda


batas 250mL

Larutan Poenceau
4R

25 mL larutan
Poenceau 4 R

+ Air suling sampai tanda batas


100mL

Larutan Poenceau 4 R
50 ppm

Pembuatan Minuman yang mengandung Rosella

20 g Kelopak
kering bunga
Rosella
+ 1 liter Air Suling Panas

Selama 30 menit

+ 5mL Natrium Benzoate


0,05% dan 5 mL Sukrosa
10%
Larutan Minuman
Rosella

Dibagi menjadi 2 bagian


Larutan Rosella 30mL Larutan
(blanko) Rosella

Dibagi
menjadi 3 bagian

10 mL Lar.Rosella + 1 mL 10 mL Lar.Rosella + 1 mL 10 mL Lar.Rosella + 1 mL


pewarna Karmoisin pewarna Alurra Red pewarna Poenceau 4R

Penentuan Panjang Gelombang absorbansi maksimum


a. karmoisin
4mL pewarna
Karmoisin dari 50
PPM
+ Air Suling sampai tanda
batas 10mL

Larutan pewarna
20 ppm

Diukur setiap 5 menit sekali-


720 menit

Ukur Panjang
Gelombang
b. Allura Red

4mL pewarna
Alurra Red dari 50
ppm
+ Air Suling sampai tanda
batas 10mL

Larutan pewarna
20 ppm

Diukur setiap 5 menit sekali-


720 menit

Ukur Panjang
Gelombang

c. Poenceau 4R

4mL pewarna
Poenceau 4R dari 50
ppm

+ Air Suling sampai tanda


batas 10mL

Larutan pewarna
20 ppm

Diukur setiap 5 menit sekali-


720 menit

Ukur Panjang
Gelombang
Penentuan Serapan Minimum minuman ringan Rosella

25mL Larutan Rosella tanpa


tambahan pewarna sintetik

Diencerkan 2,5 kali


+ 2mL NaOH 1 N

Ukur absorbansinya

Pengukuran kadar zat warna sintetik dalam air minuman

4mL Larutan Rosella 4mL Larutan Rosella 4mL Larutan Rosella 4mL Larutan Rosella
tanpa pewarna Karmoisin Allura Red Ponceau 4R

Masing-masing larutan
+ air suling sampai tanda
batas 10mL
+ NaOH 1N PH menjadi
4,5

Ukur Serapan Masing-masing


dari larutan dengan
spektrofotometer
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Stabilitas masing-masing pewarna sintetik dalam air sangat tinggi seperti terlihat pada
table,dan nilai keseksamaan masing-masing pewarna tidak lebih dari 2%. Namun setelah
dicampurkan dengan cairan minuman Rosella terjadi pergeseran absorbansi maksimum
minuman rosella yang mengandung komponen antosianin dan pewarna sintetik sehingga
memerlukan perlakuan khusus yaitu dicoba dengan mengatur pH larutan menjadi 4%
sebelum pengukuran dan dengan demikian gangguan adanya pewarna alami (antosianin )
dapat dikurangi.

Hasil pengukuran masing-masing pewarna dalam air dalam minuman rosella selama 9
hari menunjukkan bahwa kadar masing-masing pewarna dalam air dan dalam minuman
cukup stbil sejak hari pertama sampai hari ke 9 pengukuran.
Pengukuran Kadar zat warna dalam air minuman

Hasil pengamatan kadar zat warna dibandingkan dengan larutan pewarna air table 2

Tabel 2. Hasil pengukuran kadar pewarna sintetik dalam air dan dalam minuman rosella
selama 9 hari

Keterangan : A = dalam air B= dalam minuman rosella

Uji t-berpasangan

Untuk melihat perbedaan yang bermakna dalam hasil pengukuran pada dua sediaan
larutan yang berlainan maka uji t-berpasangan ditentukan dengan mengukur kadar masing-
masing pewarna sintetik dalam air dan dalam minuman. Hasil pengukuran ini kemudian
dibandingkan dan hasilnya pada table 3.

Hasil penetapan kadar zat pewarna dalam air dan dalam minuman rosella dari semua
zat warna yang diteliti ada perbedaan yang bermakna,ini menunjukkan adanya komponen
tertentu yang mempengaruhi penentuan zat warna karmoisin,poenceau 4R dan merah
allura,dimana hal ini perlu pembuktian lebih lanjut.
Pembuatan Kurva Kalibrasi zat Pewarna Sintetik

Dibuat larutan masing-masing pewarna sintetik dalam berbagai konsentrasi dalam


pelarut air suling dan dalam minuman rosella yang telah diencerkan 2,5kali. Kemudian
masing-masing larutan diukur serapannya dengan spektrofotometer sinar tampak pada
panjang gelombang maksimumnya. Pengukuran serapan dengan spektrofotometer sinar
tampak pada panjang gelombang maksimumny. Pengukuran serapan dilakukan terhadap
blanko air untuk larutan zat pewarna dalam air dan blanko minuman rosella pewarna sintetik
yang telah diencerkan 2,5 kali untuk larutan pewarna minuman. Untuk setiap larutan yang
mengandung rosella, diberi perlakuan dengan menyamakan pH minuman menjadi 4,5 dengan
menambahkan larutan natrium Hidroksida 1 N dalam larutan yang sama sebelum
pengukuran. Dari data analisis yang diperoleh dibuat persamaan regresi linier hubungan
absorbansi terhadap terhadap konsentrasi zat warna. Hasil pengukuran pada tabel 4.

Tabel 4. Hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi pewarna sintetik pada n


maksimumnya untuk pembuatan kurva kalibrasi.

Keterangan : A = dalam air B= dalam larutan rosella

Persamaan garis untuk :

a. Karmoisin dalam air : y = 0,037x +0,0184 R2= 0,9999


b. Karmoisin dalam minuman rosella :y = 0,0416 x + 0,0056 R2= 1
c. Ponceau 4R dalam air :y = 0,031 x -0,0034 R2 = 1
d. Ponceau 4R dalam minuman ringan : y = 0,0342 x -0,0133 R2 = 0,9999
e. Merah Alura dalam air : y = 0,0425 x -0,0066 R2 = 0,09997
f. Merah alura dalam minuman : y = 0,0419 x -0,002 R2= 0,9998

Dari tabel 2 terlihat bahwa kurva kalibrasi dalam air dalam minuman rosella yang
ditentukan pada panjang gelombang 516 nm berturut-turut mempunyai persamaan garis y
= 0,037 x + 0,0184 dengan lineritas r = 0,9999 dan y = 0,0416 x + 0,0056 ,dengan
linieritas r= 1 penetapan kadar karmoisin dalam minuman dengan cara ini menghasilkan
perolehan kembali 99,8 0,1 % dengan keseksamaan 0,1% untuk kadar nyata 20 ppm.

Kurva kalibrasi ponceau 4R dalam air dan dalam minuman rosella yang ditentukan
panjang gelombang 506 nm berturut-turut mempunyai persamaan garis y =0,031 x -0,0034
dengan linieritas r = 1, dan y= 42 x-0,0133 dengan linieritas r = 0,9999. Penetapan
ponceau 4R dengan cara ini menghasilkan perolehan kembali sebesar 100,2 + 0,3%
dengan keseksamaan 0,3% untuk kadar nyata 20 ppm.

Kurva kalibrasi merah alura dalam air dan dalam minuman rosella yang ditentukan
pada panjang gelombang 500nm berturut-turut mempunyai persamaan garis y = 0,0419 x -
0,00666, dengan linieritas r = 0,9998. Penetapan kadar merah allura dalam minuman
rosella menghasilkan perolehan kembali sebesar 100,06 0,1 % untuk kadar nyata 20
ppm.

Perolehan kembali karmoisin didalam minuman rosella yang lebih kecil dari
100% menunjukkan masih ada sebagian kecil zat warna ini yang terikat dengan komponen
minuman rosella., sedangkan untuk pewarna ponceau 4R dan merah alura, adanya zat
warna alami antosianin tidak berpengaruh dalam penentuan kadar air.

Tabel 5. Hasil uji kecermatan dan keseksamaan pengukuran zat pewarna sintetik dalam
minuman rosella
BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Pengukuran puncak absorbansi minuman rosella dengan cara spektrofotometri sinar


tampak terjadi penurunan dengan meningkatnya pH minuman. Penentuan kadar karmoisin,
ponceau 4R dan merah alurra dalam minuman rosella dapat dilakukan dengan
spektrofotometri sinar tampak dengan memberikan perlakuan pengaturan pH menjadi 4,5
sebelum pengukuran. Kadar karmoisn ponceau 4R dan merah alura dalam air dan dalam
minuman rosella cukup stabil,namun kadar zat pewarna sintetik ini dalam minuman rosella
mengalami penurunan perolehan kembali statistik dibandingkan dengan dalam air.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2010. http://futurefoodscientist.blogspot.com/2010/06/bahan-makanan-tambahan.html
(diakses 18 September 2014, 08.00 WIB )

Anonim.2014. http://petunjukibu.blogspot.com/2014/03/bahaya-bahan-pewarna-makanan-bagi-anak-
dan-ibu-hamil.html ( diakses 16 September 2014,19.00 WIB)

Anonim,Kromatografi kertas,http://klephone-file.blogspot.com/2012/03/kromatografi.html

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. No.37 tahun 2013. Batas
Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Berwarna.

Cahyadi, W. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta:
Bumi Aksara.

Chevi, A. R, Onggo, D dan M. I. 2011. Analisis Kolorimetri Kadar Besi(III) dalam Sampel
Air Sumur dengan Metoda Pencitraan Digital. Simposium Nasional Inovasi
Pembelajaran dan Sains 2011 (SNIPS 2011). Bandung: IPB.
Fatkhiyah,Nurul.2013.Skripsi Analisa Pewarna Pada Minuman Dengan Munggunakan
Kamera Digital.Jember : Universitas Jember
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Kartadarma,Embit,dkk.2007.Jurnal Penentuan Kuantitatif zat warna Karmoisin,Ponceau 4R,
dan Merah Alura yang ditambahkan dalam Minuman Angrem (Hibiscus Sabdariffa
Linn).Institut Teknologi Bandung : Bandung.
http://sisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/sni/detail_sni/41

Anda mungkin juga menyukai