Nim : 4111210008
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu,
kritik dan saran dari semua pihak diharapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada Ibu Anna Juniar M.Si yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .............................................................................................. i
Daftar Isi .................................................................................. ii
BAB 1. PENDAHULUAN .............................................................................. 2
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 2
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4
2.1 Pengertian Minuman Ringan ......................................................... 4
2.2 Warna ........................................................................................... 6
2.3 Zat Warna ....................................................................................... 6
2.3.1 Pewarna Buatan .......................................................................... 6
1. Tartrazine (E102 atau Yellow 5) ............................................ 7
2. Sunset Yellow (E110, Orange Yellow S atau Yellow 6) .. 8
3. Ponceau 4R (E124 atau SX Purple) 9
4. Allura Red (E129) .. 10
5. Quinoline Yellow (E104) 11
6. Karmoisin.. 11
2.3 Analisis Kualitatif dan Kuantitatif ... 13
2.3.1 Kromatografi Kertas ............................................................... 13
2.3.2 Spektrofotometri Absorpsi .. 14
2.4 Rosella (Hibiscus Sabdariffa Linn) ......................................15
BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................. 16
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian................................................. 16
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ................................................................. 16
3.2.1 Peralatan ................................................................. 16
3.2.2 Bahan ......................................................................16
3.3 Prosedur Kerja...................................................................... 16
3.4 Diagram Alir Percobaan ................................................................. 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 26
BAB V PENUTUP... 30
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 31
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu industri minuman yang menggunakan penambahan pewarna sintetik yaitu
PT.KURNIA ANEKA GEMILANG Medan-Indonesia yang menggunakan karmoisin.,dengan
berstandar SNI 01-3544. Penambahan pewarna sintetik secara berlebihan dapat menyebabkan
toksitas pada tubuh penggunanya. Pada bulan November 2007, sebuah hasil penelitan yang
diterbitkan di jurnal termuka aence mengungkapkan bahwa zat pewarna minuman
meningkatkan tingkat hiperaktivitas anak anak usia 3 9 tahun. Anak anak yang
mengandung pewarna buatan selama bertahun tahun lebih berisiko menunjukkan tanda
tanda hiperaktif. Selain resiko hiperaktif, sekelompok sangat kecil dari populasi anak sekitar
(0,1%) juga mengalami efek samping seperti mual, asma, pusing, dan pingsan.
Pada mulanya zat warna yang digunakanan adalah zat warna alami dari tumbuhan dan
hewan. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, penggunaan
zat warna alami semakin berkurang dalam industri pangan yang digantikan lebih banyak
oleh zat warna sintetik. Hal ini disebabkan bahan-bahan pewarna sintetik lebih murah dan
memberikan warna yang lebih stabil dibandingkan pewarna alami. Penggunaan pewarna
sintetik untuk bahan pangan sebenarnya bukanlah hal yang dilarang. Namun demikian, ketika
harga pewarna sintetik dianggap cukup mahal bagi produsen kecil, maka produsen beralih ke
pewarna tekstil yang lebih murah dan lebih cerah warnanya.
Banyak cara untuk dapat menganalisa kandungan pewarna sintetik pada makanan baik
secara sintetik pada makanan baik secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif lebih
banyak diketahui masyarakat yaitu penampilan fisik yang memiliki warna lebih cerah, lebih
stabil dalam penyimpanan dan harganya lebih murah . Analisa secara kualitatif cukup
memenuhi kepuasan konsumen karena pada dasarnya pengguna warna sintetik ini boleh
dipakai tapi harus memiliki konsenterasi kurang dari 300 ppm . Analisa secara kuantitatif
perlu dilakukan dan pada umumnya menggunakan metode spektrofotometri visible dan test
trip kromatografi kertas dengan eluen yang telah ditentukan.
Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian ini dipilih judul Analisa Pewarna
Sintetik Pada Minuman Rosella ( Hibiscus Sabdariffa Linn).
1. Zat warna apa yang digunakan pada minuman ringan yang beredar di pasar?
2. Bagaimana cara mengidentifikasi zat warna sintetis pada minuman beredar di pasar?
3. Apakah pewarna buatan minuman tersebut memiliki Standar SNI ?
4. Berapa batas penggunaan pewarna sintetik pada minuman?
5. Bagaimana struktur kimia dari senyawa kimia yang menyusun pewarna sintetik?
1.4. Manfaat Penelitan
Minuman ringan adalah minuman yang tidak mengandung alkohol, merupakan minuman
olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang mengandung bahan makanan baik alami maupun
sintetis yang dikemas dalam kemasan yang siap untuk dikonsumsi. Minuman ringan
diperoleh tanpa melalui proses fermentasi dengan atau tanpa pengenceran sebelum diminum
tetapi tidak termasuk air, sari buah,susu,teh,kopi,cokelat dan minuman beralkohol.
Minuman ringan terdiri dari dua jenis yaitu : minuman ringan dengan karbonasi dan
minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman ringan dengan karbonasi adalah minuman yang
dibuat dengan mengabsorpsi karbondioksida ke dalam air minum, sedangkan minuman
ringan tanpa karbonasi adalah minuman selain minuman ringan dengan karbonasi. Fungsi
minuman ringan yaitu sebagai minuman untuk melepas dahaga sedangkan dari segi harga,
ternyata minuman ringan berkarbonasi relatif lebih mahal dibandingkan minuman non
karbonasi. Hal ini disebabkan karena teknologi yang digunakan dalam proses kemasan lebih
khas.
Minuman ringan memiliki komposisi dasar yaitu air sebanyak 90% dan selebihnya
merupakan bahan tambahan seperti zat pewarna, zat pemanis, gas CO2 dan zat pengawet.
Adapun rincian minuman ringan berkarbonasi secara umum dapat diuraikan sebgai berikut:
a. Air berkarbonasi merupakan kandungan terbesar didalam carbonated soft drink. Air
yang digunakan harus mempunyai kualitas tinggi yaitu jernih, tidak berbau, tidak berwarna,
bebas dari organisme yang hidup didalam air, alkalinitasnya kurang dari 50 ppm, total
padatan terlarut kurang dari 500 ppm dan kandungan logam besi dan mangan kurang dari 0,1
ppm. Sederet prose dilakukan untuk mendapatkan kualitas air yang diinginkan, anatara lain
klorinasi, penambahan kapur, koagulasi, sedimentasi, filtrasi pasir, penyaringan dengan
karbonaktif dan demineralisasi dengan ion exchanger.Karbondioksida yang digunakan juga
harus murni dan tidak berbau. Air berkarbonasi harus dibuat denngan cara melewatkan es
kering (dry ice) ke dalam air es.
b. Bahan pemanis yang digunakan dalam minuman ringan terbagi menjadi dua kategori yaitu:
1. Bahan pemanis natural (nutritive) yang terdiri dari gula pasir, gula cair,
gula invertcair, sirup jagung dengna kadar fruktosa tinggi dan dekstrosa.
2. Bahan pemanis sintetik (non nutritive) satu-satuna bahan pemanis sintetik yang
direkomendasikan oleh FDA (Food And Drugs Administration Standard,Amerika
Serikat) adalah sakarin.
c. Zat asam (acidulants) biasanya dalam minuman ringan berkarbonasi dengan tujuan untuk
memberikan rasa asam, memodifikasi manisnya gula dalam sirup atau minuman. Zat
asam yang digunakan adalah asam sitrat, asam fosfat, asam malat, asam tartarat, asam
fumarat dll.
d. Pemberi aroma disiapkan oleh industri yang berkaitan dengan industri minuman dengan
formula khusus, kadang-kadang telah ditambahkan dengan asam dan pewarna dalam
bentuk;
1. Ekstrak alkoholik (menyaring bahan kering dengan larutan alkoholik) misalnya jahe,
anggur, lemon lime dll.
2. Larutan alkoholik (melarutkan bahan dengan larutan air-alkohol) mislalnya
strawberry, cherry, cream soda.
3. Emusi (mencampur essential oil dengan bahan pengemulsi) misalnya vegetable rum,
citrus flavor, rootbeer dan cola.
4. Fruit juice, misalnya orange, grapefruit, lemon, lime dan grape.
5. Kafein, sebagai pemberi rasa pahit (bukan sebagai stimulant).
6. Ekstrak biji kola.
7. Sintetik flavor misalnya ethyl acetate, yang memberikan aroma grape.
f. Zat pengawet, misalnya asam sitrat untuk mencegah feermentasi dan sodium benzoat.
2.2 Warna
Warna adalah satu kriteria untuk mengidentifikasi suatu objek. Pada analisis
spektrokimia, spectrum radiasi elektromagnetik digunakan untuk menganilis spesies kimia
dan menelaah radiasi elekromagnetik .
Zat warna adalah senyawa organik berwarna yang digunakan untuk memberi warna
suatu objek. Molekul zat warna merupakan gabungan dari zat organik tidak jenuh dengan
kromofor sebagai pembawa warna dan auksokrom sebagai pengikat warna dengan serat zat
organik tidak jenuh yang dijumpai dalam pembentukan zat warna adalah senyawa aromatik
antara lain senyawa hidrokarbon aromatik dan turunannya, fenol dan turunannya serta
senyawa senyawa hidrokarbon yang mengandung nitrogen.
Gugus kromofor adalah gugus yang menyebabkan molekul menjadi berwarna.
Kromofor berfungsi sebagai alat penangkap gelombang elektromagnetik pada panjang
gelombang tertentu. Gugus kromofor adalah gugus yang menyebabkan molekul menjadi
berwarna. Kromofor digunakan untuk menyatakan gugus tak jenuh kovalen yang dapat
menyebabkan transisi * dalam daerah ultraviolet .
Proses pembuatan zat warna sintetis biasanya melalui perlakuan pemberian asam
sulfat atau asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh arsenatau logam berat lain yang
bersifat racun. Pembuatan zat pewarna organik sebelum mencapai produk akhir, harus
melalui proses suatu senyawa dulu yang kadang-kadang berbahaya dan sering kali tertinggal
dalam hasil akhir, atau terbentuk senyawa-senyawa baru yang berbahaya .
Zat warna azo merupakan jenis zat warna sistetis yang cukup penting. Lebih dari 50%
zat warna dalam daftar color index adalah jenis zat warna azo. Zat warna azo mempunyai
system kromofor dari gugus azo (-N=N-) yang berikatan dengan gugus aromatik. Lingkungan
zat warna azo sangat luas, dari warna kuning, merah, jingga, biru AL (Navy Blue), violet dan
hitam, hanya warna hijau yang sangat terbatas.
Ada dua macam yang tergolong certified color yaitu dye dan lake. Keduanya adalah
zat pewarna buatan.
a. Dye
Dye adalah zat pewarna yang umumnya bersifat larut dalam air dan larutannya dapat
mewarnai. Pelarut yang dapat digunakan selain air adalah propilenglikol, gliserin, atau
alkohol. Dye dapat juga diberikan dalam bentuk kering apabila proses pengolahan produk
tersebut ternyata menggunakan air. Dye terdapat dalam bentuk bubuk, butiran, pasta, maupun
cairan yang penggunaannya tergantung dari kondisi bahan, kondisi proses, dan zat
pewarnanya sendiri.
b. Lake
Zat pewarna ini merupakan gabungan dari zat warna (dye) dengan radikal basa (Al
atau Ca) yang dilapisi dengan hidrat alumina atau Al(OH)3. Lapisan alumina atau Al(OH)3 ini
tidak larut dalam air, sehingga lake ini tidak larut pada hamper semua pelarut. Sifatnya yang
tidak larut dalam air menjadikan zat warna jenis ini digunakan untuk produk-produk yang
tidak boleh terkena air. Lake sering kali lebih baik digunakan untuk produk-produk yang
mengandung lemak dan minyak daripada dye karena tidak larut dalam lemak.
Berikut adalah beberapa jenis pewarna buatan minuman yang populer dan efek
samping yang ditimbulkan:
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. 37 Tahun 2013
Tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pewarna, ADI (Acceptable Daily
Intake) tartrazine adalah 0 - 7,5 mg/kg berat badan. Berikut ini adalah beberapa contoh
produk pangan yang biasanya menggunakan tartrazine dengan batas maksimum penggunaan
yang diizinkan:
Es untuk dimakan (edible ice), termasuk sherbet dan sorbet, maksimum: 70 mg/kg
Jam, jeli dan marmalad, maksimum: 300 mg/kg
Buah bergula, maksimum: 300 mg/kg
Produk kakao dan cokelat, maksimum: 100 mg/kg
6.Karmoisin
Karmoisin atau dikenal juga dengan azorubine merupakan pewarna azo. Karmoisin
bersifat larut air dan sedikit larut pada etanol. Senyawa ini biasanya berbentuk bubuk garam
disodium dengan warna merah hingga maroon. Karmoisin umum digunakan pada makanan
yang mengalami proses pemanasan setelah difermentasi.
Hingga saat ini, Karmoisin merupakan pewarna makanan sintetis yang diizinkan di
Uni Eropa dengan level maksimal penggunaan yang diizinkan sebesar 50-500 mg/kg pangan
untuk berbagai jenis bahan pangan dengan nilai Acceptable Daily Intake (ADI) sebesar 0-4
mg/kg BB/hari. Sebagian dari karmoisin yang dicerna mengalami reduksi azo dalam usus.
Selain itu, karmoisin yang tidak termodifikasi dan 5 metabolit tidak dikenal juga ditemukan
pada feses (EFSA 2009). Karmoisin dapat tereduksi dalam organisme menjadi sebuah amine
aromatik yang sangat sensitif.
Pewarna makanan karmoisin juga dapat memberikan pengaruh negatif dan mengubah
beberapa penanda biokimia pada organ - organ penting seperti hati dan ginjal, baik pada dosis
tinggi maupun rendah. Karmoisin juga memberikan efek beresiko pada dosis yang tinggi
karena dapat menginduksi terjadinya stress oksidatif melalui pembentukan radikal
bebas.Rumus kimia Karmoisin C20H12N2Na2O7S2.Senyawa ini memiliki berat molekul
502.44 g/mol dengan nama kimia disodium 4-hydroxy-3- (4-sulphonato-1-naphthylazo)
naphthalene-1-sulphonate.
Penggunaan pewarna dan pemanis buatan telah diatur oleh pemerintah melalui
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.239/MENKES/PER/V/1985 tentang penggunaan zat
pewarna, tentang pemanis buatan dan No.722/MENKES/PER/IX/1988 tentang bahan
tambahan makanan serta SNI 01-2895-1992 tentang penggunaan zat aditif.
Reagen
1. NH4OH fungsi mempercepat pembagian solut dalam hal ini sampel kedalam dua
pelarut yg tidak saling bercampur sehingga didapat fase organiknya.
2. Asam asetat akan menarik zat pewarna dan kemudian akan diserap oleh benang wol
yang telah dicampurkan. Benang wol yang memiliki serat akan menangkap zat
pewarna yang telah terpisah dari makanan tersebut dengan bantuan dari asam asetat.
3. Eter digunakan untuk melarutkan zat zat selain lemak yang terkandung dalam zat
yang akan diselidiki pada praktikum. Zat selain lemak tersebut akan menguap secara
cepat bersama eter. Zat-zat tersebut perlu dihilangkan agar tidak mengganggu
jalannya reaksi.
Rosela atau Hisbiscus sabdariffa, adalah spesies bunga yang berasal dari benua Afrika.
Mulanya bunga yang juga cantik untuk dijadikan penghias halaman rumah itu diseduh
sebagai minuman hangat di musim dingin dan minuman dingin di musim panas. Di negeri
asalnya, Afrika, rosela dijadikan selai atau jeli. Minuman itu juga menghilangkan efek mabuk
dan mencegah batuk. Tak jarang, rosela juga dimanfaatkan untuk diet, penderita batuk,
atau diabetes gunakan gula rendah kalori seperti gula jagung. Selain itu, bubuk biji bunga
rosela juga dapat dijadikan campuran minuman kopi.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2.2 Bahan-bahan
Bahan utama pada penelitian ini adalah kelopak Rosella,Hibiscus Sabdariffa linn ,
larutan karmoisin,larutan Poeceau 4R,Larutan Allura Red,sukrosa,Natrium
Benzoat,Natrium Hidroksida,Aqua destilat. asam asetat 10%, etil metil keton, aseton 30
mL, aquades 30 mL, NaCl 25 gram, etanol 50% 100 mL, air dan aquades, amoniak 10%
metanol standar/baku
3.3.Prosedur Kerja
Pengambilan Sampel
Untuk pengambilan sampel dilakukan pada satu pohon Rosella dan memastikkan
bahwa bunga tersebut benar-benar berasal dari tanaman Hibiscus Sabdariffa linn. Diambil
dari kelopak bunga yang paling muda,sedang sampai yang tua. Seperti yang diuraikan dalam
Heyne 1987.
Analisa Kualitatif
Identifikasi zat pewarna sintetis pada analisa kualitatif menggunakan metode
kromatografi kertas (paper chromatografhy)
(SNI, 01-2895-1992)
Analisa Kromatografi Kertas
Prinsip uji bahan pewarna tambahan (BTP) adalah zat warna dalam contoh minuman
diserap oleh benang wool dalam suasana asam dengan pemanasan kemudian dilakukan
kromatografi kertas .
a. Memasukkan 10 mL sampel cair atau 10-25 gram sampel padatan ke dalam gelas
piala 100 mL
b. Diasamkan dengan menggunakan menambahkan 5 mL asam asetat 10%
c. Memasukkan dan merendam benang wool ke dalam sampel tersebut.
d. Memanaskan dan mendiamkan sampai mendidih (10 menit)
e. Mengambil benang wool, dicuci dengan air dan dibilas dengan aquades.
f. Menambahkan 25 mL amoniak 10% ke dalam benang wool yang telah Memasukkan
10 mL sampel cair atau 10-25 gram sampel padatan ke dalam gelas piala 100 mL
g. Memanaskan benang wool sampai tertarik pada benang wool (luntur).
h. Benang wool dibuang, larutan diuapkan di atas water bath sampai kering.
i. Residu ditambahkan beberapa tetes methanol untuk ditotolkan pada kertas
kromatografi yang siap pakai
j. Di eluasi dalam bejana dengan eluen sampai mencapai tanda batas.
k. Kertas kromatografi diangkat dan dibiarkan mongering.
l. Warna yang terjadi diamati, membandingkan Rf (Reardation faktor) antara Rf sampel
dan Rf standar.
Perhitungan=
Analisa Kuantitatif
Pengukuran zat pewarna sintetik pada analisa kuantitatif menggunakan metode
spekfotometri UV-Visibel (Depkes RI,1995)
Pembuatan Minuman yang mengandung Rosella
Minuman dibuat dengan cara merendam 20 gram kelopak bunga Rosella
kering dalam 1 liter air suling panas 30 menit. Kemudian ditambahkan Natrium
Benzoate 0,05% b/v dan sukrosa 10%b/v. Penambahan pewarna sintetik sebanyak 50
ppm. Pada minuman pembanding (blanko) tidak ditambahkan zat pewarna sintetik.
Analisis kualitatif
Dimasukkan kedalam
piala 100mL
Di.asamkan 5 mL asetat
10%
Dimasukkan benang wool
Dipanaskan 10 menit
Mengambil
benang wool , mencuci
dan membilas dengan
aquades
Dipanaskan
Ambil benang
wool
Dipanaskan
hingga kering
Ditambah 3
tetes metanol
Sampel siap untuk
di analisis dengan
kromatografi kertas
ANALISIS KROMATOGRAFI KERTAS
Kertas Whatman
Keringkan
CATAT WARNA-
WARNA YANG
MUNCUL
Analisis kuantitatif spektroskopi UV-VIS
a. Karmoisin
50 mg Karmoisin
Larutan Karmoisin
25 mL Larutan
Karmoisin
+ Air Suling sampai tanda
batas 100mL
Larutan Karmoisin
50 ppm
b. Allura Red
50 mg Allura Red
Larutan Allura
Red
25 mL larutan
Allura Red
+ Air suling sampai tanda
Batas 100 mL
50 mg Peonceau 4 R
Larutan Poenceau
4R
25 mL larutan
Poenceau 4 R
Larutan Poenceau 4 R
50 ppm
20 g Kelopak
kering bunga
Rosella
+ 1 liter Air Suling Panas
Selama 30 menit
Dibagi
menjadi 3 bagian
Larutan pewarna
20 ppm
Ukur Panjang
Gelombang
b. Allura Red
4mL pewarna
Alurra Red dari 50
ppm
+ Air Suling sampai tanda
batas 10mL
Larutan pewarna
20 ppm
Ukur Panjang
Gelombang
c. Poenceau 4R
4mL pewarna
Poenceau 4R dari 50
ppm
Larutan pewarna
20 ppm
Ukur Panjang
Gelombang
Penentuan Serapan Minimum minuman ringan Rosella
Ukur absorbansinya
4mL Larutan Rosella 4mL Larutan Rosella 4mL Larutan Rosella 4mL Larutan Rosella
tanpa pewarna Karmoisin Allura Red Ponceau 4R
Masing-masing larutan
+ air suling sampai tanda
batas 10mL
+ NaOH 1N PH menjadi
4,5
Stabilitas masing-masing pewarna sintetik dalam air sangat tinggi seperti terlihat pada
table,dan nilai keseksamaan masing-masing pewarna tidak lebih dari 2%. Namun setelah
dicampurkan dengan cairan minuman Rosella terjadi pergeseran absorbansi maksimum
minuman rosella yang mengandung komponen antosianin dan pewarna sintetik sehingga
memerlukan perlakuan khusus yaitu dicoba dengan mengatur pH larutan menjadi 4%
sebelum pengukuran dan dengan demikian gangguan adanya pewarna alami (antosianin )
dapat dikurangi.
Hasil pengukuran masing-masing pewarna dalam air dalam minuman rosella selama 9
hari menunjukkan bahwa kadar masing-masing pewarna dalam air dan dalam minuman
cukup stbil sejak hari pertama sampai hari ke 9 pengukuran.
Pengukuran Kadar zat warna dalam air minuman
Hasil pengamatan kadar zat warna dibandingkan dengan larutan pewarna air table 2
Tabel 2. Hasil pengukuran kadar pewarna sintetik dalam air dan dalam minuman rosella
selama 9 hari
Uji t-berpasangan
Untuk melihat perbedaan yang bermakna dalam hasil pengukuran pada dua sediaan
larutan yang berlainan maka uji t-berpasangan ditentukan dengan mengukur kadar masing-
masing pewarna sintetik dalam air dan dalam minuman. Hasil pengukuran ini kemudian
dibandingkan dan hasilnya pada table 3.
Hasil penetapan kadar zat pewarna dalam air dan dalam minuman rosella dari semua
zat warna yang diteliti ada perbedaan yang bermakna,ini menunjukkan adanya komponen
tertentu yang mempengaruhi penentuan zat warna karmoisin,poenceau 4R dan merah
allura,dimana hal ini perlu pembuktian lebih lanjut.
Pembuatan Kurva Kalibrasi zat Pewarna Sintetik
Dari tabel 2 terlihat bahwa kurva kalibrasi dalam air dalam minuman rosella yang
ditentukan pada panjang gelombang 516 nm berturut-turut mempunyai persamaan garis y
= 0,037 x + 0,0184 dengan lineritas r = 0,9999 dan y = 0,0416 x + 0,0056 ,dengan
linieritas r= 1 penetapan kadar karmoisin dalam minuman dengan cara ini menghasilkan
perolehan kembali 99,8 0,1 % dengan keseksamaan 0,1% untuk kadar nyata 20 ppm.
Kurva kalibrasi ponceau 4R dalam air dan dalam minuman rosella yang ditentukan
panjang gelombang 506 nm berturut-turut mempunyai persamaan garis y =0,031 x -0,0034
dengan linieritas r = 1, dan y= 42 x-0,0133 dengan linieritas r = 0,9999. Penetapan
ponceau 4R dengan cara ini menghasilkan perolehan kembali sebesar 100,2 + 0,3%
dengan keseksamaan 0,3% untuk kadar nyata 20 ppm.
Kurva kalibrasi merah alura dalam air dan dalam minuman rosella yang ditentukan
pada panjang gelombang 500nm berturut-turut mempunyai persamaan garis y = 0,0419 x -
0,00666, dengan linieritas r = 0,9998. Penetapan kadar merah allura dalam minuman
rosella menghasilkan perolehan kembali sebesar 100,06 0,1 % untuk kadar nyata 20
ppm.
Perolehan kembali karmoisin didalam minuman rosella yang lebih kecil dari
100% menunjukkan masih ada sebagian kecil zat warna ini yang terikat dengan komponen
minuman rosella., sedangkan untuk pewarna ponceau 4R dan merah alura, adanya zat
warna alami antosianin tidak berpengaruh dalam penentuan kadar air.
Tabel 5. Hasil uji kecermatan dan keseksamaan pengukuran zat pewarna sintetik dalam
minuman rosella
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Anonim.2010. http://futurefoodscientist.blogspot.com/2010/06/bahan-makanan-tambahan.html
(diakses 18 September 2014, 08.00 WIB )
Anonim.2014. http://petunjukibu.blogspot.com/2014/03/bahaya-bahan-pewarna-makanan-bagi-anak-
dan-ibu-hamil.html ( diakses 16 September 2014,19.00 WIB)
Anonim,Kromatografi kertas,http://klephone-file.blogspot.com/2012/03/kromatografi.html
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. No.37 tahun 2013. Batas
Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Berwarna.
Cahyadi, W. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Chevi, A. R, Onggo, D dan M. I. 2011. Analisis Kolorimetri Kadar Besi(III) dalam Sampel
Air Sumur dengan Metoda Pencitraan Digital. Simposium Nasional Inovasi
Pembelajaran dan Sains 2011 (SNIPS 2011). Bandung: IPB.
Fatkhiyah,Nurul.2013.Skripsi Analisa Pewarna Pada Minuman Dengan Munggunakan
Kamera Digital.Jember : Universitas Jember
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Kartadarma,Embit,dkk.2007.Jurnal Penentuan Kuantitatif zat warna Karmoisin,Ponceau 4R,
dan Merah Alura yang ditambahkan dalam Minuman Angrem (Hibiscus Sabdariffa
Linn).Institut Teknologi Bandung : Bandung.
http://sisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/sni/detail_sni/41