Anda di halaman 1dari 50

PEMBUATAN DAN ANALISIS SIRUP

DARI KULIT JERUK SIAM MADU (Citrus nobilis)

PROPOSAL ANALISIS TERPADU II

WITRIKA WULANDARI
NIS 197433

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SMAK PADANG


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
2022

i
PERSETUJUAN PEMBIMBING

PROPOSAL ANALISIS TERPADU II

JUDUL
PEMBUATAN DAN ANALISIS SIRUP
DARI KULIT JERUK SIAM MADU
(Citrus nobilis)

Disusun oleh :

Witrika Wulandari
NIS 197433

Telah disetujui tanggal :

di

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


SMAK PADANG

Disetujui oleh:
Pembimbing Analisis Terpadu II,

Hutri Rahayu Nurafni, S.Pd


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat ALLAH SWT yang

telah memberikan rahmat dan karunia-NYA, sehingga penulis dapat menyusun

proposal Analisis Terpadu II yang berjudul “PEMBUATAN DAN ANALISIS

SIRUP DARI KULIT JERUK SIAM MADU (Citrus nobilis)” dengan baik.

Proposal AT II ini disusun sebagai pedoman dalam melakukan salah satu

syarat penyelesaian pembelajaran di SMK SMAK Padang tahun ajaran

2022/2023. Di dalam menyelesaikan laporan ini penulis tidak luput dari kesulitan

dan kendala yang dihadapi, serta dorongan dari pembimbing akhirnya proposal ini

dapat penulis selesaikan. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua yang selama ini telah memberikan doa dan dukungan baik

moral maupun materi dalam penyiapan usul.

2. Bapak Drs.Nasir selaku Kepala Sekolah SMAK SMAK Padang.

3. Ibu Hutri Rahayu Nurafni,S.Pd sebagai pembimbing Analisis Terpadu II yang

telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan proposal ini.

4. Bapak/Ibu guru seluruh staff dan karyawan SMK SMAK Padang.

5. Seluruh teman-teman ALAKSA GAMANANTHA’55 seperjuangan yang

setia dan memberikan semangat.

6. Semua pihak yang telah membantu demi tercapainya tujuan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

proposal ini, baik segi isi, diksi, maupun sistematika penyusunan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca yang bersifat membangun

demi kebaikan penulis nantinya.

Padang, Juli 2022

Penulis

(Witrika Wulandari)
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................. 1
B. Pembatasan Masalah....................................................................... 2
C. Perumusan Masalah........................................................................ 3
D. Tujuan Penelitian............................................................................ 3
E. Manfaat Penelitian.......................................................................... 4
F. Definisi Istilah................................................................................. 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Kajian Teori.................................................................................... 6
1. Sirup.......................................................................................... 6
a. Pengertian Sirup.................................................................. 6
b. Sejarah Sirup....................................................................... 6
c. Manfaat Sirup...................................................................... 8
2. Bahan Baku Pembuatan Sirup................................................... 8
a. Pengertian Limbah.............................................................. 8
b. Limbah Kulit Buah Jeruk.................................................... 10
3. Parameter dan Metode Uji........................................................ 12
B. Penelitian Relevan........................................................................... 15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Jadwal dan Tempat Penelitian......................................................... 16
B. Rancangan Penelitian...................................................................... 16
C. Metode Penelitian........................................................................... 16
D. Alat dan Bahan................................................................................ 17
E. Teknik Analisis Data....................................................................... 19
F. Analisis Biaya Pengujian Mutu Produk.......................................... 28

KEPUSTAKAAN............................................................................................ 31
LAMPIRAN.................................................................................................... 34

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia tumbuh berbagai macam tumbuhan yang sangat bermanfaat

bagi manusia, contohnya buah-buahan, pisang, nanas, jeruk, pepaya, kelapa

dan banyak lagi yang lainnya. Diantara tumbuhan tersebut ada salah satu

tumbuhan yang sebenarnya mempunyai manfaat, tetapi belum digunakan

secara maksimal karena masyarakat belum banyak mengetahui, yaitu kulit

jeruk. Kulit jeruk yang selama ini dibuang dan hanya menjadi limbah,

sebenarnya dapat diolah menjadi suatu produk yang lebih bermanfaat dan

bervitamin (Friatna, dkk, 2011).

Kulit jeruk memang memiliki tekstur dan rasa yang tidak biasa. Namun,

kulit jeruk sangat banyak memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh.

Kandungan nutrisi tertinggi dalam kulit jeruk yaitu serat, vitamin, dan

mineral. 100 gram kulit jeruk mengandung 11 gram serat, sementara satu

sendok makan kulit jeruk mengandung vitamin C dengan jumlah 3 kali lipat

dari daging buahnya ( Lestari, 2021).

Kulit jeruk memiliki sifat fungsional dari kandungan asam fenolik dan

flavonoidnya yang cukup tinggi. Flavonoid berperan penting sebagai

antioksidan kuat dan berpotensi sebagai radical scavenger khususnya dalam

pencegahan penyakit yang terkait dengan spesies oksigen reaktif. Flavonoid

juga dapat berfungsi sebagai pelindung jantung, anti-kanker dan anti-inflamasi.

Hesperidin dan narigin yang merupakan senyawa flavonone terbanyak dalam

kulit jeruk memiliki aktivitas sebagai anti-inflamasi, anti-oksidan dan anti-

kanker yang cukup kuat. Kulit jeruk juga telah dimanfaatkan sebagai obat
1
tradisional radang kulit, infeksi saluran pernapasan, nyeri otot, hipertensi dan

kurap (Singh et al, 2020).

Sirup merupakan produk minuman larutan gula yang kental dengan cita

rasa beraneka ragam dan mempunyai kadar gula minimal 65%. Sirup pada

umumnya menggunakan bahan baku yang berasal dari buah. Sirup buah

merupakan sirup yang aroma dan rasanya mengandung gula dan asam. Sirup

umumnya berbentuk larutan pekat sehingga dalam pembuatan sirup perlu

ditambahkan bahan pengental. Bahan pengental ditambahkan agar dapat

meningkatkan viskositas sehingga membuat sirup lebih disukai konsumen.

(Septiana, 2011).

Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik menganalisa sirup dari kulit

jeruk dengan menggunakan 3 parameter, seperti : parameter kimia, fisika,

mikrobiologi, serta uji organoleptik sebagai parameter tambahan.

B. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, masalah yang diteliti pada

produk yang dibuat dengan memanfaatkan kulit buah jeruk siam madu adalah

sirup, kemudian dianalisis kualitasnya dengan menggunakan beberapa parameter

atau pengujian yaitu :

1. Pembuatan sirup dari kulit jeruk siam madu

2. Uji Cemaran Logam Pb (metode AAS)

3. Uji Total Gula Sebagai Sukrosa (metode Luff Schoorl)

4. Uji Angka Lempeng Total (metode MPN)

2
C. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka dalam

pembuatan dan analisis produk tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut :

1. Bagaimana cara pembuatan sirup dari kulit jeruk siam madu?

2. Bagaimana kandungan logam Pb, total gula, dan angka lempeng total

pada sirup dari kulit jeruk siam madu?

3. Bagaimana karakteristik sirup yang dihasilkan dengan menggunakan

limbah kulit jeruk siam madu?

4. Bagaimana hasil analisis Uji Logam Pb, Uji Total Gula, Uji Angka

Lempeng Total (ALT) dan Organoleptik dari sirup dengan

penambahan limbah kulit jeruk siam madu?

D. Tujuan Penelitian

1. Dapat memanfaatkan limbah organik seperti kulit buah jeruk siam

madu dalam pembuatan sirup.

2. Membuat sebuah inovasi produk seperti sirup melalui penggunaan

bahan alami dari alam.

3. Dapat memahami cara pembuatan dari sirup.

4. Dapat mengetahui kandungan logam Pb, total gula dan angka lempeng

total dalam sirup dari kulit jeruk siam madu.

5. Dapat melakukan analisis sirup yang telah dibuat berdasarkan dengan

parameter yang ditetapkan.

6. Mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan dan dipelajari dari SMK

SMAK Padang.

3
7. Tujuan penelitian ini juga merupakan salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi di SMK SMAK Padang.

E. Manfaat Penelitian

1. Pemanfaatan limbah organik seperti kulit jeruk siam madu menjadi

sirup yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat umum.

2. Mendapatkan solusi bagaimana menggunakan limbah kembali menjadi

suatu produk yang berguna.

3. Dapat mengembangkan ilmu yang bersangkutan dengan pembuatan

sirup serta dapat merealisasikan, menggunakan dan mengaplikasikan

ilmu kewirausahaan dalam bentuk praktek kerja.

4. Dapat menguji berbagai parameter yang terkandung didalam produk

sirup yang telah dibuat.

F. Definisi Istilah

Untuk memandu pelaksanaan dan hasil penelitian, dijelaskan lima definisi

istilah atau operasional, yaitu (1) pembuatan, (2) analisis, (3) sirup, (4) limbah, (5)

kulit buah jeruk.

1. Pembuatan

Dalam penelitian ini, yang dimaksudkan dengan pembuatan adalah

kegiatan menciptakan/memporoses sesuatu. Kegiatan ini bertujuan untuk

menciptakan sesuatu dengan beberapa cara atau langkah yang sesuai dengan

benda yang akan dibuat.

2. Analisis

Analisis adalah penentuan komponen kimia suatu senyawa yang dilakukan

dengan pemisahan dan pengukuran atas contoh yang mewakili.

4
3. Sirup

Sirup adalah produk minuman yang dibuat dari campuran air dan gula

dengan kadar gula minimal 65% dengan atau tanpa bahan pangan lain dan atau

dengan tambahan pangan yang diizinkan sesuai ketentuan yang berlaku.

4. Limbah

Limbah adalah zat yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik industri

maupun domestik.

5. Kulit Buah Jeruk

Kulit buah jeruk adalah lapisan terluar dari buah jeruk yang dapat dikupas.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Berkaitan dengan masalah yang diteliti, berikut ini dijelaskan teori yang

berhubungan dengan penelitian, yakni (1) sirup, (2) bahan baku pembuatan sirup, (3)

parameter dan metode uji.

1. Sirup

Sirup yang akan dijelaskan dalam penelitian adalah (a) pengertian sirup, (b)

sejarah sirup, (c) manfaat sirup kulit jeruk, serta (d) cara pembuatan sirup.

a. Pengertian Sirup

Menurut SNI (2013) sirup merupakan produk minuman yang dibuat dari

campuran air dan gula dengan kadar larutan minimal 65% dengan atau tanpa bahan

pangan yang diizinkan sesuai ketentuan yang berlaku.

b. Sejarah Sirup

Sejarah sirup dimulai dari daerah penghasil mapel, Amerika Utara. Masyarakat

adat yang tinggal di timur laut Amerika Utara adalah kelompok pertama yang

diketahui telah menghasilkan sirup mapel dan gula mapel. Menurut tradisi lisan asli,

serta bukti arkeologis, getah pohon mapel sedang diproses menjadi sirup jauh

sebelum orang Eropa tiba di wilayah tersebut. Tidak ada konfirmasi tentang

bagaimana produksi dan konsumsi sirup mapel dimulai, tetapi ada berbagai legenda ;

salah satu yang paling populer adalah getah mapel yang digunakan sebagai

pengganti air untuk memasak daging rusa yang disajikan kepada seorang kepala

suku.

Pada tahap awal penjajahan Eropa di timur laut Amerika Utara, masyarakat

adat setempat setempat menunjukkan kepada para penjajah yang datang bagaimana
6
cara menyadap batang-batang jenis mapel tertentu selama musim semi mencair untuk

memanen getah. Andre Thevet, ”Royal Cosmographer of France”, menulis tentang

Jacques Cartier minum getah mapel selama perjalanannya di Kanada. Pada 1680,

pemukim dan pedagang bulu Eropa terlibat dalam memanen produk mapel. Namun,

daripada membuat sayatan di kulit kayu, orang Eropa menggunakan metode

pengeburan lubang di batang pohon. Selama abad ke-17 dan ke-18, getah mapel yang

diproses digunakan terutama sebagai sumber gula pekat, baik dalam bentuk cair

maupun padat, karena gula tebu harus diimpor dari Hindia Barat.

Sekitar masa Perang Saudara Amerika (1861-1865), pembuat sirup mulai

menggunakan panci logam lembaran besar karena lebih efisien untuk mendidih

daripada ceret besi bundar yang berat, karena area permukaan yang lebih besar untuk

penguapan. Sekitar waktu ini, gula tebu menggantikan gula mapel sebagai pemanis

dominan di AS ; akibatnya, produsen memfokuskan upaya pemasaran pada sirup

mapel. Evaporator pertama, yang digunakan untuk memanaskan dan

mengonsentrasikan getah, dipatenkan pada tahun 1858. Pada tahun 1872, sebuah

evaporator dikembangkan yang menampilkan dua panci dan lengkungan logam atau

botol api, yang sangat mengurangi waktu didih. Sekitar tahun 1900, produsen

membengkokkan timah yang membentuk dasar panci menjadi serangkaian cerobong

asap, yang meningkatkan area permukaan panci yang panas dan sekali lagi

mengurangi waktu didih. Beberapa produsen juga menambahkan wajan finishing,

evaporator bets terpisah, sebagai tahap akhir dalam proses penguapan.

Sekarang, sirup tidak hanya terbuat dari mapel saja. Eropa membawa

pengaruh sirup hingga ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Tercatat bahwa

Surabaya adalah kota pertama di Indonesia yang memiliki pabrik penghasil minuman

7
kental dan manis tersebut pada 1923. Di Surabaya ini sudah mulai diproduksi

berbagai macam varian sirup yang kita kenal hingga saat ini.

Saat ini, sudah dikenal berbagai varian sirup seperti stroberi, jeruk,

kokopandan, dan lain-lain dengan berbagai merk dagang. Tidak sampai disitu, sirup

di Indonesia juga sudah memiliki kerabat yang lainnya, yang disebut dengan squash.

Lalu, juga muncul istilah “sirup sintesis”, yaitu sirup yang dibuat menggunakan cita

rasa esens, bukan dari sari buah asli. Namun, di balik semua itu, hal ini menjadi

tanda bahwa keanekaragaman jenis sirup di Indonesia sudah sedemikian banyaknya.

c. Manfaat Sirup

Banyak manfaat yang dapat diperoleh apabila mengonsumsi sirup, khususnya

sirup yang berbahan dasar kulit jeruk. Kulit jeruk yang kaya akan vitamin C mampu

membantu membersihkan paru-paru. Selain itu, mengonsumsi sirup juga dapat

memelihara kesehatan jantung, mencegah batu ginjal, membantu melawan radikal

bebas dan mengurangi kerusakan oksidatif karena sirup mengandung banyak senyawa

antioksidan, serta juga dapat menjaga kesehatan kulit.

2. Bahan Baku Pembuatan Sirup

Bahan baku pembuatan sirup yang akan dijelaskan adalah (a) pengertian

limbah, (b) limbah kulit buah jeruk.

a. Pengertian Limbah

Limbah adalah sisa dari suatu usaha maupun kegiatan yang mengandung bahan

berbahaya atau beracun yang karena sifat, konsentrasi, dan jumlahnya, baik yang

secara langsung mau lingkungan, kesehatan, kelangsungan hidup manusia dan

makhluk hidup lainnya (Mahida,1984).

Keputusan Menperindag RI No.231/MPP/Kep/7/1997 Pasal 1 tentang prosedur

impor limbah, menyebutkan bahwa limbah adalah barang atau bahan sisa dan bekas
8
dari kegiatan atau proses produksi yang fungsinya sudah berubah. Lalu, berdasarkan

Peraturan Pemerintah No.18/1999 Jo.PP 85/1999, limbah didefinisikan sebagai sisa

atau buangan dari suatu usaha dan atau kegiatan manusia. Dengan kata lain, limbah

adalah barang sisa dari suatu kegiatan yang sudah tidak bermanfaat atau bernilai

ekonomi tinggi.

Jenis-jenis limbah dibagi menjadi dua yaitu :

1. Pengelompokkan limbah berdasarkan sumbernya yaitu :

Ada limbah domestik yang berasal dari kegiatan rumah tangga dan kegiatan

usaha seperti pasar, restoran, dan gedung perkantoran. Lalu, limbah industri yang

merupakan sisa atau buangan dari hasil proses industri. Kemudian, limbah pertanian

yang berasal dari daerah atau kegiatan pertanian maupun perkebunan. Limbah

pertambangan yang berasal dari kegiatan pertambangan, hasilnya berupa material

tambang, seperti logam dan batuan.

Ada juga limbah wisata, misalnya dari sarana transportasi, atau tumpahan

minyak dan oli yang dibuang oleh kapal dan perahu motor di kawasan wisata bahari.

Terakhir, limbah yang berasal dari dunia kesehatan atau limbah medis yang mirip

dengan sampah domestik pada umumnya. Obat-obatan dan beberapa zat kimia

adalah contoh dari limbah medis.

2. Pengelompokkan limbah berdasarkan jenis senyawanya :

Dibagi menjadi tiga, yaitu limbah organik, anorganik, dan limbah bahan

berbahaya dan beracun (B3).

a. Limbah Organik

Limbah organik berasal dari makhluk hidup alami dan sifatnya mudah

membusuk atau terurai. Beberapa contoh limbah organik seperti dedaunan, kulit telur,

9
kulit pohon, biji bijian, kotoran hewan, kotoran manusia, sisa-sisa sayuran, dan tulang

hewan.

b. Limbah Anorganik

Limbah anorganik adalah jenis yang tidak dapat atau sulit terurai dan busuk

secara alami oleh mikroorganisme pengurai. Contohnya seperti sisa sabun cuci,

sampah kantong plastik, sisa kain yang sudah tidak dapat digunakan, limbah pabrik,

limbah minyak, sampah botol plastik bekas minuman, dan sampah dari logam.

c. Limbah B3

Ada limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Ini adalah jenis limbah yang

dapat mencemarkan, membahayakan lingkungan, kesehatan, dan kelangsungan

makhluk hidup akibat sifat-sifat senyawanya. Sifat limbah B3 dalam pengelolaan

sampah memang memerlukan penanganan khusus. Hal ini karena mengandung

senyawa yang mudah meledak, beracun, berbahaya, bersifat mengiritasi, dan korosif.

b. Limbah Kulit Buah Jeruk Siam Madu

Kulit jeruk atau zest adalah sebuah bahan pangan yang disiapkan dengan

menguliti atau memotong kulit luar dan berwarna dari buah-buahan sitrus yang tak

diberi lilin seperti lemon, jeruk, sitron dan limun. Kulit jeruk dipakai untuk menambah

rasa pada makanan.

Dilansir dari Times of India, kulit jeruk mengandung serat, vitamin C,

folat, vitamin B6 dan kalsium. Kulit jeruk juga mengandung polipenol, senyawa yang

bisa melindungi tubuh dari berbagai macam penyakit.

Kulit jeruk memiliki banyak manfaat bagi tubuh, berikut manfaat kulit

jeruk untuk kesehatan dan kecantikan :

10
1. Kulit Jeruk Membantu Mencegah Kanker

Beberapa penelitian menunjukkan kandungan flavonoid dalam kulit jeruk dapat

menghambat protein yang terkait dengan kanker. Kulitnya juga mengandung

senyawa lain yang disebut limonene, yang dapat mengurangi resiko kanker.

Penelitian lain mengungkapkan tentang kemanjuran kulit jeruk secara umum dalam

mencegah aktivitas kanker.

2. Meningkatkan Kesehatan Paru

Berkat kandungan vitamin C yang sangat baik, kulit jeruk membantu

membersihkan paru-paru. Vitamin C juga meningkatkan kekebalan tubuh dan

membantu menangkal dan mencegah infeksi parru-paru. Imunitas yang

ditingkatkan juga mencegah penyakit seperti pilek dan flu.

3. Mencegah Diabetes

Kulit jeruk kaya akan pektin, yaitu serat yang dikenal dengan kadar gula darah.

Tentunya ini bisa membantu penderita diabetes.

4. Memperkuat Jantung

Kulit jeruk memiliki sifat anti-inflamasi dan karena penyakit jantung disebabkan

oleh peradangan, kulit jeruk dapat membantu dalam memperkuat jantung.

5. Menurunkan Berat Badan

Kulit jeruk mengandung vitamin C yang dikenal membantu membakar lemak.

6. Meningkatkan Kesehatan Mata

Senyawa limone, decenal dan citral dalam kulit jeruk dapat membantu

meningkatkan kesehatan mata.

7. Meningkatkan Kesehatan Pencernaan

Serat dalam kulit jeruk membantu melancarkan pencernaan.

11
8. Mencegah Peradangan

Flavonoid dalam kulit jeruk diketahui dapat menembus membran dan

menyembuhkan peradangan.

9. Melindungi gigi

Berkat sifat anti-bakteri kulit jeruk, dapat melindungi gigi dari karies.

10. Mengharumkan Bau Mulut dan Memutihkan Gigi

Kulit jeruk bisa menjadi solusi untuk menghilangkan bau mulut tidak sedap,

karena kulit jeruk memiliki sifat pengharum napas natural.

3. Parameter dan Metode Uji

a.Uji Logam Pb

Timbal (Pb) mempunyai arti penting dalam dunia kesehatan bukan karena

penggunaan terapinnya, melainkan lebih disebabkan karena sifat toksisitasnya.

Absorpsi timbale didalam tubuh sangat lambat, sehingga terjadi akumulasi dan

menjadi dasar keracunan. Timbale ini menyebabkan kadar timbal yang tinggi dalam

aorta, hati, ginjal, pankreas, paru-paru, tulang, limpa, testis, jantung dan otak. Hal ini

diperoleh dari kasus yang terjadi kasus yang terjadi di Amerika pada 9 kota besar

yang pernah diteliti.

Prinsip kerja pengujian ini yaitu destruksi contoh dengan cara pengabuan kering

pada suhu 450°c yang dilanjutkan dengan pelarutan dalam larutan asam. Logam yang

terlarut dihitung menggunakan alat AAS dengan panjang gelombang maksimal 283,3

nm untuk logam Pb.

b.Uji Total Gula Sebagai Sukrosa

Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan

merupakan oligosakarida, polimer dengan derajat polimerisasi 2-10 dan biasanya

bersifat larut dalam air yang terdiri dari dua molekul yaitu glukosa dan fruktosa. Gula
12
memberikan flavor dan warna melalui reaksi browning serta non enzimatis pada

berbagai jenis makanan. Sukrosa dikenal sebagai gula bit, gula tebu dan gula putih.

Sukrosa dalam bentuk kristal halus atau kasar dan dalam jumlah yang banyak

dipergunakan dalam bentuk cairan sukrosa (sirup). Pada pembuatan sirup, gula pasir

(sukrosa) dilarutkan dalam air dan dipanaskan, sebagian sukrosa akan terurai menjadi

glukosa dan fruktosa, yang disebut gula invert (Winarno,2004).

Inversi sukrosa terjadi dalam suasana asam. Suhu berpengaruh terhadap

pembentukan gula invert, dimana semakin tinggi suhu, persentase pembentukan gula

invert semakin tinggi pula.

Metoda yang digunakan pada uji gula ini yaitu metoda luff schoorl. Prinsipnya

sukrosa dihidrolisis menjadi gula pereduksi. Jumlah gula pereduksi ditentukan dengan

cara seperti pada penetapan kadar gula pereduksi. Hasil kali faktor kimia dengan

selisih kadar gula sesudah dan sebelum invers menunjukkan kadar sukrosa.

c.Uji Angka Lempeng Total (ALT)

Uji angka lempeng total merupakan metoda paling umum yang digunakan untuk

menghitung adanya bakteri yang terhadap dalam sediaan yang diperiksa (Joko, 1989).

Uji angka lempeng total dapat dilakukan dengan dua teknik, yaitu teknik cawan

tuang (pour plate) dan teknik sebaran (spread plate). Media yang digunakan adalah

PCA (Plate Count Agar).

Prinsip teknik Spread Plate adalah menumbuhkan mikroorganisme dari suatu

larutan ke permukaan media padat. Koloni diharapkan akan tumbuh dipermukaan

agar dengan menggunakan nutrisi dari medium pertumbuhan dibawahnya. Kelebihan

spread plate adalah mikroorganisme tidak terpapar pada suhu dimana agar masih cair

sehingga memungkinkan didapatkannya jumlah yang lebih tinggi dari volume yang

sama dibandingkan pour plate. Selain itu, metoda ini memudahkan untuk pengamatan
13
morfologi koloni yang lebih jelas dan sangat cocok untuk menumbuhkan mikroba

aerob.

Teknik pour plate adalah teknik penanaman mikroorganisme dengan

mencampurkan inokulum sampel dengan medium padat yang masih berbentuk cair

sehingga kumpulan sel akan tersebar merata keseluruh media (tidak hanya

dipermukaan). Pencampuran inokulum keseluruh media otomatis dapat meningkatkan

jumlah sampel yang dimasukkan dalam luasan cawan petri yang sama dibandingkan

dengan spread plate. Cara ini cocok untuk menumbuhkan mikroorganisme yang tidak

terpengaruhi pertumbuhannya oleh keberadaan oksigen.

d. Uji Organoleptik

Pengujian organoleptik atau sensory test didefinisikan sebagai metode untuk

mengukur, menganalisa, dan menginterprestasikan reaksi dari karakteristik bahan

pangan yang diterima melalui penglihatan (sight), bau (smell), rasa (taste), sentuhan

(touch), dan pendengaran/suara (hearing). Tujuan organoleptik adalah untuk

mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan menyangkut mutu produk yang

berkaitan dengan pembedaan (untuk membedakan mutu organoleptik baik satu atau

beberapa atribut organoleptik maupun secara keseluruhan). Afektifitas (untuk

mengukur preferensi dan penerimaan) dan deskriptif (untuk mendeskripsikan atribut-

atribut organoleptik).

Keuntungan organoleptik:

1. Hasil analisis organoleptik dapat diperoleh jauh lebih cepat dibandingkan

dengan hasil penguji lainnya.

2. Dapat mengukur tingkat kesukaan terhadap suatu produk.

3. Dapat membantu konsumen untuk menentukan pilihan terhadap suatu

produk.
14
B. Penelitian Relevan

Berdasarkan studi kepustakaan yang dilakukan, ditemukan penelitian yang

relevan dengan penelitian ini, antara lain dilakukan oleh Qori Oktragangga, dkk

(2017).

Oktarangga (2017) melakukan penelitian dengan judul “Pemanfaatan Kulit

Buah Naga Merah dan Penambahan Ubi Jalar Ungu Pada Pembuatan Sirup”.

Berdasarkan hasil penelitiannya disimpulkan bahwa penggunaan kulit buah naga

merah dan ubi jalar ungu berpengaruh terhadap pH, kadar sukrosa, viskositas, warna,

aroma, rasa dan kekentalan secara deskriptif dan penilaian keseluruhan secara

hedonik produk sirup yang dihasilkan.

Persamaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Oktarangga, dkk (2017) adalah bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini

dengan penelitian sebelumnya sama yaitu menggunakan kulit buah dan gula pasir.

Sebaliknya, perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian

sebelumnya terletak pada penggunaan kulit buah yang berbeda, cara pembuatan sirup

dari kulit buah jeruk, dan parameter yang digunakan pada penelitian ini berbeda

dengan penelitian sebelumnya.

15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jadwal dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 7 September s.d. 19

Oktober di Laboratorium SMK-SMAK Padang.

B. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang dimaksud pada penelitian ini adalah

persiapan kerja pembuatan sirup yang terdiri atas (1) persiapan sampel dan

(2) tenik sampling.

1. Persiapan sampel

Sampel yang digunakan untuk praktikum adalah kulit buah jeruk siam madu.

Dimana sampel tersebut digunakan untuk semua parameter yang diujikan.

Sampel diperoleh dari kulit jeruk siam madu yang dibeli di kedai jus buah.

2. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dari sirup kulit buah jeruk siam madu ini

menggunakan teknik simple random sampling (sampling acak sederhana).

Sampel sirup terdiri dari 5 botol dengan masing-masing botol berisi

sebanyak 100 ml. Botol sirup disusun sejajar dan diambil botol yang

bernomor ganjil. Untuk uji mikrobiologi sampel diambil secara aseptik

dengan menggunakan lampu spiritus disetiap sisi dan menggunakan alat-alat

yang sudah disterilkan terlebih dahulu.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam melakukan analisis pada produk sirup

dari kulit jeruk ini yaitu :

1. Analisis logam Pb metode AAS

16
2. Analisis total logam sebagai sukrosa metode Luff Schoorl

3. Analisis angka lempeng total metode MPN

4. Uji Organoleptik

D. Alat dan Bahan

a. Alat Bahan Pembuatan Produk Sirup :

Alat : Bahan :

1. Panci 1. Sampel kulit jeruk

2. Blender 2. Air

3. Gelas 3. Gula

4. Sendok 4. Tepung maizena

5. Wadah

6. Saringan

b. Penetapan Kadar Logam Pb dengan Metoda AAS

Alat :

1. AAS beserta kelengkapannya 7. Labu ukur 1000 ml, 100 ml dan

(lampu katoda Pb) 50 ml terkalibrasi

2. Tanur terkalibrasi 8.Gelas ukur 10 ml

3. Neraca analitik terkalibrasi 9.Gelas piala 250 ml

4. Pemanas listrik 10.Cawan porselen 50-100 ml

5. Penangas air 11.Botol polyprophylene

6. Pipet ukur 0,05 ml atau mikro 12.Kertas saring

buret terkalibrasi

Bahan :

1. Sampel 3. HCl Pekat

2. HNO3 Pekat 4. HNO3 0,1N


17
5. HCl 6N 7. Aquabidest

6. Titrisol Pb

c. Penetapan Total Gula (metode luff schoorl)

Alat :

1. Neraca analitik 9. Labu ukur 1000 ml,250 ml,100

2. Penangas listrik ml

3. Penangas air 10. Buret 50 ml

4. Pendingin tegak 11. Batu didih

5. Termometer 12. Pipet gondok 50 ml

6. Stopwatch 13. Pipet tetes

7. Erlenmeyer 250 ml 14. Corong

8. Pipet volumetrik 50 ml, 25 ml,

10 ml

Bahan :

1. Sampel 8. Larutan NaOH 30%

2. Larutan luff schoorl 9. Indikator PP

3. Larutan KI 20% 10.Larutan Pb asetat

4. Larutan H2SO4 25% (Pb(CH3COO)2) setengah basa

5. Larutan Na2S203 0,1N 11. Larutan Na2HPO4 10%

6. Larutan HCl 25% 12. Larutan Natrium Pospat

7. Indikator amilum (Na3PO4) 10%

d. Uji Angka Lempeng Total

Alat :
18
1. Gelas piala 250 ml 7. Pipet takar 1 ml

2. Erlenmeyer 250 ml 8. Kuvet

3. Oven 9. Autoklaf

4. Inkubator 10. Lampu spiritus

5. Batang pengaduk 11. Mikro pipet

6. Cawan petri

Bahan :

1. Sampel 4. Alkohol 70%

2. Larutan pengencer BPW 5. Aquadest

3. Media PCA

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dari sampel penelitian adalah menggunakan parameter

uji sebagai berikut.

a. Pembuatan Sirup dari Kulit Jeruk Siam Madu :

Prosedur kerja :

1) Dikupas kulit jeruk siam madu dan cuci dengan air mengalir.

2) Direbus kulit jeruk siam madu dalam air mendidih selama 1 menit.

3) Diblender kulit jeruk siam madu sampai halus dengan tambahan sedikit air.

4) Lalu disaring dengan menggunakan penyaring dengan penampung wadah.

5) Kemudian masukkan hasil saringan tadi kedalam panci, lalu ditambahkan

dengan air gula dan tepung maizena secukupnya.

19
6) Aduk diatas nyala api kompor sampai mengental.

b. Uji Kadar Logam Pb dalam Sirup

1. Pembuatan Titrisol Pb

mg 1000 mg
Konsentrasi = = = 1000 mg/L
L 1L

Cara Kerja:

1. Ditimbang timbal Pb 1000 g.


2. Dilarutkan dengan 5 ml HNO3 pekat.
3. Dilarutkan dengan aquabidesdalam labu ukur 1 liter.
4. Homogenkan.

2. Pembuatan Larutan Intermediet 25 ppm dalam Labu Ukur 100 ml

V1.C1 = V2.C2
V 2. C 2
V1 =
V1
V 2.C2
=
V1
100 ml .25 ppm
=
1000 ppm
= 2,5 ml

Cara Kerja :

1. Di turunkan 2,5 ml larutan induk Pb dengan buret.


2. Masukkan kedalam labu ukur 100 ml.
3. Paskan dengan aquabidest.
4. Homogenkan.

3. Pembuatan Deret Standar (0 ; 0,5 ; 1; 1,5 ; 2 ; 2,5 ) ppm

a. 0 ppm,25 ml
V1. C1 = V2.C2

20
V 2.C2
V1 =
V1
25 ml . 0 ppm
= = 0 ml
25 ppm

b. 0,5 ppm, 25 ml
V1 . C1 = V2 . C2
25 ml . 0,5 ppm
V1 = = 0,5 ml
25 ppm
c. 1 ppm,25 ml
V1. C1 = V2 . C2
25 ml .1 ppm
V1 = = 1 ml
25 ppm
d. 1,5 ppm, 25 ml
V1 . C1 = V2 . C2
25 ml .1,5 ppm
V1 = = 1,5 ml
25 ppm
e. 2 ppm , 25 ml
V1 . C1 = V2 . C2
25 ml . 2 ppm
V1 = = 2 ml
25 ppm
f. 2,5 ppm, 25 ml
V1 . C1 = V2 . C2
25 ml . 2,5 ppm
V1 = = 2,5 ml
25 ppm

Cara Kerja :

1. Isi dan paskan buret dengan larutan intermediet.


2. Turunkan sesuai kebutuhan volume perhitungan ke labu ukur 25ml.
3. Tambahkan 1-3 tetes HNO3 pekat.
4. Paskan sampai tanda batas dengan aquabidest

4. Prosedur kerja penentuan kadar logam Pb dalam sirup adalah sebagai berikut :

1) Timbang 10 g sampai dengan 20 g sampel dengan teliti dalam cawan porselin.


21
2) Tempatkan cawan berisi sampel diatas penangas air dan panaskan secara

bertahap sampai sampel tidak berasap lagi.

3) Lanjutkan pengabuan dalam tanur pada suhu (450 ± 5) °C sampai abu

berwarna putih, bebas dari karbon.

4) Apabila abu belum bebas dari karbon yang ditandai dengan warna keabu-

abuan ,basahkan dengan beberapa tetes air dan tambahkan tetes demi tetes

HNO3 pekat kira-kira 0,5 ml sampai 3 ml.

5) Keringkan cawan diatas penangas listrik dan masukkan kembali kedalam

tanur pada suhu 450°C. Kemudian lanjutkan pemanasan sampai abu menjadi

putih. Penambahan HNO3 pekat dapat diulangi apabila abu masih berarna

keabu-abuan.

6) Larutkan abu berwarna putih dalam 5 ml HCl 6N sambil dipanaskan diatas

penangas listrik atau penangas air sampai kering, kemudian larutkan dengan

HNO3 0,1 N dan masukkan kedalam labu ukur 50 ml kemudian tepatkan

hingga tanda garis dengan air suling, jika perlu ,saring larutan menggunakan

kertas saring, kedalam botol polyprophylene.

7) Siapkan larutan blanko dengan penambahan pereaksi dan perlakuan yang

sama seperti sampel.

8) Baca absorbans larutan baku kerja dan larutan contoh terhadap blanko

menggunakan AAS pada panjang gelombang maksimum sekitar 283 nm.

9) Buat kurva kalibrasi antara konsentrasi logam (µg/mL) sebagai sumbu X dan

absorbans sebagai sumbu Y.

10) Plot hasil pembacaan larutan contoh terhadap kurva kalibrasi,dan

11) Hitung kandungan logam dan sampel.

22
V x[ ]
Kadar logam Pb =
massa sampel (kg)

Keterangan :

V = Volume larutan (L)

[ ] = Konsentrasi (mg/l)

c. Uji Total Gula Sebagai Sukrosa Metode Luff Scoorl

Prosedur kerja :

a. Preparasi Sampel

1) Timbang 2 gram sampel dan masukkan kedalam labu ukur 250 ml, tambahkan

aquadest dan homogenkan (F1)

2) Pipet filtrat (F1) sebanyak 50 ml dengan pipet gondok dan masukkan kedalam

labu ukur 100 ml.

3) Ditambahkan 10 ml Pb asetat ½ basa, dikocok..

4) Tambahkan dengan pipet tetes Na2HPO4 10%, bila timbul endapan putih

berarti penambahan Pb asetat ½ basa sudah cukup.

5) Tambahkan Natrium Pospat (Na3PO4) sampai tidak terbentuk endapan putih

lagi (berarti kelebihan Pb asetat telah diendapkan semuanya).

6) Paskan dengan aquadest, homogenkan dan biarkan 5 menit disaring dengan

corong hingga didapat filtrat 2 (F2).

b. Sebelum Inversi

1) Dipipet 10 ml F2 dan masukkan kedalam erlenmeyer.

23
2) Ditambahkan 15 ml aquadest, 25 ml luff schoorl dengan pipet gondok dan

beberapa batu didih.

3) Pasang pendingin tegak pada mulut erlennmeyer lakukan refluk selama 10

menit.

4) Segera didinginkan dalam es kemudian tambahkan H2SO4 25% sebanyak 25 ml

dan larutan KI 20% sebanyak 10 ml.

5) Titrasi dengan larutan thio 0,1 N hingga kuning gading.

6) Tambahkan 2 ml amilum, dititrasi kembali dengan thio hingga TAT (hilang

warna biru).

7) Lakukan duplo

8) Lakukan terhadap blanko

c. Setelah Inversi

1) Dipipet 50 ml F1 dengan pipet gondok.

2) Masukkan kedalam labu ukur 100 ml.

3) Tambahkan 25 ml HCl 25 %, pasang thermometer dan lakukan hidrolisis

diatas penangas air. Apabila suhu mencapai 68-70 °C suhu dipertahankan 10

menit tepat.

4) Angkat dan bilas thermometer dengan air lalu dinginkan.

5) Tambahkan NaOH 30% (sampai warna merah jambu) dengan indikator pp,

cek pH sampai netral dengan menggunakan kertas pH universal, paskan

dengan aquadest hingga tanda batas, kocok 12 kali (F3).

6) Pipet 10 ml larutan sampel tersebut ke erlenmeyer, tambahkan 15 ml aquadest

dan 25 ml luff schoorl.

24
7) Hubungkan dengan pendingin tegak dan panaskan diatas penangas listrik atau

kompor, usahakan dalam waktu 3 menit sudah harus mulai mendidih.

Panaskan terus sampai 10 menit, dinginkan dan tambah KI 20% 15 ml dan 25

ml H2SO4 25% lalu dititar dengan thio 0,1 N hingga kuning gading.

8) Ditambahkan 2 ml amilum 0,5% dititrasi kembali dengan larutan thio 0,1 N

hingga TAT hilang warna biru (dicatat sebagai Vs)

9) Lakukan titrasi secara triplo.

10) Kerjakan penetapan blanko dengan 25 ml aquadest dan 25 ml larutan luff

schoorl (dicatat sebagai Vb).

 Sebelum Inverse

( Vb−Vs ) x Nthio
mL sakar =
0,1

catt : mg sakar dapat dilihat dari tabel luff schoorl

mg sakar x fp
% Gula Sebelum Inverse = x 100 %
mg sampel

 Sesudah Inverse

( Vb−Vs ) x Nthio
mL sakar =
0,1

catt : mg sakar dapat dilihat dari tabel luff schoorl

mg sakar x fp
% Gula Setelah Inverse = x 100 %
mg sampel

 Kadar Sakarosa = % (Sesudah inverse-Sebelum inverse) x 0,95

d. Uji Angka Lempeng Total


25
Prosedur Kerja :

1) Disemprot seluruh area kerja dengan menggunakan alkohol 70%.

2) Bekerja secara aseptis.

3) Dibuat media PCA serta larutan pengencer BPW.

4) Disterilisasi alat dan bahan yang akan digunakan dengan autoclave/oven.

5) Dipipet masing-masing sampel 1 ml dari pengenceran 10 -2 dan 10-3 kedalam

cawan petri secara duplo.

6) Kedalam cawan petri dituangkan media PCA yang telah dituang sepertiga

cawan.

7) Lalu homogenkan cawan petri yaitu dengan cara gerakan melingkar hingga

semua tercampur.

8) Ditunggu sampai mengeras dan di inkubasi didalam inkubator selama 2 hari.

10) Diinkubasi selama 2 hari, diamati dan dihitung angka lempeng total sesuai

perhitungan.

1
ALT (koloni/ml) = n x
fp

Ket :

N : rata-rata koloni dari dua cawan petri dari satu pengenceran (koloni/ml)

Fp : Faktor pengenceran dari rata-rata koloni yang dipakai

26
4. Uji Organoleptik

A. Bau

1. Diambil contoh uji dan letakan diatas wadah yang bersih dan kering.

2. Dicium contoh uji untuk mengetahui baunya.

3. Lakukan pengerjaan minimum oleh beberapa panelis yang tidak terlatih.

B. Rasa

1. Diambil contoh uji dan diraskan dengan indra pengecap (Lidah).

2. Lakukan pengerjaan minimum oleh beberapa panelis yang tidak teruji.

C. Warna

1. Diambil contoh secukupnya dan letakan diatas wadah yang bersih dan kering.

2. Lihat warna contoh uji

3. Lakukan pengerjaan minimum oleh beberapa panelis yang tidak terlatih.

D. Tekstur

1. Diambil contoh uji dan letakan diatas wadah yang bersih dan kering.

2. Diamati contoh uji untuk mengetahui teksturnya.

F. Analisis Biaya Pembuatan dan Pengujian Mutu Produk

27
 Biaya Administrasi

No Bahan atau kegiatan Harga

1 Biaya print Rp.30.000

2 Biaya transportasi Rp.20.000

3 Biaya lain-lain Rp.20.000

Total Rp.70.000

 Biaya Produksi

No Bahan Jumlah Harga

1 Kulit jeruk 1 kg Rp.20.000

2 Gula Pasir ¼ kg Rp.5.000

3 Tepung meizena 150 gr Rp.6.000

Total Rp.31.000

 Biaya analisa

No Nama Bahan Jumlah Harga

1 Asam Nitrat 50 ml Rp.8.000

2 Asam Klorida 150 ml Rp.13.000


28
3 Titrisol Pb 25 ml Rp.15.000

4 Aquabidest 1000ml Rp.40.000

5 Kalium Iodida 20 gram Rp.10.000

6 Asam Sulfat 100 ml Rp.30.000

7 Natrium Tiosulfat 7 gram Rp.28.000

8 Natrium Karbonat 80 gram Rp.5.000

9 Tembaga (II) sulfat 15 gram Rp.3.000

10 Indikator Amilum 1 gram Rp.10.000

11 Indikator PP 1 gram Rp.20.000

12 Pb Asetat 12 gram Rp.25.000

13 Sodium Asetat 10 gram Rp.4.000

14 BPW 3g Rp.5.000

15 PCA 3g Rp.5.000

16 Alkohol 70% 100 ml Rp.3.000

17 Aquadest 1000 ml Rp.5.000

18 Natrium Hidroksida 30 gram Rp.30.000

19 Natrium Phospat 100 gram Rp. 10.000

29
Total Rp.269.000

 Biaya Keseluruhan

No Jenis Biaya Harga

1 Biaya administrasi Rp.70.000

2 Biaya Produksi Rp.31.000

3 Biaya Analisa Rp.269.000

Total Rp.370.000

30
KEPUSTAKAAN

Admin. 2018. “Pengenalan dan Identifikasi Spesies Jeruk”,

(http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id/pengenalan-dan-identifikasi-spesies-

jeruk), diakses tanggal 11 Agustus 2022.

Aninsi, Niken. 2021. “Manfaat Kulit Jeruk”.

(https://katadata.co.id/safrezi/berita/617fb43e1f2e4/jarang-diketahui-ini-

manfaat-kulit-jeruk-dan-efek-sampingnya), diakses tanggal 29 Juli 2022.

Badan Standarisasi Nasional. 2013, SNI 3544 : 2013 tentang Sirup, Jakarta :

BSN.

Diah Ayu Lestari. 2021. “Manfaat Dan Efek Samping Memakan Kulit Jeruk”,

(https://hellosehat.com/nutrisi/fakta-gizi/manfaat-dan-efek-makan-kulit-

jeruk/), diakses tanggal 29 Juli 2022.

Elvi Sunarsih. 2018. “Konsep Pengolahan Limbah Rumah Tangga dalam Upaya

Pencegahan Pencemaran Lingkungan”

(https://ejournal.fkm.unsri.ac.id/index.php/jikm/article/view/158), diunduh

tanggal 21 Juli 2022.

Eza Ria Friatna, Achmad Rizqi, Tanti Hidayah. 2011. “Uji Aktivitas

Antioksidan Pada Kulit Jeruk Manis (Citrus sinensis)”,

(https://journal.uny.ac.id/index.php/pelita/article/view/4276), diakses

tanggal 29 Juli 2022.

Jawetz, E, dkk. 1995. “Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan” edisi 16, 299-

303. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

31
M, Baedhowie, Sri Pranggonowati, B. Sc, 1982, “Petunjuk Praktek Pengawasan

Mutu Hasil Pertanian 1”, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Jakarta.

Pracaya, 2006. “Jeruk Manis Varietas, Budidaya dan Pascapanen”. Jakarta :

Penebar Swadaya.

Qori Oktragangga, Netti Herawati, Rahmayuni Rahmayuni2. 2017.

“Pemanfaatan Kulit Buah Naga Merah dan Penambahan Ubi Jalar Ungu

pada Pembuatan Sirup”,

(https://www.neliti.com/publication/200548/pemanfaatan-kulit-buah-naga-

merah-dan-penambahan-ubi-jalar-ungu-pada-pembuatan-sirup) , diakses

tanggal 22 Juli 2022.

Rizani Ahmad, Indrati Kusumaningrum, Andi Noor Asikin. 2017. “Uji

Organoleptik dan Viskositas Sirup Rumput Laut”,

(https://baristandsamarinda.kemenperin.go.id/download/proceeding/2017_se

mnas1/Hal_125-131_Ok.pdf), diunduh tanggal 11 Agustus 2022.

Siahaan, B., Mantiri, D., & Rimper, J. (2017). “Analisis logam timbal (pb) dan

konsentrasi klorofil pada alga Padina australis Hauck dari perairan teluk

Totok dan perairan Blongko”, provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Pesisir dan

Laut Tropis, 5(3), 31-37.

Singh B, Singh JP, Kaur A, Singh N. 2020. “Phenolic composition,

antioxidant potential and health benefits of citrus peel”. Food Research, No

132.

Sudarmadji, Slamet, Bambang Haryono, Suhardi, “Prosedur Untuk Analisa

Bahan Makanan dan Pertania”. Penerbit Liberty, Yogyakarta.

32
Winarno, 2004. “Kimia Pangan dan Gizi”. Jakarta : Gramedia Pustaka.

Yuyun, dkk. 2017. “Analisis Kandungan Logam Timbal dan Kadmium.

Luwuk “ : Strikes.

33
LAMPIRAN 1

PEMBUATAN REAGEN

A. Na2S2O3 0,1 N

Cara Kerja :

1. Ditimbang 6,2000 gram Na2S2O3

2. Larutkan Na2S2O3 dengan 250 ml aquadest (yang telah dipanaskan dan kemudian

didinginkan) di dalam gelas piala.

3. Simpan dalam botol berwarna gelap dan beri label.

Perhitungan :

Na2S2O3 0,1 N → 250 ml

BE Na2S2O3 →248 gram/molek

Berat = N x V x BE

= 0,1 molek/L x 0,25 L x 248 gram/molek

= 6,2000 gram

B. NaOH 30 %

Cara Kerja :

1. Ditimbang NaOH sebanyak 30 gram dengan neraca kasar.

2. Dilarutkan dengan aquadest sampai volume 100 ml.

34
3. Dihomogenkan

4. Disimpan dalam botol reagen dan beri label.

Perhitungan :

gram zat terlarut


% b/v = x 100%
ml larutan

x
30 % = x 100%
100 ml

30 % x 100 ml
= = 30 gram
100

c. KI 20 %

Cara Kerja :

1. Ditimbang kristal kalium iodida (KI) sebanyak 20 gram dengan neraca kasar.

2. Dilarutkan dengan aquadest sampai volume 100 ml dalam gelas piala dan

homogenkan.

3. Disimpan dalam botol reagen dan beri label.

Perhitungan :

gram zat terlarut


% b/v = x 100%
ml laruta n

x
20 % = x 100%
100 ml

20 % x 100 ml
= = 20 gram
100

35
d. Amilum 0,5 %

Cara Kerja :

1. Ditimbang 0,1 gr amilum dengan neraca kasar.

2. Dilarutkan sedikit demi sedikit dengan 20 ml aquadest sambil dipanaskan di

dalam gelas piala.

3. Aduk sampai warnanya bening.

Perhitungan :

gram zat terlarut


% b/v = x 100%
ml larutan

x
0,5 % = x 100%
20 ml

0,5 % x 20 ml
= = 0,1 gram
100

e. H2SO4 25 %

Cara Kerja :

1. Diambil 93,8 ml H2SO4 pekat dengan gelas ukur.

2. Dilarutkan dalam gelas piala yang berisi 1/3 aquadest.

3. Ditambahkan aquadest hingga volume 250 ml dan homogenkan.

36
4. Dimasukkan dalam botol reagen dan beri label.

Perhitungan :

V larutan = 250 ml

10 x % x BJ
N =
BE

10 x 25 % x 1,84 g /ml
= = 9,38 N
49 g /molek

(V x N) pekat = (V x N) encer

V x 25 N = 250 ml x 9,38 N

250 ml x 9,38 N
V pekat = = 93,8 ml
25 N

f. Pb Asetat ½ basa (PbO + Pb asetat 1:3)

Cara Kerja :

1. Ditimbang 0,6 gram PbO dan 1,5 gram Pb asetat dalam 20 ml aquadest dalam

gelas piala, lalu panaskan hingga mendidih.

g. HCl 25 %

Cara Kerja :

1. Ambil HCl pekat 8,15 N dengan gelas ukur sebanyak 55,21 ml.

2. Masukkan kedalam gelas piala yang tela berisi 1/3 aquadest, paskan hingga

volume 50 ml, lalu dihomogenkan.

3. Masukkan kedalam botol reagen dan beri label.


37
Perhitungan :

V larutan = 50 ml

10 x % x BJ
N =
BE

10 x 25 % x 1,19 g/ml
= = 8,15 N
36 , 5 g/molek

(V x N) pekat = (V x N) encer

V x 9 N = 50 ml x 8,15 N

50 ml x 9 N
V pekat = = 55,21 ml
8,15 N

h. Larutan luff schoorl

Cara Kerja :

1. Larutkan 71,9 gram Na2CO3 anhidrat dalam 150 ml aquadest sambil diaduk.

2. Tambahkan 25 gram asam sitrat yang telah dilarutkan dengan aquadest.

3. Tambahkan 12,5 gram CuSo4 yang telah dilarutkan dengan 50 ml aquadest.

4. Pindahkan kedalam labu ukur 500 ml , paskan, dan homogenkan.

5. Biarkan semalam dan saring bila perlu.

i. Na2HPO4

Cara Kerja :

1. Ditimbang Na2HPO4 sebanyak 10 gram dengan neraca kasar.

38
2. Dilarutkan dengan aquadest sampai volume 100 ml dalam gelas piala.

3. Homogenkan.

4. Simpan dalam botol reagen dan beri label.

Perhitungan :

V larutan = 100 ml

[ ] Na2HPO4 = 10%

gram zat terlarut


% b/v = x 100%
ml larutan

x
10% = x 10%
100 ml

10 % x 100 ml
= = 10 gram
100

j. HNO3 0,1N

Cara Kerja :

1. Dipipet HNO3 pekat sesuai perhitungan

2. Dimasukkan kedalam gelas piala yang telah berisi 1/3 aquadest.

3. Ditambahkan aquadest sampai volume yang ditentukan.

4. Dihomogenkan.

Perhitungan :

39
(V x N) HNO3 pekat = (V x N) HNO3 encer

V x 16 N = 50 ml x 0,1 N

V pekat = 0,32 ml

k. HCl 6N

Cara Kerja :

1. Ambil HCl pekat 9 N dengan gelas ukur.

2. Masukkan kedalam gelas piala yang tela berisi 1/3 aquadest lalu dihomogenkan.

3. Masukkan kedalam botol reagen dan beri label.

Perhitungan :

V larutan = 50 ml

(V x N) pekat = (V x N) encer

V x 9 N = 50 ml x 6 N

50 ml x 6 N
V pekat = = 33,33 ml
9N

l. Pembuatan Titrisol Pb

mg 1000 mg
Konsentrasi = = = 1000 mg/L
L 1L

40
Cara Kerja:

1. Ditimbang timbal Pb 1000 g.

2. Dilarutkan dengan 5 ml HNO3 pekat.

3. Dilarutkan dengan aquabides dalam labu ukur 1 liter.

4. Homogenkan.

m. Pembuatan Larutan Intermediet 25 ppm dalam Labu Ukur 100 ml

V1.C1 = V2.C2
V 2. C 2
V1 =
V1
V 2.C2
=
V1
100 ml .25 ppm
=
1000 ppm
= 2,5 ml

Cara Kerja :

1. Di turunkan 2,5 ml larutan induk Pb dengan buret.

2. Masukkan kedalam labu ukur 100 ml.

3. Paskan dengan aquabidest.

4. Homogenkan.

n. Pembuatan Deret Standar (0 ; 0,5 ; 1; 1,5 ; 2 ; 2,5 ) ppm

g. 0 ppm,25 ml
V1. C1 = V2.C2
V 2.C2
V1 =
V1

41
25 ml . 0 ppm
= = 0 ml
25 ppm
h. 0,5 ppm, 25 ml
V1 . C1 = V2 . C2
25 ml . 0,5 ppm
V1 = = 0,5 ml
25 ppm
i. 1 ppm,25 ml
V1. C1 = V2 . C2
25 ml .1 ppm
V1 = = 1 ml
25 ppm
j. 1,5 ppm, 25 ml
V1 . C1 = V2 . C2
25 ml .1,5 ppm
V1 = = 1,5 ml
25 ppm
k. 2 ppm , 25 ml
V1 . C1 = V2 . C2
25 ml . 2 ppm
V1 = = 2 ml
25 ppm
l. 2,5 ppm, 25 ml
V1 . C1 = V2 . C2
25 ml . 2,5 ppm
V1 = = 2,5 ml
25 ppm

Cara Kerja :

1. Isi dan paskan buret dengan larutan intermediet.

2. Turunkan sesuai kebutuhan volume perhitungan ke labu ukur 25ml.

3. Tambahkan 1-3 tetes HNO3 pekat.

4. Paskan sampai tanda batas dengan aquabidest.

o. Pembuatan Larutan Na3PO4 10%

gram zat terlarut


% b/v = x 100%
ml larutan

42
x
10% = x 10%
100 ml

10 % x 100 ml
= = 10 gram
100

p. Pembuatan Media PCA

Cara Kerja :

1. Ditimbang padatan media sesuai perhitungan.

2. Dilarutkan dengan aquadest dalam erlenmeyer dan homogenkan.

3. Disterilkan media didalam autoklaf.

Perhitungan :

22,5 gram x 22,5 gram x 100 mL


PCA= x = =2,25 gram
1000 mL 100 ml 1000 mL

q. Pembuatan BPW

Cara Kerja :

1. Ditimbang padatan media sesuai perhitungan.

2. Dilarutkan dengan aquadest dalam erlenmeyer dan homogenkan.

3. Disterilkan media didalam autoklaf.

Perhitungan :

25,5 gram x 25,5 gram x 100 mL


BPW = x = =2,55 gram
1000 mL 100 mL 1000 mL

43
44
Lampiran 2. SNI

45

Anda mungkin juga menyukai