Anda di halaman 1dari 25

TUGAS FINAL

“ANALISIS MAKANAN, MINUMAN DAN KOSMETIK YANG


MENGANDUNG PENGAWET”

OLEH:
KELOMPOK III
Herlina 1701157
Rian Rustan 1701117
Vira Yunira 1701216
Muhammad Erwin 1701065
Diana Nur Khoiriah 1701204
Ainun fijar seruni Abdullah 1701134
Rani Wulandari 1701186
Yani irda mandasari 1701183
Nurul Khaerat Yusuf 19013101
Nur Hikmah Jainal 19013100
Ahyuni Hasbah 19013066
Aprilia C.Putri Mitan 19013087
Elisabeth Sipahelut 19013064
Destika Aqni 19013064
Hildayanty jasmin 19013060
Ahmad Mujahidin Irwan 19013065

DOSEN PENGAMPUH MATAKULIAH :


FAHRI MUBARAK, S.Si.,M.Si.

PROGRAM STUDI STRATA SATU FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa
karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “Analisis
Makanan, Minuman dan Kosmetik yang Mengandung Pengawet” dengan
tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak mungkin terwujud tanpa
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak
yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Dan kami juga menyadari bahwa isi dari penulisan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritikan dari berbagai
pihak yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga Tuhan yang Maha Esa melimpahkan rahmat-Nya
kepada kita semua.

Makassar, 29 Juni 2021

Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I...........................................................................................................5
PENDAHULUAN.........................................................................................5
I.1 Latar Belakang................................................................................... 5
I.2 Rumusan Masalah..............................................................................6
I.3 Maksud dan Tujuan Analisis...............................................................6
I.3.1 Maksud Analisis...........................................................................6
I.3.2 Tujuan Analisis.............................................................................6
I.3.2 Sumber Data................................................................................6
BAB II..........................................................................................................8
PEMBAHASAN...........................................................................................8
II.1 Pengertian Makanan, Minuman dan Kosmetik..................................8
II.1.1 Pengertian Makanan...................................................................8
II.1.2 Pengertian Minuman...................................................................9
II.1.3 Pengertian Kosmetik.................................................................10
II.2 Langkah-langkah Analisis Makanan................................................11
II.2.1 Analisis Makanan Yang Mengandung Natrium Benzoat...........11
II.2.2 Hasil Analisis Makanan yang mengandung Natrium Benzoat...13
II.3 Langkah-langkah Analisis Minuman................................................13
II.3.1 Analisis Minuman Yang Mengandung Natrium Benzoat...........13
II.3.2 Hasil Analisis Minuman Yang Mengandung Natrium Benzoat. .15
II.4 Langkah-langkah Analisis Kosmetik................................................16
II.4.1 Analisis Kosmetik yang mengandung paraben.........................16
II.4.2 Hasil Analisis Kosmetik Yang Mengandung Paraben...............18
II.5 Langkah-langkah Analisis Makanan................................................18
II.5.1 Analisis Makanan Yang Mengandung Boraks...........................18
II.5.2 Hasil Analisis Makanan yang mengandung Boraks .................19
II.6 Langkah-langkah Analisis Makanan................................................20
II.6.1 Analisis Makanan Yang Mengandung Formalin........................20
II.6.2 Hasil Analisis Makanan yang mengandung Formalin................21
BAB III.......................................................................................................23
PENUTUP.................................................................................................23
III.1 Kesimpulan.....................................................................................23
III.2 Saran..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..….24

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Perkembangan dunia industri khususnya industri pangan sangatlah
pesat seiring dengan banyaknya permintaan pasar yang meningkat. Hal
ini disebabkan dengan semakin banyaknya penduduk yang berperan
sebagai konsumen. Makanan dan minuman merupakan benda yang tak
dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain makanan
dan minuman merupakan kebutuhan pokok kita sebagai makhluk hidup.
Untuk kontinuitas pemasaran, industri pangan harus selalu
mengusahakan agar produk-produk yang dihasilkan mempunyai kualitas
yang baik. Namun, tidak menutup kemungkinan adanya kecurangan yang
dilakukan oleh pihak industri pangan tersebut melainkan hanya
memikirkan keuntungan yang diperoleh.
Penggunaan zat pengawet dalam industri pangan bukanlah hal yang
asing kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Khususnya pada industri
minuman kemasan. Zat pengawet digunakan sebagai tambahan pada
minuman agar minuman dapat dikonsumsi dalam batas waktu yang lama.
Banyak jenis minuman kemasan yang kita jumpai di pasar yang
menggunakan zat pengawet. Pada umumnya pihak produsen minuman
kemasan mencantumkan komposisi, nilai kandungan gizi, batas
kadaluarsa dari produk kemasan yang diproduksi mereka, dan begitu juga
untuk jenis zat pengawet yang digunakan biasanya tertera dalam label
kemasannya. Namun terkadang kita sering terkecoh dan terlalu percaya
dengan apa yang tertera saja tanpa kita tahu kebenarannya. Dengan
demikian sudah pasti kita sebagai konsumenlah yang paling dirugikan
dalam hal ini.
Pengawetan konvensional sudah sejak dulu digunakan seperti
pengeringan, penggaraman, pembekuan, serta fumigasi dan sampai
sekarang masih digunakan walaupun hasil yang didapatkan kurang
memuaskan karena hasil yang diperoleh sedikit sedangkan kebutuhan
manusia akan pangan sangat besar sehingga para peneliti mencari
alternatif baru untuk menyeimbangkan produksi pangan dengan
kebutuhan manusia.
Penggunaan zat pengawet sebagai bahan tambahan pada minuman
kemasan mempunyai aturan baik dari jenis yang digunakan maupun dari
segi konsentrasinya. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
yang tertera dalam Menkes No. 722/Menkes/Per/IX /1988

I.2 Rumusan Masalah


1. Apakah makanan, minuman dan kosmetik yang ada dipasaran
mengandung bahan pengawet berbahaya?
2. Berapakah kadar zat pengawet yang terkandung dalam makanan,
minuman dan kosmetik?

I.3 Maksud dan Tujuan Analisis


I.3.1 Maksud Analisis
Maksud dari analisis adalah menganalisis zat pengawet berbahaya
yang terdapat pada makanan, minuman dan kosmetik
I.3.2 Tujuan Analisis
Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui jenis pengawet yang
berbahaya terkandung dalam makanan, minuman dan kosmetik
dipasaran.
I.3.2 Sumber Data
1. Jurnal “Analisis Pengawet Natrium Benzoat pada Selai Stroberi
Curah di Pasar Tradisional” oleh Chintya Putri Wira Dhika Luwitono
dan Petrus Darmawan.
2. Jurnal “Analisis Kadar Pengawet Natrium Benzoat Pada Produk
Minuman Berkarbonasi Dengan Metode HPLC” oleh Rahmawati,
Rachmat Kosman, Nurmaya Effendi, Nur Ismayani.
3. Jurnal “Analisis Kualitatif Dan Kuantitatif Kandungan Paraben
Dalam Kosmetik Hand Body Lotion” oleh Wiwin Mey Tjiang, Ni Putu
Diah Kusuma Dewi, Putu Agus Andika Prayoga, Desak Putu Ayu
Suariyani, Gusti Ayu Kopang Maharani, Putu Ayu Rismayani, dan Ni
Made Widi Astuti
4. Jurnal “Analisis Kandungan Zat Pengawet Boraks Pada Jajanan
Sekolah Di Sdn Serua Indah 1 Kota Ciputat” olehApri Utami Parta
Santi
5. Jurnal“Analisis Kandungan Zat Pengawet Formalin Pada Terasi
Yang Diperdagangkan Di Pasar Tradisional Kota Kendari” olehRian
Al Fadli, Muh. Nuh Ibrahim, Muh. Syukri Sadimantara.
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Makanan, Minuman dan Kosmetik


II.1.1 Pengertian Makanan
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk
pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan
air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai
makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan
tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang
digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan pembuatan
makanan atau minuman (Anonim, 2013)
Salah satu contoh pangan yang sering digunakan manusia adalah
makanan jajanan. Makanan jajanan atau street food menurut FAO (Food
and Agriculture) adalah makanan dan minuman yang dipersiapkan dan
dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian
umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan
atau persiapan lebih lanjut. Keunggulan makanan jajanan adalah murah,
mudah didapat, rasanya enak dan cocok dengan selera kebanyakan
masyarakat. Ada empat kelompok makanan jajanan yaitu makanan
utama/main dish, makanan panganan/snack, minuman dan buah-buahan
segar (Noorhamdani dkk, 2011).
Makanan jajanan (street food) sudah menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun
dipedesaan. Badan Pusat Statistik (2004) menunjukkan bahwa perilaku
jajan lebih banyak ditemui di daerah perkotaan (90%) daripada
dipedesaan (78%). Hal ini dimungkinkan karena semakin sempitnya waktu
bagi keluarga di kota besar untuk menyiapkan makananminuman sendiri
(Noorhamdani dkk, 2011).
II.1.2 Pengertian Minuman
Minuman ringan (soft drink) berdasarkan Keputusan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.00.05.52.4040
tentang Kategori Pangan adalah minuman yang tidak mengandung
alkohol yang merupakan minuman olahan yang mengandung bahan
makanan dan bahan tambahan lainnya baik alami maupun sintetik yang
dikemas dalam kemasan siap untuk dikonsumsi. Beberapa contoh
minuman ringan yang saat ini banyak beredar di pasaran dan di toko oleh-
oleh yaitu minuman berkarbonasi, minuman isotonik, minuman sari buah,
kopi, teh dan lain-lain (BPOM, 2006).
Ada berbagai macam minuman yang sering dijumpai dibagi menjadi
5 yaitu (BPOM, 2006):
1. Air Minum
Air minum adalah air yang aman untuk langsung diminum.
Diantaranya air mineral alami dan air minum dalam kemasan baik
yang tidak berkarbonat maupun berkarbonat.
2. Sari buah dan Sari Sayur
Mencakup sari buah dan sari sayuran tidak termasuk minuman yang
mengandung sari buah dan sari sayur yang dibuat dari konsentratnya,
dengan pemanais atau tanpa pemanis, diencerkan dengan air atau air
soda. Sari buah dan sari sayur bisa dalam bentuk tunggal atau
campuran dari berbagai jenis buah dan sayur. Menurut SNI 01-3719-
1995, minuman sari buah adalah minuman ringan yang dibuat dari
sari buah dengan penambahan gula dan bahan tambahan makanan
yang diizinkan.
3. Nektar Buah dan Sayur
Nektar buah dan nektar sayur adalah produk yang mengandung
hancuran (pulpy) buah atau sayur, yang dibuat dari bubur, konsentrat
sari buah atau sayur utuh yang dihomogenisasi dengan air dan gula,
madu, sirup atau pemanis.
4. Minuman Berperisa
Minuman yang ditambah perisa baik alami maupun sintetik dalam
bentuk cair, serbuk ataupun konsentrat.
5. Minuman Hasil Ektraksi Berbasis Air atau Hasil Pencelupan
Minuman dari daun teh, kopi atau bahan-bahan yang lain yang di buat
melalui proses ektraksi, penyaringan, dan pengemasan yang di buat
dengan tambahan pangan lain atau tidak.
II.1.3 Pengertian Kosmetik
Kosmetika menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1176/MENKES/PER/VIII/2010 Tentang Notifikasi Kosmetika
adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada
bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ
genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau
memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada
kondisi baik. Kosmetika berasal dan kata kosmein (Yunani) yang berarti
berhias. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri,
dahulu diramu dari bahanbahan alami yang terdapat di sekitarnya.
Namun, sekarang kosmetik tidak hanya dan bahan alami tetapi juga
bahan buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja,
2011).
Menurut bahan yang digunakan dan cara pengolahannya, kosmetika
dapat dibagi menjadi 2 (dua) golongan besar yaitu (Retno, 2012):
1. Kosmetika Tradisional Kosmetika tradisional adalah kosmetika
alamiah atau kosmetika asli yang dapat dibuat sendiri langsung dari
bahan-bahan segar atau yang telah dikeringkan, buah-buahaan dan
tanam-tanaman. Cara tradisional ini merupakan kebiasaan atau tradisi
yang diwariskan turun-temurun dan leluhur atau nenek moyang sejak
dulu.
2. Kosmetika Modern Kosmetika modem adalah kosmetik yang
diproduksi secara pabrik (laboratorium), di mana telah dicampur
dengan zat-zat kimia untuk mengawetkan kosmetika tersebut agar
tahan lama, sehingga tidak cepat rusak.
Selain berdasarkan bahan yang digunakan dan cara pengolahannya,
kosmetika juga dapat digolongkan berdasarkan kegunaannya bagi kulit,
yaitu (Retno, 2012):
1. Kosmetik perawatan kulit (skin care cosmetic)
a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser), misalnya sabun,
susu pembersih wajah, dan penyegar kulit (fresh ner)
b. Kosmetik untuk melernbabkan kulit (mouisturizer), misalnya
mouisterizer cream, night cream.
c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan sunscreen
foundation, sun block cream/lotion.
d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling),
misalnya scrub cream yang berisi butiran-butiran halus yang
berfungsi sebagai pengampelas (abrasiver).
2. Kosmetik riasan (dekoratf atau make-up) Jenis ini diperlukan untuk
merias dan menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan
penampilan yang lebih menarik.Dalam kosmetik riasan, peran zat
pewarna dan zat pewangi sangat besar.

II.2 Langkah-langkah Analisis Makanan


II.2.1 Analisis Makanan Yang Mengandung Natrium Benzoat
Pertama mepersiapkan alat dan bahan yang digunakan, seperti:
1. Alat
Labu ukur (50 mL dan 500 mL), gelas kimia (100 mL, 400 mL dan
1.000 mL), neraca analitis dengan ketelitian 0,1 mg (Ohaus® Pioneer
PA214), volume pipet (5 mL, 10 mL dan 50 mL), gelas ukur (10 mL
dan 100 mL), pipet filler, batang pengaduk, kertas lakmus, kertas
saring Whatman No. 1, corong gelas, corong buchner, corong
pemisah, cawan porselen, mortar porselen, makroburet 50 mL,
mikroburet 10 mL, statif dan klem, pipet tetes, penangas air, eksikator
atau desikator, erlenmeyer vakum, erlenmeyer (250 mL dan 100 mL),
pembakar spiritus, kaki tiga penyangga, kawat kasa dan pompa
vakum (Vacum Pump DOA-P504.BN).
2. Bahan
Selai stroberi curah, NaCl, kloroform (CHCl3), suspensi Ca(OH)2 5%,
larutan FeCl3 5%, larutan NH4OH 5%, larutan asam klorida (HCl) 1 :
3, etanol 70%, larutan H2C2O4, larutan NaOH, indikator fenolftalin
(PP) 1% dan air suling.
Selanjutnya tahapan analisis untuk makanan yaitu:
1. mempersiapkan sampel (ekstraksi sampel).
2. Melakukan analisis natrium benzoat dengan cara filtrat hasil dari
ekstraksi sampel ditambahkan larutan NH4OH 5% sampai larutan
tersebut menjadi basa terhadap kertas lakmus. Larutan dipindahkan
ke dalam cawan porselen, kemudian di atas penangas air larutan
tersebut diuapkan. Residu yang didapat dilarutkan dalam 10 mL air
panas, lalu disaring. Filtrat ditambah 3-4 tetes larutan FeCl3 5%. Jika
terbentuk endapan berwarna jingga kekuningan atau kecoklatan
menunjukkan filtrat positif mengandung natrium benzoat.
3. Melakukan analisis kuantitaif natrium benzoat dengan cara filtrat hasil
dari ekstraksi sampel diuapkan di atas penangas air. Residu
dikeringkan di desikator selama 1 malam. Residu yang sudah kering
dilarutkan dalam 40 mL etanol 70% yang telah dinetralkan terhadap
indikator PP 1%, kemudian ditambahkan air suling ¼ dari jumlah
volumenya. Ditambahkan 2 tetes larutan indikator PP 1%, kemudian
mentitrasi larutan tersebut dengan larutan NaOH 0,05N. Titik akhir
titrasi tercapai dengan terbentuknya larutan yang berwarna merah
muda yang konstan.
4. Melakukan analisis data, analisis kadar natrium benzoat dilakukan
dengan perhitungan sebagai berikut : Kadar natrium benzoat dihitung
dalam g/kg Kesetaraan = 1 mL 1 N NaOH setara dengan 144 mg Na-
Benzoat (Standar Nasional Indonesia 01-2894- 1992) Hasil analisis
kadar natrium benzoat tersebut kemudian dibandingkan dengan batas
maksimum natrium benzoat dalam SNI 01-0222-1995 yang sebesar 1
g/kg.

II.2.2 Hasil Analisis Makanan yang mengandung Natrium Benzoat


Hasil penelitian untuk uji kualitatif pengawet natrium benzoat yang
dilakukan pada sampel selai stroberi curah dinyatakan positif
mengandung natrium benzoat jika di dalam filtrat terbentuk endapan
berwarna jingga kekuningan atau kecoklatan setelah ditambahkan larutan
FeCl3. Sedangkan pada hasil analisis kuantitatif pengawet natrium
benzoat pada sampel selai stroberi curah tersebut kemudian dibandingkan
dengan SNI 01-0222- 1995. Dimana Kadar pengawet natrium benzoat dari
sampel selai stroberi curah yang dinyatakan positif tidak memenuhi
persyaratan yang ditetapkan. Kadar pengawet natrium benzoat yang tidak
memenuhi persyaratan ini dapat disebabkan karena harga pengawet
natrium benzoat yang relatif murah, praktis dalam penggunaan, mudah
diperoleh, dan tingkat ketahanan produk makanan jauh lebih tinggi dari
pada menggunakan pengawet alami. Hal ini juga dimungkinkan karena
ketidaktahuan dan/atau ketidakpedulian produsen makanan terhadap
dampak yang diakibatkan oleh penggunaan natrium benzoat berlebih
terhadap konsumen, kurang adanya sosialisasi kepada produsen tentang
bahaya pengawet natrium benzoat yang melebihi batas baku mutu, serta
keinginan produsen makanan agar produknya lebih awet, mendorong
produsen selai buah untuk menggunakan pengawet buatan atau sintetis
didalam produknya (Hadriyati, 2017).
II.3 Langkah-langkah Analisis Minuman
II.3.1 Analisis Minuman Yang Mengandung Natrium Benzoat
Pertama mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan, seperti:
1. Alat:
a. Beaker glass 100 mL (pyrex)
b. Branson ultrasonik, erlenmeyer 250 mL (pyrex)
c. HPLC (Shimadzu Tipe LC10AT)
d. Labu ukur 10, 50, 100, 1000 mL (pyrex)
e. Membran filter diameter 0,45 µm
f. Pipet volume 2 dan 5 mL
g. Timbangan analitik.
2. Bahan
a. Air bidestillata
b. Baku standar natrium benzoat
c. Dikalium hidrogen fosfat
d. Kalium dihidrogen fosfat
e. Metanol 60%
f. Sampel minuman berkarbonasi.
Kemudian lanjut ke tahap pengerjaan analisis:
1. Mempersiapkan sampel minuman berkarbonasi yang telah
dihilangkan gelembung gasnya. Dengan menggunakan pereaksi:
a. Fase gerak dapar fosfat : metanol (95:5) : dimasukkan 950 mL
dapar fosfat pH 6,8 dan 50 mL metanol 60% ke dalam labu takar
1000 mL, dihomogenkan.
b. Larutan baku induk : 50,87 mg baku standar natrium benzoat
dalam metanol 60% ad 50 mL (199,6392 µg/mL).
c. Larutan baku kerja : masing-masing 0,5; 1,0; 2,0; 3,0; 4,0 dan 5,0
mL larutan baku induk dalam metanol 60% ad 50 mL. Larutan
disaring dengan membram filter ukuran 0,45 µg dan
dihampaudarakan
2. Masing-masing sample A, B, C dan D kurang lebih 5 g dan
dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL, ditambakan 5 mL metanol,
ditambahkan air bidestillata sampai batas. Untuk sampel C dan D
dipipet berturut-turut 5 dan 2 mL dari larutan 50 mL, dimasukkan ke
dalam labu ukur 10 mL dan ditambahkan air bidestillata sampai tanda.
Lalu masingmasing larutan disaring dengan membran filter ukuran
0,45 µm ke dalam tabung reaksi bersumbat dan dihampaudarakan.
Pengerjaan dilakukan 3 kali untuk tiap sampel.
3. Melakukan penetapan kadar dengan cara Larutan sampel masing-
masing diinjeksikan ke dalam HPLC dengan kondisi sebagai berikut :
a. Kolom : oktadesilsilana pada partikel silika 5 µm, 4,6 mm x 25 cm.
b. Fase gerak : dapar fosfat : metanol (95:5), disaring dengan
membran filter 0,45 µm dan didiamkan.
c. Laju aliran : 1,5 mL/menit.
d. Detektor : UV, λ 225 nm. 5. Volume penyuntikan : 20 µL.
II.3.2 Hasil Analisis Minuman Yang Mengandung Natrium Benzoat

Identifikasi natrium benzoat dilakukan dengan membandingkan waktu


retensi natrium benzoat dalam sampel dengan waktu retensi baku natrium
benzoat. Kadar natrium benzoat dalam sampel diperoleh dengan cara
memasukkan luas area sampel yang terukur sebagai variabel y ke dalam
persamaan regresi. Persamaan regresi diperoleh dari pembuatan kurva
baku natrium benzoat. Dari sini didapatkan nilai untuk koefisien a dan b,
sedangkan variabel x adalah kadar natrium benzoat dalam sampel yang
diukur. Dari kurva baku diperoleh persamaan regreasi y = 24566x – 15845
seperti pada Gambar 1.

Hasil pengukuran HPLC larutan baku standar natrium benzoat terlihat


seperti pada Tabel 1. Dari persamaan regresi di atas, dihitunglah nilai x
sebagai kadar natrium benzoat dalam sampel seperti yang terlihat pada
Tabel 2. Dari analisis natrium benzoat dalam sampel, diperoleh nilai RSD
yang memenuhi persyaratan, yaitu ≤ 2% untuk sampel 2, sampel 3 dan
sampel 4, sedangkan sampel 1 nilai RSD-nya di atas standar (Tabel 2).

II.4 Langkah-langkah Analisis Kosmetik


II.4.1 Analisis Kosmetik yang mengandung paraben
Pertama mempersiapkanalat dan bahan yang digunakan, seperti:
1. Alat:
a. Batang pengaduk,
b. Bejana elusi (Camag®)
c. Alat-alat gelas (Pyrex®)
d. Lampu UV (Camag®)
e. Kertas saring,
f. Lemari asam (Esco®)
g. Timbangan analitik (Sartorius®)
2. Bahan
a. Body lotion (Citra, Nivea, dan Vaselin)
b. Etanol 96% p.a (Merck®)
c. Metil paraben (Nipagin)
d. BPFI (Baku Pembanding Farmakope Indonesia)
e. Toluen (Merck®)
f. Asam Asetat Glasial (Merck®)
g. Lempeng
h. silika gel 60 F254 (Merck®)
i. Metanol p.a (Merck®)
Selanjutnya masuk pada tahapan analisis, antara lain:
1. Persiapan dan pengambilan sampel dengan cara ditimbang sampel
lotion (Citra, Nivea, dan Vaselin) sebanyak 1 gram. Kemudian
ditambahkan 10 mL etanol, lalu disonikasi selama 10 menit dan
disaring dengan kertas Whatman. Hasil saringan dimasukkan
dalam labu ukur 50 mL lalu ditambahkan etanol hingga 50 mL.
2. Membuat larutan stok metil paraben 1 mg/mL dengan cara Ditimbang
metil paraben (Nipagin) BPFI sebanyak 10 mg. Kemudian
ditambahkan 10 mL metanol dan diaduk hingga larut.
3. Pembuatan larutan baku metil paraben 100 μg/mL dengan cara
dipipet larutan stok metil paraben (Nipagin) sebanyak 1 mL
kedalam labu ukur 10 mL. Kemudian ditambahkan etanol hingga 10
mL. Lalu digojog hingga homogen.
4. Pembuatan larutan seri metil maraben dengan cara membuat larutan
seri metil paraben dengan varian konsentrasi 1 μg/mL, 2 μg/mL, 3
μg/mL, 4 μg/mL, dan 5 μg/mL dalam labu ukur 10 mL dengan
menggunakan pelarut etanol.
5. Lalu selanjutnya melakukan penetapan kadar metil paraben dilakukan
dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis fase
terbalik C-18 dengan ukuran plat 10 cm x 20 cm. Pertama,
plat KLT dicuci dan diaktivasi pada suhu 110oC selama 10 menit
dengan menggunakan metanol. Plat KLT yang sudah diaktivasi
ditotolkan sebanyak 10 μL larutan sampel, larutan seri, dan larutan
standar. Chamber dijenuhkan dengan fase gerak metanol 60%
dan metanol 30%. Plat yang telah ditotolkan dieluasi dalam
chamber berisi fase gerak 60% sampai batas pengembangan.
Lalu, dilanjutkan dengan eluasi dalam chamber berisi
metanol 30% sampai pada batas pengembangan. Plat yang telah
dieluasi dikering-keringkan sebentar lalu diamati dibawah UV254
dan UV366 nm.
II.4.2 Hasil Analisis Kosmetik Yang Mengandung Paraben
Penetapan kadar metil paraben menggunakan 3 sampel kosmetik
yang tersedia di pasaran. Berdasarkan hasil persentase kadar metil
paraben yang terdapat pada sampel diperoleh berturut-turut
0,7998%, 0,04976%, 0,036702% untuk sampel A, B dan C.
Berdasarkan hasil tersebut diperoleh bahwa tidak ada satupun dari
sampel kosmetik tersebut yang melewati ketentuan kandungan metil
paraben yang diaturoleh BPOM yaitu sebesar 0,4%. Maka dapat
disimpulkan ketiga sampel tersebut memenuhi standar keamanan untuk
digunakan.

II.5 Langkah-langkah Analisis Makanan


II.5.1 Analisis Kosmetik yang mengandung Boraks
Pertama mempersiapkanalat dan bahan yang digunakan, seperti:
1. Alat:
a. Cawan petri
b. Gelas beaker
c. KertasWhattman
d. Kain
e. Mortar
2. Bahan
a. Kunyit
b. Jajanan/makanan
Selanjutnya masuk pada tahapan analisis, antara lain:
1. Proses pembuatan paper test kit, yaitu :
a. Kunyit ditumbuk halus dengan menggunakan mortar, ditambah
sedikit air
b. Cairan disaring didalam beaker glass.
c. Air kunyit di dalam beaker glass sebagian dituangkan pada
petridish.
d. Kertas whatman dicelupkan kedalam petridis dan dibolak balik
hingga semua permukaannya rata dengan air kunyit,
e. Kemudian kertas whattman ditata diatas papan dan dikeringkan
dibawah terik sinar matahari.
f. Sebagai acuan dibuat satu pembanding dari kertas whattman yang
sudah kering diteteskan dengan larutan boraks
2. Pengujian kandungan boraks dilakukan dengan :
a. Membuat ekstrak dari makanan yang akan diuji kandungan
boraksnya, misalnya pada bakso.
b. Bakso ditumbuk dan ditambahkan sedikit air sehingga ekstraknya
dapat diambil
Kemudian diteteskan ke paper test kit apabila warnanya berubah
menjadi coklat maka makanan mengandung boraks
II.5.2 Hasil Analisis Kosmetik Yang MengandungBoraks
Analisis boraks pada keempat sampel yang dijual oleh penjual jajanan di
sekitar SDN Serua 1 dan 2 dengan menggunakan metode uji Colorimetric
menunjukkan bahwa tidak terdeteksi pengawet boraks. Apabila boraks
diberikan pada makanan akan membuat makanan menjadi kenyal dan
tahan lama. Makanan yang telah diberikan boraks tidak dapat dibedakan
dengan panca indra harus dilakukan uji khusus boraks di laboratorium
(Riandini, 2008)
Selain sebagai pengawet, bahan ini berfungsi pula mengenyalkan
makanan. Makanan yang sering ditambahkan boraks diantaranya adalah
bakso, lontong, mie, kerupuk, dan berbagai makanan tradisional. Di
masyarakat, boraks juga dikenal dengan sebutan garam kuning, bleng,
atau pijer dan sering digunakan untuk mengawetkan nasi untuk dibuat
makanan yang sering disebut gendar (Yuliarti, 2007).

II.6 Langkah-langkah Analisis Makanan


II.6.1 Analisis Kosmetik yang mengandung Formalin
Pertama mempersiapkanbahan yang digunakan, seperti:
a. Asamklorida (Hcl)
b. Terasi
c. Kalium permanganate (KMnO4)
d. Natrium Hidroksida (NaOH)
Selanjutnya masuk pada tahapan analisis, antara lain:
1. Analisiskualitatif :
Analisis kualitatif dapat dilakukan untuk menyatakan ada tidaknya
formalin dalam suatu bahan yang diuji dengan cara menambahkan
pereaksi kimia (reagen) tertentu pada bahan yang diduga mengandung
formalin sehingga dihasilkan suatu perubahan warna yang khas
(Widyaningsih 2006). Pereaksi kimia yang digunakan dalam
mengidentifikasi formalin yaitu kalium permanganat (KMnO4) (Merck),
adanya formalin ditandai dengan hilangnya warna pink dari kalium
permanganat.
3. Analisiskuantitatif :
a. Disiapkansampelsebanyak 3 gram dimasukkan,
kemudianditambahkan H2O2 25 ml, danNaOH 0,1 N 50 ml
b. Dipanaskanselama 30 menit
c. Dilakukanpenambahan 1 tetes metal jingga
d. DititrasidenganmenggunakanHcl.
II.6.2 Hasil Analisis Kosmetik Yang Mengandung Formalin
1. Analisiskualitatif
Hasil analisis kulitatif formalin pada terasi yang di peroleh dari Pasar
Tradisional Kota Kendari dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan data
yang diperoleh pada Tabel 1 dapat diinformasikan bahwa, semua sampel
yang diperoleh dari 8 pasar tradisional kota kendari ternyata 100% semua
mengandung formalin. Diketahui adanya formalin pada sampel terasi yang
diuji, ditandai denganhilangnya warna pink pada saat pemberian kalium
permnganat (KMnO4) (Merck, Germany). Wardani (2006) juga
menjelaskan bahwa adanya formalin atau tidak dalam makanan bisa
dengan tes kalium permanganat Uji ini cukup sederhana, dengan
melarutkan serbuk kalium permanganat di air hingga berwarna pink
(merah jambu) Perubahan warna pada larutan dari warna merah jambu
pudar, maka menunjukan sampel tersebut mengandung formalin.
Penelitian Hastuti (2010) melaporkan bahwa Berdasarkan hasil uji
laboratorium terhadap kandungan formalin pada ikan asin di pasar
tradisional Semarang yang dilakukan secara kualitatif, diketahui bahwa 9
dari 41 sampel terdapat 21,9% ikan asin mengandung formalin.
2. Analisiskuantitatif
Hasil analisis kuantitatif Laboratorium memberikan informasi bahwa
rata-rata sampel memiliki kadar formalin lebih dari 100 ppm. Berdasarkan
Tabel 2 dapat dilihat bahwa sampel yang memiliki kadar formalin yang
tertinggi diperoleh dari Pasar Panjang A dan B memiliki kadar formalin
sebesar 160 mg/Kg atau 160 ppm, sedangkan sampel terendah diperoleh
dari Pasar Panjang A dan Pasar Basah B. Penelitian Ayuningtyas (2008)
melaporkan bahwa kandungan formalin pada mie basah kuning Bogor
sebesar 1124,86 mg/Kg dan sampel terndah pada mie ayam siap pakai
dengan kadar sebesar 502,28 mg/Kg. Susanti (2010) melaporkan
kandungan formalin pada sampel tahu di pasar Ciputat yang dianalisis.
Masing- masing sampel memiliki kadar formaldehid yang bervariasi. Kadar
formaldehid tertinggi terdapat pada sampel 5 sebesar 201,98 μg/ml.
Berikutnya sampel 4 sebesar 190,80 μg/ml dan sampel 1 sebesar 104,87
μg/ml. Dan kadar formaldehid terendah terdapat pada sampel 2 sebesar
11,20 μg/ml. Peneletian Wulan (2015) melaporkan bahwa masing-masing
sampel bakso memiliki kadar formalin yang bervariasi. kadar formalin
tertinggi pada sampel c sebesar 1,510 μg/g, berikutnya sampel d13
sebesar 1,086 μg/g dan sampel b1 sebesar 0,442 μg/g dan kadar
terendah terdapat pada sampel b2 sebesar 0,321 μg/g.
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis dapat disimpulkan makanan dan minuman yang
beredar dipasaran tidak mengandung zat berbahaya tetapi batas
penggunaan pengawet banyak yang melewati batas yang telah ditentukan
oleh BPOM. Pada kosmetika yang dianalisis tidak ada kosmetika
dipasaran yang mengandung zat pengawet berbahaya. Begitupun dengan
ambang batas penggunaan zat pengawet tidak didapatkan penggunaan
yang melebihi batas maksimum pengunaan pengawet berdasarkan
BPOM.

III.2 Saran
Isi dari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih teliti dan detail dalam menjelaskan tentang analisis
diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan bisa dipertangung
jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, P., Noorhamdani, AS., Irene Griselda C., 2011, Uji Efektivitas
Antibakteri Ekstrak Etanol Bawang Putih (Allium sativum)
terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans Penyebab Karies
Secara In Vitro, Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya.
Anonim. 2013. 1000 Tanaman Khasiat dan Manfaatnya.

Ayuningtyas S. 2008. Kadar formalin dan metanil yellow dalam mi basah


yang beredar di pasaran secara kromatografi cair kinerja tinggi.
Skripsi. Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Bogor.
Badan POM, (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta:
BPOM Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor : HK. 00. 05. 42. 1018. Jakarta: Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Badan Pusat Statistik, 2004.Jawa Tengah Tahun Dalam Angka. BPS
Jawa Tengah, Semarang.
Hadriyati, A. 2017. "Analisa Kadar Natrium Benzoat pada Cabai Merah
Giling di Pasar Angso Duo Kota Jambi". Jurnal Riset Informasi
Kesehatan, 6 (1) : 71-74.

Hastuti S. 2010, Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Formaldehid pada Ikan


Asin di Madura, Jurnal Agrointek 4 (2). 132-137.
Kemenkes RI.1998. Permenkes RI No.445/Menkes/Per/V/1998 Tentang
Bahan, Zat Warna, Subtratum, Zat Pengawet Pada Tabir
Surya dan Kosmetika. Jakarta : Kemenkes RI.
Retno I. S Tranggono. 2012. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama.

Riandini, N. 2008. Bahan Makanan dalam Makanan dan Minuman.


Bandung: Shakti adiluhung.
Standar Nasional Indonesia 01-2894-1992 tentang Cara Uji Bahan
Pengawet Makanan dan Bahan Tambahan yang Dilarang Untuk
Makanan. 1992: BSN.
Susanti S.2001. Penetapan kadar formaldehid pada tahu yang dijual di
pasar ciputat dengan metode spektrofotometri uv-vis disertai
kolorimetri menggunakan pereaksi nash. Skripsi program Studi
Farmasi Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri (Uin) Syarifhidayatullah. Jakarta.
Wasitaatmadja, M.S. 2011. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Depok : UI
Press.

Wardhani, Ratna. 2006. Mekanisme Corporate Governance Dalam


Perusahaan Yang Mengalami Permasalahan Keuangan (Financially
Distressed Firms). Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang.
Yuliarti, N. 2007. Awas Bahaya di Balik Lezatnya Makanan. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai