LAPORAN LENGKAP
ANALISIS OBAT DAN MAKANAN
PERCOBAAN XI
IDENTIFIKASI BAHAN PEWARNA DENGAN REAKSI WARNA
OLEH :
RAHMAWATI AGUSTIN
14.71.015496
KATA PENGANTAR
AssalamualaikumWr. Wb.
Alhamdulillahirabbilalamin, dengan mengucap syukur, segala puji bagi
Allah Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan
hidayah-Nya. Tidak lupa pula salawat serta salam selalu mengalir untuk sang
Baginda Rasulullah SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke
zaman yang penuh akan ilmu pengetahuan. Penulis mengucapkan terimakasih
kepada dosen mata kuliah Analisis Obat dan Makanan yang telah membimbing
penulis hingga terselesaikannya laporan lengkap Percobaan XI Identifikasi Bahan
Pewarna dengan Reaksi Warna.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna, maka kritik dan
saran yang membangun sangat dibutuhkan. Besar harapan penulis, mudah-
mudahan laporan yang sederhana ini banyak memberi manfaat dan menjadi
sumber acuan dalam pencarian informasi mendalam tentang identifikasi bahan
pewarna degan reaksi warna pada makanan, baik untuk kalangan internal maupun
eksternal universitas.
WassalamualaikumWr. Wb.
Palangkaraya, Januari 2017
Penulis
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Identifikasi Masalah...............................................................................5
C. Batasan Masalah....................................................................................6
D. Rumusan Masalah..................................................................................6
E. Tujuan Percobaan...................................................................................6
F. Manfaat Percobaan.................................................................................6
A. Makanan.................................................................................................7
B. Kerupuk..................................................................................................8
D. Pewarna................................................................................................15
E. Rhodamin B.........................................................................................21
F. Methanil yellow...................................................................................23
G. Identifikasi Pewarna.............................................................................23
B. Metode Percobaan................................................................................25
C. Instrumen Pecobaan.............................................................................25
A. Hasil Pengamatan.................................................................................28
B. Pembahasan..........................................................................................33
4
BAB V PENUTUP................................................................................................38
A. Kesimpulan..........................................................................................38
B. Saran.....................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum kesehatan merupakan hal yang paling utama yang sangat
diperlukan dalam diri setiap orang. Karena kesehatan merupakan faktor utama
penentu kelangsungan hidup kita. Tanpa adanya kesehatan, seluruh aktivitas
yang akan kita lakukan tidak akan berjalan dengan lancar. Kesehatan menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 adalah keadaan
sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
harus tersedia dalam bentuk dan aroma yang lebih menarik, rasa enak, warna
dan konsistensinya baik serta awet, untuk mendapatkan makanan seperti yang
diinginkan maka sering pada proses pembuatanya dilakukan penambahan
Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang disebut zat aditif kimia (Widyaningsih
dan Murtini, 2006). BTP pada umumnya merupakan bahan kimia yang telah
diteliti dan diuji sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah yang ada. BTP yang
sering ditambahkan kedalam makanan antara lain bahan pewarna, pengawet,
penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental, pemanis dan sebagainya.
Salah satu jenis BTP yang sering ditambahkan ke dalam makanan agar
makanan terlihat lebih menarik adalah pewarna. Warna merupakan salah satu
sifat yang sangat penting dari makanan, disamping juga nilai gizi, cita rasa,
atau tekstur yang baik. Oleh karena itu, warna menimbulkan banyak pengaruh
terhadap konsumen dalam memilih suatu produk makanan. Penambahan zat
pewarna pada minuman dan makanan bertujuan untuk memberi kesan menarik
bagi konsumen.
kuning dari kunyit dan lain sebagainya. Pewarna sintetis adalah pewarna yang
dibuat oleh manusia dari campuran bahan-bahan kimia. Karakteristik dari zat
pewarna sintetis adalah warnanya lebih cerah, lebih homogen dan memiliki
variasi warna yang lebih banyak bila dibandingkan dengan zat pewarna alami.
Zat warna sintetis mempunyai banyak kelebihan bila dibandingkan dengan zat
warna alami antara lain keanekaragaman warna, kestabilan warna, lebih
mudah disimpan dan lebih tahan lama Bahan pewarna sintetik menjadi pilihan
utama bagi sektor industri karena memiliki banyak kelebihan antara lain
harganya relatif murah, mempunyai kekuatan mewarnai lebih kuat, warnanya
beragam, stabil, mudah disimpan, praktis dan tahan lama (Winarno et al,
2004). Meskipun begitu, penggunaan bahan pewarna alam lebih aman
daripada pewarna sintetik.
D. Rumusan Masalah
terdapat pada makanan dengan menggunakan uji reaksi warna yaitu dengan
cara menambahkan reagen NH4OH, HCl pekat, H2SO4 pekat dan NaOH.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Makanan
3. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat
dari pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit.
dan kerusakan-kerusakan karena tekanan, pemasakan dan pengeringan.
Makanan yang kita konsumsi biasanya selain makan pokok ada juga
makanan jajanan. Pada umumnya anak - anak lebih menyukai jajanan
diwarung maupun kantin sekolah dari pada makanan yang telah tersedia
dirumah dengan warna-warna yang menarik. Hampir sebagian besar industri
makanan baik skala kecil maupun besar menggunakan zat pewarna sebagai
bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau memberikan warna
pada makanan
B. Kerupuk
25. Pewarna (Colour) adalah bahan tambahan pangan berupa pewarna alami
dan pewarna sintetis, yang ketika ditambahkan pada pangan mampu
memberi atau memperbaiki warna. Contohnya Kurkumin CI Nomor
75300 (Curcumin) dan Karmoisin.
26. Propelan (Propellant) adalah bahan tambahan pangan berupa gas untuk
mendorong pangan keluar dari kemasan. Contohnya Nitrogen dan
Propana.
4. Dulsin (Dulcin)
5. Formalin (Formaldehid)
19
8. Kloramfenikol (Choramphenicol)
D. Pewarna
berubah atau menjadi pucat selama proses pengolahan atau untuk memberi
warna pada makanan yang tidak berwarna agar kelihatan menarik. Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033 Tahun 2012 tentang
Bahan Tambahan Pangan yang dimaksud dengan pewarna adalah bahan
tambahan pangan berupa pewarna alami dan pewarna sintetis, yang ketika
ditambahkan atau diaplikasikan pada pangan, mampu memberi atau
memperbaiki warna.
1. Pewarna Alami
2. Pewarna Sintetis
a. Dye
Dye adalah zat pewarna yang umum bersifat larut dalam air,
sehingga larutannya menjadi berwarna dan dapat digunakan untuk
mewarnai bahan. Pelarut yang dapat digunakan selain air adalah
propelin glikol, gliserin, atau alkohol, sedangkan dalam semua jenis
pelarut organik, dye tidak dapat larut. Dye terdapat dalam bentuk
bubuk, granula, cairan, campuran warna, pasta, dan dispersi (Cahyadi,
2009).
b. Lake
24
bahan pewarna maka hati akan bekerja keras untuk merombaknya agar dapat
dikeluarkan dari hati (Irianto dan Waluyo, 2007).
dihasilkan lebih menarik dan tingkat stabilitas warnanya lebih baik daripada
pewarna alami. Rhodamin B sering disalahgunakan pada pembuatan kerupuk,
terasi, cabe merah giling, agaragar, aromanis/kembang gula, manisan, sosis,
sirup, minuman, dan lainlain. Ciri-ciri pangan yang mengandung rhodamin B
antara lain :
dengan urin yang berwarna merah ataupun merah muda. Jangankan lewat
makanan, menghirup rhodamin B dapat mengakibatkan gangguan kesehatan,
yakni terjadinya iritasi pada saluran pernafasan. Demikian pula apabila zat
kimia ini mengenai kulit maka kulit pun akan mengalami iritasi. Mata yang
terkena Rhodamin B juga akan mengalami iritasi yg ditandai dengan mata
kemerahan dan timbunan cairan atau edema pada mata. Hasil suatu penelitian
menyebutkan bahwa pada uji terhadap mencit, rhodamine B menyebabkan
terjadinya perubahan sel hati dari normal menjadi nekrosis dan jaringan di
sekitarnya mengalamidisintegrasi. Kerusakan pada jaringan hati ditandai
dengan adanya piknotik(sel yang melakukan pinositosis) dan hiperkromatik
dari nukleus, degenerasi lemak dan sitolisis dari sitoplasma (Cahyadi, 2006)
F. Methanil yellow
G. Identifikasi Pewarna
1. Reaksi Kimia
2. Kromatografi Kertas
menggunakan lebih dari 1 fase gerak dan jenis semprot. Teknik spiking
dengan menggunakan senyawa baku yang telah diketahui sangat
dianjurkan untuk lebih memantapkan pengambilan keputusan identifikasi
senyawa. Kedua digunakan untuk analisis kuantitatif dengan KLT. Pertama
bercak diukur langsung pada lempeng dengan menggunakan ukuran luas
atau densitometri. Cara kedua adalah dengan mengerok bercak lalu
menetapkan kadar senyawa yang terdapat dalam bercak tersebut
dengan metode analisis lain, misalkan dengan metode spektrofotometri
(Rohman, 2007).
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3. Cara Kerja
a. Identifikasi Rhodamin B dengan Reaksi Warna
33
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Uji Organoleptis
a. Kerupuk basah
Organoleptis Hasil
Bau Khas ikan
Bentuk Padat
Rasa Gurih
Warna Merah
b. Kerupuk Kering
Organoleptis Hasil
Bau Tidak berbau
Bentuk Bulat berongga
Rasa Tawar
Warna Kuning
Perlakuan Hasil
Timbang rhodamin B 0,0105 g Merah
b. Methanil Yellow
Perlakuan Hasil
Timbang methanil yellow 0,0105 g Kuning tua
3. Identifikasi Sampel
a. Identifikasi rhodamin B pada kerupuk basah
No Perlakuan Hasil
Timbang sampel 20 g 20,0035 g, berwarna merah
No Perlakuan Hasil
Timbang sampel 20 g 20,0041 g, berwarna kuning
Hasil Pengamatan
Ke
Nama Sampel NH4OH NaOH H2SO4 HCl
l
10% 10% P P
1 Saos gorengan Jl. RA. Kartini (-) (-) (-) (-)
2 Red velvet (-) (-) (-) (-)
3 Saos pentol Jl. Murjani (-) (-) (-) (-)
4 Saos pentol jl. C.Mihing (-) (-) (-) (-)
5 Sirup di Pasar besar (-) (-) (-) (-)
6 Kerupuk basah (-) (-) (-) (-)
Saos pentol Jl. Jawa Pasar
7 (-) (-) (-) (-)
besar
8 Cenil bu zanah di Pasar besar (-) (-) (-) (-)
Saos pentol bakso Jl.
9 (-) (-) (-) (-)
K.S.Tubun
Sosis sapi Jl. A.yani depan
10 (-) (-) (-) (-)
citra
Saos gorengan di Pal 8 cilik
11 (-) (-) (-) (-)
riwut
12 Tempura Jl. Ais nasution (-) (-) (-) (-)
13 Saos pentol Jl. Yos sudarso (-) (-) (-) (-)
14 Saos gorengan pasar rajawali (-) (-) (-) (-)
Saos gorengan Jl. Bukit
15 (-) (-) (-) (-)
keminting
Hasil Pengamatan
Ke
Nama Sampel NH4OH NaOH H2SO4 HCl
l
10% 10% P P
Rainbow cake kuning Jl.
1 (-) (-) (-) (-)
Galaxi
2 Roti manis (-) (-) (-) (-)
3 Manisan nanas Jl. Tingang (-) (-) (-) (-)
4 Apam Jl. Cempaka (-) (-) (-) (-)
5 Kue singkong Jl. Singkong (-) (-) (-) (-)
6 Kerupuk kering (-) (-) (-) (-)
7 Nasi kuning Jl. Kahayan (-) (-) (-) (-)
8 Manisan nanas di Pasar besar (-) (-) (-) (-)
9 Manisan kedondong Jl. (-) (-) (-) (-)
40
Diponegoro
10 Manisan nanas Jl. Pinus (-) (-) (-) (-)
11 Nasi kuning Jl. Beruk angis (-) (-) (-) (-)
Rainbow cake kuning Jl.
12 (-) (-) (-) (-)
Cempaka
13 Makaroni (-) (-) (-) (-)
14 Manisan nanas Jl. Badak (-) (-) (-) (-)
Manisan mangga di koperasi
15 (-) (-) (-) (-)
UMP
B. Pembahasan
Salah satu ciri makanan yang baik adalah makanan yang sehat.
Makanan yang sehat merupakan makanan yang tidak mengandung bahan yang
dapat merugikan makhluk hidup yang mengkonsumsinya. Makanan sehat
merupakan makanan yang higienis dan bergizi mengandung zat hidrat arang,
protein, vitamin, dan mineral. Agar makanan sehat bagi konsumen diperlukan
persyaratan khusus antara lain cara pengolahan yang memenuhi syarat, cara
penyimpanan yang benar, dan pengangkutan yang sesuai dengan ketentuan.
Pewarna terbagi menjadi dua jenis yaitu pewarna alami dan pewarna
sintetis. Pewarna alami adalah bahan pewarna yang dapat diperoleh di alam.
Misalnya warna hijau dari daun suji, warna kuning dari kunyit dan lain
sebagainya. Pewarna sintetis adalah pewarna yang dibuat oleh manusia dari
campuran bahan-bahan kimia. Karakteristik dari zat pewarna sintetis adalah
warnanya lebih cerah, lebih homogen dan memiliki variasi warna yang lebih
banyak bila dibandingkan dengan zat pewarna alami. Zat warna sintetis
mempunyai banyak kelebihan bila dibandingkan dengan zat warna alami
antara lain keanekaragaman warna, kestabilan warna, lebih mudah disimpan
dan lebih tahan lama Bahan pewarna sintetik menjadi pilihan utama bagi
sektor industri karena memiliki banyak kelebihan antara lain harganya relatif
murah, mempunyai kekuatan mewarnai lebih kuat, warnanya beragam, stabil,
mudah disimpan, praktis dan tahan lama (Winarno et al, 2004). Meskipun
begitu, penggunaan bahan pewarna alam lebih aman daripada pewarna
sintetik.
yang digunakan adalah bagian luar dari kerupuk basah tersebut karena hanay
bagian luar dari kerupuk basah yang memiliki warna merah. Perta yang harus
dilakukan adalah memisahkan bagian yang berwarna merah dari kerupuk
basah. Selanjutnya dihancurkan atau digerus dengan menggunakan mortar dan
stamper. Penggerusan ini bertujuan agar sampel kerupuk basah dapat larut
dengan aquadest kemudian ditimbang sebanyak 20,0035 g dan dilarutkan
dengan aquadest membentuk warna merah muda susu. Setelah itu disaring dan
diambil filtratnya masing-masing sebanyak 5 mL dan masukkan ke dalam
tabung reaksi. Pada tabung 1 larutan sampel ditambahkan dengan reagen HCl
pekat sebanyak 3 tetes dan tidak terjadi perubaha warna sehingga warnanya
tetap berwana merah muda susu. Pada tabung 2 ditambahkan dengan H 2SO4
pekat sebanyak 3 tetes dan tidak terjadi perubaha warna sehingga warnanya
tetap berwana merah muda susu. Pada tabung 3 ditambahkan dengan NaOH
10% sebanyak 3 tetes dan tidak terjadi perubaha warna sehingga warnanya
tetap berwana merah muda susu. Pada tabung 4 ditambahkan dengan NH 4OH
10% sebanyak 3 tetes dan tidak terjadi perubaha warna sehingga warnanya
tetap berwana merah muda susu. Tidak adanya perubahan warna yang sama
dengan larutan baku atau kontrol positif menunjukan bahwa sampel kerupuk
basah tidak mengandung rhodamin B.
larutan baku atau kontrol positif menunjukan bahwa sampel kerupuk kering
tidak mengandung methanil yellow.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
4. Dari sampel yang telah di gunakan apat diketahui bahwa tidak ada sampel
yang teridentifikasi rhodamin B dan methanol yellow.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan yaitu praktikan harus lebih teliti dan lebih
disiplin serta mengikuti prosedur dan aturan dalam melakukan percobaan, agar
didapatkan hasil yang diinginkan. Selain itu, diharapkan alat-alat serta bahan
yang akan digunakan untuk melakukan percobaan disiapkan sesuai dengan
kebutuhan praktikum.
47
DAFTAR PUSTAKA
Cahyadi, Wisnu. 2009. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Depkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan No.
722/MenKes/Per/IX/1988 Tentang Bahan Tambahan
Makanan. Jakarta.
Irianto, Kus., & Kusno, Waluyo. 2007. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung:
Yrama Widya.
Kemenkes RI. 2012. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 Tahun 2012
Tentang Bahan Tambahan. Jakarta.
Khamid, I.R. (2006). Bahaya Boraks Bagi Kesehatan. Jakarta.
Penerbit Kompas.
Purba, Elisabet R. 2009. Analisis Zat Pewarna Pada Minuman Sirup yang dijual
Di Sekolah Dasar Kelurahan Lubuk Pakam III Kecamatan Lubuk Pakam.
Medan: Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
Rahayu, WP, Wulandari N, Nurfaidah D, Koswara S, Subarna, Kusumaningrum
HD. 2011. Keamanan Pangan Peduli Kita Bersama. Bogor: IPB Press.
Dalam Karya Tulis Ilmiah Rahmadani, 2013. Identifikasi Boraks Pada
Siomay di Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya. Program Studi D-
III Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Palangkaraya. Palangka Raya.
Rahmadani, 2013. Identifikasi Boraks Pada Siomay di Kecamatan Jekan Raya
Kota Palangka Raya. Palangka Raya. Program Studi D-III Farmasi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
Suklan H,.2002. Apa dan Mengapa Boraks Dalam Makanan. Penyehatan Air dan
Sanitasi (PAS) Vol . IV Nomor 7
Sumantri dan Abdul Rohman. 2007. Analisis Makanan. Yogyakarta: Penerbit
UGM
Supriatna, Aan. 2013. Pembuatan Siomay Ikan.
lalaukan.blogspot.co.id/2013/11/pembuatan-siomay-
ikan.html?m=1. Diakses tanggal 26 Desember 2016.
Trestiati, Mela. 2003. Analisis Rhodamin B pada Makanan dan Minuman Jajanan
Anak SD (Studi Kasus : Sekolah Dasar di Kecamatan Margaasih
Kabupaten
Bandung). Bandung : Tesis.Pascasarjana Fakultas Kesehatan Lingkungan.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Vogel. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Diterjemahkan
oleh Setiono L., et all., edisi kelima. Jakarta : PT. Kalman Media Pustaka.
Widyaningsih, T.D. dan Murtini, E.S 2006. Alternative Pengganti Formalin pada
Produk Pangan. Surabaya: Trubus Agrisarana.
Winarno, F.G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Winarno F.G, Rahayu TS. 1994. Bahan Tambahan Untuk Makanan dan
Kontaminan. .Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
49
LAMPIRAN