Anda di halaman 1dari 24

Makalah Bioteknologi Dasar

BIOTEKNOLOGI DALAM BIDANG INDUSTRI FARMASI DAN


DESAIN OBAT

OLEH:
KELOMPOK II

HAJRIANA H031181009
DEWI FATIMAH KM H031181013
SULFI H031181025

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
bioteknologi dasar dengan judul “Bioteknologi dalam Bidang Industri Farmasi
dan Desain Obat” ini dengan lancar dan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas mata kuliah bioteknologi
dasar. Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah
bioteknologi dasar yang telah memberikan arahan tentang penyusunan makalah
ini. Selain itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak lain yang
ikut membantu dalam pengerjaan makalah ini.
Akhirnya kami menyadari bahwa penyusunan makalah bioteknologi dalam
bidang industri farmasi dan desain obat ini belum sempurna, baik dari segi fisik
maupun isi yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, kami mengharap kritik
dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sebagai masukan untuk
kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberi
manfaat bagi kita semua.

Makassar, 07 Maret 2021


Penulis

Kelompok II

ii
DAFTAR ISI

JUDUL

MAKALAH..............................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1. Latar Belakang..........................................................................................1

1.2. Rumusan masalah......................................................................................2

1.3. Tujuan........................................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN.......................................................................................3

2.1. Mineral Makro...........................................................................................3

2.2. Klasifikasi Mineral Makro........................................................................3

2.3. Fungsi Mineral Makro.............................................................................10

2.4 Metode Analisis Mineral Makro............................................................11

BAB III : PENUTUP.............................................................................................19

3.1. Kesimpulan..............................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penduduk terbesar di Asia
Tenggara, yaitu sekitar 238 juta jiwa, Indonesia memiliki ratusan perusahaan
farmasi yang terdiri dari perusahaan farmasi lokal dan perusahaan farmasi
multinasional, Indonesia memiliki ratusan. Adapun volume pasar farmasi
pada 2011 mencapai Rp 43 triliun dan untuk obat herbal nilainya sekitar
Rp10 triliun. Lebih dari itu, populasi terbesar dengan beragam jenis penyakit
merupakan suatu potensi yang mendukung untuk adanya studi pengembangan
obat baru (Ariana, dkk., 2014).
Industri farmasi dikenal berperan vital bagi masyarakat, terutama dalam
menjaga kesehatan dan menghasilkan obat untuk mengatasi berbagai penyakit.
Selain itu, dilihat dari segi permintaannya, industri farmasi di Indonesia
merupakan salah satu industri yang berkembang cukup pesat dengan pasar yang
terus berkembang dan merupakan pasar farmasi terbesar di kawasan ASEAN.
Industri farmasi merupakan salah satu tempat Apoteker melakukan pekerjaan
kefarmasian terutama menyangkut pembuatan, pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengembangan obat.
Untuk menghasilkan produk obat yang bermutu, aman dan berkhasiat diperlukan
suatu tahap kegiatan yang sesuai CPOB yang meliputi perencanaan, pengendalian
dan pemantauan bahan awal, proses pembuatan serta pengawasan terhadap mutu,
peralatan yang digunakan, bangunan, hygiene, sanitasi serta personalia yang
terlibat di setiap proses produksi.
CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang Baik) adalah pedoman yang
dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan RI SK Menkes RI No.43/Menkes/SK/II/1998 sebagai suatu persyaratan
dan ketentuan bagi setiap industri farmasi untuk dilaksanakan. Hal ini bertujuan
agar masyarakat dapat terjamin keamanannya dalam mengkonsumsi obat-obatan
yang dihasilkan dan mendapatkan mutu obat yang baik (BPOM, 2006).
Berdasarkan penjelasan diatas maka dibuatlah makalah ini .

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari bioteknologi?
2. Apa saja ruang lingkup kajian bioteknologi farmasi?
3. Apa saja arti penting bioteknologi dalam farmasi?
4. Apa saja komponen yang terlibat dalam bioteknologi farmasi?
5. Bagaimana aplikasi bioteknologi di bidang industri farmasi?
6. Bagaimana kriteria desain obat yang aman dalam industri farmasi?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. Mengetahui pengertian dari bioteknologi
2. Mengetahui ruang lingkup kajian biteknologi farmasi
3. Mengetahui arti penting bioteknologi dalam farmasi
4. Mengetahui komponen apa saja yang terlibat dalam bioteknologi farmasi
5. Mengetahui bagaimana contoh aplikasi bioteknologi farmasi
6. Mengetahui Bagaimana kriteria desain obat yang aman dalam industri
farmasi

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bioteknologi


Istilah bioteknologi untuk pertama kalinya dikemukakan oleh Karl Ereky,
seorang insinyur Hongaria pada tahun 1917 untuk mendeskripsikan produksi babi
dalam skala besar dengan menggunakan bit gula sebagai sumber pakannya
(Suwanto, 1998). Beragam batasan dan pengertian dikemukakan oleh berbagai
lembaga untuk menjelaskan tentang Bioteknologi. Beberapa diantaranya akan
diulas singkat sebagai berikut:
1. Menurut Bull (1982), bioteknologi merupakan penerapan asas-asas sains
(ilmu pengetahuan alam) dan rekayasa (teknologi) untuk pengolahan suatu
bahan dengan melibatkan aktivitas jasad hidup untuk menghasilkan barang
dan/atau jasa.
2. Bioteknologi merupakan penerapan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan
kerekayasaan untuk penanganan dan pengolahan bahan dengan bantuan
agen biologis untuk menghasilkan bahan dan jasa (OECD,1982).
3. Bioteknologi adalah teknik pendayagunaan organisme hidup atau bagian
organisme untuk membuat atau memodifikasi suatu produk dan
meningkatkan/memperbaiki sifat tanaman/hewan atau mengembangkan
mikroorganisme untuk penggunaan khusus (OTA-US, 1982).
4. Menurut Primrose (1987), secara lebih sederhana bioteknologi merupakan
eksploitasi komersial organisme hidup atau komponennya seperti; enzim.
5. Bioteknologi berasal dari dua kata, yaitu 'bio' yang berarti makhuk hidup
dan 'teknologi' yang berarti cara untuk memproduksi barang atau jasa. Dari
paduan dua kata tersebut European Federation of Biotechnology
mendefinisikan bioteknologi sebagai perpaduan dari ilmu pengetahuan
alam dan ilmu rekayasa yang bertujuan meningkatkan aplikasi organisme
hidup, sel, bagian dari organisme hidup, dan/atau analog molekuler untuk
menghasilkan produk dan jasa.
6. Bioteknologi merupakan penggunaan terpadu biokimia, mikrobiologi, dan
ilmu-ilmu keteknikan dengan bantuan mikroba, bagian-bagian mikroba

3
atau sel dan jaringan organisme yang lebih tinggi dalam penerapannya
secara teknologis dan industri (EFB., 1983).
Berdasarkan terminologinya, maka bioteknologi dapat diartikan sebagai
berikut:
1. “Bio” memiliki pengertian agen hayati (living things) yang meliputi;
organisme (bakteri, jamur (ragi), kapang), jaringan/sel (kultur sel
tumbuhan atau hewan), dan/atau komponen sub-selulernya (enzim).
2. “Tekno” memiliki pengertian teknik atau rekayasa (engineering) yaitu
segala sesuatu yang berkaitan dengan rancang-bangun, misalnya untuk
rancang bangun suatu bioreaktor. Cakupan teknik disini sangat luas antara
lain; teknik industry dan kimia.
3. “Logi” memiliki pengertian ilmu pengetahuan alam (sains) yang mencakup;
biologi, kimia, fisika, matematika dsb. Ditinjau dari sudut pandang biologi
(biosain), maka bioteknologi merupakan penerapan (applied); biologi
molekuler, mikrobiologi, biokimia, dan genetika. Dengan demikian,
bioteknologi merupakan penerapan berbagai bidang (disiplin) ilmu
(interdisipliner). Oleh karena itu, tidak ada seorangpun yang dapat
menguasai seluruh aspek bioteknologi.
Berdasarkan definisi dan pengertian di atas, maka bioteknologi tidak lain
adalah suatu proses yang unsur-unsurnya sebagai berikut:
1. Input yaitu bahan kasar (raw material) yang akan diolah seperti; beras,
anggur, susu dsb.
2. Proses yaitu mekanisme pengolahan yang meliputi; proses penguraian atau
penyusunan oleh agen hayati.
3. Output yaitu produk baik berupa barang dan/atau jasa, seperti; alkohol,
enzim, antibiotika, hormon, pengolahan limbah.
Apapun batasan yang diberikan oleh para ahli yang pasti dalam proses
bioteknologi terkandung tiga hal pokok :
1. Agen biologis (mikroba, enzim, sel tanaman, sel hewan)
2. Pendayagunaan secara teknologis dan industrial
3. Produk dan jasa yang diperoleh.

4
 Jenis –jenis bioteknologi
1. Bioteknologi Konvensional Bioteknologi konvensional biasanya dilakukan
secara sederhana, tidak diproduksi dalam jumlah besar, tidak
menggunakan prinsip-prinsip ilmiah dan hanya menggunakan
mikroorganisme seperti jamur dan bakteri. Ciri khas yang tampak pada
bioteknologi konvensional yaitu, adanya penggunaan makhluk hidup
secara langsung dan belum tahu adanya penggunaan enzim.
 Contoh : tempe, oncom, tape, tuak, kecap
2. Bioteknologi Modern Bioteknologi modern biasanya dilakukan dengan
peralatan canggih, diproduksi dalam jumlah besar, menggunakan prinsip
ilmiah, menggunakan mikroorganisme dan bagian dari mikroorganisme
seperti tumbuhan dan hewan.
 Contoh : Asam amino, penisilin, pengolahan limbah, pembasmi hama
tanaman, pemisahan logam, obat.

2.2. Ruang Lingkup Bioteknologi Farmasi


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 799/Menkes/Per/XII/2010, industri farmasi adalah badan usaha yang
memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat
atau bahan obat. Bioteknologi farmasi merupakan penerapan dan pengembangan
bioteknologi dalam bidang farmasi/obat-obatan yang menunjang perbaikan
kesehatan makhluk hidup. Bioteknologi farmasi saling berhubungan dengan
bioteknologi kedokteran, farmakodinamik, farmakologi dimana dalam
bioteknologi farmasi mengkaji beberapa organisme model (mencit, tikus, ayam,
yeast, lalat buah, cacing, dan zebrafish) untuk mengidentifikasi penyakit genetik
dan kesesuaian penggunaan terapi gen dalam mengetahui keefektifan dan
keamanannya sebelum melakukan tindak lanjut klinis pada manusia.
Bioteknologi Farmasi memegang peranan penting dalam perkembangan
tindakan medis untuk pengobatan suatu penyakit yang berhubungan dengan
farmakogenomik. Thieman (2004) menjelaskan bahwa umumnya teknik yang
digunakan dalam bioteknologi kedokteran menggunakan pendekatan molekular
untuk mendeteksi penyakit genetik yang berhubungan dengan ketidaknormalan
kromosom dan kerusakan gen. Pada biteknologi farmasi ini kajian yang dibahas

5
hanya bagaimana cara menemukan suatu obat dengan memanfaatkan agen–agen
biologi yang menggunakan ilmu mikrobiologi yang mencakup pemilihan
organisme yang akan digunakan, memilih media pertumbuhan organisme,
penentuan kondisi lingkungan untuk organisme agar optimal, dan lain-lain.
Sebagai contoh yaitu penemuan hormon insulin dengan menyisipkan gen insulin
padan bakteri. Selain itu percobaan bagaimana cara mematikan sel kanker melalui
beberapa pendekatan dan bahan uji. Kajian bioteknologi farmasi sangat
berkembang pesat sampai saat ini. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya
kebutuhan manusia akan kesehatan.

2.3 Arti Penting Bioteknologi Dalam Farmasi


Bioteknologi mengacu pada penerapan sistem biologi, organisme hidup,
atau turunannya dalam membuat atau memodifikasi produk atau proses untuk
penggunaan khusus. Bioteknologi digunakan di berbagai bidang termasuk
pertanian, ilmu makanan, dan Pharmaceutical, Perusahaan farmasi menggunakan
bioteknologi untuk obat manufaktur, pharmacogenomics, terapi gen, dan
pengujian genetik. Bioteknologi perusahaan membuat produk bioteknologi
(lebih spesifik kata produk farmasi biotek) dengan memanipulasi dan
memodifikasi organisme, biasanya pada tingkat molekul. Bioteknologi farmasi
perusahaan menggunakan teknologi DNA rekombinan, yang memerlukan
manipulasi genetik sel, atau antibodi monoklonal untuk membuat produk
bioteknologi mereka. Produk-produk farmasi bioteknologi yang dibuat oleh
perusahaan-perusahaan bioteknologi yang banyak digunakan dalam pencegahan,
diagnosis atau pengobatan berbagai jenis penyakit.
Bioteknologi farmasi, pada dasarnya, adalah digunakan untuk membuat
molekul yang lebih besar yang kompleks dengan bantuan sel-sel hidup (seperti
yang ditemukan dalam tubuh manusia seperti sel-sel bakteri, ragi sel, hewan atau
tumbuhan sel). Tidak seperti molekul kecil yang diberikan kepada pasien melalui
tablet, molekul besar yang biasanya disuntikkan ke dalam tubuh pasien. Untuk
bidang farmasi atau kesehatan pada umumnya bioteknologi merupakan salah satu
bidang yang masih terus berkembang, bioteknologi menjadi satu alternatif baru
yang disukai untuk penemuan obat baru, pengobatan penyakit, dan peningkatan
produksi bahan baku dan bahan aktif (Nurcahyo, 2011).

6
Ketika dua disiplin farmasi dan bioteknologi datang bersama-sama,
mereka menghasilkan banyak keuntungan bagi manusia dalam hal kesehatan. Hal
ini dimungkinkan melalui Pharmacogenomics yang merujuk kepada studi tentang
bagaimana warisan genetik mempengaruhi respon tubuh manusia individu untuk
obat. Biofarmasi obat bertujuan untuk merancang dan memproduksi obat-obatan
yang disesuaikan dengan genetik masing-masing orang. Dengan demikian
perusahaan bioteknologi farmasi dapat mengembangkan obat-obatan khusus
dibuat untuk efek terapi yang maksimal. Selain itu, obat-obatan bioteknologi
dapat diberikan kepada pasien dalam dosis yang tepat sebagai dokter akan tahu
genetika pasien dan bagaimana proses dan tubuh memetabolisme obat. Salah satu
manfaat lebih dari bioteknologi farmasi adalah dalam bentuk vaksin yang lebih
baik. Biotek perusahaan desain dan memproduksi vaksin yang lebih aman oleh
organisme yang ditransformasi melalui rekayasa genetik. Vaksin-vaksin biotek
meminimalkan risiko infeksi.
Rekayasa genetika adalah proses mengidentifikasi dan mengisolasi DNA
dari suatu sel hidup atau mati dan memasukkannya dalam sel hidup lainnya.
Rekayasa genetika merupakan suatu cara memanipulasikan gen untuk
menghasilkan makhluk hidup baru dengan sifat yang diinginkan. Rekayasa
genetika disebut juga pencangkokan gen atau rekombinasi DNA. Dalam rekayasa
genetika digunakan DNA untuk menggabungkan sifat makhluk hidup. Hal itu
karena DNA dari setiap makhluk hidup mempunyai struktur yang sama, sehingga
dapat direkombinasikan. Selanjutnya DNA tersebut akan mengatur sifat-sifat
makhluk hidup secara turun-temurun. Rekayasa Genetika pada mikroba bertujuan
untuk meningkatkan efektivitas kerja mikroba tersebut (misalnya mikroba untuk
fermentasi, pengikat nitrogen udara, meningkatkan kesuburan tanah, mempercepat
proses kompos dan pembuatan makanan ternak, mikroba prebiotik untuk makanan
olahan), dan untuk menghasilkan bahan obat-obatan dan kosmetika, serta
Pembuatan insulin manusia dari bakteri ( Sel pancreas yang mempu mensekresi
Insulin digunting , potongan DNA itu disisipkan ke dalam Plasmid bakteri ) DNA
rekombinan yang terbentuk menyatu dengan Plasmid diinjeksikan lagi ke vektor,
jika hidup segera di kembangbiaakan.Prinsip dasar teknologi rekayasa genetika
adalah memanipulasi atau melakukan perubahan susunan asam nukleat dari DNA

7
(gen) atau menyelipkan gen baru ke dalam struktur DNA organisme penerima.
Gen yang diselipkan dan organisme penerima dapat berasal dari organisme apa
saja. Pada proses rekayasa genetika organisme yang sering digunakan adalah
bakteri Escherichia coli. Bakteri Escherichia coli dipilih karena paling mudah
dipelajari pada taraf molekuler.
Proses Rekayasa Genetika Pada proses penyisipan gen diperlukan tiga
faktor utama yaitu:
1. Vektor, yaitu pembawa gen asing yang akan disisipkan, biasanya berupa
plasmid, yaitu lingkaran kecil AND yang terdapat pada bakteri. Plasmid
diambil dari bakteri dan disisipi dengan gen asing.
2. Bakteri, berperan dalam memperbanyak plasmid. Plasmid di dalam tubuh
bakteri akan mengalami replikasi atau memperbanyak diri, makin banyak
plasmid yang direplikasi makin banyak pula gen asing yang dicopy
sehingga terjadi kloning gen.
3. Enzim, berperan untuk memotong dan menyambung plasmid. Enzim ini
disebut enzim endonuklease retriksi, enzim endonuklease retriksi yaitu
enzim endonuklease yang dapat memotong ADN pada posisi dengan
urutan basa nitrogen tertentu.

2.4 Komponen Yang Terlibat di Bidang Farmasi


Di dalam bioteknologi dilakukan rekayasa organisme atau komponen
organisme untuk menghasilkan barang dan jasa yang penting dan menguntungkan
bagi kehidupan manusia. Menurut Nurcahyo (2011), bioteknologi tidak lain
adalah suatu proses yang unsur-unsurnya sebagai berikut:
1. Input yaitu bahan kasar (raw material) yang akan diolah seperti; beras,
anggur, susu dsb.
2. Proses yaitu mekanisme pengolahan yang meliputi; proses penguraian atau
penyusunan oleh agen hayati.
3. Output yaitu produk baik berupa barang dan/atau jasa, seperti; alkohol,
enzim, antibiotika, hormon, pengolahan limbah.

Bioteknologi tidak dapat dilepaskan dari beberapa unsur yaitu agen hayati
(organisme hidup maupun substansi dari organisme hidup), rekayasa dengan

8
serangkaian proses tertentu, produk, dan adanya peningkatan nilai guna untuk
masyarakat baik dalam bentuk barang maupun jasa. Bioteknologi farmasi
memegang peranan penting dalam pembuatan obat-obatan serta perkembangan
tindakan medis untuk pengobatan suatu penyakit. Komponen bioteknologi farmasi
dapat berupa bagian-bagian dari organisme yang digunakan dalam menghasilkan
produk atau jasa untuk kepentingan penelitian atau pengembangan perawatan
kesehatan dan obatobatan, misalnya:
1. Pembuatan antibodi monoclonal
Pembuatan antibodi monoklonal yang menggunakan komponen dari sel
gabungan tipe tunggal yang memiliki kekhususan tambahan yang
merupakan bagian penting dari system kekebalan tubuh. Antibodi
monoklonal dibuat dengan cara penggabungan atau fusi dua jenis sel yaitu
limfosit B yang memproduksi antibodi dengan sel kanker (sel mieloma)
yang dapat hidup dan membelah terus menerus. Hasil fusi antara sel
limfosit B dengan sel kanker secara in vitro ini disebut dengan hibridoma.
Apabila sel hibridoma dibiakkan dalam kultur sel, sel yang secara genetik
mempunyai sifat identik akan memproduksi antibodi sesuai dengan
antibodi yang diproduksi oleh sel aslinya yaitu sel limfosit B. Antibodi
monoklonal merupakan senyawa yang homogen, sangat spesifik dan dapat
diperoleh dalam jumlah yang besar sehingga sangat menguntungkan jika
digunakan sebagai alat diagnostik untuk mendeteksi bakteri patogen dan
virus, serta untuk uji kehamilan (Ahmad, 2014).
2. Terapi gen
Terapi gena bertujuan untuk membetulkan kelainan metabolisme karena
bawaan sejak lahir dengan cara menyisipkan gen normal ke organisme
penderita. Biasanya tahapan meliputi; seleksi dan isolasi gen kemudian
pemeliharaan kultur lalu propagasi. Sel diekstrasi (dikeluarkan) dari tubuh
kemudian ditumbuhkan dalam medium kultur selanjutnya gennya
dimanipulasi dikembalikan ke pasien (penderita) yang jaringannya
diambil, komponen yang digunakan misalnya bone marrow atau sel kulit,
karena keduanya dapat dipelihara dalam medium kultur (Nurcahyo, 2011)
3. Somatostatin

9
Somatostatin diproduksi dari hasil transplantasi gen eukariosit dari
hipofisis manusia ke gen E. coli. Hormon pertumbuhan pada manusia
(humangrowth hormone) ini diberikan kepada para penderita dwarfisme
hipofisis dan berfungsi untuk meningkatkan sekresi hormon pertumbuhan;
somatotropin, hormon yang juga dikloning dari bakteri E Coli, digunakan
sebagai hormon pertumbuhan, pengobatan patah tulang, luka bakar, dan
pendarahan di lambung (Smith, 2009).
4. Hormon Insulin Insulin merupakan protein manusia pertama yang
disintesis secara kimia. Secara tradisional, insulin untuk pengobatan
manusia diisolasi dari pancreas sapi atau babi. Kemudian seiring
perkembangan di bidang bioteknologi telah terjadi perbaikan cara produksi
insulin melalui rekayasa genetika. Melalui DNA rekombinan, insulin
diproduksi menggunakan sel mikroba yang tidak pathogen. Produk
hormone insulin manusia dapat dihasilkan melalui teknik rekayasa
genetika dengan teknologi plasmid. Hormone ini berfungsi mengubah
glukosa dalam darah menjadi glikogen (Sudjadi, 2008).

2.5 Aplikasi Bioteknologi Farmasi


Penerapan bioteknologi begitu luas dan telah dilakukan selama
beratusratus tahun mulai dari taraf sederhana sampai bioteknologi modern. Seiring
berkembangnya zaman dan pengetahuan, kini pemanfaatan bioteknologi tidak
hanya sekedar dalam bidang pangan saja, melainkan telah merambah pada bidang
farmasi yang tentunya disertai dengan penggunaan teknologi lebih canggih dan
menerapkan teknik rekayasa genetika. Berikut disajikan beberapa contoh aplikasi
dan mekanisme penerapan bioteknologi dalam bidang farmasi:
1. Pembuatan Insulin
Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh sel-sel beta yang
membentuk pulau sehingga disebut pulau langerhans di kelenjar
pangkreas. Pada awalnya terbentuk proinsulin yang molekulnya lebih
besar daripada insulin. Proinsulin tersimpan di pankreas hingga
dibutuhkan tubuh. Ketika proinsulin keluar ke peredaran darah, proinsulin
diuraikan menjadi 2 bagian: peptida penghubung dan hormon insulin aktif.
Fungis utama hormon insulin adalah menurunkan kadar glukosa di dalam

10
sel. Teori yang ada mengatakan bahwa seseorang ≥45 tahun memiliki
peningkatan resiko terhadap terjadinya diabetes dan intoleransi glukosa
yang di sebabkan oleh faktor degeneratif yaitu menurunya fungsi tubuh,
khususnya kemampuan dari sel β dalam memproduksi insulin untuk
memetabolisme glukosa (Betteng, 2014). Oleh karena itu diperlukan suatu
teknik untuk memperoleh tambahan insulin. Adanya teknik rekayasa
genetika, maka bisa didapatkan hormon insulin dalam jumlah yang
banyak, insulin ini diperoleh dengan mencangkokkan gen (transplantasi
gen) yang mengkode insulin ke dalam plasmid bakteri. Proses pembuatan
insulin dengan teknik DNA recombinan adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi dan mengisolasi gen penghasil insulin dari sel
pankreas manusia:
i. Mula-mula mRNA yang telah disalin dari gen penghasil insulin
diekstrak dari sel pancreas. Kemudian enzim transcriptase
ditambahkan pada mRNA bersamaan dengan nukleotida
penyusun DNA.
ii. Enzim ini menggunakan mRNA sebagai cetekan untuk
membentuk DNA berantai tunggal.
iii. DNA ini kemudian dilepaskan dari mRNA.
iv. Enzim DNA polymirase digunakan untuk melengkapi DNA rantai
tunggal menjadi ranati ganda, disebut DNA komplementer
(c-DNA), yang merupakan gen penghasil insulin.
b. Melepaskan salinan gen penghasil insulin tersebut dengan cara
memotong kromosom secara khusus menggunakan enzim retrikasi.
c. Mengekstrak plasmid dari sel bakteri, kemudian membuka plasmid
dari sel bakteri dengan menngunakan enzim retrikasi lain. Sementara
itu, di dalam serangkain tabung reaksi atau cawan petri, gen
penghasil insulin manusia dalam bentuk c-DNA disiapkan untuk
dipasangkan pada plasmid yang terbuka tersebut.
d. Memasang gen penghasil insulin kedalam cincin plasmid. Mula-mula
ikatan yang terjadi masih lemah, kemudian enzim DNA ligase

11
memperkuat ikatan ini sehingga dihasilkan molekul DNA
recombinan/plasmid recombinan yang bagus.
e. Memasukkan plasmid recombinan kedalam bakteri E.coli. Di dalam
sel bakteri ini plasmid mengadakan replikasi.
f. Mengultur bakteri E.coli yang akan berkembang biak dengan cepat
menghasilkkan klon-klon bakteri yang mengandung plasmid
recombinan penghasil insulin. Melalui rekayasa genetika dapat
dihasilkan E.coli yang merupakan penghasil insulin dalam jumlah
banyak dan dalam waktu yang singkat.

Gambar 1. Langkah-langkah DNA rekombinan pada produksi insulin

2. Pembuatan Antibodi Monoklonal


Produksi molekul Antibodi merupakan tanggungjawab dari klone-
klone sel limfosit B (sel plasma) yang masing-masing spesifik terhadap
antigen. Menurut teori klonal, adanya interaksi antara antigen dengan
klone limfosit B akan merangsang sel tersebut untuk berdiferensiasi dan
berproliferasi sehingga diperoleh sel yang mempunyai ekspresi klonal
untuk memproduksi antibodi. Produksi antibodi monoklonal merupakan
gabungan penerapan teknik hibridoma dan kloning. Dengan

12
berkembangnya teknologi dan pengetahuan tentang molekul Ig, maka kini
dikenal teknik hibridoma untuk tujuan menghasilkan antibodi monoklonal
dalam jumlah banyak dan tidak terbatas oleh waktu dengan cara kloning.
Teknik hibridoma adalah suatu teknik dengan cara menggabungkan dua
macam sel eukariot dengan tujuan mendapatkan sel hibrid yang memiliki
kemampuan kedua sel induknya. Pada hakekatnya produksi antibodi
monoklonal tetap mengikuti prinsip teori seleksi klonal (Artama, 1990).
Pada dunia kesehatan, antibodi monoklonal ini dapat digunakan untuk
diagnosis kehamilan, uji golongan darah ABO, dan uji serum (AIDS,
Hepatitis). Prosedur produksi antibodi monoclonal sebagai berikut:
a. Antigen yang telah dimurnikan disuntikkan ke hewan percobaan
mencit (mice) untuk mendapatkan sel limfosit B yang spesifik.
b. Limpa (spleen) dikeluarkan dari tikus setelah lebih dulu dimatikan
dan dikerjakaan secara aseptis.
c. Sel limfosit B sebagai penghasil Ab tersebut kemudian diisolasi dari
limpa (spleen) dipisahkan dari eritrosit dan cairan limpa dengan
cara sentrifus (gradient centrfuge).
d. Sel penghasil Ab tersebut kemudian diisolasi dan selanjutnya
dikawinkan dengan sel myeloma (sel kanker) dalam media PEG
(polyethilene glycol) atau dapat juga dengan virus Sendai.
e. Sel hibrid yang diperoleh kemudian diseleksi dalam medium HAT
(hypoxanthine aminopterin thimidin), oleh karena tidak semua sel
hibrid yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan yakni sel
limfosit B dengan sel myeloma, akan tetapi dapat terjadi hibrid
antara sel limfosit B dengan sel limfosit B, atau sel myeloma
dengan sel myeloma.
f. Sel hibrid yang terseleksi kemudian diuji untuk mengetahui
kemampuan menghasilkan Ab yang diharapkan, jika hasilnya pasti
maka sel tersebut dikultur (cloning) kemudian dipropagasi pada
kultur jaringan (bioreaktor) atau disuntikkan ke tikus (in vivo)
untuk produksi MAb atau dapat pula dibekukan untuk koleksi.

13
g. Sel hibrid yang terseleksi kemudian diuji (assay) untuk
mengetahui kemampuan menghasilkan Ab yang diharapkan
denngan menggunakan kultur sel dan diuji antibodi. h. Jika
hasilnya pasti, maka sel tersebut kemudian dipropagasi dengan
menggunakan kultur jaringan dalam skala besar (bioreaktor)
untuk mendapatkan sel turunan yang sama persis dengan
induknya (cloning), atau disuntikkan ke tikus (in vivo) untuk
produksi MAB, atau dapat pula dibekukan untuk koleksi (stock
cell culture).

Gambar 2. Skema tahapan kegiatan produksi antibodi monoklonal dari


imunisasi sampai mendapatkan klon hibridoma

3. Produk Vaksin
Selain digunakan untuk memproduksi hormon maupun enzim,
teknologi DNA rekombinan juga digunakan untuk membuat vaksin. Pada
aplikasi ini, secara garis besar beberapa mikroorganisme digunakan untuk
menghambat kemampuan mikroorganisme patogen (penyebab penyakit).
Mikrobia menjadi suatu bibit penyakit dalam tubuh apabila mikrobia
tersebut menghasilkan senyawa toksik bagi tubuh manusia. Selain itu,
bagian-bagian tubuh mikrobia seperti flagel dan membran sel juga dapat
menimbulkan penyakit. Hal ini karena bagian-bagian tersebut

14
kemungkinan terdiri dari protein asing bagi tubuh. Senyawa dan protein
asing ini disebut antigen.
Gen yang mengkode senyawa penyebab penyakit (antigen)
diisolasi dari mikrobia yang bersangkutan. Kemudian gen ini disisipkan
pada plasmid mikrobia yang sama, tetapi telah dilemahkan (tidak
berbahaya). Mikrobia ini menjadi tidak berbahaya karena telah
dihilangkan bagian yang menimbulkan penyakit, misal lapisan lendirnya.
Mikrobia yang telah disisipi gen ini akan membentuk antigen murni. Bila
antigen ini disuntikkan pada manusia, sistem kekebalan manusia akan
membuat senyawa khas yang disebut antibodi.
4. Terapi Gen
Menurut Nurcahyo (2011), terapi gen adalah suatu teknik yang
digunakan untuk memperbaiki gen-gen mutan (abnormal/cacat) yang
bertanggung jawab terhadap terjadinya suatu penyakit. Pada awalnya,
terapi gen diciptakan untuk mengobati penyakit keturunan (genetik) yang
terjadi karena mutasi pada satu gen, seperti penyakit fibrosis sistik.
Penggunaan terapi gen pada penyakit tersebut dilakukan dengan
memasukkan gen normal yang spesifik ke dalam sel yang memiliki gen
mutan. Terapi gen kemudian berkembang untuk mengobati penyakit yang
terjadi karena mutasi di banyak gen, seperti kanker. Selain memasukkan
gen normal ke dalam sel mutan, mekanisme terapi gen lain yang dapat
digunakan adalah melakukan rekombinasi homolog untuk melenyapkan
gen abnormal dengan gen normal, mencegah ekspresi gen abnormal
melalui teknik peredaman gen, dan melakukan mutasi balik selektif
sehingga gen abnormal dapat berfungsi normal kembali.
Secara garis besar ada dua macam cara yang biasa digunakan untuk
memasukkan gen baru ke dalam sel.
a. Terapi Gen Ex Vivo, sel dari sejumlah organ atau jaringan (seperti
kulit, system hemopoietik, hati ) atau jaringan tumor dapat diambil
dari pasien dan kemudian dibiakkan dalam laboratorium. Selama
pembiakkan, sel itu dimasuki suatu gen tertentu untuk terapi
penyakit itu. Kemudian diikuti dengan reinfusi atau

15
reimplementasi dari sel tertransduksi itu ke pasien. Penggunaan sel
penderita untuk diperlakukan adalah untuk meyakinkan tidak ada
respon imun yang merugikan setelah infuse atau transplantasi.
Terapi gen ex vivo saat ini banyak digunakan pada uji klinis,
kebanyakan menggunakan vector retrovirus untuk memasukkan
suatu gen ke dalam sel penerima.
b. Terapi Gen In Vivo, organ seperti paru paru, otak, jantung tidak
cocok untuk terapi gen ex vivo, sebab pembiakan sel target dan
retransplantasi tidak mungkin dilakukan. Oleh karena itu terapi
gen somatic, dilakukan dengan pemindahan gen in vivo. Dengan
kata lain dengan memberikan gen tertentu baik secara lokal
maupun sistemik. Penggunaan vector retrovirus memerlukan
kondisi sel target yang sedang membelah supaya dapat terinfeksi.
Akan tetapi, banyak jaringan yang merupakan target terapi gen,
sebagian besar selnya dalam keadaan tidak membelah. Akibatnya,
sejumlah strategi diperlukan baik penggunaan system vector virus
maupun non-virus untuk menghantarkan gen terapetik ke sel target
yang sangat bervariasi seperti kulit, otot, usus, liver dan sel darah.
Sistem penghantar gen in vivo yang ideal adalah efisiensi tinggi
masuknya gen terapetik dalam sel target. Gen itu dapat masuk ke
inti sel dengan sedikit mungkin terdegradasi, dan gen itu tetap
terekspresi walaupun ada perubahan kondisi.
5. Produksi Antibiotik
Antibiotika adalah suatu zat yang dihasilkan oleh organisme
tertentu dan berfungsi untuk menghambat pertumbuhan organisme lain
yang ada di sekitarnya. Antibiotika dapat diperoleh dari jamur atau bakteri
yang diproses dengan cara tertentu. Dipelopori oleh Alexander Fleming
dengan penemuan penisilin dari Penicillium notatum. Penicillium
chrysogenum digunakan untuk mem-perbaiki penisilin yang sudah ada
dengan mutasi secara iradiasi ultra violet dan sinar X. Selain Penicillium
chrysogenu, beberapa mikroorganisme juga digunakan sebagai antibiotik,
antara lain:

16
• Cephalospurium : penisilin N.
• Cephalosporium : sefalospurin C.
• Streptomyces : streptomisin, untuk pengobatan TBC
Produksi antibiotic dilakukan dalam skala besar pada tangki
fermentasi dengan ukuran besar. Sebagai contoh, penicillium chrysogenum
ditunbuhkan dalam 100.000 liter fermentor selama kurang lebih 200 jam.
Mula-mula suspense spora P.chrysogenum ditumbuhkan pada larutan
bernutrisi. Kultur diinkubasi selama 24 jam pada suhu 24◦C dan
selanjutnya ditransfer ke tangki aerasi yang baik selama satu hingga dua
hari.
6. Produksi Vitamin dan asam amino
Vitamin merupakan faktor esensial bagi manusia. Beberapa dapat
diproduksi melalui fermentasi mikroorganisme, dan digunakan sebagai
suplemen makanan. Misalnya, vitamin B12 dapat diproduksi sebagai
produk samping fermentasi antibiotik oleh Streptomyces. Vitamin B12
juga diperoleh dari fermentasi Propionibacterium shermanii atau
Paracoccus denitrificans. Riboflavin dapat dihasilkan dari fermentasi
berbagai macam mikroorganisme, misalnya bakteri Clostridium dan fungi
Eremothecium ashbyi atau Ashbya gossypii. Lisin diproduksi melalui
fermentasi mikroorganisme, sehingga dapat digunakan sebagai suplemen
makanan bagi manusia dan sebagai bahan tambahan pada sereal. Produksi
lisin dari kerbohidrat menggunakan Corynebacterium glutamicum Asam
glutamat (glutamic acid) dimanfaatkan sebagai monosodium glutamat
(MSG), bahan penyedap makanan. Asam L-glutamat dan MSG dapat
diproduksi melalui fermentasi fermentasi strain Brevibacterium,
Arthrobacter, dan Corynebacterium. Kultur Corynebacterium glutamicum
dan Brevibacterium flavum digunakan untuk produksi MSG dalam skala
besar. Proses fermentasi memerlukan media glukosa-garam mineral
dengan menambahkan urea secara periodik sebagai sumber nitrogen
selama proses fermentasi. Nilai pH dijaga berkisar 6-8, dan temperatur
berkisar 30ºC.
7. Produksi steroid

17
Hormon steroid sangat penting peranannya dalam dunia kesehatan.
Misalnya kortison dan steroid lainnya yang serupa diketahui dapat
digunakan untuk meredakan sakit dan mengurangi bengkak. Produksi
kortison dengan sintesis daria sam deoksiolat (deoxycholic acid) dan fungi
Rhizopus arrhizus menghidroksilasi progesteron membentuk steroid lain
dengan mengintroduksi oksigen pada posisi nomor 11 dan menghasilkan
11- α-hidroksiprogresteron. Fungi Cunninghamella blakesleena juga dapat
menghidroksilasi steroid korteksolon (cortexolone) untu membentuk
hidrokortison dengan mengintroduksi oksigen pada posisi nomor 11.

2.6 Desain Produk Obat


Obat merupakan sarana utama yang digunakan untuk meningkatkan
derajatkesehatan masyarakat dan bahkan untuk menyelamatkan jiwa manusia.
Oleh karena itu, sebagai industri yang hi-regulated, pabrik obat atau industri
farmasi diwajibkan untuk menjamin keamanan, khasiat, dan mutu produk obat
yang dihasilkannya selama diberikan izin edar oleh BPOM.
Kriteria aman dan berkhasiat dijamin lewat proses pemilihan bahan awal
dari pemasok secara cermat dan hati-hati. Sedangkan mutu ditentukan oleh
rangkaian proses desain dan formulasi produk obat, komponen dan
proses pengemasan, serta lingkungan produksi dan cara penyimpanan selama
masa edarnya. Jika rangkaian proses ini hendak dipertahankan maka
diperlukan pengendalian mutu yang ketat berupa seperangkat sistem manajemen
mutu. Untuk menjamin keamanan dan khasiat serta mengendalikan mutu
produk obat yang sedemikian rumit maka sangat diperlukan tenaga profesional di
industrifarmasi. Salah satu tenaga profesional yang dimaksud adalah apoteker.
Apoteker merupakan profesi yang memiliki tanggung jawab baik moral maupun
legalsebagai pelindung terakhir (last safeguard) bagi pasien atau konsumen
pengguna obat.
Perkembangan desain produk obat khususnya dibidang farmasi masih
terus dilakukan penelitian utnuk mengembangkan obat-batan baru. Salah satunya
obat yang didesain khusus untuk mengobati kanker. Juga terus diteliti berbagai
kombinasi pengobatan yang disebut obat desainer yang khusus diarahkan untuk
menghancurkan sel-sel tertentu dari masing-masing sel tumor, tanpa

18
menyebabkan sel yang sehat menjadi rusak. Prof. Klaus Strein dan tim penelitinya
terutama memanfaatkan hasil penelitian terbaru dari bidang bioteknologi. Mereka
mengembangkan obat-obatan baru berdasarkan bioteknologi. Obat kanker
Herceptin misalnya, mampu menolong antara seperempat hingga sepertiga pasien
kanker payudara, dalam mencegah pembentukan anak sebar tumor. Dengan
begitu, dewasa ini obat baru yang disebut obet-obatan desainer itu mampu
menolong jiwa pasien dalam persentase terbesar (Anwar, 2010).
Standar pengobatannya biasanya obat diberikan bersamaan dengan
kemoterapi. Dengan begitu, pengobatan konvensional yang sudah teruji tidak
ditinggalkan. Melainkan diperluas dengan kombinasi pemberian obat baru.
Namun juga diakui, tidak semua pasien kanker dapat diobati dengan Herceptin
atau Trastuzumab. Penyebabnya, ada jenis kanker yang diidap pasien yang tidak
memiliki reseptor yang cocok dengan obat desain baru itu. Tapi Prof. Nadia
Harbeck optimis dalam waktu dekat dapat ditemukan obat desain yang lainnya.
Disebutkannya, jenis tumor yang tidak memiliki reseptor khusus itu, sudah
ada obatnya yang dijual sejak setahun lalu. Antibody dari obat baru, terutama
mencegah pembentukan pembuluh darah baru sel tumor. Obatnya biasanya
digunakan pada pengobatan kanker payudara stadium lanjut. Juga di seluruh dunia
sedang diujicoba pada kasus kanker payudara stadium dini. Penelitian obat-obatan
baru yang didesain khusus untuk pengobatan kanker payudara terus dilakukan
secara intensif. Walaupun biaya risetnya mahal dan proses produksinya amat
rumit, namun peluang pasarnya juga amat menggiurkan bagi industri farmasi.
Data statistik yang menyebutkan, setiap tahunnya satu juta wanita terdeteksi
sebagai pasien baru penyakit kanker, menyebabkan penelitian obat desain khusus
ibaratnya mendapat dinamika sendiri. Dengan spektrum pemanfaatan amat luas,
sebagai obat kombinasi dengan kemoterapi, operasi atau penyinaran, obat kanker
yang didesain khusus itu, kini sudah merupakan standar baru terapi penyembuhan
kanker payudara (Wasilah, 2019).

19
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
3.1.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah:
1. Bioteknologi farmasi merupakan penerapan dan pengembangan bioteknologi
dalam bidang farmasi/obat-obatan yang menunjang perbaikan kesehatan
makhluk hidup serta perawatan medis.
2. Arti penting bioteknologi farmasi yaitu merancang dan memproduksi obat-
obatan yang disesuaikan dengan genetik masing-masing orang,
mengembangkan obat-obatan khusus untuk efek terapi yang maksimal dengan
dosis yang tepat, memproduksi vaksin yang lebih aman oleh organisme yang
ditransformasi melalui rekayasa genetik
3. Komponen yang terlibat dalam bioteknologi farmasi dan kedokteran dapat
berupa bagian-bagian dari organisme yang digunakan dalam menghasilkan
produk atau jasa untuk kepentingan penelitian atau pengembangan perawatan
kesehatan dan obatobatan
4. Contoh dari bioteknologi farmasi diantaranya pembuatan insulin, antibody
monoclonal, antibiotik, vaksin, steroid, vitamin dan terapi gen. 2. Saran Dari
pembuatan makalah ini ada beberapa hal yang perlu diperbaiki diantaranya
mahasiswa harus selalu mengikuti perkembangan informasi mengenai
bioteknologi farmasi, hal ini dikarenakan ilmu bioteknologi farmasi yang terus
berkembang dan memunculkan teori atau cara baru

20
DAFTAR PUSTAKA

Artama, W.T. (1990). Teknik Hibridoma untuk Porduksi Antibodi Monoklonal.


Makalah Kursus Immuno-bioteknologi. Yogyakarta: PAU UGM.

Betteng, R., Pangemanan, D., & Mayulu, N. 2014. Analisis Faktor Resiko
Penyebab Terjadinya Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Wanita Usia Produktif Ii
Puskesmas Wawonasa. Jurnal e-Biomedik, 2(2): 400-410.

Machmud, M., Harjosudarmo, Jumanto, Manzila, Ifa, & Suryadi, Yadi. 2004.
Pengembangan Teknik Produksi dan Aplikasi Antibodi Monoklonal
Ralstonia solanacerum. Kumpulan Makalah Seminar Hasil Penelitian
BBBiogen Tahun 2004.

Madigan, M.T., Martinko, J.M., Dunlap, P.V. and Clark, D.P. 2009. (published
February, 2008) Brock Biology of Microorganisms, 12th edition, Pearson
Benjamin-Cummings, San Francisco

Nurcahyo, Heru. 2011. Diktat Bioteknologi. Yogyakarta: Fakultas MIPA


Universitas Negeri Yogyakarta. Pratiwi, Sylvia. 2008. Mikrobiologi
Farmasi. Jakarta: Erlangga

Smith, J. E. 2009. Biotechnology Fifth Edition. New York: Cambridge University


Press.

Sudjadi. 2008. Bioteknologi kesehatan. Yogyakarta: Kanisius

Thieman, W.J, Palladino, M.A. 2004. Introduction to Biotechnology. San


Fransisco: Pearson Benjamin Cummings

21

Anda mungkin juga menyukai