Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

BIOSINTESIS DNA dan RNA HEWAN

Oleh
KELOMPOK 1
MUH. AJIB MAJID 60500120057
HAKAM MUQSID 60500120027
NUR MUTMAINNAH 60500120007

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR


2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Informasi genetik diwariskan dari orang tua kepada keturunannya agar dapat

menghasilkan keturunan baru. Proses ini disebut dengan Hereditas. Gen termasuk

salah bagian dari DNA kromosom yang dapat mengkode satu buah molekul RNA
secara spesifik yang selanjutnya mengkode untuk polipeptida tertentu. Gen tersusun

dari DNA ( Deoxyribo Nucleic Acid). DNA bersama-sama dengan protein histon dan

non histon dengan membentuk benang-benang kromatin yang selanjutnya menyusun

kromosom. DNA merupakan dasar secara kimiawi dari hereditas. DNA sebagai

bahan genetik karena DNA dapat mewariskan sifat-sifat organisme induk, sudah

diidentifikasi pada pertengahan abad 20.

Genom adalah sepotong DNA atau segment DNA yang menyandi protein

mengandung semua informasi genetik yang dimilikinya. Penemuan ini ditemukan

bagaimana informasi genetik diwariskan dan diekspresikan. Mekanisme molekuler

dari pewarisan melibatkan proses yang dikenal sebagai replikasi atau biosintesis,

yang mana rantai DNA induk berfungsi sebagai cetakan untuk sintesis salinan DNA.

Ekspresi gen di dalam sel memerlukan dua proses, transkripsi dimana DNA berfungsi

sebagai “template” dan ditranskripsikan menjadi mRNA dan translasi dimana

informasi pada RNA akan diterjemahkan menghasilkan protein. Pengaturan ekspresi

gen pada sel eukariotik hanya memungkinkan ekspresi sebagian kecil genom dalam

suatu waktu, sehingga sel dapat menjalani perkembangan dan differensiasi. Untuk

1
2

suatu gen spesifik, pengaturan dapat terjadi secara bersamaan di berbagai faktor

bekerja bersamaan untuk merangsang dan menghambat ekspresi suatu gen.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penulisan makalah ini yaitu:

1. Apakah pengertian dari DNA?

2. Apa fungsi dari DNA ?


3. Apakah pengertian dari biosintesis DNA?

4. Bagaimana mekanisme biosintesis DNA?

5. Bagaimana proses biosintesis dan perbaikan DNA ?

6. Bagaimana biosintesis DNA dan RNA pada hewan?

C. Tujuan Makalah

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui pengertian dari DNA?

2. Untuk mengetahui fungsi dari DNA ?

3. Untuk mengetahui pengertian dari biosintesis DNA?


4. Untuk mengetahui mekanisme biosintesis DNA?

5. Untuk mengetahui proses biosintesis dan perbaikan DNA ?

6. Untuk mengetahui biosintesis DNA dan RNA pada hewan?

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sintesis (replikasi) DNA pada Hewan

Replikasi DNA sering disebut sintesis DNA, yaitu suatu proses dimana urutan

nukleotida dari DNA (bagian tertentu dari DNA) dikopi olehpasangan basa

komplementernya (A dengan T, atau G dengan C). Proses tersebut memerlukan


pengenalan setiap nukleotida di dalam DNA dan membutuhkan dua rantai DNA yang

terpisah. Replikasi DNA dikatalisis oleh enzim DNA polimerase. Subtrat untuk

enzim ini adalah deosiribo nukleosida trifosfat yang dipolimerisasi pada satu benang

DNA cetakan secara bertahap. Mulanya DNA membelah menjadi dua untuk

mereplikasi dirinya sendiri. Peristiwa ini terjadi dengan cara yang sangat menarik.

Molekul DNA yang menyerupai tangga spiral membagi menjadi dua seperti risleting

dari tengah anak tangga. Seterusnya, DNA membelah menjadi dua bagian. Belahan

yang hilang (replica) dari masing- masing bagiandisempurnakan dengan bahan-bahan

yang terdapat di sekitarnya. Dengan cara ini, dua molekul DNA baru diproduksi.

Dalam setiap tahap operasi, protein ahli yang disebut “enzim” (Rahmadina, 2019:

35).

Setelah James Watson dan Francis Crick menemukan struktur DNA pada

tahun 1953, bagaimana peran DNA sebagai templat untuk replikasi dan transmisi

informasi genetik menjadi jelas yaitu rantai yang satu merupakan komplemen dari

rantai yang lain. Aturan pasangan basa memberikan arti bahwa masing-masing rantai

berfungsi sebagai templat untuk sintesis rantai pasangannya. Pada replikasi DNA,

mula-mula kedua untai DNA terpisah, kemudian masing-masing untai berfungsi

3
4

sebagai templat untuk sintesis untai DNA yang baru, sehingga proses replikasi

menghasilkan dua molekul DNA baru, masing-masing memiliki satu rantai lama dan

satu rantai baru. Helikase merupakan enzim yang memisahkan kedua untai DNA

pada proses replikasi DNA in vitro. Dalam molekul DNA rantai panjang, replikasi

terjadi pada potongan-potongan rantai pendek dan kedua rantai DNA induk terpisah

hanya pada titik awal replikasi membentuk molekul seperti huruf Y yang biasa

disebut ’fork’ replikasi. Salah satu jenis replikasi yang diusulkan Watson dan Francis

Crick pada sel eukariotik adalah replikasi semi konservatif (Gaffar, 2007: 27).

Gambar 2.1 Replikasi DNA semi konservatif


(Sumber: Gaffar, 2007: 27).

Secara sederhana, replikasi model semi konservatif pada sel hewan dapat

dijelaskan sebagai berikut:

a. Sebelum melakukan replikasi, molekul induk mempunyai dua rantai DNA

komplementer. Setiap basa dipasangkan oleh ikatan hidrogen dengan

pasangan spesifiknya. A dengan T dan G dengan C.

b. Langkah pertama dalam replikasi adalah pemisahan kedua rantai DNA.


5

c. Setiap rantai yang lama berfungsi sebagai cetakan (template) yang

menentukan urutan nukleotida di sepanjang rantai komplementer yangbaru

yang bersesuaian. Nukleotida terpasang pada daerah yang spesifik di

sepanjang permukaan cetakan berdasarkan aturanpemasangan basa.

d. Nukleotida baru tersebut disambung satu sama lain untuk membentuk tulang

punggung gula-fosfat dari rantai baru. Setiap molekul DNA sekarang terdiri

dari satu rantai lama dan satu rantai baru. Dengandemikian terbentuklah dua

molekul DNA yang persis sama denganmolekul DNA sebelum replikasi.

Pada tahun 1960, mekanisme sederhana dari replikasi DNA dianggap bahwa

kedua rantai baru tumbuh secara kontinyu, dimana nukleotida pernukleotida

ditambahkan pada garpu replikasi DNA dan bergerak dari ujung molekul DNA ke

ujung yang lain. Kedua rantai DNA yang anti paralel, menyebabkan munculnya

Permasalahan. Sebab bila demikian, maka mekanisme seperti dikemukakan di atas

membutuhkan satu rantai anak yang tumbuh dari arah 5’ – 3’ dan rantai yang lain

tumbuh dari arah 3’ – 5’. Pada garpu replikasi terdapat dua rantai yang dikenal

dengan rantai cepat (leading strand) dan rantai lambat (lagging strand) dengan

struktur yang asimetris. Pada rantai cepat, DNA polimerase hanya mampu

memanjangkan rantai baru DNA dengan arah 5’ – 3’ ketika replikasi sedang berjalan.

Pada rantai lambat, rantai tumbuh secara menyeluruh dalam 3’ – 5’ dengan

penambahan segmen- segmen pendek yang dikenal dengan fragmen okazaki.

Fragmen okazaki secara individu tumbuh dengan arah 5’ – 3’ (Alberts, 2002: 240).
6

Gambar 2.2 DNA polimerase mengkatalisis penambahan bertahap


deoksiribonukleotida ke ujung 3’-OH rantai polinukleotida

Untuk untai utama, primer khusus diperlukan hanya pada awal replikasi yaitu

setelah garpu replikasi terbentuk, DNA polimerase secara terus-menerus disajikan

dengan ujung rantai berpasangan basa untuk menambahkan nukleotida baru. Namun,

setiap kali DNA polimerase menyelesaikan fragmen DNA Okazaki pendek (yang

memakan waktu beberapa detik), ia harus mulai mensintesis fragmen yang sama

sekali baru di lokasi yang lebih jauh di sepanjang untai cetakan. Mekanisme khusus

digunakan untuk menghasilkan primer pasangan basa untai yang dibutuhkan oleh

molekul DNA polimerase ini. Mekanismenya melibatkan enzim yang disebut DNA

primase, yang menggunakan ribonukleosida trifosfat untuk mensintesis primer RNA

pendek pada untai tertinggal. Pada eukariota, primer ini memiliki panjang sekitar 10

nukleotida dan dibuat pada interval 100-200 nukleotida pada untai tertinggal

(Alberts, 2002: 244).


7

B. Sintesis RNA pada Hewan

Transkripsi adalah suatu proses pencetakan mRNA oleh DNA untuk menyalin

urutan asam amino tertentu sebagai langkah awal dari proses sintesa protein.

Transkrip sering juga disebut sintesa RNa. Proses transkripsi diawali dengan

membukanya pita double helix DNA sebagian dengan perantaraan enzim RNA-

polimerase, selanjutnya salah satu pita DNA itu mencetak mRNA, yaitu dengan

menyalin dan menyerahkan informasi genetik tertentu. Sintesis RNA berlangsung

menurut arah 5΄ ke 3’. Selain mRNA juga dicetak tRNA dan rRNA. RNA transfer

(tRNA) mempunyai fungsi mengikat asam amino yang terdapat di sitoplasma.

Sebelum asam amino itu dapat diikat oleh tRNA, dimana asam amino harus

bermuatan dengan ATP (= Adenosin Tripospat ), sehingga asam amino itu berenergi.

Proses ini berlangsung didalam sitoplasma. RNA ribosom (rRNA) mempunyai fungsi

menyediakan tempat untuk sintesa protein. Proses ini berlangsung didalam ribosom

dan hasil akhir berupa polipeptida (Zulfarina dan Mahadi, 2019: 81). Tahapan dalam

proses transkripsi pada dasarnya terdiri dari 3 tahap, yaitu :

1. Inisiasi (pengawalan)

Transkripsi tidak dimulai di sembarang tempat pada DNA, tapi di bagian hulu

(upstream) dari gen yaitu promoter. Salah satu bagian terpenting dari promoter adalah

kotak Pribnow (TATA box). Inisiasi dimulai ketika holoenzim RNA polimerase

menempel pada promoter. Tahapannya dimulai dari pembentukan kompleks promoter

tertutup, pembentukan kompleks promoter terbuka, penggabungan beberapa

nukleotida awal, dan perubahan konformasi RNA polimerase karena struktur sigma

dilepas dari kompleks holoenzim.

2. Elongasi (pemanjangan)
8

Pemanjangan di sini adalah pemanjangan nukleotida. Setelah RNA polimerase

menempel pada promoter maka enzim tersebut akan terus bergerak sepanjang

molekul DNA, mengurai dan meluruskan heliks. Dalam pemanjangan, nukleotida

ditambahkan secara kovalen pada ujung 3’ molekul RNA yang baru terbentuk.

Misalnya nukleotida DNA cetakan A, maka nukleotida RNA yang ditambahkan

adalah U, dan seterusnya. Laju pemanjangan maksimum molekul transkrip RNA

berrkisar antara 30–60 nukleotida per detik. Kecepatan elongasi tidak konstan.

3. Terminasi (pengakhiran)

Terminasi juga tidak terjadi di sembarang tempat. Transkripsi berakhir ketika

menemui nukleotida tertentu berupa STOP kodon. Selanjutnya RNA terlepas dari

DNA template menuju ribosom.

Secara umum mekanisme transkripsi dimulai dari inisiasi, elongasi dan

terminasi. Tetapi pada sel hewan (eukariot) terdapat tiga gen kelas yang berperan

dalam proses transkripsi (Peristiowati, 2018: 44-49) sebagai berikut:

1. Transkripsi gen kelas II

Transkripsi gen kelas II dilakukan oleh RNA polimerase II yang dibantu oleh

beberapa faktor transkripsi umum Penyusunan kompleks faktor transkripsi umum dan

RNA polimerase II pada daerah promotor membentuk kompleks pra inisiasi yang

akan segera mengawali transkripsi jika ada nukleotida. Ikatan semacam ini membuat

daerah promotor menjadi terbuka sehingga RNA polimerase II dapat membaca urutan

DNA pada cetakan. Faktor transkripsi umum yang berperan dalam mengarahkan

RNA polimerase II kepromotor adalah TFIIA, TFIIB, TFIID,TFIIE, TFIIF, TFIIH

dan TFIIJ. Faktor-faktor transkripsi tersebut akan menempel ke daerah promotor

secara beratahap sebelum akhirnya terbentuk kompleks pra inisiasi.


9

Setelah terbentuk kompleks pra inisiasi RNA polimerase II siap untuk

melakukan proses transkripsi jika ada nukleotida. Faktor transkripsi yang penting

untuk mengawali inisiasi proses transkripsi adalah TBP, TFIIB, TFIIF, dan RNA

polimerasi II tanpa adanya TFIIE dan TFIIH, sebenarnya sudah dapat terjadi

transkripsi namun tidak sempurna. Pembentukan transkripsi yang tidak sempurna

tersebut menandakan telah terbentuknya kompleks inisisasi termasuk terjadinya

pembukaan DNA secara lokal dan pembentukan ikatan pospodiester pertama. Dalam

hal ini faktor TFIIE dan TFIIH tidak diperlukan dalam proses inisiasi melainkan

diperlukan dalam proses pelepasan dari promotor yang menandai dimulainya

transkripsi (pemanjangan transkip) secara aktif. Pelepasan dari promotor tersebut

dikatalisis oleh aktifitas DNA helikase yang dimiliki oleh TFIIH sehingga

menyebabkan terbukanya DNA pada daerah promotor.

2. Transkripsi gen kelas III

Transkripsi gen kelas III (gen tRNA dan 5S rRNA) dilakukan oleh RNA

polimerase III dibantu oleh sekelompok protein yang dikenal sebagai faktor

transkripsi TFIII yang meliputi; TFIIIA, TFIIIB, dan TFIIIC serta protein TBP.

Mekanise transkripsi gen kelas III pertama-tama, faktor TFIIIC menempel pada kotak

A dan kotak B yang ada pada promotor internal. Penempelan TFIIIC tersebut

mendorong penempelan TFIIIB dan TBP pada daerah sebelah hulu dari titik awal

replikasi. Selanjutnya, RNA polimerase III menempel pada daerah awal transkripsi

dan siap memulai proses transkripsi. Pada saat transkripsi dimulai RNA polimerase

III menyebabkan TFIIIC terlepas dari ikatannya dengan kotak A dan kotak B pada

daerah promotor internal, sementara TFIIIB tetap berada ditempatnya untuk memulai

rangkaian proses transkripsi berikutnya. Secara invitro kompleks ikatan TFIIIA,


10

TFIIIB, TFIIIC, dan RNA polimerase III tersebut dapat mendukung proses transkripsi

sampai kurang lebih 40 kali. Selama rangkaian proses tersebut, RNA polimerase III

akan berdisosiasi dan berasosiasi kembali ke dalam kompleks protein setiap kali

terjadi proses transkripsi.

3. Transkripsi gen kelas I

Transkripsi gen kelas I dimulai dari daerah promotor antara dan berakhir pada

sisi sebelah hulu promotor utama. Hal ini dimaksudkan untuk mengantarkan molekul

RNA polimerase I dalam jumlah besar kesisi inisiasi. Secara rinci mekanisme inisiasi

transkripsi gen kelas I sampai saat ini belum diketahui secara jelas. Selain faktor SL1

inisiasi transkripsi gen kelas I juga memerlukan faktor transkripsi UBF. Faktor UBF

inilah yang menempel pada daerah promotor gen rRNA secara langsung dan bukan

RNA polimerase I. hasil penelitian menunjukan bahwa faktor SL1 yang berasal dari

manusia tidak berikatan langsung pada DNA sedangkan SL1 yang berasal dari mencit

dapat menempel pada promotor gen rRNA mencit sehingga faktor faktor transkripsi

SL1 yang berasal dari manusia hanya aktif terhadap promotor manusia sedangkan

SL1 mencit juga aktif pada promotor mencit. Sebaliknya, faktor transkripsi UBF

yang berasal dari manusia dapat menggantikan fungsi UBF dari mencit dan

sebaliknya.

C. Metode Rekayasa Genetik pada Hewan

Rekayasa genetika adalah nama sekelompok teknik yang digunakan untuk

modifikasi genetik langsung organisme atau populasi organisme menggunakan

rekombinasi DNA. Prosedur ini berguna untuk mengidentifikasi, mereplikasi,

memodifikasi, dan mentransfer materi genetik sel, jaringan, atau organisme lengkap.

Teknik-teknik ini melibatkan kemampuan untuk mengisolasi potongan dan transfer


11

potongan DNA tertentu, yang sesuai dengan gen tertentu. Pada hewan, genom yang

paing sulit direkayasa adalah genom mamalia. Genom mamalia memiliki ukuran yang

lebih besar dan memiliki organisasi yang lebih kompleks daripada virus, bakteri, dan

tumbuhan. Akibatnya, modifikasi genetik hewan, menggunakan genetika molekuler

dan DNA rekombinan teknologi lebih sulit dan mahal daripada organisme yang lebih

sederhana. Pada mamalia, teknik untuk manipulasi reproduksi gamet dan embrio

seperti memperoleh organisme yang sama sekali baru dari sel dewasa yang

berdiferensiasi (kloning), dan prosedur untuk reproduksi buatan seperti fertilisasi in

vitro, transfer embrio, dan inseminasi buatan, seringkali merupakan bagian penting.

dari proses-proses ini (Yalew, 2020: 181)

Pada prinsipnya rekayasa genetika pada hewan cara kerjanya lebih kurang

sama dengan rekayasa genetika tumbuhan, yaitu (1) Identifikasi gen yang diharapkan;

(2) Pengenalan kode DNA terhadap gen yang diharapkan; (3) Pengaturan ekpresi gen

yang sudah direkayasa; dan (4) Pemantauan transmisi gen terhadap keturunannya.

Beberapa metode yang sering digunakan dalam teknik rekayasa genetika hewan

meliputi pengunaan vektor, kloning, PCR (Polymerase Chain Reaction), dan seleksi,

screening, serta analisis rekombinan (Zulfarina dan Mahadi, 2019: 52-54). Adapun

metode tersebut adalah sebagai berikut:

1. Penggunaan vektor

Vektor merupakan molekul DNA yang membawa suatu DNA asing kedalam

sel inang, dengan harapan sifat yang ada pada DNA asing tersebut dapat terekspresi

dalam sel inang. Salah satu vektor yang bisa digunakan untuk membawa molekul

DNA asing masuk ke dalam sel inang adalah Plasmid. Plasmid digunakan untuk

melakukan rekayasa pada berbagai organisme yang tidak bisa diperoleh secara alami.
12

Plasmid digunakan sebagai vektor dalam rekayasa genetika. Dalam hal ini plasmid

digunakan untuk membawa suatu rangkaian fragmen DNA asing masuk dalam sel

inang dengan harapan plasmid rekombinan itu mengalami replikasi dan

mengekspresikan sifat baru pada DNA asing tersebut, sehingga sifat yang diinginkan

dapat diperoleh dari plasmid rekombinan tersebut.

2. Penggunaan plasmid

Penggunaan plasmid untuk rekayasa genetika harus disesuaikan kebutuhannya

sebab ada berbagai macam plasmid yang digunakan. Proses penggunaan plasmid

dalam rekayasa genetika melalui langkah-langkah sebagai berikut:

 Penentuan terlebih dahulu jenis plasmid yang hendak digunakan sebab ada

beberapa jenis plasmid seperti pBR 322 dan pUC19 yang bisa digunakan

untuk prokariot dan plasmid Ti yang bisa digunakan untuk organisme

eukariot.

 Bila plasmid telah ditentukan maka selanjutnya adalah menentukan tempat

pengenalan enzim restriksi (pemotongan) yang hendak digunakan sebagai

tempat penyisipan DNA asing dan marker untuk menandai masuk tidaknya

plasmid pada sel inang.

 Apabila telah diketahui tempat pengenalan restriksi dan markernya maka

langkah selanjutnya adalah menyiapkan enzim restriksi sebagai pemotong

plasmid. Enzim yang digunakan untuk memotong plasmid harus sama dengan

pemotong DNA asing sehingga nanti keduanya bisa bersatu misal: EcoR1.

 Langkah selanjutnya adalah plasmid dipotong dengan enzim restriksi yang

sesuai pada daerah potongannya.


13

 Plasmid siap disambungkan dengan DNA asing yang memiliki sifat tertentu,

yang telah dipotong juga dengan enzim restriksi yang sama dengan pemotong

plasmid.

3. Restriksi sebagai pemotong plasmid

Enzim yang dugunakan untuk memotong plasmid adalah enzim restriksi.

Enzim restriksi adalah enzim yang digunakan untuk memotong DNA secara spesifik.

Enzim restriksi disebut sebagai gunting biologi. Enzim ini diisolasi dari bakteri.

Restriksi yang digunakan untuk memotong plasmid harus sama dengan pemotong

DNA asing agar urutan basanya bisa sesuai sehingga antara plasmid dan DNA asing

yang disisipkan bisa bersatu. Prinsip kerja enzim restriksi adalah:

 Enzim restriksi yang digunakan adalah enzim endonuklease restriksi. Enzim

pemotong ini mengenali DNA pada situs kusus dan memotong pada situs

tersebut.

 Situs pengenalan enzim restriksi adalah daerah yang simetri dengan

poliandrom, artinya bila kedua utas DNA tersebut masing-masing dibaca

dengan arah yang sama akan memberikan urutan yang sama pula

nukleotidanya.

 Pemotongan enzim restriksi akan menghasilkan potongan yaitu ujung kohesif

(sticky end) dan ujung rata (blunt end).

4. Enzim Ligase sebagai penyambung plasmid dengan DNA asing

Prinsip kerja enzim ligase sebagai berikut:

 Enzim ligase menyambung dua ujung DNA yang semulanya terpotong


14

 Penyambungan dilakukan dengan cara menyambung 2 ujung DNA melalui

ikatan kovalen antara ujung 3’OH dari utas satu dengan ujung 5’P dari utas

yang lain.

 Penggunaan ligasi DNA ini mengkatalis ikatan fosfodiester antara kedua

ujung DNA sehingga kedua fragmen DNA yang berupa potongan bisa bersatu

menjadi satu.

5. Pembuatan plasmid rekombinan

Adapun untuk menciptakan plasmid rekombinan yang mengandung sifat

DNA asing yang diinginkan maka dilakukan penyambungan DNA asing dengan

plasmid yang ada. Plasmid rekombinan terbentuk sebagai sambungan antara

plasmid dengan DNA asing, sehingga plasmid tersebut mengandung sifat tertentu

yang telah disesuaikan dengan kebutuhan.

6. Metode kloning

Teknik cloning (tanpa perkawinan) dilakukan dengan penyisipan potongan

gen/ embrio yang dikehendaki dari suatu spesies lain, sehingga spesies yang diklon

tadi akan memiliki sifat tambahan sesuai dengan gen yang disisipkan kedalam

seltubuhnya. Memasukkan inti sel kedalam spesies lain, yang sebelumnya inti selnya

telah dibuang/dikosongkan. Teknik cloning ini disebut juga transfer gen atau transfer

embrio (transfer inti). Teknik ini menjanjikan berbagai kemampuan yang

revolusioner, antara lain cepat, dapat diterapkan secara universal, Dapat dilakukan

pengendalian yang ketat terhadap proses manipulasi, Dapat membentuk berbagai

kombinasi genetik baru yang belum diseleksi sebelumnya dengan metode

laboratorium.
15

D. Hewan Transgenik

Hewan transgenik merupakan satu alat riset biologi yang potensial dan sangat

menarik karena menjadi model yang unik untuk mengungkap fenomena biologi yang

spesifik (Pinkert, 1994). Sedangkan hewan transgenik menurut Federation of

European Laboratory Animal Associations adalah hewan dimana dengan sengaja

telah dimodifikasi genome-nya, gen disusun dari suatu organisme yang dapat

mewarisi karakteristik tertentu. Dua alasan umum mengapa hewan transgenic tetap

diproduksi. Beberapa hewan transgenic diproduksi untuk mempunyai sifat ekonomis

spesifik. Contoh, ternak transgenic diciptakan untuk memproduksi susu yang

mengandung protein khusus manusia, dimana mungkin dapat membantu dalam

perawatan penyakit emphysema pada manusia (penyakit pembengkakan paru-paru

karena pembuluh darah). Hewan transgenic lainnya diproduksi sebagai model

penyakit (secara genetic hewan dimanipulasi untuk menunjukkan gejala penyakit

sehingga perawatan efektif dapat dipelajari) (Muthiadin, 2014: 118).

Menurut Sanger (2017: 79-81) teknik atau metode pembuatan hewan

transgenik diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Mikroinjeksi DNA

Teknik penyisipan gen dengan cara Mikroinjeksi DNA dilakukan dengan

melakukan injeksi langsung gen terpilih yang diambil dari anggota lain dalam spesies

yang sama ataupun berbeda ke dalam pronukleus ovum yang telah dibuahi. Pada

metode ini, sel telur yang telah dihasilkan dari proses superovulasi dan fertilisasi in

vitro diinjeksi dengan gen asing. Untuk mempertahankan posisi sel telur digunakan

tabung kecil. Proses injeksi larutan yang berisi copy gen asing (transgen) ke dalam
16

pronukleus betina dilakukan dengan menggunakan jarum yang sangat halus.

Selanjutnya sel telur diintroduksikan ke oviduk betina pengganti/ induk angkat.

Gambar 2.3 Penyisipan gen dengan mikroinjeksi

(Sumber: Sanger, 2017: 79)

2. Transfer gen dengan retrovirus

Teknik penyisipan gen dengan cara transfer gen dengan media retrovirus

menggunakan retrovirus sebagai vektor, kemudian menginjeksikan DNA ke dalam

sel inang. DNA dari retrovirus berintegrasi ke dalam genom untuk bakteri.

3. Transfer gen dengan sel cangkokan embrionik

Transfer gen dengan media sel cangkokan embrionik diaplikasikan dengan

menggunakan sequence DNA yang diharapkan muncul ke dalam kultur in vitro sel

cangkokan embrionik. Sel cangkokan dapat menjadi organisme lengkap. Sel

kemudian berikatan dalam embrio pada tahap perkembangan blastosit. Blastosit

kemudian diimplantasi ke induk angkat sehingga dihasilkan keturunan chimera .

Untuk mendapatkan keturunan yang homozigot dilakukan perkawinan secara

berulang-ulang antara sesama keturunan chimera.

4. Terapi gen sel embrional


17

Terapi gen sel embrional biasanya dilakukan pada hewan untuk membentuk

hewan transgenik. Terapi gen jenis ini memungkinkan perbaikan secara genetik yang

akan mulai terlihat ketika sel embrional telah berkembang menjadi individu baru.

A. BIOSINTESIS DNA dan RNA pada HEWAN


Hemydactylus platyurus adalah salah satu reptile dengan jenis yang termasuk

ke dalam suku cecak (Geckonidae). Dalam bahasa Inggris disebut flat tailed house
gecko, seperti tercermin dari nama ilmiahnya, platyura (dari bahasa Yunani, platus

artinya pipih, ura artinya ekor). Hemidactylus platyurus ini bertubuh pipih

lebar, berekor lebar dengan jumbai-jumbai halus di tepinya. Pada sisi bawah bagian

tubuhnya terlihat adanya lipatan kulit agak lebar di sisi perut dan di belakang kaki.

Hemidactylus frenatus memiliki tubuh lebih kurus, bentuk ekor lebih bulat, dan

memiliki tonjolan kulit serupa duri. H. frenatus lebih menyukai tinggal di pohon atau

di bagian rumah yang berkayu seperti atap rumah. Terkadang didapati bersama

cecak tembok di dinding luar rumah dekat lampu, namun umumnya kalah bersaing

dalam memperoleh makanan. Gehyra mutilate bertubuh lebih kecil, kepala membulat,

dan warna kulit lebih cerah.

Hasil analisis filogenetik ditemukan spesies Gecko japonicus merupakan

spesies yang digunakan sebagai referensi karena paling dekat kekerabatannya dengan

H. platyurus dan telah teridentifikasi urutan DNAnya. Identifikasi basa DNA

diperoleh dari website National Center for Biotechnology Information (NCBI).


18

Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah suatu teknik sintesis dan

amplifikasi DNA secara in vitro. Teknik ini pertama kali dikembangkan oleh Karry

Mullis pada tahun 1985. Teknik Polymerase Chain Reaction (PCR) dapat digunakan

untuk mengamplifikasi segmen DNA dalam jumlah jutaan kali hanya dalam beberapa

jam. Diketemukannya teknik Polymerase Chain Reaction (PCR) di samping juga

teknik-teknik lain seperti sekuensing DNA, telah proses Polymerase Chain Reaction

(PCR) melibatkan beberapa tahap yaitu:

(1) pra-denaturasi DNA templat;

(2) denaturasi DNA templat;

(3) penempelan primer pada templat (annealing);

(4) pemanjangan primer (extension) dan

(5) pemantapan (post extension).

Tahap (2) sampai dengan (4) merupakan tahapan berulang (siklus), di mana

pada setiap siklus terjadi duplikasi jumlah DNA. Proses PCR secara umum

berlangsung dalam tiga tahap, yakni tahap denaturasi, tahap penempelan (annealing),

dan tahap pemanjangan (extension).


BAB III
PENUTUP

Asam deoksiribonukleat (DNA) merupakan materi genetik yang berperan

dalam membawa sifat yang diturunkan kepada generasi selanjutnya. DNA merupakan

suatu polimer yang disusun oleh unit-unit nukleotida yang tersusun berulang-ulang,

tersusun rangkap, membentuk DNA heliks ganda dan berpilin ke kanan. Setiap

nukleotida terdiri dari tiga gugus molekul, yaitu: gula 5 karbon (2-deoksiribosa), basa

nitrogen yang terdiri dari golongan purin serta golongan pirimidin dan gugus fosfat.

DNA heliks ganda mengalami biosintesis menjadi 2 DNA heliks ganda, di mana ke-2

DNA heliks ganda mewarisi masing-masing 1 pita DNA induk. Oleh karena itu tipe

biosintesis DNA adalah semikonservatif. Biosintesis DNA dimulai dari tempat yang

disebut awal biosintesis (origin of replication). Biosintesis DNA dimulai dengan

terbukanya pita DNA heliks ganda di daerah awal sintesis. Dengan terputusnya ikatan

antar basa, maka enzim DNA polimerase dapat bekerja mensintesis pasangan basa

baru. Dengan demikian,

masing-masing pita DNA berperan sebagai cetakan (template) bagi DNA

anakan. Biosintesis DNA bergerak 2 arah (biodireksi) dengan enzim DNA polimerase

berbeda untuk masing-masing arah. Biosintesis berakhir ketika kedua enzim DNA

polimerase bertemu (sekitar 180o dari awal biosintesis). Masing-masing DNA

polimerase mensintesis 2 pita DNA anakan dengan cetakan 2 pita induknya. Karena

DNA polimerase bergerak satu arah (dari 3’ ke 5’ DNA induk atau 5’ ke 3’ DNA

anakan), maka terjadi 2 tipe sintesis pita DNA anakan yaitu pita menerus (leading

strand) dan pita sendat (lagging strand). Pita menerus adalah pita DNA anakan yang

dicetak tanpa putus. Pita sendat adalah pita DNA anakan yang dicetak terputus-putus.

19
20

Urutan biosintesis DNA adalah pemisahan 2 pita DNA induk, sintesis RNA primer,

sintesis DNA anakan, pengantian RNA primer dengan DNA, dan penyambungan pita

DNA anakan (menjadi pita sirkuler).


21

DAFTAR PUSTAKA

Alberts, B., Johnson, A., Lewis, J., et al. Molecular Biology of the Cell 4th Edition.
New York: Garland Science, 2002.
Gaffar, S. Bioteknologi Molekul. Bandung: UNPAD Press, 2007.
Muthiadin, C. Pengantar Rekayasa Genetik. Makassar: UINAM Press, 2014.
Peristiowati, Y dan Nurwijayanti. Biologi Dasar Manusia dan Biologi
Perkembangan. Kediri: Indomedia Pustaka, 2018.
Rahmadina. Buku Ajar Genetika Dasar. Medan: UINSU Press, 2019.
Sanger, C. Bioteknologi Hasil Perikanan. Manado: LPPKM UNSRAT, 2017.
Yalew, K., Gelaye, A., Fesseha, H. “Genetic Engineering Application in Animal
Breeding-Review”. Biomedical 32, no. 4 (2020): h. 180-188.
Zulfarina dan Mahadi, I. Buku Ajar Bioteknologi. Pekanbaru: UR press, 2019.

Anda mungkin juga menyukai