Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH BIOLOGI MOLEKULER

MEKANISME TRANSFER INFORMASI GENETIKA

OLEH KELOMPOK II:


1. FEBRIANI BUKY (2206050039)
2. FLAVIANUS K. MBOE (2206050040)
3. MARIA IRENE IGO (2206050041)
4. MARIAM ADE JECHIKA (2206050044)
KELAS / SEMESTER : BIOLOGI B / 4

PRODI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Istilah biologi molekular pertama kali dikemukakan oleh William Astbury pada
tahun 1945. Pengertian biologi molekular pada saat ini merupakan ilmu yang
mempelajari fungsi dan organisasi jasad hidup (organisme) ditinjau dari struktur dan
regulasi molekular unsur atau komponen penyusunnya. Biologi Molekuler juga
merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan antara struktur dan
fungsi molekul-molekul hayati serta kontribusi hubungan tersebut terhadap
pelaksanaan dan pengendalian berbagai proses biokimia (Campbell, 2002).
Transfer informasi genetika merupakan proses penting dalam pewarisan sifat
dan evolusi makhluk hidup. Mekanisme ini terjadi pada tingkat molekuler dan
memungkinkan informasi genetika yang terdapat dalam DNA ditransmisikan dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Mekanisme transfer informasi genetika
melibatkan beberapa tahapan yang kompleks dan sangat teratur. Informasi genetika
adalah informasi yang menentukan sifat-sifat suatu makhluk hidup. Informasi
genetika ini tersimpan di dalam DNA (deoxyribonucleic acid), yaitu molekul yang
terdiri dari dua untai nukleotida yang saling berpilin membentuk heliks ganda.
Informasi genetika ini dapat ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya
melalui proses reproduksi. Proses reproduksi ini melibatkan dua tahap, yaitu replikasi
DNA dan ekspresi gen (Koentjoro, 2015).
Struktur DNA yang berbentuk heliks ganda, dengan jelas menyarankan
bagaimana DNA bisa di copy, sehingga informasi yang terdapat di dalamnya
diteruskan ke generasi berikutnya. Klarifikasi dari bagaimana informasi dalam DNA
dirubah menjadi protein fungsional, muncul dengan ditemukannya messenger RNA
dan transfer RNA dan dengan ditemukannya arti kode genetik (Irawan, 2008).
Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, akhirnya dicetuskan konsep Dogma
Sentral alur informasi genetik yang terdiri dari tiga proses utama penggunaan
informasi dalam sel. Proses yang pertama adalah replikasi, yaitu proses peng-copy-
an DNA induk untuk menghasilkan molekul DNA anak yang mempunyai urutan
nukleotida yang identik. Proses yang kedua adalah transkripsi, yaitu proses dimana
kode genetik yang terdapat dalam DNA di copy menjadi molekul RNA. Proses yang
ketiga adalah translasi, dimana pesan genetik yang dikode dalam messenger RNA di
translasi dalam ribosom menjadi polipeptida dengan urutan asam amino tertentu
(Sari, 2007).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana mekanisme transfer informasi genetika?

1.3. Tujuan Penulisan

1. Agar mahasiswa dapat menjelaskan mekanisme transfer informasi genetika?


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Mekanisme transfer informasi genetika

1. Replikasi DNA

Replikasi DNA adalah proses penggandaan rantai ganda DNA. Pada sel,
replikasi DNA terjadi sebelum pembelahan sel. Prokariota terus-menerus melakukan
replikasi DNA. Pada eukariota, waktu terjadinya replikasi DNA sangatlah diatur,
yaitu pada fase S siklus sel, sebelum mitosis atau meiosis I. Penggandaan tersebut
memanfaatkan enzim DNA polimerase yang membantu pembentukan ikatan antara
nukleotida-nukleotida penyusun polimer DNA. Proses replikasi DNA dapat pula
dilakukan in vitro dalam proses yang disebut reaksi berantai polimerase (PCR)
(Scheilf, 1993).
 Model Replikasi DNA
DNA merupakan molekul hidup karena mampu melakukan penggandaan diri
(replikasi). Fungsi ini disebut fungsi autokatalisis karena DNA mampu mensistesis
dirinya sendiri. Replikasi merupakan peristiwa sintesis DNA. Replikasi DNA dapat
terjadi dengan adanya sintesis rantai nukleotida baru dari rantai nukleotida lama.
Prosesnya dengan menggunakan komplementasi pasangan basa untuk menghasilkan
suatu molekul DNA baru yang sama dengan molekul DNA lama. Proses yang terjadi
tersebut dipengaruhi oleh enzim helikase, enzim polimerase, dan ligase. Ada tiga
kemungkinan terjadinya replikasi DNA, yaitu konservatif, semikonservatif, dan
dispersif (Elrod, 2007).
a. Model konservatif, yaitu dua rantai DNA lama tetap tidak berubah, berfungsi
sebagai cetakan untuk dua rantai DNA baru. Replikasi ini mempertahankan
molekul dari DNA lama dan membuat molekul DNA baru (Fincham, 2007).
b. Model semikonservatif, yaitu dua rantai DNA lama terpisah dan rantai baru
disintesis dengan prinsip komplementasi pada masing-masing rantai DNA lama.
Akhirnya dihasilkan dua rantai DNA baru yang masing-masing mengandung satu
rantai cetakan molekul DNA lama dan satu rantai baru hasil sintesis.
c. Model dispersif, yaitu beberapa bagian dari kedua rantai DNA lama digunakan
sebagai cetakan untuk sintesis rantai DNA baru. Oleh karena itu, hasil akhirnya
diperoleh rantai DNA lama dan baru yang tersebar pada rantai DNA lama dan
baru. Replikasi ini menghasilkan dua molekul DNA lama dan DNA baru yang
saling berselang-seling pada setiap untai.

 Tahapan Replikasi DNA


Proses replikasi DNA merupakan suatu masalah yang kompleks, dan
melibatkan set protein dan enzim yang secara kolektif merakit nukleotida dalam
urutan yang telah ditentukan. Dalam menanggapi isyarat molekul yang diterima
selama pembelahan sel, molekul-molekul ini melakukan replikasi DNA, dan
mensintesis dua untai baru menggunakan helai yang ada sebagai template atau
cetakan. Masing-masing dua resultan, molekul DNA yang identik terdiri dari satu
untai baru lama dan salah satu DNA. Oleh karena itu proses replikasi DNA disebut
sebagai semi-konservatif (Stansfield, 2006.).
Rangkaian peristiwa yang terjadi selama replikasi DNA prokariotik telah
dijelaskan di bawah ini.

1. Inisiasi (Pelepasan untai DNA)


Replikasi DNA dimulai pada lokasi spesifik disebut sebagai asal replikasi,
yang memiliki urutan tertentu yang bisa dikenali oleh protein yang disebut inisiator
DnaA. Mereka mengikat molekul DNA di tempat asal, sehingga mengendur untuk
docking protein lain dan enzim penting untuk replikasi DNA. Sebuah enzim yang
disebut helikase direkrut ke lokasi untuk unwinding (proses penguraian) heliks dalam
alur tunggal (Hartwell, 2000).
Helikase melepaskan ikatan hidrogen antara pasangan basa, dengan cara yang
tergantung energi. Titik ini atau wilayah DNA yang sekarang dikenal sebagai garpu
replikasi (Garpu replikasi atau cabang replikasi adalah struktur yang terbentuk ketika
DNA bereplikasi). Proses replikasi sehingga dimulai, dan garpu replikasi dilanjutkan
dalam dua arah yang berlawanan sepanjang molekul DNA.

2. Sintesis DNA Primer

Sintesis baru, untai komplementer DNA menggunakan untai yang ada sebagai
template yang dibawa oleh enzim yang dikenal sebagai DNA polimerase. Selain
replikasi mereka juga memainkan peran penting dalam perbaikan DNA dan
rekombinasi. Namun, DNA polimerase tidak dapat memulai sintesis DNA secara
independen, dan membutuhkan 3′ gugus hidroksil untuk memulai penambahan
nukleotida komplementer. Ini disediakan oleh enzim yang disebut DNA primase
yang merupakan jenis DNA dependent-RNA polimerase. Ini mensintesis bentangan
pendek RNA ke untai DNA yang ada. Ini segmen pendek disebut primer, dan terdiri
dari 9-12 nukleotida. Hal ini memberikan DNA polimerase platform yang diperlukan
untuk mulai menyalin sebuah untai DNA. Setelah primer terbentuk pada kedua untai,
DNA polimerase dapat memperpanjang primer ini menjadi untai DNA baru.

3. Sintesis leading strand (Replikasi DNA untaian pengawal)

DNA polimerase dapat menambahkan nukleotida baru hanya untuk ujung


3„ dari untai yang ada, dan karenanya dapat mensintesis DNA dalam arah 5′ → 3
„saja. Tapi untai DNA berjalan di arah yang berlawanan, dan karenanya sintesis
DNA pada satu untai dapat terjadi terus menerus. Hal ini dikenal sebagai untaian
pengawal (leading strand).
Di sini, DNA polimerase III (DNA pol III) mengenali 3 „OH akhir primer
RNA, dan menambahkan nukleotida komplementer baru. Seperti garpu replikasi
berlangsung, nukleotida baru ditambahkan secara terus menerus, sehingga
menghasilkan untai baru.
4. Sintesis laggimg strand (untai tertinggal)
Pada untai berlawanan, DNA disintesis secara terputus dengan
menghasilkan serangkaian fragmen kecil dari DNA baru dalam arah 5 „→ 3′.
Fragmen ini disebut fragmen Okazaki, yang kemudian bergabung untuk
membentuk sebuah rantai terus menerus nukleotida. Untai ini dikenal sebagai
lagging Strand (untai tertinggal) sejak proses sintesis DNA pada untai ini hasil
pada tingkat yang lebih rendah.

Di sini, primase menambahkan primer di beberapa tempat sepanjang untai


unwound. DNA pol III memperpanjang primer dengan menambahkan nukleotida
baru, dan jatuh ketika bertemu fragmen yang terbentuk sebelumnya. Dengan
demikian, perlu untuk melepaskan untai DNA, lalu geser lebih lanjut up-stream
untuk memulai perluasan primer RNA lain. Sebuah penjepit geser memegang DNA
di tempatnya ketika bergerak melalui proses replikasi.

5. Penghapusan Primer

Meskipun untai DNA baru telah disintesis primer RNA hadir pada untai baru
terbentuk harus digantikan oleh DNA. Kegiatan ini dilakukan oleh enzim DNA
polimerase I (DNA pol I). Ini khusus menghilangkan primer RNA melalui „5→ 3′
aktivitas eksonuklease nya, dan menggantikan mereka dengan deoksiribonukleotida
baru oleh 5 „→ 3′ aktivitas polimerase DNA.

6. Ligasi

Setelah penghapusan primer selesai untai tertinggal masih mengandung celah


atau nick antara fragmen Okazaki berdekatan. Enzim ligase mengidentifikasi dan
segel nick tersebut dengan menciptakan ikatan fosfodiester antara 5 „fosfat dan 3′
gugus hidroksil fragmen yang berdekatan
7. Pemutusan (terminasi)

Replikasi mesin ini menghentikan di lokasi terminasi khusus yang terdiri dari
urutan nukleotida yang unik. Urutan ini diidentifikasi oleh protein khusus yang
disebut tus yang mengikat ke situs tersebut, sehingga secara fisik menghalangi jalur
helikase. Ketika helikase bertemu dengan protein situs itu jatuh bersama dengan
terdekat untai tunggal protein pengikat.

2. Transkripsi

Transkripsi merupakan tahapan awal dalam proses sintesis protein yang


nantinya proses tersebut akan berlanjut pada ekspresi sifat-sifat genetik yang muncul
sebagai fenotip. Untuk mempelajari biologi molekuler tahap dasar yang harus di
ketahui adalah bagaimana mekanisme sintesis protein sehingga dapat terekspresi
sebagai fenotip. Transkripsi juga merupakan proses sintesis molekul RNA pada
DNA sebagai pola cetakan. Proses ini terjadi pada inti sel / nukleus (pada organisme
eukariotik. sedangkan pada organisme prokariotik berada di sitoplasma karena tidak
memiliki inti sel) tepatnya pada kromosom (Suryo, 2005).

Sebuah rantai DNA digunakan untuk mencetak rantai tunggal mRNA dengan
bantuan enzim polimerase. Enzim tersebut menempel pada kodon permulaan,
umumnya adalah kodon untuk asam amino metionin. Pertama-tama, ikatan hidrogen
di bagian DNA yang disalin terbuka. Akibatnya, dua utas DNA berpisah. Salah satu
polinukleotida berfungsi sebagai pencetak atau sense, yang lain sebagai gen atau
antisense. Misalnya pencetak memiliki urutan basa G-A-G-A-C-T, dan yang
berfungsi sebagai gen memiliki urutan basa komplemen C-T-C-T-G-A. Karena
pencetaknya G-A-G-A-C-T, maka RNA hasil cetakannya C-U-C-U-G-A. Jadi, RNA
C-U-C-U-G-A merupakan hasil kopian dari DNA C-T-C-T-G-A (gen), dan
merupakan komplemen dari pencetak. (Prashar et al, 2012).
Transkripsi DNA akan menghasilkan mRNA (messenger RNA). Pada
organisme eukariot, mRNA yang dihasilkan itu tidak langsung dapat berfungsi dalam
sintesis polipeptida, sebab masih mengandung segmen-segmen yang tidak berfungsi
yang disebut intron. Sedangkan segmen-segmen yang berfungsi untuk sintesis
protein disebut ekson. Di dalam nukleus terjadi pematangan/pemasakan mRNA yaitu
dengan jalan melepaskan segmen-segmen intron dan merangkaikan segmen-segmen
ekson. Gabungan segmen-segmen ekson membentuk satu rantai/utas mRNA yang
mengandung sejumlah kodon untuk penyusunan polipeptida. Rantai mRNA ini
dikenal sebagai sistron (Yuwono, 2007).
a. Prinsip Dasar Transkripsi
Fungsi dasar yang harus dijalankan oleh DNA sebagai materi genetik adalah
fungsi fenotipik. Artinya, DNA harus mampu mengatur pertumbuhan dan
diferensiasi individu organisme sehingga dihasilkan suatu fenotipe tertentu. Fungsi
ini dilaksanakan melalui ekspresi gen, yang tahap pertamanya adalah proses
transkripsi, yaitu perubahan urutan basa molekul DNA menjadi urutan basa molekul
RNA. Dengan perkataan lain, transkripsi merupakan proses sintesis RNA
menggunakan salah satu untai molekul DNA sebagai cetakan (templat)nya.
Transkripsi mempunyai ciri-ciri kimiawi yang serupa dengan sintesis/replikasi DNA,
yaitu
1. Adanya sumber basa nitrogen berupa nukleosida trifosfat. Bedanya dengan
sumber basa untuk sintesis DNA hanyalah pada molekul gula pentosanya yang
tidak berupa deoksiribosa tetapi ribosa dan tidak adanya basa timin tetapi
digantikan oleh urasil. Jadi, keempat nukleosida trifosfat yang diperlukan adalah
adenosin trifosfat (ATP), guanosin trifosfat (GTP), sitidin trifosfat (CTP), dan
uridin trifosfat (UTP) (Yuwono, T. 2010).
2. Adanya untai molekul DNA sebagai cetakan. Dalam hal ini hanya salah satu di
antara kedua untai DNA yang akan berfungsi sebagai cetakan bagi sintesis
molekul RNA. Untai DNA ini mempunyai urutan basa yang komplementer
dengan urutan basa RNA hasil transkripsinya, dan disebut sebagai pita antisens.
Sementara itu, untai DNA pasangannya, yang mempunyai urutan basa sama
dengan urutan basa RNA, disebut sebagai pita sens. Meskipun demikian,
sebenarnya transkripsi pada umumnya tidak terjadi pada urutan basa di sepanjang
salah satu untai DNA. Jadi, bisa saja urutan basa yang ditranskripsi terdapat
berselang-seling di antara kedua untai DNA.
3. Sintesis berlangsung dengan arah 5’→ 3’ seperti halnya arah sintesis DNA.
4. Gugus 3’- OH pada suatu nukleotida bereaksi dengan gugus 5’- trifosfat pada
nukleotida berikutnya menghasilkan ikatan fosofodiester dengan membebaskan
dua atom pirofosfat anorganik (PPi). Reaksi ini jelas sama dengan reaksi
polimerisasi DNA. Hanya saja enzim yang bekerja bukannya DNA polimerase,
melainkan RNA polimerase. Perbedaan yang sangat nyata di antara kedua enzim
ini terletak pada kemampuan enzim RNA polimerase untuk melakukan inisiasi
sintesis RNA tanpa adanya molekul primer.

b. Proses Transkripsi
Schelf (1993) menjelaskan bahawa secara garis besar proses transkripsi
meliputi 3 (tiga) tahapan utama yaitu : Inisiasi, elongasi dan terminasi.

1. Inisiasi

Inisiasi adalah awal dari transkripsi. Hal ini terjadi ketika enzim polimerase
RNA mengikat ke wilayah gen yang disebut promotor. RNA polimerase mengikat
dua untai DNA untuk di copy. RNA polimerase mengenali dan mengikat promoter
(urutan DNA khusus dekat ujung akhir gen dimana transkripsi akan dimulai).
Meskipun promoter dari gen yang berbeda sangat bervariasi dalam ukuran dan
urutan, semua promoter mengandung beberapa karakteristik urutan pendek dari 6-10
pasang nukleotida yang membantu mengikat RNA polimerase.
Selain berfungsi sebagai tempat pengikatan untuk RNA polimerase dan
menentukan di mana transkripsi dimulai, promotor menentukan mana dari dua heliks
DNA yang digunakan sebagai template. Bagian tertentu dari promotor sangat penting
untuk mengikat RNA polimerase.
2. Elongasi

Bagian DNA yang telah terbuka oleh RNA polimerase disebut gelembung
transkripsi/transcription bubble. Ketika RNA polimerase bergerak di sepanjang
DNA, ia terus membuka rantai heliks ganda dan memperlihatkan sekitar 10 sampai
20 basa sekaligus. RNA polimerase menambahkan nukleotida ke ujung 3' dari
molekul RNA yang sedang terbentuk. Setelah sintesis RNA berlangsung, DNA
heliks ganda terbentuk kembali dan molekul RNA yang baru akan lepas dari cetakan
DNA-nya. Begitu polimerase RNA telah berpindah dari promotor, molekul RNA
polimerase lainnya dapat bergerak masuk untuk memulai. Jika promotor sangat kuat,
yaitu jika ia dapat dengan cepat menarik RNA polimerase, gen tersebut dapat
mengalami transkripsi oleh banyak RNA polimerase secara bersamaan. Saat RNA
polimerase bergerak dan membuka rantai DNA, arah RNA polimerase terbagi
menjadi dua. Jika transkripsi dimulai pada ujung 5' gen pada titik A dan bergerak di
sepanjang gen ke arah yang sama dengan RNA polimerase ke titik B, maka
transkripsi akan berjalan ke arah hilir/downstream. Jika sebaliknya, transkripsi
dimulai pada titik B dan bergerak ke arah yang berlawanan dari RNA polimerase ke
titik A, transkripsi akan bergerak ke arah hulu/upstream.
3. Terminasi
Transkripsi berlangsung sampai RNA polimerase mentranskripsi urutan DNA
yang disebut Terminator yang juga merupakan urutan RNA yang mensinyali akhir
dari transkripsi. Terdapat dua tipe terminator: terminator intrinsik yang
menyebabkan inti enzim RNA polimerasi menghentikan proses transkripsi itu sendiri
dan terminator ekstrinsik yang membutuhkan protein selain RNA polimerase
(terutama polipeptida yang dikenal sebagai rho) untuk melakukan terminasi. Enzim
RNA polimerase bergerak di sepanjang untai DNA sampai menemukan kodon
terminator. Pada titik terminator sequnece RNA polimerase melepaskan polimer
mRNA dan melepaskan diri dari molekul DNA.

c. Jenis RNA Hasil Transkripsi

RNA dibedakan menjadi dua kelompok utama yaitu RNA genetik dan RNA
non-genetik.
 RNA genetik
RNA genetik memiliki fungsi yang sama dengan DNA, yaitu sebagai pembawa
keterangan genetik. RNA genetik hanya ditemukan pada makhluk hidup tertentu
yang tidak memiliki DNA, misalnya virus.Ketika virus ini menyerang sel hidup,
RNA yang dibawanya masuk ke sitoplasma sel korban, yang kemudian ditranslasi
oleh sel inang untuk menghasilkan virus-virus baru. Dalam hal ini fungsi RNA
menjadi sama dengan DNA, baik sebagai materi genetik maupun dalam mengatur
aktivitas sel.

 RNA non-genetik
RNA non-genetik tidak berperan sebagai pembawa keterangan genetik
sehingga RNA jenis ini hanya dimiliki oleh makhluk hidup yang juga memiliki
DNA.Berdasarkan letak dan fungsinya, RNA non-genetik dibedakan menjadi
mRNA, tRNA, dan rRNA.

1. mRNA (messenger RNA) atau RNAd (RNA duta)

RNAd merupakan RNA yang urutan basanya komplementer (berpasangan)


dengan salah satu urutan basa rantai DNA.RNA jenis ini merupakan
polinukleotida berbentuk pita tunggal linier dan disintesis di dalam nukleus.
Panjang pendeknya RNAd berhubungan dengan panjang pendeknya rantai
polipeptida yang akan disusun. Urutan asam amino yang menyusun rantai
polipeptida itu sesuai dengan urutan kodon yang terdapat di dalam molekul
RNAd yang bersangkutan.RNAd bertindak sebagai pola cetakan pembentuk
polipeptida. RNAd membawa kode-kode genetik komplemen dari DNA di inti sel
menuju ke ribosom di sitoplasma. RNAd ini dibentuk bila diperlukan dan jika
tugasnya selesai, maka akan dihancurkan dalam plasma.

mRNA ini mempunyai fungsi untuk menyampaikan informasi genetik dalam


bentuk kode-kode genetik dalam inti sel ke ribosom dan sebagai pola cetakan dalam
membentuk polipeptida berupa 3 urutan basa nitrogen (kodon) berturut-turut di
robosom untuk menyusun asam amino. mRNA ini dibentuk jika diperlukan dan bila
tugasnya sudah selesai maka akan dihancurkan dalam plasma.
2. tRNA (transfer RNA) atau RNAt (RNA transfer)
RNA jenis ini dibentuk di dalam nukleus, tetapi menempatkan diri di dalam
sitoplasma.RNAt merupakan RNA terpendek dan bertindak sebagai penerjemah
kodon pada RNAd. Fungsi lain RNAt adalah mengikat asam-asam amino di dalam
sitoplasma yang akan disusun menjadi protein dan mengangkutnya ke ribosom.
Bagian RNAt yang berhubungan dengan kodon RNAd dinamakan antikodon.
3. rRNA (ribosomal RNA) atau RNAr (RNa ribosomal)

RNA ini disebut ribosomal RNA karena terdapat di ribosom meskipun dibuat
di dalam nukleus.RNAr bersama protein membentuk ribosom, ialah benda-benda
berbentuk butir-butir halus di dalam sitoplasma.Lebih dari 80% RNA merupakan
RNAr.Ribosom bertindak sebagai “mesin” perakit dalam sintesis protein yang
bergerak ke satu arah sepanjang RNAd. Di dalam ribosom, molekul RNAr ini
mencapai 30-46%.

3. Translasi

Translasi merupakan proses penerjemahan urutan nukleotida yang ada pada


molekul mRNA menjadi rangkaian asam-asam amino yang menyusun suatu
polipeptida atau protein.Transkripsi dan Translasi merupakan dua proses utama yang
menghubungkan gen ke protein. Translasi hanya terjadi pada molekul mRNA,
sedangkan rRNA dan tRNA tidak ditranslasi. Molekul mRNA yang merupakan
salinan urutan DNA menyusun suatu gen dalam bentuk kerangka baca terbuka.
mRNA membawa informasi urutan asam amino. Pada proses translasi hanya
molekul mRNA yang ditranslasi, sedangkan rRNA dan tRNA tidak ditranslasi, yaitu
dilakukan secara hampir serentak dengan proses transkripsi, artinya sebelum
transkripsi selesai maka proses translasi sudah dimulai. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan dalam hal struktur sel prokariot sangat sederhana dan belum ada
pembagian ruang sehingga molekul DNA genom berada di dalam sitoplasma
bersama-sama dengan komponen sel yang lain. Dengan demikian, molekul mRNA
hasil transkripsi dapat langsung melakukan kontak dengan ribosom sebelum untaian
mRNA tersebut selesai disintesis (Campbell, 2005).
a. Komponen Translasi
1. Molekul mRNA yang merupakan transkrip (salinan) urutan DNA yang
menyusun suatu gen dalam bentuk ORF (open reading frame / kerangka baca
terbuka), didalamnya terdapat rangkaian kodon-kodon yang akan
diterjemahkan.

2. Molekul tRNAyang merupakan pembawa asam-asam amino yang akan


disambungkan menjadi rantai polipeptida, tRNA sebagai penterjemah, yang
membawa antikodon.

3. Ribosom yang merupakan tempat penterjemahan berlangsung/proses translasi,


disusun oleh molekul rRNA dan beberapa macam protein, ribosom tersebar
diseluruh bagian sel.
ORF dicirikan oleh:
1. Kodon inisiasi translasi, yaitu urutan ATG (pada DNA) atau AUG (pada mRNA).
2. Terdapat serangkaian urutan nukleotida yang menyusun banyak kodon yang
dibaca tiap tiga nukleotida sebagai satu kodon untuk satu asam amino, dan
pembacaan dimulai dari urutan kodon metionin (ATG pada DNA atau AUG pada
mRNA).
3. Kodon terminasi translasi, yaitu TAA (UAA pada mRNA), TAG (UAG pada
mRNA), atau TGA (UGA pada mRNA).

b. Tahapan Translasi
1. Inisiasi

Proses ini dimulai dari menempelnya ribosom sub unit kecil ke mRNA.
Penempelan terjadi pada tempat tertentu yaitu pada 5′-AGGAGGU-3′. Selanjutnya
ribosom bergeser ke arah 3′ sampai bertemu dengan kodon AUG. Kodon ini
menjadi kodon awal.Asam amino yang dibawa oleh tRNA awal adalah
metionin.Metionin adalah asam amino yang disandi oleh AUG. pada bakteri,
metionin diubah menjadi Nformil metionin.Struktur gabungan antara mRNA,
ribosom sub unit kecil dan tRNA- Nformil metionin disebut kompleks inisiasi.
2. Elongasi
Tahap selanjutnya adalah penempelan sub unit besar pada sub unit kecil
menghasilkan dua tempat yang terpisah. Tempat pertama adalah tempat P yang
ditempati oleh tRNA- metionin. Tempat kedua adalah tempat A yang terletak pada
kodon ke dua dan kosong. Proses elongasi terjadi saat tRNA dengan antikodon dan
asam amino yang tepat masuk ke tempat A. Akibatnya kedua tempat di ribosom
terisi, lalu terjadi ikatan peptida antara kedua asam amino. Ikatan tRNA dengan
metionin lalu lepas, sehingga kedua asam amino yang berangkai berada pada tempat
A. Ribosom kemudian bergeser sehingga asam amino-asam amino-tRNA berada
pada tempat P dan tempat A menjadi kosong. Selanjutnya tRNA dengan antikodon
yang tepat dengan kodon ketiga akan masuk ke tempat A, dan proses berlanjut
seperti sebelumnya.

3. Terminasi
Proses translasi akan berhenti bila tempat A bertemu kodon akhir yaitu UAA,
UAG, UGA. Kodon-kodon ini tidak memiliki tRNA yang membawa antikodon yang
sesuai. Selanjutnya masuklah release factor (RF) ke tempat A dan melepaska rantai
polipeptida yang terbentuk dari tRNA yang terakhir. Kemudian ribosom berubah
menjadi sub unit kecil dan besar.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Mekanisme transfer informasi genetika merupakan serangkaian proses yang


rumit dan terkoordinasi dengan baik. Dari replikasi DNA hingga ekspresi gen dan
rekombinasi genetik, setiap tahap memiliki peran penting dalam menjaga kestabilan
genetika dan memastikan keturunan yang mewarisi sifat-sifat yang diperlukan untuk
bertahan hidup dan berkembang biak. Studi tentang mekanisme ini memberikan
wawasan mendalam tentang dasar biologis pewarisan sifat dan evolusi kehidupan.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A. Reece, Jane B. (2002). Biologi jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Campbell, Neil A. and Jane B. Reece. 2005. Biology 7th ed, International
Edition. San Fransico: Pearson Educational Inc.
Elrod, Susan dan William Stansfield. 2007. Genetika Edisi Keempat. Erlangga.
Jakarta

Fincham, JRS. 1990. Mendel – Now down to Molecular Level. Nature. 343 :
207- 210
Hartwell, Leland H., Leroy Hood, dkk. 2000. Genetics: From Genes to
Genomes. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
Irawan, B. 2008. Genetika Molekuler. Pusat Penerbitan dan Percetakan UNAIR.
Surabaya.

Koentjoro, Y. (2015). Struktur Bahan Genetik , Mekanisme Dan Regulasi Program


Doktor Ilmu Pertanian. Jurnal Ilmu Pertanian.
Sari, M. I. (2007). Pengaturan Ekspresi Gen. 1–12.
Scheilf, R. 1993. Genetics and Molecular Biology. Hopkins University. Baltimore.
Maryland.

Stansfield, WD, Colome JS, Cano RJ. 2006. Biologi Molekuler dan Sel. Jakarta:
Erlangga.
Suryo. 2005. Genetika Strata 1.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Yuwono, T. 2007. Bologi Molekuler. Yogyakarta: PT Gelora Aksara Pratama


Yuwono, T. 2010. Biologi Molekuler. Erlangga. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai