Anda di halaman 1dari 13

Manajemen Industri Halal Dalam Kategori Pangan

Ujian Akhir Semester Kuliah Sela Al-Islam


Kemuhammadiyahan II

Muhammad Syahirul Alim


201310370311004

Teknik Informatika
Universitas Muhammadiyah Malang
2019

1
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN .................................................................................................. 2
Latar Belakang Masalah .......................................................................................... 2
Rumusan Masalah .................................................................................................... 5
Tujuan Dan Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 7
Kajian Pustaka ......................................................................................................... 7
Penelitian Terdahulu ................................................................................................ 8
Analisa ..................................................................................................................... 9
PENUTUP ............................................................................................................. 11
Kesimpulan ............................................................................................................ 11
Saran ...................................................................................................................... 11
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 13

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam memiliki aturan yang sangat jelas terkait kehalalan suatu produk. Bagi
seorang muslim mengkonsumsi produk halal dan baik (thayibah) merupakan
manivestasi dari ketakwaan kepada Allah. Produk halal yang dimaksud adalah segala
jenis benda yang terbuat dari unsur-unsur yang diperbolehkan secara syariat, sehingga
boleh digunakan, baik itu sifatnya konsumsi, pemakaian, maupun keperluan yang
digunakan sehari-hari.
Berdasarkan literatur, diketahui dari tahun ke tahun terdapat peningkatan
kecenderungan penggunaan dan penyediaan produk halal secara global. Pada tahun
2013 proyeksi permintaan produk halal sebesar US$ 2 triliun dan akan meningkat pada
tahun 2019 sebesar US$ 3,7 triliun dengan laju pertumbuhan produk halal dunia sebesar
9,5% 2 . Kondisi ini didukung dengan pesatnya pertumbuhan pemeluk agama islam
selama sepuluh tahun terakhir. Pada tahun 2010 populasi muslim dunia sekitar 1,6
milyar dan diperkirakan pada tahun 2030 akan mencapai 2,2 milyar3 . Islam saat ini
merupakan agama dengan perkembangan yang paling cepat. Sebagai konsekuensinya,
jumlah populasi yang besar ini akan menentukan jenis barang yang beredar di pasar
dunia.1
Tingginya populasi usia produktif di Indonesia yang tak berbanding lurus dengan
ketersediaan jumlah lapangan pekerjaan, mendorong orang Indonesia berlomba-lomba
menciptakan terobosan untuk meningkatkan daya saing demi memajukan
perekonomian masing-masing. Tidak heran semakin banyak bermunculan pelaku usaha
sektor industri Usaha Kecil Menengah (UKM). Sektor UMKM mempunyai peran yang
sangat strategis bagi pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Berikut data yang
menunjukkan pertumbuhan jumlah UMKM di Indonesia hingga 2013.2
Industri halal mengalami perkembangan yang pesat dalam beberapa tahun ini.
Gaya hidup halal yang identik dengan umat Muslim tersebar hingga ke berbagai negara,
bahkan ke negara-negara dengan penduduk muslim minoritas. Halal menjadi indikator

1 Mega Hijriawati, Norisca Aliza Putriana, Patihul Husni, Program Studi Apoteker, Fakultas Farmasi Universitas
Padjadjaaran, Sumedang, Jawa Barat(Volume 16 Nomor 1 Diserahkan: 13 Mei 2018, Diterima 30 Juni 2018)
UPAYA FARMASIS DALAM IMPLEMENTASI UU NO. 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL, hlm 1&2
2 Dewi Sartika Nasution, Universitas Islam Negeri Mataram (Vol. 14, No. 1, Juni 2018) PENINGKATAN KAPASITAS
MANAJEMEN USAHA BAGI PELAKU USAHA SEKTOR INDUSTRI UKM ROTI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN DAYA
SAING USAHA MENUJU INDUSTRI MANDIRI, hlm 1

3
universal untuk jaminan kualitas produk dan standar hidup (Gillani, Ijaz, & Khan, 2016).
Halal biasanya hanya dikaitkan dengan hal-hal terkait kebendaan saja. Namun
demikian, dalam Islam halal mencakup perbuatan dan pekerjaan atau biasa disebut
dengan Muamalah (Qardhawi, 1993).
Halal dapat didefinisikan sebagai standar kualitas yang sesuai dengan hukum
Shariah Islamiah dan digunakan pada setiap aktivitas yang dilakukan oleh umat Muslim
(Bohari, Cheng, & Fuad, 2013). Produk dan jasa halal dipilih oleh umat Muslim sebagai
bentuk ketaatan terhadap hukum Shariah Islam. Meskipun halal sangat berkaitan
dengan umat Muslim, bukan berarti konsumen produk halal hanya berasal dari umat
Islam saja. Konsumen produk halal yang berasal dari negara dengan penduduk muslim
minoritas mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam beberapa tahun
belakangan. Salah satunya adalah Rusia yang berada di peringkat 9 sebagai konsumen
makanan halal di dunia dengan capaian $ 37 Miliar pada tahun 2015 (State of The
Global Islamic Economy, 2016/2017). Kualitas produk halal, atau biasa dikenal dengan
Halalan Thoyyiban, menjadi alasan umat non Muslim untuk menggunakan produk-
produk halal (Samori, Salleh, & Khalid, 2016) karena terdapat jaminan kebersihan,
keamanan, dan kualitas produk untuk keseluruhan rantai produksi (from farm to plate).3
Makanan yang halal adalah makanan yang diperbolehkan menurut syariah Islam
berdasarkan Al-Quran dan Hadist (Marzuki dkk., 2014). Makanan dikatakan halal tidak
hanya karena sesuai dengan hukum Islam tetapi juga menyehatkan ketika dikonsumsi.
Hal tersebut berhubungan dengan cara makanan disiapkan dan diproses. Kebalikan dari
halal adalah haram yang berarti makanan tersebut termasuk dalam kategori makanan
yang terlarang. Makanan yang dianggap haram (dilarang) bagi umat Islam diantaranya
yaitu babi dan semua produk-produknya, hewan yang disembelih tidak atas nama Allah
SWT, minuman beralkohol termasuk segala bentuk minuman keras, hewan
karnivora, burung pemangsa dan makanan yang terkontaminasi dengan bahan-bahan
tersebut.
Restoran merupakan salah satu tempat yang menyediakan makanan dan minuman.
Riset yang dilakukan oleh www.qraved.com, situs pencarian dan reservasi restoran
terkemuka di Jakarta mencatat bahwa terjadi pergeseran tren dimana semakin banyak
masyarakat Indonesia yang memiliki kebiasaan makan di restoran. Sepanjang tahun
2013, tercatat kunjungan orang Indonesia ke restoran mencapai 380 juta kali dan
menghabiskan total USD 1,5 miliar. Tingginya kebiasaan makan di restoran ini juga
ditopang dengan pertumbuhan restoran kelas menengah dan atas hingga 250 persen
dalam lima tahun terakhir (Asdhiana, 2014).
Namun pertumbuhan restoran tersebut tidak diiringi dengan kesadaran sertifikasi
halal pada restoran. Di Indonesia, restoran dan kafe belum banyak yang bersertifikat
dan baru dalam tataran self claim (Andriani dkk., 2015). Riset yang dilakukan oleh
Halal Watch, lembaga resmi yang melakukan advokasi dan perlindungan konsumen
untuk mendapatkan produk-produk halal di masyarakat menunjukkan bahwa dari 3081

3 Faqiatul Mariya Waharini, Anissa Hakim Purwantini . Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah
Magelang, Indonesia (Masuk: 8 April 2018; Diterima: 10 Juni 2018; Terbit: 25 Juni 2018) Model Pengembangan
Industri Halal Food di Indonesia, hlm 2.

4
restoran yang ada di Indonesia hanya ada 46 restoran (1,49%) yang telah memiliki
sertifikat halal dari MUI (Sugianto, 2016). Sementara kasus lain yang pernah
terjadi yaitu ditemukannya kandungan babi pada salah satu restoran yang telah
memiliki sertifikat halal. Hal tersebut bisa terjadi diduga karena pihak restoran tidak
menjalankan tahapan Sistem Jaminan Halal (SJH) secara menyeluruh (Billiocta,
2015).4
Produk (barang atau jasa) yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan.
Suatu kualitas yang baik dimana memiliki tujuan dan manfaat yang sejalan.Kualitas
suatu produk (barang atau jasa) sangat penting sekali, karena itu merupakan kepuasan
untuk konsumen dan juga produsen. Dengan memberikan kualitas yang terjamin
kepada konsumen maka produsen akan mendapat kepercayaan dari konsumen dan
memiliki hubungan bisnis yang baik pula. Konsumen dan produsen sama-sama
mendapat keuntungan yang baik dari suatu kualitas produk atau jasa yang terjamin,
terjaga, dan bermutu. Maka dari itu peranan suatu kualitas sangatlah penting untuk
suatu produk atau jasa agar mampu berkompetisi secara efektif dengan pesaing serta
dapat memahami mengenai kepuasan pelanggan lebih dalam dan juga memahami
konsep untuk peningkatan kualitas produk atau jasa yang dihasilkan.5
Dasar pemikiran pengendalian kualitas produk adalah menemukan cara terbaik dan
unggul dalam persaingan dengan menghasilkan kualitas pada setiap tahap industri.
Menurut Wisnubroto & Rukmana (2015) kualitas setiap tahap industri bagi midlle
management ke atas diperlukan alat dalam menyelesaikan masalah dengan total quality
control melalui gugus kendali mutu yang berada pada unit masingmasing manajer
industri. Standar kualitas dari suatu produk tidak hanya ditentukan oleh SNI, namun
pelanggan ikut berperan menentukan kualitas produk yang diproduksi oleh perusahaan.
dari hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengendalian kualitas mempunyai tujuan
mendapatkan kualitas output yang konsisten dengan spesifikasi produk yang diinginkan
dan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh konsumen yang dapat meningkatkan
kepercayaan dan kepuasan konsumen, membimbing mendapatkan keuntungan yang
lebih besar melalui prosedur kerja yang baik, pengurangan produk cacat, penekanan
biaya, dan peningkatan order yang baik.6
B. Rumusan Masalah
Hasil observasi lapangan dan diskusi dengan pihak karyawan/manajer dilakukan
untuk mengidentifikasi proses bisnis dan aktivitas mulai dari penerimaan bahan
masakan, penyajian, dan pengiriman makanan ke konsumen. Upaya memetakan

4
Wildatus Sholichah, Iwan Vanany, Adi Soeprijanto, Moch. Khoirul Anwar, Lilik Fatmawati. JURNAL ILMIAH TEKNIK
INDUSTRI (Diajukan: 15-08-2017 Diperbaiki: 18-11-2017 Disetujui: 03-12-2017) Analisis Risiko Makanan Halal Di
Restoran Menggunakan Metode Failure Mode and Effect Analysis, hlm 1&2

5 Aulia Kusumawati , dan Lailatul Fitriyeni, Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Serang
Raya(Vol 1 No 1 Juli 2017) Pengendalian Kualitas Proses Pengemasan Gula Dengan Pendekatan Six Sigma, hlm 1
6 Aulia Kusumawati , dan Lailatul Fitriyeni, Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Serang
Raya(Vol 1 No 1 Juli 2017) Pengendalian Kualitas Proses Pengemasan Gula Dengan Pendekatan Six Sigma, hlm
1&2

5
proses/aktivitas adalah hal yang penting untuk dilakukan agar proses/aktivitas yang ada
secara keseluruhan dapat diketahui (Vanany, 2016).
1. Pembelian bahan: Pembelian bahan pokok dilakukan melalui pemasok yang
telah dikenal dengan baik sehingga bahan yang diperlukan terjamin mutunya
dan dari segi kehalalannya juga bisa dipertanggungjawabkan.Untuk daging
ayam, pihak restoran bekerja sama dengan satu pemasok sedangkan untuk
daging sapi bekerja sama dengan dua pemasokdankeduanyatelah memiliki
sertifikat halal.
2. Pemeriksaan dan penerimaan bahan: Setiap bahan dasar dan bahan pendukung
yang datang dari pemasok selalu diperiksa terlebih dahulu baik dari segi kualitas
atau kuantitas.7
3. Pemasaran Islami.
4. Labelisasi Halal8
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Mengacu pada teori yang ada maka strategi dakwah disini adalah segala rencana
dakwah berupa tindakan untuk mempengaruhi kebijakan, program, perilaku dan praktik
publik. Untuk itu, sebagai suatu rencana di dalam strategi harus memuat; tujuan, sasaran
dan target yang jelas, dan serangkaian taktik dan kegiatan terkait serta dilaksanakan
dengan cara terorganisir dan sistematis.
Lembaga pengkajian pangan , obat-obatan dan kosmetika (LPPOM) MUI Provinsi
Jawa Tengah merupakan salah satu lembaga dakwah publik naungan MUI yang
mempunyai wewenang dalam mempengaruhi kebijakan, program, perilaku dan praktek
publik dalam hal sertifikat halal. Strategi dakwah LP POM MUI Provinsi Jawa Tengah
dalam konteks mempengaruhi tersebut mempunyai tujuan untuk menciptakan gerakan.
Masyarakat sadar halal”Gemar Halal”. Menciptakan gerakan masyarakat sadar halal
merupakan bentuk grand action LP POM MUI Jateng dalam melakukan tindakan-
tindakan publik untuk mengingatkan kesadaran masyarakat dalam mengonsumsi
produk-produk halal.9

7 Wildatus Sholichah, Iwan Vanany, Adi Soeprijanto, Moch. Khoirul Anwar, Lilik Fatmawati. JURNAL ILMIAH TEKNIK
INDUSTRI (Diajukan: 15-08-2017 Diperbaiki: 18-11-2017 Disetujui: 03-12-2017) Analisis Risiko Makanan Halal Di
Restoran Menggunakan Metode Failure Mode and Effect Analysis, hlm 3

8 Ranu Nugraha M. Kholid Mawardi Aniesa Samira Bafadhal, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
(Vol. 50 No. 5 September 2017) PENGARUH LABELISASI HALAL TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN (Survei Pada
Mahasiswa Muslim Konsumen Mie Samyang Berlogo Halal Korean Muslim Federation Di Kota Malang), hlm 3
9 Asri Wahyuningrum, Anasom, Thohir Yuli Kusmanto, Jurnal IlmuDakwah (vol.35, No.2, Juli-Desember 2015)
Sertifikasi halal sebagai Dakwah MUI(Majelis Ulama Indonesia) Jawa Tengah, hlm 12

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kajian pustaka
Beberapa kajian teoritis yang berhubungan dengan persepsi konsumen terhadap
keputusan pembelian telah dilakukan sebelumnya. Dijelaskan oleh Laila Maya (2009)
dengan judul “pengaruh persepsi terhadap resiko pembelian personal computer pada
proses pengambilan keputusan membeli konsumen”, diketahui bahwa Tidak terdapat
pengaruh persepsi terhadap pembelian PC pada proses pengambilan keputusan
membeli konsumen. Ditambahkan pula oleh Mashadi (2008) dengan Judul “Pengaruh
Motivasi, Persepsi, Sikap dan Pembelajaran konsumen terhadap keputusan pembelian
Minuman Kemasan Merek Teh Botol Sosro di Kawasan Depok” menyebutkan bahwa
ada pengaruh signifikan dari motivasi, persepsi, sikap dan pembelajaran konsumen
terhadap keputusan pembelian minuman kemasan teh botol sosro di kawasan Depok.
Perilaku konsumen menggambarkan bagaimana tindakan manusia dalam memenuhi
barang konsumsinya. Mowen dan Minor dalam Umar (2003:11) menyebutkan perilaku
konsumen sebagai studi tentang unit pembelian (buying units) dan proses pertukaran
yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan pembuangan barang, jasa, pengalaman serta
ide-ide. Dalam perkembangan konsep pemasaran modern, konsumen ditempatkan
sebagai sentral perhatian. Konsumen menjadi titik ataupun pihak yang menjadi obyek
dari pemasaran. Konsep perilaku konsumen sangat terkait dengan pemasaran, dalam
arti mengidentifikasikan dan memenuhi kebutuhan manusia dan kebutuhan sosial.
Karena dalam menyusun konsep pemasaran, perilaku konsumen menjadi acuan studi
untuk menetapkan strategi pemasaran yang akan diterapkan agar tepat serta sesuai
sasaran. Loyalitas konsumen terhadap produk yang ditawarkan menjadi tolok ukur
keberhasilan konsep pemasaran dan strategi pemasaran yang ditetapkan
Perilaku konsumen mengacu pada bagaimana implikasi terhadap langkah-langkah
strategi pemasaran. Mendalami tentang bagaimana perilaku konsumen, bertujuan untuk
mengetahui dan memahami bagaimana aspek yang ada pada konsumen, yang akan
digunakan dalam menyusun strategi pemasaran yang berhasil (Sutisna, 2002:5). Model
perilaku konsumen menghubungkan pembeli baik dengan pengaruh individu maupun
lingkungan. Komponen pusat dari model ini adalah pembuatan keputusan konsumen
yang terdiri atas proses merasakan dan mengevaluasi informasi terhadap merek produk,
mempertimbangkan bagaimana alternatif merek dapat memenuhi kebutuhan konsumen,
dan pada akhirnya memutuskan merek apa yang akan dibeli. Terdapat tiga faktor utama
yang mempengaruhi keputusan konsumen. Faktor pertama konsumen individual, yakni
pilihan untuk membeli dipengaruhi oleh hal-hal yang ada pada diri konsumen. kedua
yaitu pengaruh dari lingkungan yang ada di sekelilingnya. Ketiga yaitu stimuli
pemasaran atau strategi pemasaran yang diterapkan perusahaan dalam menarik minat
konsumen atas barang yang ditawarkan. Pengambilan keputusan pembelian merupakan
suatu kegiatan inividu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan

7
menggunakan barang yang ditawarkan. Suatu proses keputusan membeli bukan sekedar
mengetahui berbagai faktor yang akan mempengaruhi pembeli, tetapi berdasarkan
peranan dalam pembelian dan keputusan untuk membeli. Proses ini merupakan
penyeleseian masalah dalam membeli barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
konsumen.10
Maraknya isu keagamaan yang ramai saat ini, mendorong timbulnya pemasaran
dengan mengunakan cara islami untuk dapat menarik minat konsumen, dalam
pemasaran islami semua bagian harus sesuai kaidah dan tuntunan yang ditetapkan oleh
Syari’at Islam (Salehudin, I. dan Mukhlish, B.M. 2012). Pemasaran islami sebenarnya
bukan hal baru dalam pemasaran, pemasaran islami sudah ada sejak adanya
perdagangan, namun penerapan untuk pemasaran islami yang terbatas dan sebatas
menjadi konsep. salah satu bagian pemasaran islami adalah produk yang di
perdagangkan harus halal.
Menurut Stanton, J.W. (2004) Label merupakan bagian sebuah produk yang
membawa informasi verbal tentang produk atau tentang penjualnya. Sebuah label bisa
merupakan bagian dari kemasasan atau pula etiket (tanda pengenal) yang dicantumkan
pada produk. Label terbagi kedalam tiga klasifikasi yaitu : Brand label, Describtive
label, Grade label. Menurut Sukesti, F. dan Mamdukh B., (2014) labelisasi halal adalah
pencantuman tulisan atau pernyataan halal pada kemasan produk untuk menunjukkan
bahwa produk yang dimaksud bersetatus sebagai produk halal. menurut Latiff
et.al.,(2015) label makanan halal terdiri dari tiga (3) bagian yaitu :
a) Terdapat logo halal.
b) Terdapat label komposisi.
c) Terdapat label kandungan nutrisi.11
B. Penelitian Terdahulu
Jenis penelitian terdahulu dilakukan adalah deskriptif dengan metode survey.
Metode survey adalah pengambilan sampel dari suatu populasi dengan menggunakan
kuisioner sebagai alat untuk pengumpulan data.Selanjutnya Penelitian ini menjelaskan
hubungan kausal antara variable dengan menggunakan data yang sama. Definisi
Operasional Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen yang
merupakan konsep persepsi terhadap pencantuman label halal. Variabel independen ini
terdiri dari 3 variabel, yaitu: a).Variabel perhatian (X1) yang merupakan rangsangan
ataupun stimulus pemasaran yang diterima oleh konsumen yang berkaitan langsung
dengan produk.12

10 Aris Setyawan Prima Sandi , Marsudi , Dedy Rahmawanto, Universitas Muhammadiyah Malang (vol.1, No.02
oktober 2011) PERSEPSI LABEL HALAL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PADA PRODUK
MINUMAN BERENERGI, hlm 2&3
11 Ranu Nugraha M. Kholid Mawardi Aniesa Samira Bafadhal, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
(Vol. 50 No. 5 September 2017) PENGARUH LABELISASI HALAL TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN (Survei Pada
Mahasiswa Muslim Konsumen Mie Samyang Berlogo Halal Korean Muslim Federation Di Kota Malang), hlm 3
12 Aris Setyawan Prima Sandi , Marsudi , Dedy Rahmawanto, Universitas Muhammadiyah Malang (vol.1, No.02
oktober 2011) PERSEPSI LABEL HALAL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PADA PRODUK
MINUMAN BERENERGI, hlm 6

8
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah telaah literatur
(literature review) dari berbagai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Metode
pengumpulan data yang digunakan yaitu data sekunder yang diperoleh dari jurnal, buku
dokumentasi, dan internet. Diantaranya yaitu data-data yang dipublikasikan oleh
lembaga-lembaga yang memiliki kredibilitas terpercaya, seperti data Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), Badan Pusat Statistik (BPS), dan Thomson Reuters. Metode Analisis
data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode analisis deskriptif. Data-data yang
sudah diperoleh kemudian dianalisis dengan metode analisis deskriptif. Metode analisis
deskriptif dilakukan dengan menyusun data yang diperoleh kemudian diinterpretasikan
dan dianalisis sehingga memberikan informasi bagi pemecahan masalah yang
dihadapi.13
C. Analisa
Potensi Ekonomi Industri Makanan
Halal Berdasarkan data Global Islamic Economy Report tahun 2016-2017,
Indonesia berada pada posisi 10 produsen industri halal secara global. Secara
keseluruhan total pengeluaran dunia dalam industri halal mencapai US$ 2,97 triliun.
Sebesar US$ 1,9 triliun atau setara dengan Rp 25.270 triliun merupakan sumbangan
dari sektor makanan. Saat ini, Indonesia belum termasuk 10 besar produsen industri
makanan halal. Produsen terbesar makanan halal didominasi oleh Malaysia. Menurut
Peneliti Bidang Ekonomi Islam, optimalisasi pengelolaan industri halal di dalam negeri
mampu meningkatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Berdasarkan data yang ada, industri makanan halal memiliki pasar yang sangat besar.
Berdasarkan data BPS, Indonesia memiliki penduduk muslim terbesar di dunia. Hal ini
merupakan potensi ekonomi yang sangat besar. Sektor industri makanan halal
merupakan potensi yang besar untuk dikembangkan. Rata-rata sektor industri
diproyeksikan tumbuh sekitar delapan persen dalam kurun waktu hingga 2021.
Dianalogikan jika Indonesia dapat menguasai 10 persen dari potensi industri makanan
halal dunia yang mencapai Rp 25.270 triliun, dipastikan penerimaan hanya dari industri
makanan halal mencapai Rp 2.527 triliun. Dengan demikian peningkatan sumber
penerimaan negara akan semakin tinggi (Akbar, 2017). Kementrian Perindustrian telah
melakukan perencanaan untuk pembentukan kawasan industri halal yang ditargetkan
selesai sebelum 2020. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya respon atas peningkatan
permintaan terhadap produk halal di dunia. Kawasan industri halal adalah kawasan
industri yang di dalamnya semua industri menerapkan atau sesuai dengan standar Islam
mulai dari hulu sampai hilir. Kawasan Industri Halal ini akan dipilih di wilayah Jawa
karena sudah tersedia kawasan industri sektor consumer goods. Sedangkan
pengelolaannya, pemerintah akan menyerahkan kepada salah satu pelaku usaha yang

13 Faqiatul Mariya Waharini, Anissa Hakim Purwantini . Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah
Magelang, Indonesia (Masuk: 8 April 2018; Diterima: 10 Juni 2018; Terbit: 25 Juni 2018) Model Pengembangan
Industri Halal Food di Indonesia, hlm 4.

9
telah mengetahui standar-standar produksi halal yang baik
(http://www.kemenperin.go.id).14
Pengaruh labelisasi halal terhadap minat beli.
Hasil penelitianlini menunjukkan pengaruh variabel@Label Halal (X) terhadap (Y)
pada konsumen. Hasil dari0penelitian0ini menunjukkan perhitungan0signifikansi
tasebesar 0,00 < 0,05 danat hitungl> t tabel (4,771 > 1,98099).lSehingga
dapat@disimpulkan#bahwa@Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti@LabelAHalal
(X) memiliki pengaruhayang@signifikan@terhadappMinat Beli (Y). Hasil@dari
penelitianoini juga serupaldengan penelitian@yang@dilakukanpoleh@Yuli Mutiah
Rambe dan Syaad Afifuddin@(2012),@bahwa Labelisasi@Halal
berpengaruhasecaraosiginifikan terhadap Minat@Beli. Menurut@penelitianayang
dilakukanqoleh Latiff, et.al., (2015) menyatakan bahwa pengaruh Labelisasi Halal
memiliki dampak positif pada Minat Beli. Konsumen muslim mengkonsumsi makanan
tidak hanya untuk memenuhi kepercayaan terhadap agama, namun lebih dari itu karena
konsumen telah merasakan keyakinan bahwa makanan dengan Label Halal dapat
dipastikan berkualitas dan baik untuk kesehatan.15

14 Faqiatul Mariya Waharini, Anissa Hakim Purwantini . Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah
Magelang, Indonesia (Masuk: 8 April 2018; Diterima: 10 Juni 2018; Terbit: 25 Juni 2018) Model Pengembangan
Industri Halal Food di Indonesia, hlm 5.
15 Ranu Nugraha M. Kholid Mawardi Aniesa Samira Bafadhal, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
(Vol. 50 No. 5 September 2017) PENGARUH LABELISASI HALAL TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN (Survei Pada
Mahasiswa Muslim Konsumen Mie Samyang Berlogo Halal Korean Muslim Federation Di Kota Malang), hlm 5

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kuesioner yang diisi oleh auditor LPPOM MUI Jawa Timur
terkait kriteria Halal Assurance System yang ada di restoran, terdapat 27 kriteria yang
berpengaruh terhadap proses produksi halal yang dilakukan. Kriteria-kriteria tersebut
tersebar mulai dari proses pembelian bahan sampai pengiriman produk ke pelanggan.
Dari 27 kriteria yang digunakan dihasilkan sebanyak 28 risiko. Hasil persentase
menunjukkan bahwa 7% risiko tergolong very high risk, 50% risiko termasuk kategori
high risk, 25% termasuk moderate risk dan sisanya termasuk dalam kategori low risk.
Untuk mengelola risiko yang ada, beberapa usulan perbaikan diberikan untuk
mendukung produksi halal di restoran yaitu (Program A) Pembuatan sistem delivery
order yang memiliki nilai 33.3 %, (Program B) Perbaikan kemasan dengan nilai
efisiensi 40%, (Program C) Pelatihan, reward, dan punishment dengan nilai efisiensi
48.3%, dan (Program D) Pembuatan sistem mampu telusur/traceability dengan nilai
efisiensi 50%. Usulan program yang dipilih diserahkan kepada pihak restoran sesuai
dengan kondisi restoran saat ini. Penelitian kedepannya perlu juga memperhatikan
aliran value stream-nya, mulai dari pemasok hingga didistribusikan ke konsumen
(Vanany, 2006) dan juga memperhatikan teknologi identifikasi otomatis, seperti
barcode dan RFID untuk mendukung aplikasi traceability bahan bakunya (Vanany &
Shaharoun, 2009)16
B. Saran
Strategi melalui sosialisasi & promosi bertujuan untuk memberikan edukasi kepada
masyarakat supaya mengerti dan memahami tentang pentingnya mengkonsumsi produk
halal. Strategi sosialisasi dan promosi yang dikelompokkan sesuai target sasaranya
yaitu: strategi kepada produsen dan strategi kepada konsumen. Strategi kepada
produsen antara lain melalui: Pemberian Sertifikasi Halal Gratis merupakan program
stimulus agar produsen selalu menjaga kualitas produknya dan terjamin kehalalanya.
Dan Seminar / talkshow halal bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada
masyarakat menengah ke bawah mengenai konsep halal. Kedua strategi kepada
konsumen melalui Berita & Informasi halal yang meliputi berbagai media antara lain:
surat kabar, booklet, artikel halal, brosur, pembuatan dan pemasangan spanduk di hari-
hari besar, pencetakan dan penyebaran kalender LP POM MUI Jateng dan dengan
menggunakan telepon serta internet. Pesantren Kilat bertujuan memberikan
pengetahuan sedini mungkin mengenai konsep halal agar menimbulkan kesadaran dan
keterbiasaan mengkonsumsi produk halal. Wisata Halal bertujuan untuk
memperkenalkan perusahaan yang telah tersertifikat halal dengan bentuk kunjungan

16 Wildatus Sholichah, Iwan Vanany, Adi Soeprijanto, Moch. Khoirul Anwar, Lilik Fatmawati. JURNAL ILMIAH TEKNIK
INDUSTRI (Diajukan: 15-08-2017 Diperbaiki: 18-11-2017 Disetujui: 03-12-2017) Analisis Risiko Makanan Halal Di
Restoran Menggunakan Metode Failure Mode and Effect Analysis, hlm 6&7

11
industri. Silahturahmi secara implisit mengajak tokoh-tokoh muslim untuk
berpartisipasi karena merupakan tanggungjawab bersama dalam memasyarakatkan
mengkonsumsi halal. Olimpiade Halal bertujuan untuk menumbuhkan dan
meningkatkan kepedulian generasi muda terhadap produk halal dan menerapkan gaya
hidup halal “Halal is My Life” dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pelaksanaan strategi dakwah Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan,
dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) Jawa Tengah selalu
dipengaruhi faktor pendukung dan faktor penghambat. Adapun faktor pendukung
diantaranya tersedianya sarana dan prasarana yang memadai, terjalinnya kerjasama
dengan pihak internal dan eksternal lembaga, keikutsertaan ummat dalam program, dan
anggota yang berkompeten dan berpengalaman sesuai bidangnya. Sedangkan faktor
penghambat diantaranya yaitu ada beberapa anggota yang mempunyai rangkap jabatan
dalam satu lembaga, minimnya dana, dan kurang disiplinnya anggota akan pekerjaan
yang menjadi tanggung jawabnya.17

17 Asri Wahyuningrum, Anasom, Thohir Yuli Kusmanto, Jurnal IlmuDakwah (vol.35, No.2, Juli-Desember 2015)
Sertifikasi halal sebagai Dakwah MUI(Majelis Ulama Indonesia) Jawa Tengah, hlm 19&20.

12
Daftar Pustaka

1. Wahyuningrum. Asri, Anasom, Thohir Yuli Kusmanto, Jurnal


IlmuDakwah ,Sertifikasi halal sebagai Dakwah MUI(Majelis Ulama Indonesia)
Jawa Tengah (vol.35, No.2, Juli Desember 2015).
2. Sholichah, Iwan Vanany. Wildatus, Adi Soeprijanto, Moch. Khoirul Anwar,
Lilik Fatmawati. JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI (Diajukan: 15-08-
2017 Diperbaiki: 18-11-2017 Disetujui: 03-12-2017) Analisis Risiko Makanan
Halal Di Restoran Menggunakan Metode Failure Mode and Effect Analysis.
3. Nugraha M. Ranu,. Kholid Mawardi Aniesa Samira Bafadhal, Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya ,PENGARUH LABELISASI HALAL
TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN (Survei Pada Mahasiswa Muslim
Konsumen Mie Samyang Berlogo Halal Korean Muslim Federation Di Kota
Malang) (Vol. 50 No. 5 September 2017).
4. Mariya Waharini. Faqiatul, Anissa Hakim Purwantini . Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Muhammadiyah Magelang, Indonesia (Masuk: 8 April 2018;
Diterima: 10 Juni 2018; Terbit: 25 Juni 2018) Model Pengembangan Industri
Halal Food di Indonesia.
5. Setyawan Prima Sandi. Aris , Marsudi , Dedy Rahmawanto, Universitas
Muhammadiyah Malang, PERSEPSI LABEL HALAL TERHADAP
KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PADA PRODUK MINUMAN
BERENERGI (vol.1, No.02 oktober 2011).
6. Kusumawati. Aulia , dan Lailatul Fitriyeni, Program Studi Teknik Industri,
Fakultas Teknik, Universitas Serang Raya, Pengendalian Kualitas Proses
Pengemasan Gula Dengan Pendekatan Six Sigma (Vol 1 No 1 Juli 2017).
7. Sartika Nasution. Dewi, Universitas Islam Negeri Mataram , PENINGKATAN
KAPASITAS MANAJEMEN USAHA BAGI PELAKU USAHA SEKTOR
INDUSTRI UKM ROTI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN DAYA SAING
USAHA MENUJU INDUSTRI MANDIRI (Vol. 14, No. 1, Juni 2018).
8. Hijriawat. Mega i, Norisca Aliza Putriana, Patihul Husni, Program Studi
Apoteker, Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaaran, Sumedang, Jawa Barat,
UPAYA FARMASIS DALAM IMPLEMENTASI UU NO. 33 TAHUN 2014
TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL (Volume 16 Nomor 1 Diserahkan:
13 Mei 2018, Diterima 30 Juni 2018).

13

Anda mungkin juga menyukai