Anda di halaman 1dari 8

LEGAL OPINION

PENGERUSAKAN LINGKUNGAN YANG TERJADI DI TELUK BUYAT


KABUPATEN MINAHASA SULAWESI BARAT OLEH PT NEWMONT
MINAHASA RAYA

Dosen pengampu:

Ramlan,S.H.,M.H.

Disusun Oleh:

Aldo Saputra (B1A121446)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JAMBI
2022/2023
A. PENDAHULUAN
Kasus ini adalah kasus pencemaran dan pengrusakan lingkungan yang terjadi di Teluk
Buyat Kabupaten Minahasa Sulawesi Barat oleh PT Newmont Minahasa Raya.Pencemaran ini
sudah terjadi selama puluhan tahun yang berlangsung sejak tahun 1986 dan terungkap pada
tahun 2003.Terungkapnya pencemaran ini berawal dari keluhan masyarakat yang mendiami
kawasan sekitar Teluk Buyat karena penyakit kulit yang mereka derita.Bahkan penyakit asing
bagi mereka itu telah merenggut korban jiwa.Pencemaran ini pada akhirnya meninggalkan beban
derita bagi masyarakat yang mendiami kawasan sekitar Teluk Buyat Pemerintah akhirnya turun
tangan mengusut kasus pencemaran tersebut dengan membentuk Tim Teknis Penanganan Kasus
Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Teluk Buyat – Teluk Ratatotok. Pada tahun 2004, dari
laporan resmi tim tersebut, pencemaran ini digolongkan pencemaran dan pengrusakan
lingkungan kategori berat. Dalam laporan disebutkan:
1. Teluk Buyat tercemar Arsen dan merkuri berdasarkan ASEAN Marine Water Quality Criteria
2004.Sumber pencemaran Arsen dan Merkuri di Teluk Buyat adalah limbah tambang PT
Newmont Minahasa Raya, bukan terjadi secara alamiah.
2. Keanekaragaman hayati kehidupan laut di Teluk Buyat menurun akibat pencemaran Arsen.
3. Terjadi akumulasi atau penumpukan Merkuri dalam makhluk dasar laut (benthos) di Teluk
Buyat.
4. Kadar Merkuri dan Arsen dalam ikan beresiko bagi kesehatan penduduk Teluk Buyat.
5. Kadar Arsen dalam air minum penduduk melampaui baku mutu dan ambang batas.
6. Kadar Logam Berat dalam udara di Dusun Buyat Pante secara keseluruhan paling tinggi
dibandingkan desa lainnya dan dalam jangka panjang berbahaya bagi manusia.
7. Pembuangan limbah tambang PT Newmont Minahasa Raya melanggar undang-undang
pengelolaan limbah beracun

Pencemaran ini tak pelak menjadi sorotan publik.PT Newmont Minahasa Raya diduga telah
mencemari lingkungan sekitarnya.Diantara pencemaran tersebut, seperti yang telah dipaparkan
sebelumnya, yaitu gangguan terhadap kesehatan kehidupan laut berupa banyaknya ikan yang
mengandung Arsen dan Merkuri zat berbahaya dari limbah pabrik.Kondisi Teluk Buyat pun
dikategorikan mempunyai resiko tinggi terhadap kesehatan manusia dengan adanya ikan yang
mengandung zat berbahaya tersebut.Karena hasil ikan dari teluk tersebut adalah bahan konsumsi
bagi masyarakat sekitar teluk.Hal ini tentu saja menimbulkan penderitaan kesehatan, ekonomi, dan
ancaman keberlangsungan hidup bagi masyarakat yang mendiami kawasan sekitar Teluk Buyat.
Dengan demikian, pencemaran oleh PT Newmont Minahasa Raya ini diindikasikan telah
melanggar hak masyarakat sekitarnya atas jaminan kesehatan dan rasa aman terhindar dari dampak
negatif aktifitas pabrik.Lebih jauh lagi, pencemaran ini diindikasikan telah melanggar peraturan
perundang-undangan Indonesia di lingkungan hidup.

Dalam Legal Opinion ini penulis mencoba untuk mengangkat isu pelanggaran hukum yang
terdapat pada kasus Teluk Buyat ini yaitu :

a. Apakah PT Newmont Minahasa Raya telah melanggar Undang-Undang Nomor 32 Tahun


2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup ?
b. Apakah PT Newmont Minahasa Raya telah melanggar Undang-Undang Nomor 39 Tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia?
c. Apakah PT Newmont Minahasa Raya telah melanggar Kovenan Internasional Hak-Hak
Ekonomi, Sosial Dan Budaya ?

B.DASAR HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TERKAIT


Berdasarkan kasus posisi dan fakta hukum pada bagian sebelumnya yang telah memaparkan
kronologis kasus dan bentuk pelanggaran yang terjadi di lapangan, kita dapat melihat bahwa begitu
banyak fakta yang menyalahi peraturan perundang-undangan.Pelanggaran terhadap peraturan
perundang-undangan di bidang lingkungan hidup dapat kita lihat dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yaitu
sebagai berikut :
a. Pasal 1 ayat 14 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, yang berbunyi :
“Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukannya makhluk hidup, zat , energy
dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga
melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan”.
b. Pasal 67 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, yang berbunyi :
“Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta
mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup”.
c. Pasal 68 huruf (b) dan huruf (c) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang berbunyi :
“Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban :
(b)menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup;
(c)menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau criteria baku kerusakan
lingkungan hidup”.
d. Pasal 69 ayat 1 huruf (a), huruf (e), dan huruf (f) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dinyatakan :
“Setiap orang dilarang :
(a)melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran adan/atau perusakan lingkungan
hidup
e. membuang limbah ke media lingkungan hidup
f. membuang B3 dan limbah B3 ke media lingkungan hidup”.

Pencemaran ini telah menghilangkan hak masyarakat Teluk Buyat atas lingkungan hidup
yang baik dan sehat.Karena mereka adalah korban yang merasakan dampak langsung pencemaran
ini. Ketentuan hak mereka ini dapat kita lihat dalam Pasal 65 ayat 1 Undang-Undang Nomor 32
Tahun Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang berbunyi :
“Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi
manusia”
Hak masyarakat atas lingkungan hidup yang baik dan sehat ini dapat pula kita lihat dalam Pasal 9
ayat 3 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, yang berbunyi :
“Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.”
Selain itu, hak masyarakat atas suatu kondisi kesehatan yang baik dapat pula kita lihat
dalam Kovenan Internasional Hak-Hak Ekonomi, Sosial Dan Budaya Pasal 12 :
1. Negara Pihak dalam Kovenan ini mengakui hak setiap orang untuk menikmati standar tertinggi
yang dapat dicapai atas kesehatan fisik dan mental.
2. Langkah-langkah yang akan diambil oleh Negara Pihak pada Kovenan ini guna mencapai
perwujudan hak ini sepenuhnya, harus meliputi hal-hal yang diperlukan untuk mengupayakan:
a) Ketentuan-ketentuan untuk pengurangan tingkat kelahiran-mati dan kematian anak serta
perkembangan anak yang sehat;
b) Perbaikan semua aspek kesehatan lingkungan dan industri;
c) Pencegahan, pengobatan dan pengendalian segala penyakit menular, endemik, penyakit
lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan;
d) Penciptaan kondisi-kondisi yang akan menjamin semua pelayanan dan perhatian medis dalam
hal sakitnya seseorang.
Dalam kasus pencemaran dan pengrusakan lingkungan di Teluk Buyat oleh PT Newmont
Minahasa Raya ini, banyak fakta konkrit di lapangan yang berhasil ditemukan oleh peneliti dari
Tim Teknis Penanganan Kasus Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Teluk Buyat – Teluk
Ratatotok. Fakta-fakta tersebut adalah :
1. Teluk Buyat tercemar Arsen dan Merkuri berdasarkan ASEAN Marine Water QualityCriteria
2004.
2. Keanekaragaman hayati kehidupan laut di Teluk Buyat menurun akibat pencemaran Arsen.
3. Terjadi akumulasi atau penumpukan Merkuri dalam makhluk dasar laut (benthos) di Teluk
Buyat.
4. Kadar Arsen dan Merkuri dalam air minum (air tanah) penduduk melampaui baku mutu dan
ambang batas.
5. Kadar Merkuri dan Arsen dalam ikan beresiko bagi kesehatan penduduk Teluk Buyat.
6. Kadar Logam Berat dalam udara di Dusun Buyat Pante secara keseluruhan paling tinggi
dibandingkan desa lainnya dan dalam jangka panjang berbahaya bagi manusia.
7. Sumber pencemaran Arsen dan Merkuri di Teluk Buyat adalah limbah tambang PT Newmont
Minahasa Raya, bukan terjadi secara alamiah.

Fakta – fakta di atas diduga kuat disebabkan oleh :


1. Prosedur dan lokasi Sistem Pembuangan Tailing Dasar Laut (SPDTL) yang berada di lapisan
awal zona termoklin yaitu pada kedalaman 82 (delapan puluh dua) meter, tidak berada
dibawah lapisan termoklin (kedalaman 150 meter). Sehingga tailing terdispersi dan dapat
ditemukan pada kedalaman 20 (dua puluh) meter serta sudah tersebar pada radius 3,5 km dari
mulut pipa pembuangan tailing.
2. Pembuangan tailing yang salah, menyebabkan kerusakan ekosistem laut berupa:
a. Kekeruhan yaitu pada zona euphotic, di mana pada zona tersebut terdapat lingkungan
fitoplankton (produsen) yang butuh sinar matahari sebagai proses fotosintesis.
b. Penurunan jumlah dan kualitas keberadaan terumbu karang di Teluk Buyat.
c. Bioakumulasi (penumpukan terus menerus di dalam tubuh mahkluk hidup) dari sedimen
pada biota laut di daerah euphotic.
d. Penurunan kandungan bentos dan plankton (fitoplankton dan zooplankton) akibat
tingginya kadar Arsen pada sedimen di Teluk Buyat,
e. Kematian ikan dalam jumlah lebih dari seratus ekor di sekitar pipa pembuangan tailing di
Teluk Buyat maupun terdampar di pantai.
3. Kesehatan masyarakat Buyat yang menurun dan berbagai macam penyakit menyerang tubuh
mereka, akibat konsumsi air minum dan ikan yang mengandung logam berat.
4. Tidak adanya surat ijin dari Kementerian Lingkungan HIdup dalam pembuangan limbah ke laut
maupun pengolahan limbah

Fakta lapangan yang terungkap di atas menunjukkan indikasi kuat bahwa PT Newmont
Minahasa Raya telah melakukan pelanggaran hukum dalam operasional pabriknya di Teluk Buyat.

C. ANALISA HUKUM DAN PENDAPAT


Dari kronologis kasus yang telah dipaparkan pada kasus posisi di atas, pencemaran oleh PT
Newmont Minahasa Raya di Teluk Buyat ini dapat dikategorikan sebagai kasus hukum.Hal ini
dapat dilihat dari adanya indikasi pelanggaran terhadap hak masyarakat dan pelanggaran terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dalam bidang lingkungan hidup.

Menyimak fakta hukum dan konsep hukum yang dipaparkan berdasarkan kasus posisi yang
diuraikan sebelumnya, jelas bahwa kasus ini adalah sebuah kasus hukum.Fakta-fakta hukum di
lapangan sangat berkaitan erat dengan peraturan perundang-undangan yang diindikasikan telah
dilanggar.
Fakta lapangan yang menunjukkan bahwa PT Newmont Minahasa Raya memenuhi unsur-
unsur pelanggaran terhadap peraturan perundangan-undangan bidang lingkungan hidup yaitu
terhadap Undang-Undang Nomor 32 Tahun Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup adalah ditemukannya zat logam berat berupa Arsen dan Merkuri di dasar Teluk
Buyat, dalam tubuh ikan yang hidup di Teluk Buyat, dalam air minum (air tanah) penduduk, dalam
tubuh penduduk dan dalam udara sekitar Teluk Buyat. Zat logam berat tersebut terbukti dihasilkan
dari aktifitas pabrik PT Newmont Minahasa Raya, bukan tercipta secara ilmiah. Zat logam berat ini
telah menyalahi ambang batas dan baku mutu lingkungan hidup sehingga berdampak buruk bagi
kesehatan masyarakat dan merusak kelestarian lingkungan sekitarnya.
Hal-hal di atas menunjukkan bahwa PT Newmont Minahasa Raya telah menyalahi
kewajibannya memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup dan mengendalikan pencemaran
lingkungan hidup serta menyalahi ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau kriteria
baku kerusakan lingkungan hidup.
Fakta lapangan yang menunjukkan bahwa pencemaran oleh PT Newmont Minahasa Raya
ini telah merenggut hak masyarakat Teluk Buyat untuk mendapatkan lingkungan yang sehat dan
baik yang diatur dalam Pasal 65 ayat 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan dalam Pasal 9 ayat 3 Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dapat kita lihat dari hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa air, ikan, dan udara yang menjadi bagian dari lingkungan sekitar mereka
tersebut telah tercemari oleh logam berat yang mengakibatkan kesehatan mereka ikut terganggu
dan bahkan terancam akan menurun hingga generasi ke sepuluh keturunan mereka.
Fakta-fakta lapangan di atas merupakan fakta hukum yang terungkap dan tak perlu
pembuktian lebih lanjut lagi. Sehingga pihak PT Newmonth Minahasa Raya dituntut untuk
melakukan tanggung jawab mutlak sebagaimana diatur dalam Pasal 88 Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup :
“Setiap orang yang tindakannya menggunakan B3, mengahsilkan dan atau mengelola
limbah B3, dan/atau yang menimbulkan ancaman serius terhadap lingkungan hidup bertanggung
jawab mutlak atas kerugian yang terjadi tanpa perlu pembuktian unsur kesalahan”.

Pada kasus ini, peran aktif masyarakat menuntut proses hukum sangatlah penting.
Masyarakat Teluk Buyak dapat menggugat PT Newmonth Minahasa Raya secara Perdata, Pidana
maupun dengan penyelesaian non litigasi untuk menuntut ganti rugi. Hak gugat masyarakat ini
dapat dilakukan dalam bentuk gugatan class action yang telah diatur dalam Pasal 91 Undang-
Undang Nomor 32 tahun 2009 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu :
1. Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan kelompok untuk kepentingan dirinya
sendiri dan/atau untuk kepentingan masyarakat apabila mengalami kerugian akibat
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
2. Gugatan dapat diajukan apabila terdapat kesamaan fakta atau peristiwa, dasar hukum, serta
jenis tuntutan diantara wakil kelompok dan anggota kelompoknya.
3. Ketentuan mengenai hak gugat masyarakat dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang –
undangan.

Sedangkan untuk mempersiapkan tuntutan secara Perdata diatur dalam Pasal 87 Undang-
Undang Nomor 32 tahun 2009 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu :
“Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melanggar hukum berupa
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada orang lain
atau lingkungan hidup wajib membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu.

Pihak organisasi lingkungan hidup pun dapat melakukan gugatan legal standing yang diatur
dalam Pasal 92 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup yaitu :
1. Dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
organisasi lingkungan hidup berhak mengajukan gugatan untuk kepentingan pelestarian fungsi
lingkungan hidup.
2. Hak mengajukan guagatn terbatas pada tuntutan untuk melakukan tindakan tertentu tanpa
adanya tuntutan ganti rugi, kecuali biaya atau pengeluaran riil.

Fakta lapangan yang tidak terungkap dalam kasus ini adalah fakta yang menunjukkan
pelanggaran terhadap hak masyarakat Teluk Buyat yang diatur dalam Kovenan Internasional Hak-
Hak Ekonomi, Sosial Dan Budaya.Tidak ada fakta yang menunjukkan bahwa PT
Newmont Minahasa Raya telah melanggar hak masyarakat Teluk Buyat dalam kovenan
tersebut.Karena hak-hak warga yang diatur dalam Kovenan Internasional Hak-Hak Ekonomi,
Sosial Dan Budaya adalah menjadi kewajiban negara untuk menjaga dan memenuhinya.

D. KESIMPULAN DAN SARAN


Dari analisa hukum yang ada, dapat disimpulkan bahwa :
1. PT Newmont Minahasa Raya berdasarkan fakta hukum di lapangan telah melanggar Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup
2. PT Newmont Minahasa Raya berdasarkan fakta hukum di lapangan telah melanggar Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
3. PT Newmont Minahasa Raya tidak melanggar Kovenan Internasional Hak-Hak Ekonomi,
Sosial Dan Budaya.

Dan saya berpendapat bahwa saran yang bisa menyelesaikannya adalah .Masyarakat Teluk
Buyat yang menjadi korban pencemaran lingkungan PT Newmont Minahasa Raya disarankan agar
menempuh haknya yang telah diatur dalam peraturan perundangan-undangan yaitu hak gugatan
kepada PT Newmont Minahasa Raya.Untuk merealisasikan hak ini, dibutuhkan kepedulian dari
advokat agar bersedia mendampingi masyarakat Teluk Buyat tersebut memperjuangkan hak-
haknya.
Kepada organisasi lingkungan hidup disarankan terus memperjuangkan upaya gugatan
Legal Standing terhadap PT Newmont Minahasa Raya agar dapat memberikan
pertanggungjawabannya terhadap pencemaran lingkungan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai