MAKALAH
Disampaikan Pada :
Indonesian Aquaculture 2008
Hotel Inna Yogyakarta, 17 – 20 November 2008
Oleh :
ROMI NOVRIADI ( Pengawas PHPI )
MUH. KADARI ( Perekayasa )
MANJA M.B ( Perekayasa )
SANA’AN ( Pranata Humas )
Abstrak
Penyakit pada ikan merupakan salah satu masalah yang sering dijumpai
dalam usaha budidaya ikan. Di Indonesia telah diketahui ada beberapa jenis
ikan baik ikan air tawar, air payau maupun air laut. Beberapa diantaranya
sering menimbulkan wabah penyakit serta menyebabkan kegagalan dalam
usaha budidaya ikan
Berdasarkan data analisa kualitas air yang dimiliki oleh penulis, terdapat
kecenderungan menurunnya kualitas lingkungan perairan Balai Budidaya
Laut Batam, khususnya untuk parameter Nitrogen ( Nitrit, Nitrat, Amoniak),
Sulfida, Posfat, Oksigen terlarut, dan kekeruhan air. Kecenderungan
Degradasi Lingkungan ini diasumsikan berasal dari akumulasi limbah
buangan budidaya sebagai salah satu penyumbang unsur N dan P melalui
feces dan sisa pakan. Selain hal tersebut tekstur substrat dasar perairan yang
terdiri atas lumpur menyebabkan banyaknya partikel terlarut dan tersuspensi
di dalam air, sehingga media pemeliharaan menjadi lebih cepat kotor.
Permasalahan lingkungan ini masih ditambah dengan buangan limbah rumah
tangga, industri dan pertambangan. Sebagai salah satu pusat Industri, Batam
tentunya menghasilkan limbah dalam jumlah yang cukup besar. Dan seperti
telah diketahui secara umum banyak industri yang membayar nelayan untuk
membawa limbah tersebut dan kemudian membuangnya di tengah lautan.
I.3 Hipotesis
I.4 Tujuan
Dan salah satu solusi juga yang dapat ditawarkan oleh Balai Budidaya Laut
Batam oleh unit Perekayasa adalah sistem filterisasi khususnya ditingkat
Hatcherry dan Nursery untuk mengoptimalkan produksi perikanan.
1. Menggalakkan usaha budidaya ikan non-karnivora
Selanjutnya penggunaan tepung ikan dan minyak ikan pada budidaya ikan
mas dan tilapia meningkat khususnya pada negara-negara Asia dimana
diterapkan sistem budidaya intesif yang mengakibatkan meningkatnya
penggunaan lahan dan sumberdaya air. Meningkatnya budidaya ikan mas
dan tilapia di Asia, secara nyata menambah pemakaian tepung ikan dan
minyak ikan dalam pakan dan memberikan tekanan pada perikanan
tangkap.Pada akhirnya akan meningkatkan harga pakan dan
membahayakan ekosistem laut. Oleh karena itu diperlukan inisiatif dari
pemerintah untuk menekankan pada petani ikan dan nelayan untuk
membudidayakan ikan jenis herbivora. Pada saat yang sama lembaga-
lembaga penelitian untuk lebih meneliti dan mengembangkan kebutuhan
pakan ikan jenis herbivora dan omnivora untuk mengurangi pemakaian
tepung ikan dan minyak ikan dalam pakan. Juga perlunya penelitian
mengenai penggantian tepung dan minyak ikan untuk digantikan dengan
tepung minyak tumbuhan dalam proporsi yang optimal.
Namun, seperti yang telah diuraikan di awal tinjauan, selain ke-tiga faktor
diatas, salah satu alternatif solusi dalam pemecahan masalah lingkungan
budidaya perikanan dapat dilakukan dengan menggunakan sistem filterisasi.
Sistem filterisasi yang dikenal daam perairan budidaya perikanan untuk saat
ini ada 3 jenis, yakni : Filterisasi Kimiawi, Filterisasi Biologi, dan
Filterisasi Mekanik.
Filter Mekanik
Filter mekanik secara harfiah dapat diartikan sebagai sebuah alat untuk
memisahkan material padatan dari air secara fisika (berdasarkan ukurannya)
dengan cara menangkap/menyaring material-material tersebut sehingga tidak
ada lagi yang dijumpai terapung/melayang di dalam media air. Dengan
demikian berarti untuk sebuah filter mekanik diperlukan bahan yang tahan
lapuk, memiliki lubang (pori-pori) dengan diameter tertentu sehingga dapat
menahan atau menangkap partikel-partikel yang berukuran lebih besar dari
diameter filter tersebut.
Partikel padatan dalam hal ini bukan merupakan bahan terlarut tetapi
merupakan suatu suspensi. Ukurannya bisa bervariasi dari sangat kecil dan
tidak dapat dilihat oleh mata (contoh: partikel penyebab kekeruhan) hingga
sisa pakan ikan, potongan tanaman air atau bahkan bangkai ikan. Partikel-
partikel ini dapat terperangkap dalam berbagai jenis media, dengan syarat
diameter lubangnya atau porinya lebih kecil dari diameter partikel. Media
tersebut dapat berupa kapas sintetis atau bahan berserabut lain, sponge,
keramik berpori, kerikil, pasir, dll.
( Gambar 1 ) ( Gambar 2 )
Gambar 1. Menunjukkan gambaran kasar tentang mekanisme kerja sebuah
filter mekanik
Gambar 2. Penumpukan partikel pada media filter, sehingga dikwatirkan
terjadi penyumbatan.
Filter Kimiawi
Filter Kimiawi adalah sebuah filter mekanik yang bekerja pada skala
molekuler. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa filter mekanik
bekerja dengan membawa suspensi, maka filter kimia bekerja dengan
bantuan media filter berupa arang aktif, resin ion, dan zeolit, atau melalui
fraksinasi air.
Filter kimia dapat melakukan fungsinya dengan tiga cara, yaitu :
(1) Serapan, (2) Pertukaran Ion, dan (3) Jerapan.
(3) Pertukaran Ion, merupakan suatu proses dimana ion-ion yang terjerap
pada suatu permukaan media filter ditukar dengan ion-ion lain yang berada di
dalam air. Proses ini dimungkinkan melalui suatu fenomena tarik menarik
antara permukaan media bermuatan dengan molekul-molekul bersifat polar.
Apabila suatu molekul bermuatan menyentuh suatu permukaan yang memiliki
muatan berlawanan maka molekul tersebut akan terikat secara kimiawi pada
permukaan tersebut. Pada kondisi tertentu molekul-molekul ini dapat ditukar
posisisnya dengan molekul lain yang berada dalam air yang memiliki
kecenderungan lebih tinggi untuk diikat. Dengan demikian maka proses
pertukaran dapat terjadi. Media yang dapat melakukan proses pertukaran
seperti ini diantaranya adalah zeolit (baik alami maupun buatan) dan resin.
III. METODOLOGI
III.1 Waktu dan Tempat
III.3 Prosedur
Gambar 11 Gambar 12
Aplikasi filterisasi Analisa Kualitas Air
Konsentrasi NH3
0.1 Dengan
8 0,25 0,03
0.05 Filterisasi
9 0,19 0,02
10 0,14 0,01
0 anion kation
11 0,1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
12 0,09 0 Pengukuran Ke-
2. Parameter NO3
0,8 2,8 2 25
Nitrat
20
9,0
15
Tanpa Fil36,9
ter
0,5 1,6 1 8,7
10
32,8
0,7 2,0 5
0,5 2,3
0,4 1,9 No
Pengukran Ke-
Dgn Filter Tanpa Filter
Grafik Turbiditas
0,01 0,12
0.25
0,02 0,15
IV.2 Pembahasan 0.2
0,04 0,18
0.15
0,06 0,13 Dengan Filter
Turbidity
V.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan analisa kualitas air, Filterisasi Anion Kation terintegrasi
ini cukup efektif dalam mengurangi unsur Nitrogen terlarut didalam
air terutama yang bersifat toksik bagi ikan yakni Amoniak dan Nitrit.
2. Sistem Filterisasi Anion Kation terintegrasi ini juga efektif dalam
mengurangi tingkat kekeruhan (turbidity) di dalam air
3. Sistem Filterisasi Anion Kation terintegrasi ini sangat ekonomis bila
diterapkan oleh masyarakat pembudidaya
V.2 Saran
Sangat diperlukan penelitian lanjutan dengan uji parameter lain
terhadap air output dari sistem filterisasi ini. Dan juga perlu
dikembangkan sistem filterisasi sejenis dengan skala yang lebih besar.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
Analisa Biaya Alat