Anda di halaman 1dari 15

MATA KULIAH HUKUM LINGKUNGAN

TATA KELOLA SAMPAH DALAM PERSPEKTIF


HUKUM LINGKUNGAN DI KABUPATEN
MAGELANG

Disusun oleh :
Nama : Robi Hari Marhesa
NIM : 206000101111005
No.urut : 5

Dosen Pengampu:
Dr. Setyo Widagdo, SH., M.Hum

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN SUMBER DAYA


LINGKUNGAN DAN PEMBANGUNAN
PASCASARJANA INTERDISIPLINER
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pertumbuhan aktivitas ekonomi masyarakat Indonesia dari
tahun ke tahun semakin meningkat seiring dengan tingginya laju
pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan aktivitas ekonomi dan
tingginya laju pertumbuhan penduduk berdampak pada penurunan
kualitas lingkungan. Salah satu problematika penyebab
menurunnya kualitas lingkungan adalah semakin meningkatnya
volume timbulan sampah. Sampah yang tidak dikelola dengan baik
akan menimbulkan permasalahan lingkungan yang lebih kompleks.
Timbulan sampah berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat
dan lingkungan, sampah organik dan padat yang membusuk
mengeluarkan gas seperti methan (CH4) dan karbondioksida. Selain
itu, sampah padat yang terbawa masuk ke selokan dan sungai akan
menghambat aliran air dan memperdangkal sungai yang dapat
menyebabkan banjir (Kalalo,et.al.,2020).
Definisi sampah dapat dilihat dalam pasal 1 angka (1) UU
No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, bahwa sampah
adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam
yang berbentuk padat, sedangkan menurut pasal 1 angka (5) yang
dimaksud dengan pengelolaan sampah adalah kegiatan yang
sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi
pengurangan dan penanganan sampah. Kondisi pengelolaan
persampahan di Indonesia sudah sangat memprihatinkan. Bukan
hanya dilihat dari sistem penanganannya yang masih menggunakan
sistem kumpul-angkut-buang, namun juga dari pemrosesan
terhadap sampah itu sendiri ketika sudah berada di Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA) (Perbup, 2018).. Sebagian besar
kabupaten/kota di Indonesia masih melakukan praktik “open
dumping” yang sebenarnya bertentangan dengan substansi
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah. Pemerintah telah menggunakan wewenangnya dalam
memberikan kepastian hukum serta kejelasan tanggung jawab
dengan Undang-Undang Nomor 18 tahun 2018 tentang pengelolaan
sampah. Di samping itu, pemerintah juga telah mengeluarkan
Peraturan Pemerintah sebagai peraturan pelaksana dari Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, yakni
Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga, dan
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 97 tahun 2017
tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga.
Permasalahan sampah dapat dikatakan sebagai permasalahan
nasional sehingga membutuhkan penanganan yang komprehensif
dari hulu ke hilir. Banyak faktor yang mempengaruhi munculnya
permasalahan persampahan dari hulu ke hilir (Rasyid, et.al., 2019).
Dari sisi hulu, pertambahan jumlah penduduk dan perubahan pola
perilaku konsumsi masyarakat menyebabkan jumlah, jenis, dan
karakteristik sampah yang semakin beragam. Sedangkan dari sisi
hilir adalah metode pengelolaan sampah yang belum berwawasan
lingkungan.(Theresia, 2021).
Permasalahan pengelolaan sampah menjadi permasalahan
yang krusial karena daerah-daerah (kabupaten/kota), khususnya di
wilayah Kabupaten Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Magelang tercatat bahwa volume
timbulan sampah di wilayah Kabupaten Magelang pada tahun 2020
mencapai 143,88 ton per hari. Kompleksitas permasalahan sampah
di wilayah Kabupaten Magelang ditambah dengan masih kurangnya
kesadaran masyarakat akan pengelolaan sampah. Salah satu hal
yang menjadi kendala mengenai penerapan dan penegakan hukum
dalam pengelolaan sampah yang merupakan bagian dari penerapan
hukum lingkungan. Sanksi-sanksi yang terdapat dalam regulasi
tentang pengelolaan sampah tidak memberikan efek jera bagi
masyarakat yang tidak melakukan pengelolaan sampah dengan
berwawasan lingkungan. Pemerintah daerah Kabupaten Magelang
juga perlu mengeluarkan kebijakan terkait pengelolaan sampah
sebagai upaya perlindungan lingkungan di wilayah Kabupaten
Magelang.

2. Rumusan Masalah
Atas dasar permasalahan yang telah disebutkan di atas, dapat
disusun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaturan hukum Pengelolaan Sampah di
Kabupaten Magelang?
2. Bagaimana penegakan hukum lingkungan di bidang pengelolaan
sampah di Kabupaten Magelang?

3. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca dapat
mengetahui:
1. Pengaturan hukum lingkungan mengenai pengelolaan sampah
di Kabupaten Magelang;
2. Penegakan hukum lingkungan di bidang pengelolaan sampah di
Kabupaten Magelang.

B. PEMBAHASAN
1. Pengaturan Pengelolaan Sampah di Kabupaten Magelang
Permasalahan sampah menjadi permasalahan penting di
hampir seluruh kabupaten/kota di Indonesia, khususnya di wilayah
Kabupaten Magelang. Hal tersebut dikarenakan sebagian
masyarakat masih memandang bahwa sampah merupakan sisa
dari penggunaan suatu barang baik itu organik maupun anorganik
yang tidak dimanfaatkan sehingga masyarakat dalam mengelola
sampah masih bertumpu pada pendekatan akhir (end-of-pipe),
yakni sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat
pemrosesan akhir sampah.
Dalam pengolahan sampah, pemerintah daerah Kabupaten
Magelang mengacu pada regulasi nasional terkait pengelolaan
sampah, yaitu:
a. Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan hak kepada
setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. Hal itu
membawa konsekuensi hukum bahwa pemerintah merupakan
pihak yang berwenang dan bertanggung jawab dalam bidang
pengelolaan sampah. Meskipun pengelolaan sampah
merupakan kewajiban pemerintah akan tetapi hal tersebut
juga dapat melibatkan dunia usaha dan masyarakat yang
bergerak dalam bidang persampahan.
Dalam rangka menyelenggarakan pengelolaan sampah
secara komprehensif dan tugas wewenang pemerintah daerah
untuk melaksanakan pelayanan publik, diperlukan payung
hukum dalam bentuk undang-undang yang berdasarkan atas
asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas
keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas
keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi.
b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah
Dalam pasal 12 UU No.23 Tahun 2014 disebutkan
bahwa kewenangan kepada pemerintah daerah (pemerintah
konkruen) untuk menjalankan urusan pemerintahan wajib
yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar salah satunya
adalah lingkungan hidup. Dengan demikian, kewenangan
dalam pengelolaan sampah merupakan sebuah pelayanan
yang diberikan pemerintah daerah dengan memberdayakan
masyarakat dan pengelolaan sampah yang berbasis pada
partisipasi masyarakat.
c. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Berkaitan dengan pengelolaan sampah bagi
pemerintah pusat dan daerah tidak terlepas dari asas-asas
yang terdapat dalam pasal 2 UU No.32 Tahun 2009 tentang
PPLH yang diatur mengenai asas tanggung jawab negara,
asas partisipatif, asas tata Kelola pemerintahan yang baik, dan
asas otonomi daerah. Oleh karena itu, pengelolaan sampah
merupakan tanggung jawab negara melalui pemerintah pusat
dan pemerintah daerah.
d. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah
Dalam pasal 19 UU No.18 tahun 2008 mengatur
tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah
sejenis rumah tangga. Pasal tersebut menyebutkan bahwa
pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis
rumah tangga terdiri atas pengurangan sampah dan
penanganan sampah. Selain itu, dalam pasal 22 UU No.18
Tahun 2008 mengatur mengenai pengelolaan sampah
tersebut juga diatur mengenai penanganan sampah melalui:
1) pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan
sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat
sampah;
2) pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan
sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan
sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu;
3) pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari
sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah
sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu
menuju ke tempat pemrosesan akhir;
4) pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik,
komposisi, dan jumlah sampah; dan/atau
5) pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian
sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke
media lingkungan secara aman.
Oleh karena itu, Pemerintah daerah Kabupaten Magelang
dalam hal perspektif hukum lingkungan di bidang pengelolan
sampah, Pemerintah Kabupaten Magelang telah menerbitkan
regulasi daerah terkait pengelolaan sampah, yakni:
a. Perda Kabupaten Magelang Nomor 7 Tahun 2017
tentang Pengelolaan Sampah
Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Magelang Nomor
7 Tahun 2017 tentang Pengelolaan Sampah disusun dalam
rangka:
➢ Kepastian hukum bagi masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan pengelolaan sampah yang baik dan
berwawasan lingkungan;
➢ Ketertiban dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah;
dan
➢ Kejelasan tugas, wewenang, dan tanggung jawab
pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah.
Pada pasal 4 Perda Kabupaten Magelang Nomor 7
diatur mengenai tujuan pengelolaan sampah di wilayah
Kabupaten Magelang, yaitu untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat dan kualitas lingkungan; menjaga kelestarian
fungsi lingkungan hidup; menjadikan sampah sebagai sumber
daya; dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dalam penjelasan Perda Kabupaten Magelang Nomor 7
tahun 2017 dijelaskan bahwa paradigma pengelolaan sampah
yang bertumpu pada pendekatan akhir sudah saatnya
ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru pengelolaan
sampah. Paradigma baru memandang sampah sebagai
sumber daya yang memiliki nilai ekonomi dan dapat
dimanfaatkan secara ekonomis dan lingkungan. Pengelolaan
sampah dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif dari
hulu, sejak sebelum dihasilkan suatu produk yang berpotensi
menjadi sampah, sampai ke hilir, yaitu pada fase produk
sudah digunakan sehingga menjadi sampah, yang kemudian
dikembalikan ke media lingkungan secara aman. Pengelolaan
sampah dengan paradigma baru tersebut dilakukan dengan
kegiatan pengurangan dan penanganan sampah.
Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan dan
pengurangan timbunan sampah, penggunaan kembali, dan
pendauran ulang, sedangkan kegiatan penanganan sampah
meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan,
pengolahan, dan pemrosesan akhir. Oleh karena itu, agar
pengelolaan sampah dapat berjalan dengan efektif dan efisien
perlu kerja sama antara masyarakat dan pemerintah daerah.
Pemerintah daerah merupakan pihak yang berwenang
dan bertanggung jawab di bidang pengelolaan sampah di
wilayahnya. Dalam pasal 59 ayat (1) Perda Kabupaten
Magelang Nomor 7 tahun 2017 disebutkan bahwa dalam hal
operasional pelaksanaan pengelolaan sampah, pemerintah
daerah dapat bekerja sama dengan pemerintah pusat,
pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota lainnya,
ataupun bekerja sama dengan pihak lain. Dalam pasal 60
Perda Kabupaten Magelang Nomor 7 tahun 2017 dijelaskan
lebih lanjut bahwa lingkup kerja sama tersebut paling sedikit
mencakup: penyediaan dan/atau pembangunan TPA; Sarana
dan prasarana TPA; Pengangkutan sampah dari TPS atau TPS
ke 3R ke TPST atau TPA; pengelolaan TPA; dan/atau
pengolahan sampah menjadi produk lainnya yang ramah
lingkungan. Selain bekerja sama dengan beberapa pihak,
pemerintah daerah juga dapat bermitra dengan badan usaha
pengelolaan sampah dalam rangka penyelenggaraan
pengelolaan sampah. Hal ini dijelaskan dalam pasal 61 Perda
Kabupaten Magelang Nomor 7 tahun 2017.
b. Peraturan Bupati Magelang Nomor 39 Tahun 2018
tentang Kebijakan dan Strategi Daerah Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah
Tangga
Dalam rangka menunjang pelaksanaan Perda
Kabupaten Magelang Nomor 7 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan sampah, maka Pemerintah Kabupaten Magelang
menyusun Perbup Nomor 39 Tahun 2018 tentang Kebijakan
dan Strategi Daerah Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Rumah Tangga. Dalam Pasal 3 Perbup
Nomor 39 Tahun 2018 dijelaskan bahwa arah kebijakan
pengurangan dan penanganan sampah rumah tangga dan
sampah sejenis rumah tangga di wilayah Kabupaten Magelang
meliputi peningkatan kerja di bidang:
1). Pengurangan sampah rumah tangga dan sampah sejenis
rumah tangga yang dilakukan melalui:
▪ Pembatasan timbulan sampah rumah tangga dan
sampah sejenis sampah rumah tangga
▪ Pemanfaatan kembali sampah rumah tangga dan
sampah sejenis sampah rumah tangga
▪ Pendauran ulang sampah rumah tangga dan sampah
sejenis sampah rumah tangga
2). Penanganan sampah rumah tangga dan sampah sejenis
rumah tangga yang dilakukan melalui: pemilahan;
pengumpulan; pengangkutan; pengolahan; dan
pemrosesan akhir.
Adapun dalam pasal 5 Perbup Nomor 39 Tahun 2018
dijelaskan target pengurangan sampah rumah tangga dan
sampah sejenis rumah tangga sebesar 30% (tiga puluh
persen) dari angka timbulan sampah rumah tangga dan
sampah sejenis rumah tangga sebelum adanya kebijakan dan
strategi nasional pengurangan sampah tangga dan sampah
sejenis rumah tangga pada tahun 2025. Sementara untuk
target penanganan sampah rumah tangga dan sampah sejenis
rumah tangga sebesar 70% (tujuh puluh persen) dari angka
timbulan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah
tangga sebelum adanya kebijakan dan strategi nasional
pengurangan sampah tangga dan sampah sejenis rumah
tangga pada tahun 2025.
c. Instruksi Bupati Magelang Nomor 1 Tahun 2017
tentang Pembentukan Bank Sampah di Desa dan
Kelurahan Kabupaten Magelang
Dalam instruksi ini, bupati Magelang memerintahkan
kepada lurah dan kepala desa se-Kabupaten Magelang untuk:
1) membentuk Bank Sampah di tingkat desa/kelurahan;
2) melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat mengenai
pengelolaan dan pengolahan sampah rumah tangga;
3) mengintegrasikan pengelolaan sampah secara reduce,
reuse, recycle (3R) melalui paguyuban, komunitas,
kelompok masyarakat sebagai kekuatan utama dalam
pemberdayaan masyarakat;
4) mengambil langkah inisiatif percepatan pertumbuhan
bank sampah;
5) melaporkan hasil pelaksanaannya kepada Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Magelang.
Ketiga peraturan yang telah diterbitkan Pemerintah
Kabupaten Magelang merupakan upaya untuk tata kelola
pengelolaan dan penanganan sampah di Kabupaten Magelang
semakin baik dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk turut
berpartisipasi aktif dalam pengelolaan dan pengolahan sampah.
Pemerintah daerah Kabupaten Magelang juga telah am hal
pelaksanaan pengelolaan sampah, pemerintah daerah perlu
didukung peran serta masyarakat secara konsisten dan terpadu
sehingga pengelolaan sampah akan tercapai seperti yang
diharapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Magelang Nomor 7
Tahun 2017 tentang Pengelolaan Sampah.

2. Penegakan Hukum Lingkungan Bidang Pengelolaan


Sampah di Kabupaten Magelang
Regulasi sebagai dasar kegiatan pelayanan yang diberikan
oleh pemerintah kepada masyarakat tentang pengelolaan sampah
diwujudkan dalam bentuk peraturan-peraturan daerah. Kesadaran
nmasyarakat terhadap regulasi terkait pengelolaan sampah akan
sangat membantu upaya pengelolaan sampah di Kabupaten
Magelang.
Penegakan hukum menjadi salah satu pembangun budaya
sadar lingkungan. Budaya tersebut diwujudkan dengan membuat
regulasi, pembatasan wilayah, dan pemberian kompensasi ekonomi
berupa insentif dan disinsentif. Upaya pemerintah dalam penegakan
hukum di bidang pengelolaan sampah memang faktor terbesar
adalah budaya dalam masyarakat. Pemerintah mempunyai andil
dalam upaya penegakan hukum di bidang pengelolaan sampah baik
secara preventif maupun represif (Asiyah, 2019). Penegakan hukum
lingkungan adalah suatu tindakan dan/atau proses paksaan untuk
menaati hukum yang didasarkan pada ketentuan peraturan
perundang-undangan dan/atau persyaratan lingkungan
(Candrakirana, 2015). Sehingga penegakan hukum lingkungan di
bidang pengelolaan sampah sebagai upaya menerapkan hukum
lingkungan dalam kehidupan masyarakat. Adanya regulasi dari
pemerintah pusat maupun regulasi daerah yang diterbitkan oleh
Pemerintah Kabupaten Magelang terkait pengelolaan sampah
bertujuan untuk memelihara dan mempertahankan kondisi
lingkungan agar masyarakat mendapatkan lingkungan yang baik
dan sehat.
Penerapan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah di Kabupaten Magelang masih dirasa belum
berjalan dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan terus
meningkatnya volume timbulan sampah harian yang mencapai
143,88 ton/hari dan paling dominan sampah yang berasal dari
rumah tangga. Selain itu, TPA yang ada di Kabupaten Magelang
sudah mengalami overload untuk menampun tingginya timbulan
sampah yang dihasilkan masyarakat. Selain itu, regulasi daerah
seperti Perda Kabupaten Magelang Nomor 7 Tahun 2007, Perbup
No.39 Tahun 2018, dan Instruksi Bupati Magelang 1 Tahun 2017
juga dirasa belum berjalan dengan baik dan efektif. Hal ini
ditunjukkan dengan kesadaran masyarakat yang kurang untuk
melakukan pemilahan sampah. Sampah yang dibuang hanya
dimasukkan ke dalam kantung plastik, tanpa dipilah, untuk
kemudian dibuang ke tempat sampah atau tempat penampungan
sementara sampah. Bahkan, masih banyak pula warga yang
membuang sampah ke badan air sungai atau di bawah kolong
jembatan. TPS 3R yang dibangun di beberapa kecamatan pun,
belum beroperasi secara maksimal. Bank sampah yang dibentuk
dari beberapa tempat pun operasinya masih belum optimal karena
berbagai kendala. Dari beberapa kondisi di lapangan seperti ini
menunjukkan bahwa belum efektifnya penegakan hukum
lingkungan bidang pengelolaan sampah di Kabupaten Magelang.
Menurut Soerjono Soekanto dalam Candrakirana (2015),
penegakan hukum dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: (1)
faktor hukumnya sendiri; (2) faktor penegak hukum; (3) faktor
sarana pendukung penegakan hukum; (4) faktor masyarakat; dan
(5) faktor kebudayaan. Dengan mengacu pada faktor-faktor ini,
maka peran pemerintah, baik pusat ataupun daerah sangat penting
dalam penegakan hukum bidang pengelolaan sampah. Adanya
regulasi daerah terkait pengelolaan sampah yang telah diterbitkan
Pemerintah Kabupaten Magelang sangat penting peran dan
fungsinya untuk menumbuhkan kesadaran dan partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan sampah.
Penegakan hukum lingkungan dalam bidang pengelolaan
sampah yang terdapat dalam Perda Kabupaten Magelang Nomor 7
Tahun 2017 juga mengatur mengenai sanksi administrasi berupa :
(1) peringatan tertulis; (2) pembekuan izin; (3) pencabutan izin;
dan (4) penutupan lokasi. Selain itu juga menerapkan sanksi pidana
dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan dan/atau denda
paling tinggi Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah). Namun,
dengan masih minimnya sosialisasi dan pengetahuan masyarakat
mengenai regulasi pengelolaan sampah serta kurangnya sumber
daya manusia yang mengawasi pelanggaran pengelolaan sampah
menjadi kendala dalam penegakan hukumnya, seperti memberikan
sanksi atas pelanggaran pengelolaan sampah yang dilakukan oleh
masyarakat.
Upaya yang berkaitan dengan pemberian sanksi
administratif atau sanksi pidana merupakan penegakan hukum
represif sedangkan pengawasan yang diatur dalam hukum
lingkungan administrasi mempunyai fungsi preventif dan fungsi
korektif. Wujud dari fungsi preventif dalam bentuk pengawasan
bertujuan agar tidak terjadi pelanggaran pada norma, standar,
prosedur, dan kriteria terkait pengelolaan sampah (Candrakirana,
2015).

C. KESIMPULAN
Pengaturan pengelolaan sampah di Kabupaten Magelang
mengacu pada regulasi tingkat pusat maupun daerah terkait
pengelolaan sampah. Regulasi di tingkat pusat yang berkaitan
langsung dengan pengelolaan sampah, yaitu : UU No.32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; UU No.23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; UU No.18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah. Adapun regulasi di Kabupaten Magelang
atau tingkat daerah yang mengatur pengelolaan sampah adalah Perda
Nomor 7 tahun 2017 tentang Pengelolaan Sampah; Peraturan Bupati
Nomor 39 Tahun 2018 tentang Kebijakan dan Strategi Daerah
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah
Tangga; Instruksi Bupati Magelang Nomor 1 Tahun 2017 tentang
Pembentukan Bank Sampah di Desa dan Kelurahan Kabupaten
Magelang. Dalam regulasi-regulasi tersebut diatur mengenai
penyelenggaraan pengelolaan sampah, yaitu dengan pengurangan
dan penanganan sampah yang melibatkan berbagai elemen baik dari
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah serta masyarakat untuk
menciptakan lingkungan yang baik dan sehat.
Penegakan hukum dalam pengelolaan sampah dapat ditinjau dari
dua sisi, yaitu penegakan hukum secara preventif dan represif. Dalam
Perda Kabupaten Magelang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pengelolaan
Sampah sudah mengatur mengenai sanksi bagi masyarakat/pihak
yang melanggar ketentuan pengelolaan sampah. Penegakan hukum
lingkungan di bidang pengelolaan sampah di Kabupaten Magelang
belum berjalan baik dan efektif oleh karena masih minimnya sosialisasi
dan pengetahuan masyarakat, kurangnya jumlah sumber daya
manusia yang melakukan pengawasan atas pelanggaran pengelolaan
sampah yang dilakukan oleh masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Asiyah, N., 2019. “Kebijakan Pemerintah Kota Langsa terhadap Pengelolaan


Sampah dalam Memenuhu Prinsip Good Environmental Governance”.
Dalam Jurnal Hukum: Samudra Keadilan , vol.14, no.2, hal.316-327

Candrakirana, R., 2015. “Penegakan Hukum Lingkungan dalam Bidang


Pengelolaan Sampah sebagai Perwujudan Prinsip Good Environmental
Governance di Kota Surakarta”. Dalam Yustisia , vol.4, no.3, hal.581-
601.

Instruksi Bupati Magelang Nomor 1 Tahun 2017 tentang Pembentukan Bank


Sampah di Desa dan Kelurahan di Kabupaten Magelang

Kalalo, F.P., Pontoh, K.C., dan Pangemanan, A.E., 2020. “Pengelolaan Sampah
melalui Pemilahan dan Jadwal Pembuangan Sampah Rumah Tangga
sebagai Upaya Penegakan Hukum Lingkungan di Indonesia”. Dalam
PROGRESIF:Jurnal Hukum, vol.XIV, no.1, hal.76-88.

Peraturan Daerah Kabupaten Magelang Nomor 7 Tahun 2017 tentang


Pengelolaan Sampah

Peraturan Bupati Magelang Nomor 39 Tahun 2018 tentang Kebijakan dan


Strategi Daerah Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Rumah Tangga

Rasyid, W., Hidayat,A., 2019. “Penegakan Hukum Lingkungan dalam Bidang


Pengelolaan Sampah sebagai Perwujudan Prinsip Good Environmental
Governance di Kota Pare-Pare”. Dalam MALREV (Madani Legal Review),
vol.3, no.2, hal.135-153
Theresia, L., 2021. “Tata Kelola Sampah dalam Perspektif Hukum Lingkungan”.
Dalam Palangka Law Review , vol.1, no.1, hal. 56-69

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

Undang Undang Nmor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup

Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Anda mungkin juga menyukai