A. PENGANTAR
Kerangka Acuan Kerja merupakan paduan konsultan sebagai panduan dalam
melaksanakan pekerjaan. Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Inisiatif
DPRD DIY tentang Pengelolaan Sampah Regional memiliki arti penting bagi pengelolaan
regional sampah di Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi lebih baik. Hal tersebut disebabkan
oleh: Pertama, signifikansi kajian. Hal ini merupakan bagian yang memberikan ilustrasi
mengapa pekerjaan penyusunan naskah akademik Rancangan Peraturan Daerah ini penting
dan signifikan untuk dikerjakan. Kepentingan dari adanya penyusunan Naskah Akademik ini
mendasarkan pada aspek pengelolaan sampah yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta yang
belakangan ini menjadi perhatian dikarenakan permasalahan Tempat Pembuangan Akhir
Sampah di Yogyakarta yang sudah mulai overload. Kedua, maksud dan tujuan penyusunan
naskah akademik rancangan peraturan daerah. Bagian ini merupakan hal yang mendasar untuk
menempatkan cita-cita dan harapan yang akan dicapai dalam penyusunan naskah akademik.
Ketiga, terkait dengan sasaran, bagian ini berfokus pada motif dan target bagaimana
penyusunan naskah akademik ini dalam bentuk peraturan perundang-undangan dalam hal ini
dalam bentuk Peraturan Daerah yang mengatur tentang Pengelolaan Sampah Regional.
Keempat, bagian mengenai ruang lingkup. Bagian ini berperan penting dalam menjadi
panduan penyedia jasa untuk dapat mengakomodasikan tujuan, sasaran, dan keluaran
pekerjaan sehingga dalam menyusun dokumen Naskah Akademik dapat dilaksanakan secara
sistematis dan mengunakan data penunjang yang tepat sehingga mendapatkan hasil kajian
yang memberikan solusi terhadap pengelolaan sampah di DIY. Kelima, kualifikasi sumberdaya
keahlian yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Kebutuhan ini memastikan pekerjaan
dikerjakan oleh ahli yang memiliki kompetensi, keahlian dan profesionalitas yang menjamin
mutu dari pekerjaan penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah ini. Untuk
kepentingan tersebut maka penyedia jasa diwajibkan untuk memberikan tanggapan atas
susunan kerangka acuan kerja ini. Tentu saja kesesuaian keahlian sumberdaya harus
disesuaikan dengan keahlian yang juga memungkinan untuk memberikan saran yang berarti
dan dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas dalam Kerangka Acuan Kerja ini. Pemberian saran
diperlukan untuk memperbaiki, menguatkan dan meningkatkan kualitas dari pekerjaan yang
dilakukan. Bahkan yang lebih penting dalam pelaksanaan anggaran publik perencanaan yang
baik berpeluang untuk menciptakan effisiensi dan effektivitas sebagai prinsip yang melekat
dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Kerangka Acuan Kerja telah memuat alas an dasar (raison d être) mengapa kajian ini
diperlukan, yaitu :
Permasalahan sampah sudah menjadi permasalahan global yang banyak dialami oleh
berbagai negara di dunia. Produksi sampah global tercatat selalu mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Bank Dunia dalam laporannya pada Tahun 2019 melansir data mengenai
produksi sampah global yang mencapai 2,01 miliar ton. Apabila melihat dari laju pertumbuhan
penduduk bumi, menurut prediksi Bank Dunia pada Tahun 2050 timbulan sampah akan
mencapai 3,4 miliar ton. Anggaran pengelolaan sampah di tiap negara menurut Bank Dunia
bahkan bisa mencapai 20-50 persen dari total biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan.
Pada tataran nasional, Indonesia juga menghadapi permasalahan yang sama mengenai sampah.
Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan menyebutkan pada Tahun 2021 jumlah timbunan sampah secara nasional
mencapai 21,45 juta ton. Dari jumlah tersebut, 33,26% tercatat belum terkelola sedangkan
66,74% merupakan sampah yang terkelola. Jumlah sampah pada Tahun 2021 tersebut tercatat
hanya berkurang 15,17 % dari tahun sebelumnya.
Permasalahan sampah yang menumpuk dan tidak terkelola dengan baik tentunya menimbulkan
dampak masif terhadap banyak hal. Beberapa diantara dampak tersebut pertama, secara global
Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebut bahwa tumpukan sampah merupakan penyumbang
masalah emisi rumah kaca. Kedua, sampah yang tidak terkelola terbukti mencemarkan
lingkungan termasuk air tanah yang sangat dibutuhkan manusia. Ketiga, masalah sampah juga
menjadi salah satu penyebab terancamnya kelestarian hidup berbagai makhluk hidup selain
manusia misalnya tanaman dan hewan.
Secara nasional, berbagai peraturan yang ada mengenai sampah sejatinya juga sejalan
dengan Visi Presiden Indonesia periode 2019-2024 yakni “Terwujudnya Indonesia Maju yang
berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong” serta misi Presiden
Indonesia periode 2019-2024 yakni “mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan.”
Selanjutnya dalam Rencana Pembangungan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2019-
2024 dinyatakan juga bahwa salah satu target Pemerintah pada Tahun 2024 adalah
meningkatkan prosentase penanganan sampah yang pada Tahun 2016 masih sebesar 59,08%
menjadi 80%. Strategi untuk mencapai hal tersebut dinyatakan dalam RPJMN misalnya melalui
pengembangan sistem pengelolaan sampah.
Konteks Daerah Istimewa Yogyakarta, permasalahan sampah juga menjadi isu yang sangat
strategis. Data dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah DIY (BAPPEDA) volume sampah
pada Tahun 2018 dan 2019 yang hanya sekitar 600an ton/hari meningkat pesat pada Tahun
2020 dan 2021 menjadi lebih dari dua kali lipatnya. Dari jumlah tersebut, tercatat kurang dari
3/4 yang terkelola di pengelolaan sampah regional.
Tempat pengelolaan sampah regional yang berlokasi di Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul
Daerah Istimewa Yogyakarta juga sudah beberapa kali dibuka tutup karena adanya beberapa
permasalahan. Dalam kajian yang diadakan oleh DPRD DIY mengenai Peraturan Daerah DIY
Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah
Tangga, tercatat beberapa permasalahan dari Tempat pengelolaan sampah regional yang ada di
Piyungan yakni:
1. Makin besarnya timbulan sampah yang menumpuk di Tempat pengelolaan sampah
regional yang ada di Piyungan : Dengan pola pengelolaan sampah yang mengandalkan
kumpul-angkut-buang maka beban pencemaran lingkungan tertinggi ada di tempat
pembuangan akhir. Perubahan timbulan sampah juga terjadi pada komposisinya, yang
mana semakin lama komponen anorganik khususnya plastik semakin besar atau organik
semakin menurun. Hal ini akan menyebabkan tingkat degradasi sampah yang ada di TPA
juga semakin sulit terdegradasi. Akibat yang ditimbulkan adalah volume sampah di TPA
tetap stabil (tidak berkurang). Dampak lain dari meningkatnya anorganik adalah tingkat
pencemaran akibat lindi yang dihasilkan menjadi lebih toksik.
2. Rendahnya kualitas pengelolaan persampahan : Kondisi TPA khususnya TPA Piyungan
sekarang masih perlu pembenahan terutama terkait pengolahannya. perlu melibatkan
teknologi dalam pengolahan sampah yang ada. Selain itu pembenahan dari sisi
kelembagaan perlu dilakukan. Pengelolaan TPA Piyungan sendiri sepakat untuk dikelola
DIY mengingat posisi TPA Piyungan yang merupakan TPA regional yang melayani 3
daerah. Namun demikian hal ini tidak menghilangkan peran dari masing-masing
kabupaten/kota. Terkait pengelolaan oleh DIY ini perlu diperhatikan bahwa Kabupaten
Bantul yang merupakan lokasi tempat TPA Piyungan berada justru penyumbang sampah
terkecil. Namun jika terjadi suatu permasalahan justru Kabupaten Bantul menjadi
penanggung beban terberat.
3. Keterbatasan lahan TPA Piyungan : Di DIY, hingga saat ini masih terkendala dengan
terbatasnya lahan untuk TPA. Seperti TPA Piyungan yang melayani kawasan Aglomerasi
Kota Yogyakarta, Kab. Sleman dan Kab. Bantul (Kartamantul) secara kapasitas sudah
semakin terbatas. Luas lahan TPA Piyungan saat ini adalah 12,5 hektar yang terdiri dari
10 hektar untuk area penimbunan sampah dan 2,5 hektar untuk area sarana
pendukung. Sementara itu, volume sampah yang masuk ke TPA Piyungan selalu
meningkat dari hari ke hari. Tinggi gunungan sampah di TPA Piyungan sudah 140 meter
di atas permukaan laut. Keterbatasan lahan TPA juga memaksa dikeluarkannya
kebijakan desentralisasi penanganan sampah di sumber yang telah mentriger kreasi
pembakaran sampah dengan “incinerator” skala kecil yang tidak ramah lingkungan dan
cenderung hanya akan menambah masalah emisi dikemudian hari. Selain pembakaran
sampah oleh sebagian masyarakat, juga masih adanya pembuangan sampah yang tidak
pada tempatnya seperti di sungai, saluran drainase dan lahan-lahan kosong secara
illegal.
Di atas kertas, upaya Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan pengelolaan
sampah sudah dilakukan dengan terbitnya berbagai peraturan. Dalam level Peraturan Daerah,
DIY telah memiliki Perda DIY Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
dan Sampah Sejenis Rumah Tangga. Muatan perda tersebut mengatur mengenai upaya
pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga yang mencakup
pengurangan sampah dan penanganan sampah. Pengelolaan Sampah Regional masuk sebagai
muatan perda tersebut hanya sebagai satu bagian kecil dari keseluruhan isi perda. Selain
peraturan daerah tersebut, untuk penanganan limbah bahan berbahaya dan beracun Pemda
DIY juga menerbitkan Perda DIY Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun. Gubernur DIY juga telah menerbitkan aturan teknis pengelolaan
sampah melalui Peraturan Gubernur DIY Nomor 21 Tahun 2014 tentang Pedoman Penanganan
Sampah, Perizinan Usaha Pengolahan Sampah dan Kompensasi Lingkungan dan Peraturan
Gubernur DIY Nomor 123 Tahun 2018 beserta perubahannya tentang Kebijakan dan Strategi
Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga.
Berbagai peraturan diatas ditambah adanya berbagai isu strategis mendorong DPRD DIY
mengajukan usulan rancangan perda yang khusus mengatur mengenai pengelolaan sampah
regional. Beberapa poin yang disampaikan oleh pengusul pada acara FGD Daftar Inventarisasi
Masalah Penyusunan raperda ini adalah :
1. Bagaimana langkah agar Tempat Pengelolaan sampah regional yang ada di Piyungan
tidak terus dibuka tutup?
2. Bagaimana agar Tempat Pengelolaan sampah regional yang ada di Piyungan “ramah”
terhadap warga di sekitar Tempat Pengelolaan sampah regional
3. Bagaimana upaya penambahan lahan di TPA Piyungan? Bagaimana pula jika akan
menambah jumlah Tempat Pengelolaan Sampah Regional?
4. Bagaimana upaya Pemda DIY untuk mendukung pembiayaan terhadap TPA Piyungan
dan bagaimana memaksimalkan peran investor untuk pengelolaan sampah regional?
Selain dari pengusul, pada FGD tersebut juga diperoleh beberapa masukan dari masyarakat
sebagai berikut:
1. Warga Sekitar Tempat Pengelolaan sampah regional yang ada di Piyungan mengeluhkan
dampak TPA Piyungan mulai dari kemacetan akses jalan dari dan menuju TPA Piyungan
padahal jalan tersebut merupakan jalan yang dilalui juga oleh warga sekitar,
pencemaran air tanah dan sungai yang berdampak pada hasil pertanian dan ternak.
Selain itu, timbunan sampah di TPA Piyungan yang sangat tinggi ditambah dengan
musim penghujan dikhawatirkan akan menyebabkan longsor atau banjir yang
membahayakan warga.
2. Warga Sekitar Tempat Pengelolaan sampah regional yang ada di Piyungan mengeluhkan
dampak dari penumpukan sampah yang ada di TPA Piyungan, sering kali sampah
dibuang di bahu-bahu jalan di sekitar TPA Piyungan dan sampah ini tidak terkelola
dengan baik.
3. Kualitas pengelolaan sampah di TPA Piyungan masih rendah. Di hulu banyak warga yang
sudah mulai melakukan pemilahan sampah namun di TPA Piyungan sampah ini kembali
dicampur adukkan.
4. Kurangnya kolaborasi multi pihak untuk pengelolaan sampah regional. Hal ini salah
satunya disebabkan oleh nilai keekonomian dari pengelolaan sampah kurang
ditonjolkan sehingga tidak mengundang peran kolaborasi khususnya bagi sektor swasta.
5. Penumpukan sampah yang ada di TPA Piyungan berdampak pada kabupaten/kota di
DIY, salah satu dampaknya adalah banyak sampah yang akhirnya tidak terbuang dan
menumpuk.
6. Diperlukan retribusi yang lebih mahal untuk TPA Piyungan dan hal ini digunakan untuk
kompensasi kesehatan dan kelestarian lingkungan bagi warga di sekitar TPA Piyungan.
7. Diperlukan pengelolaan sampah yang tidak hanya berfokus kumpul-angkut-buang
sehingga tidak menumpuk di TPA Piyungan. Terhadap hal ini seharusnya Pemda DIY
mendorong juga kebijakan anggaran yang merata untuk kabupaten/kota sehingga
kabupaten/kota juga dapat maksimal melakukan pengelolaan sampah di wilayahnya
masing-masing.
8. Apabila terdapat pilihan mencari lahan baru untuk membangun tempat pengelolaan
sampah regional, maka hal ini juga sulit dilakukan karena masyarakat sekitar pasti
menolaknya.
9. Dipelukan langkah dari Pemda untuk penyebutan tempat pengelolaan sampah regional
di Piyungan apakah Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan atau
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan? Masing-masing penyebutan tersebut
memiliki konsekuensi berbeda, meskipun di atas kertas Pemda DIY menyebutnya
sebagai TPA Piyungan.
10. Pengelolaan sampah regional yang ada di Piyungan saat ini untuk menampung sampah
dari Yogyakarta, Sleman dan Bantul. Perlu dipertimbangkan pengelolaan sampah
regional untuk Kulonprogo dan Gunungkidul.
Berkaitan hal-hal tersebut diatas, maka DPRD DIY mengajukan usulan raperda Pengelolaan
Sampah Regional.
Berdasarkan deskripsi latar belakang pada KAK Penyedia Jasa dapat memahami bahwa
urgensi penyusunan Naskah Akademik Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Sampah Regional
berupa kajian untuk menyelesaikan permasalahan peningkatan volume sampah, pola
pembuangan sampah serta tata kelembagaan yang ada di TPA Piyungan. Oleh karena itu
penyedia jasa dalam membaca latar belakang tersebut memiliki beberapa tanggapan
diantaranya KAK belum menyebutkan secara khusus faktor-faktor yang menimbulkan dan
mempengaruhi permasalahan yang menyebabkan meningkatnya volume sampah yang ada di
Provinsi DIY serta permasalahan yang ada di TPA Piyungan yang menyebabkan TPA piyungan
harus dilakukan penutupan selama beberapakali. Adanya ketersediaan permasalahan yang
berdasarkan latar belakang akademik bukan hanya berdasarkan masukan dari warga sekitar
maupun pengusul harapanya juga bisa dijadikan dasar untuk penyusunan Naskah Akademik ini.
Selain itu, belum Nampak jelas alternatif penyelesaian masalah pengelolaan sampah
regional apabila mempertimbangkan kapasitas penampungan sampah dan keterbatasan lahan
yang ada di TPA Piyungan. Penyedia jasa menilai perlu adanya solusi alternatif dalam
pengelolaan sampah regional yang tidak hanya bergantung pada TPA Piyungan sebagai tempat
pembuangan akhir. Perlu adanya pola baru dalam pengelolaan sampah yang tidak hanya
mengandalkan pola kumpul-angkut-buang sehingga dalam pengelolaan sampah dapat
dilaksanakan secara maksimal. Selain dari tanggapan diatas, penyedia jasa juga memberikan
saran bahwa dalam pengelolaan sampah regional kedepan tidak hanya mendasari dengan
persoalan bagaimana “membuang sampah” tetapi dapat lebih melihat pada makna
“Pengelolaan” yang lebih luas dengan melakukan pemberdayaan ataupun daur ulang yang
dapat dilaksanakan disetiap tingkatan yang ada mulai dari tingkat rumah tangga hingga tingkat
pembuangan akhir.
2. Menghasilkan Draf Raperda Inisiatif DPRD tentang Pengelolaan Sampah Regional yang
dalam penormaannya mampu menjawab permasalahan terkait dengan Pengelolaan Sampah
Regional yang telah dituangkan dalam Naskah Akademik:
Tujuan
Tujuan penyusunan Naskah Akademis Raperda tentang Pengelolaan Sampah Regional adalah:
1) Menyusun landasan ilmiah, memberikan arah dan menetapkan ruang lingkup bagi
penyusunan draf Raperda tentang Pengelolaan Sampah Regional.
2) Menyusun konsep (draf) rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Sampah
Regional.
Namun perlu juga menambahkan bagaimana solusi alternatif yang diperlukan selain dengan
mengandalkan tempat pembuangan akhir yang saat ini berada di TPA Piyungan melalui
mekanisme pengelolaan sampah yang lebih luas serta dapat melibatkan seluruh lapisan
masyarakat yang ada.
Penyedia jasa sudah memahami sasaran yang ada didalam Kerangka Acuan Kerja yang ada,
namun dalam konteks pengelolaan sampah perlu dipertegas dan diperdetail dengan penekanan
pola pengelolaan sampah seperti apa yang akan diatur didalam Peraturan Daerah tentang
Pengelolaan Sampah Regional sehingga dapat ditemukan suatu pola pengelolaan sampah yang
bisa menjadi solusi dalam permasalahan yang ada.
Lokasi kegiatan perlu diperjelas dengan keberadaan TPA yang berada di Piyungan Kabupaten
Bantul. Apakah perlu diambil juga mengenai Tempat Pembuangan sampah yang ada di
Kabupaten/Kota lainnya dalam hal pembinaan serta pengawasan sesuai dengan maksud dan
tujuan sehingga menghindari kesalahan atau bias dalam pengambilan data oleh surveyor ketika
melaksanakan pengambilan data.
B.6. TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP NAMA DAN ORGANISASI PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN
1.1 Nama dan Organisasi Pejabat Pembuat Komitmen Dalam Kerangka Acuan Kerja
Pejabat Pembuat Komitmen Sub Koordinator Dokumentasi Hukum Sekretariat DPRD DIY
1.2. Tanggapan dan Saran Terhadap Nama dan Organisasi Pejabat Pembuat Komitmen Dalam
Kerangka Acuan Kerja
Penyedia Jasa memahami pengguna barang dan jasa dalam pekerjaan ini, baik secara subtansi
maupun posisi, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) maupun Organisasi Perangkat Daerah (OPD)
pelaksana kegiatan ini.
Serangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan untuk dapat mengakomodasikan tujuan, sasaran
dan keluaran pekerjaan ini, mencakup:
a. Penyusunan Naskah Akademik tentang Pengelolaan Sampah Regional dengan
melaksanakan setidaknya beberapa kegiatan sebagai berikut:
Studi kepustakaan.
Penyusunan rancangan pelaksanaan, meliputi: identifikasi permasalahan, metodologi
dan kerangka konsep analisis, instrumen penelitian, serta rencana kerja.
Survey (observasi lapangan, FGD/ interview)
Pengambilan data primer ke lapangan dengan mempertimbangkan kualitas sampel
sesuai kaidah akademik.
Pengumpulan data dan informasi terkait pekerjaan serta melakukan pengolahan data
dan analisis serta perancangan visi, misi, tujuan, sasaran, arah kebijakan, strategi,
indikasi program.
Pelibatan pemangku kepentingan terkait (Satuan Kerja Perangkat Daerah,
Organisasi/LSM, tokoh masyarakat, dll).
Naskah akademik setidaknya menjawab dan mencakup hal-hal yang telah diminta
dalam maksud dan tujuan yang diuraikan di atas.
b.Penyusunan Draf Raperda tentang Pengelolaan Sampah Regional.
Konsultan memahami lingkup kegiatan dalam KAK kajian ini, sesuai dengan benang merah
terkait maksud, tujuan dan sasaran dalam KAK ini, yaitu dalam melaksanakan kajian mengenai
identifikasi dan penyelesaian permasalahan mengenai pengelolaan sampah regional yang ada di
Provinsi DIY dalam hal ini termasuk mengidentifikasi kegiatan serta biaya yang telah
dilaksanakan pemerintah daerah dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun belakangan serta bagaimana
keterlibatan pemangku kepentingan terkait.
Dalam memenuhi ruang lingkup pekerjaan ini Penyedia Jasa memahami bahwa harus bekerja
sama sepenuhnya dengan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Dalam melaksanakan
ketugasannya penyedia jasa harus bekerja secara profesional dan dengan penuh tanggung
jawab sesuai kebijakan dan ketentuan serta peraturan yang telah ditetapkan.
JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN
TERKAIT
BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS
BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI
MUATAN PERATURAN DAERAH
BAB VI PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN: RANCANGAN PERATURAN DAERAH
B. Identifikasi Masalah
Rumusan masalah dengan memperhatikan permasalahan yang ada di
Pendahuluan KAK pada Nomor 2 “maksud dan Tujuan, dan dikembangkan sesuai
dengan temuan masalah pada saat melakukan kajian/penelitian.
Selanjutnya permasalahan ini kemudian diidentifikasi ke dalam 4 (empat) pokok
masalah, yaitu sebagai berikut:
1) Permasalahan apa yang dihadapi dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat serta bagaimana permasalahan tersebut dapat diatasi.
2) Mengapa perlu Rancangan Peraturan Daerah sebagai dasar pemecahan
masalah tersebut, yang berarti membenarkan pelibatan negara dalam
penyelesaian masalah tersebut
3) Apa yang menjadi pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis
pembentukan Rancangan Peraturan Daerah.
4) Apa sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, jangkauan,
dan arah pengaturan.
D. Metode
Penyusunan Naskah Akademik pada dasarnya merupakan suatu kegiatan
penelitian sehingga digunakan metode penyusunan Naskah Akademik yang
berbasiskan metode penelitian hukum atau penelitian lain. Penelitian hukum
dapat dilakukan melalui metode yuridis normatif dan metode yuridis empiris.
Metode yuridis empiris dikenal juga dengan penelitian sosiolegal. Metode yuridis
normatif dilakukan melalui studi pustaka yang menelaah (terutama) data
sekunder yang berupa Peraturan Perundang-undangan, putusan pengadilan,
perjanjian, kontrak, atau dokumen hukum lainnya, serta hasil penelitian, hasil
pengkajian, dan referensi lainnya. Metode yuridis normatif dapat dilengkapi
dengan wawancara, diskusi (focus group discussion), dan rapat dengar pendapat.
Metode yuridis empiris atau sosiolegal adalah penelitian yang diawali dengan
penelitian normatif atau penelaahan terhadap Peraturan Perundang-undangan
(normatif) yang dilanjutkan dengan observasi yang mendalam serta
penyebarluasan kuesioner untuk mendapatkan data faktor nonhukum yang
terkait dan yang berpengaruh terhadap Peraturan Perundang-undangan yang
diteliti.
6. BAB VI PENUTUP
Bab penutup terdiri atas subbab simpulan dan saran.
A. Simpulan
Simpulan memuat rangkuman pokok pikiran yang berkaitan dengan praktik
Penyelenggaraan, pokok elaborasi teori, dan asas yang telah diuraikan dalam bab
sebelumnya.
B. Saran
Saran memuat antara lain:
1. Perlunya pemilahan substansi Naskah Akademik dalam suatu Peraturan
Perundang-undangan atau Peraturan Perundang-undangan di bawahnya.
2. Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah atau Produk Hukum Daerah lain
yang diperlukan.
3. Kegiatan lain yang diperlukan untuk mendukung penyempurnaan
penyusunan Naskah Akademik lebih lanjut.
7. DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka memuat buku, Peraturan Perundang-undangan, dan jurnal yang
menjadi sumber bahan penyusunan Naskah Akademik.
Penyedia jasa memahami bahwa dalam menyusun Naskah Akademik ini mengunakan
sistematika yang ada dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah beserta Perubahannya. Namun dalam
pelaksanaanya penyedia jasa juga mengharapkan keterlibatan OPD dalam tingkat Pemerintah
Daerah Provinsi maupun Kementrian yang membidangi urusan hokum dalam hal ini Biro Hukum
dan Kementrian Hukum dan HAM dalam pelaksanaan penyusunan Naskah Akademik
Pengelolaan Sampah Regional sehingga dapat dibentuk Peraturan Daerah yang sesuai dengan
sistematika yang ada serta terwujudnya Peraturan Perundang-Undangan yang Harmonis dan
Sinkron.
Kajian terdahulu
1. Impelementasi Perda DIY Nomor3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga Pengelolaan Sampah Regional di Provinsi
DIY (DPRD DIY,2017)
1.2. Tanggapan dan Saran Terhadap Data Penunjang
Berkaitan dengan Data Penunjang, Penyedia jasa menilai bahwa data penunjang yang
berupa Refresi Hukum sudah sangat lengkap hanya saja perlu ditambahkan beberapa
peraturan perundang-undangan yang berbentuk Peraturan menteri Lingkungan Hidup dalam
hal ini Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 59 Tahun 2016 dan
Peraturan Pemteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 26 Tahun 2020. Selain Refrensi
hokum dan kajian terdahulu menurut penyedia jasa juga perlu melihat pengelolaan sampah
ataupun kajian pengelolaan sampah yang ada di daerah lainnya sebagai bahan pembanding.
Waktu Pelaksanaan
No
Pekerjaan Bulan Bulan Bulan IV
. Bulan I
II III
1 Persiapan
2 Pengumpulan data sekunder
3 Evaluasi data sekunder
4 Survey lapangan
5 Laporan Pendahuluan
5 Rapat-Rapat Penyusunan
Naskah Akademik dan
pelibatan tim fasilitasi
6 FGD I Naskah Akademik
dengan Alat Kelengkapan
DPRD dan SKPD
7 Rapat Penyempurnaan
Naskah Akademik termasuk
tindak lanjut FGD
8 Finalisasi Naskah Akademik
10 Rapat-rapat penyusunan
Draf Raperda
11 Laporan Antara
12 FGD II Draf Raperda
dengan Alat Kelengkapan
DPRD dan SKPD
13 Rapat Penyempurnaan Draf
Raperda termasuk tindak
lanjut FGD
Finalisasi Naskah Akademik
14 dan Draf Raperda
15 Penyusunan Laporan Akhir
Penyerahan Naskah
16 Akademik dan Draf Raperda
sinkronisasi dan penyamaan persepsi dengan PPK dan tim teknis berupa paparan
Tenaga Ahli
Anggota:
1 orang Anggota Latar belakang 4 ob 1. Surat Pengangkatan
Ahli bidang pendidikan: teknik Sebagai Dosen.
lingkungan lingkungan/teknik 2. Sertifikat Akreditasi
sipil/ Jurusan atau Program
geografi/teknik Studi tempat Tenaga
kimia, S2 dengan Ahli mengajar.
pengalaman 3 tahun
di bidang
lingkungan hidup.
Tenaga Ahli
Anggota:
1 orang Anggota latar belakang 4 ob 1. Surat Pengangkatan
Ahli bidang pendidikan: Sebagai Dosen.
sosiologi sosiologi non 2. Sertifikat Akreditasi
keguruan, S2 Jurusan atau Program
dengan pengalaman Studi tempat Tenaga
efektif 3 tahun. Ahli mengajar
Tenaga Ahli
Anggota:
1 orang Anggota latar belakang 4 ob 1. Surat Pengangkatan
Ahli Muda pendidikan:geografi Sebagai Dosen.
bidang /perencanaan 2. Sertifikat Akreditasi
perencanaaan wilayah/kota, S2 Jurusan atau Program
wilayah dan kota dengan pengalaman Studi tempat Tenaga
efektif 3 tahun. Ahli mengajar.
3. Ska planologi 502
Tenaga Ahli
Anggota:
1 Orang Anggota latar belakang 4 ob 1. Surat Pengangkatan
Ahli Penyusunan pendidikan: Hukum Sebagai Dosen.
Peraturan Tata Negara, S2 2. Sertifikat Akreditasi
Perundang- dengan pengalaman Jurusan atau Program
Undangan efektif 3 tahun. Studi tempat Tenaga
Ahli mengajar.
Tenaga
Pendukung S1 dengan 4 ob
1 orang Asisten pengalaman 4 tahun
Tenaga Ahli di bidangnya
1 orang 4 ob
administrasi D3/S1
perkantoran
3 Surveyor D3/S1 3 ob
1 operator D3/S1 3 ob
komputer
Tambahan: Syarat Kualifikasi bagi Tim Penyusun baik Team Leader maupun Tenaga Ahli
Anggota diutamakan dosen universitas dengan akreditasi minimal B.
1. Ketua Tim (Team Leader) Ahli bidang lingkungan
a. Mengoordinasi tenaga ahli dan tenaga pendukung dalam pelaksanaan kegiatan yang
meliputi: penelitian, penyusunan Naskah Akademik, Penyusunan Draf Raperda,
Penyusunan Laporan Pendahuluan, dan Penyusunan Laporan Akhir.
b. Bertanggung jawab atas terlaksananya penelitian, penyusunan Naskah Akademik, dan
Draf Raperda Pengelolaan Sampah Regional.
c. Bertanggung jawab atas ketepatan waktu dalam penyampaikan Laporan Pendahuluan,
dan Penyusunan Laporan Akhir, Laporan Penelitian, Naskah Akademik, dan Draf Raperda
Pengelolaan Sampah Regional.
d. Memeriksa, mempelajari dan mengesahkan langkah-langkah pelaksanaan,
diskusi/pembahasan materi uji lapangan
e. Bertanggungjawab baik dari segi substansi maupun metodologis hasil penelitian, Naskah
Akademik, dan Draf Raperda.
f. Merancang kebijakan yang mampu menyelenggarakan upaya Pengelolaan Sampah
Regional secara optimal.
g. Menjamin dan bertanggung jawab bahwa hasil karya yang diserahkan terbebas dari unsur
plagiasi yang dapat berakibat munculnya tuntutan hukum.
2. Ahli lingkungan
a. Melakukan studi pustaka yang mutakhir terkait dengan isu Pengelolaan Sampah Regional,
baik dalam skala global, nasional, dan lokal untuk mendukung penyusunan Naskah
Akademik dan Raperda Pengelolaan Sampah Regional.
b. Melaksanakan studi dan analisis terkait Pengelolaan Sampah Regional melalui studi dan
pengumpulan data serta analisis mengenai data volume sampah dan penanganan
sampah, implementasi upaya Pengelolaan Sampah Regional dan hal-hal lain yang diminta
dalam Kerangka Acuan Kerja.
c. Melaksanakan kegiatan penelitian bersama Tim untuk basis penyusunan Naskah
Akademik dan Raperda.
d. Merancang kebijakan yang mampu menjawab hal-hal yang ditemukan dalam poin b dan
c.
e. Membantu pelaksanaan penyusunan Naskah Akademik Pengelolaan Sampah Regional
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011.
f. Membantu pelaksanaan penyusunan Draf Raperda dalam bentuk rumusan Pasal-pasal.
g. Membantu Ketua Tim dalam penyusunan Laporan Pendahuluan, dan Laporan Akhir.
3. Ahli Sosiologi
a. Melakukan studi pustaka yang mutakhir terkait dengan isu Pengelolaan Sampah Regional
baik dalam skala global, nasional, dan lokal untuk mendukung penyusunan Naskah
Akademik dan Raperda Pengelolaan Sampah Regional.
b. Melaksanakan studi dan analisis terkait Pengelolaan Sampah Regional melalui studi dan
pengumpulan data serta analisis mengenai pengelolaan sampah yang berwawasan
kesehatan, serta hal-hal lain yang diminta dalam Kerangka Acuan Kerja.
c. Melaksanakan kegiatan penelitian bersama Tim untuk basis penyusunan Naskah
Akademik dan Raperda.
d. Merancang kebijakan yang mampu menjawab hal-hal yang ditemukan dalam poin b dan
c.
e. Membantu pelaksanaan penyusunan Naskah Akademik Pengelolaan Sampah Regional
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011.
f. Membantu pelaksanaan penyusunan Draf Raperda dalam bentuk rumusan Pasal-pasal.
g. Membantu Ketua Tim dalam penyusunan Laporan Pendahuluan, dan Laporan Akhir.
8. Operator computer
a. Mengoperasikan computer pada saat penyedia beserta tenaga ahli melakukan
paparan-paparan.
b. Menyiapkan file-file untuk presentasi yang diperoleh dari Tenaga Ahli
Menurut pandangan konsultan, posisi dan klasifikasi atas kebutuhan personil sudah
cukup jelas. Sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK), pada dasarnya Konsultan harus
bekerja sama dengan Pejabat Pembuat Komitmen yang dalam pelaksanaannya dibantu
oleh Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan dalam hal menyelesaikan Naskah Akademik
Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Sampah Regional sampai dengan kontrak selesai
yang dinyatakan dalam Berita Acara Serah Terima Pekerjaan yang ditandatangani oleh
Syarat kualifikasi tim penyusun kajian sesuai KAK sudah cukup memadai terkait dengan
materi kajian, sudah sesuai dengan kualifikasi dan kompetensi keahlian yang
dibutuhkan.
1. KTP
2. NPWP
3. CV
4. Ijazah terahkir